EFEK GULA TERHADAP KESEGARAN BUNGA POTONG Chrysanthemum Sp. (Studi Empiris Sebagai Bahan Pengembangan Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan)

   EFEK GULA TERHADAP KESEGARAN BUNGA POTONG Chrysanthemum Sp.

  

(Studi Empiris Sebagai Bahan Pengembangan Petunjuk Praktikum Fisiologi

Tumbuhan) ARTIKEL Oleh

  

BAIQ NUBUATUN HAERI AHYANA

NIM E1A 010 042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2015

  HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL EFEK GULA TERHADAP KESEGARAN BUNGA POTONG Chrysanthemum Sp. (Studi Empiris Sebagai Bahan Pengembangan Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan) Mengetahui, Dosen Pembimbing I (Dr. Prapti Sedijani, M.Sc., PhD.) NIP. 19620811 198703 2 001

  

EFEK GULA TERHADAP KESEGARAN BUNGA POTONG Chrysanthemum Sp.

  

(Studi Empiris Sebagai Bahan Pengembangan Petunjuk Praktikum Fisiologi

Tumbuhan)

THE EFFECT OF SUGARS TO VASE LIFE OF CUT FLOWER Chrysanthemum Sp.

  

(Empirical Study As Development Of Plant Physiology Practice Guide)

1) 2) 3) Baiq Nubuatun Haeri Ahyana , Prapti Sedijani , D.A Citra Rasmi 1)

  

Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram

2) 3) Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram

  Universitas Mataram, Jalan Majapahit No.62, Mataram Email: Baiqnubuatun@yahoo.co.id

  

ABSTRAK

  Bunga potong dalam vas tidak dapat bertahan lama, sehingga perlu dilakukan upaya mempertahankan kesegarannya, salah satunya adalah dengan penambahan gula. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penambahan gula trehalose dan sukrosa dengan mencari konsentrasi yang tepat dalam mempertahankan kesegaran bunga potong krisan (Chrysanthemum Sp.) sebagai bahan pengembangan petunjuk praktikum fisiologi tumbuhan. Penelitian ini merupakan penelitian ekperimen, yang dilakukan pada bulan Desember 2014- Januari 2015. Populasi dari penelitian ini adalah bunga krisan potong tipe spray, dengan sampel diperoleh dari toko bunga (tingkat umur, kemekaran yang seragam). Rancangan penelitian ini adalah RAL (rancangan acak lengkap) dengan penambahan gula sukrosa, trehalosa dan sorbitol (osmotik kontrol) pada konsentrasi 2%, 3%, 4% dan kontrol (air) kedalam vas bunga potong krisan (4 kali ulangan). Parameter meliputi ketahanan umur kesegaran bunga (hari), jumlah larutan yang terserap (ml), susut bobot (gr), dan jumlah koloni mikroorganisme yang tumbuh pada larutan vas (cfu/ml). Data dianalisis menggunakan uji parametrik Anava satu arah dilanjutkan uji Duncan dan uji non parametrik Kruskal- Wallis dilanjutkan uji Tukey non parametrik pada taraf signifikan kesalahan 0,05. Perlakuan terbaik untuk mempertahankan kesegaran bunga adalah trehalose 4% mampu mempertahankan rata-rata hingga 11,75 hari diikuti sukrosa 2% rata-rata selama 8,50 hari sementara perlakuan sorbitol 4% dan kontrol (air) masing-masing hanya bertahan selama rata-rata 3,75 dan 4,75 hari.

  

Kata kunci: Bunga Potong, Chrysanthemum Sp., Sukrosa, Trehalose, Kesegaran bunga

potong dalam vas.

  

ABSTRACT

  The vase life of cut flower does not stand long, it is necessary to treat the flower in order to prolong the vase life, such as by sugar addition. This research is conducted to study the effect of trehalose and sucrose addition to upon the vase life of Chrysanthemum Sp., and find their appropriate concentration for such purpose. This is an experiment study that is conducted in order to provide an empirical data to enrich laboratory manual of plant physiologi class. This research was done at December 2014-January 2015. The population of this research is

  

Chrysanthemum Sp. Spray type with the samples were those used in this experiment they

  were obtained from florist (same age and opening floret). Design of this research is Complately Random Sampling, by additing of sucrose, trehalose, sorbytol (as osmoticum control) at 2%, 3%, 4%, and water (control) into vas (4 repetition). The parameter of this research were vas life (days), the solution uptake (ml), weight loss (gr), colony of microorganism form units (cfu/ml). Parametric Analyses using Anova followed by Duncan test, and non parametric Kruskal-Wallis followed by Tukey were used as data analysing with significant error 0,05. Trehalose 4% give the longest vase life of Chrysanthemum Sp. (11,75 days), followed by sucrose 2% (8,50 days) much longer than sorbytol 4% and control (water) 3,75 days and 4,75 days respectively.

  Key word : Cut flower, Chrysanthemum Sp, Trehalose, Sucrose, Vase Life.

  PENDAHULUAN

  Masyarakat Indonesia memberikan apresiasi yang tinggi terhadap bunga potong. Bunga digunakan sebagai mediator berbagai ungkapan perasaan seperti rasa terima kasih, belasungkawa, bentuk dukungan, bunga juga dimanfaatkan untuk menghias interior maupun eksterior rumah, hotel, restoran, kantor, dekorasi berbagai pesta dan acara resmi sehingga bunga potong semakin memiliki prospek menguntungkan untuk dikembangkan (Zulkarnain, 2009). Terdapat beberapa jenis dan varietas tanaman hias berbunga yang menjadi mata dagang dipasaran lokal bahkan internasional seperti mawar, anggrek, anyelir, sedap malam, krisan, alpinia, dan lain-lain. Salah satu jenis tanaman hias yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah bunga krisan, selain sebagai tanaman hias juga menghasilkan bunga potong dengan nilai estetika tinggi. Krisan memiliki jenis yang beragam dengan pilihan warna, bentuk, dan ukuran, sehingga konsumen tidak akan bosan karena bunga nampak anggun dan cantik (Nuryanto, 2007).

  Bunga memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan hal ini akan mempengaruhi umur bunga potong dalam masa peragaan (vas). Bunga krisan akan layu setelah 2-3 hari setelah dipotong (Nuryanto, 2007), mawar antara 3-5 hari (Amiarsi dan Yulianingsih, 2012), sedap malam 4 hari pada suhu ruang dan 5 hari pada suhu AC (Sunarmani dan Amiarsi, 2011), alpinia 4-6 hari (Amiarsi dan Utami, 2011), sehingga menjadi hal yang sangat penting usaha untuk memperpanjang umur bunga dan mempertahankan kualitas bunga. Bunga potong masih melakukan proses biologis seperti respirasi dan transpirasi seperti ketika belum dipotong. Kesegaran bunga terbatas pada ketersediaan cadangan makanan dan air pada jaringan organ tumbuhan sehingga perlu asupan nutrisi dan air yang cukup dari luar sebagai bentuk usaha memepertahankan kesegaran. Upaya mempertahankan kesegaran bunga dilakukan dengan pengasaman larutan, penambahan zat pengatur tumbuh, bakterisida ataupun fungisida, dan zat nutrisi seperti gula.

  Trehalose adalah gula disakarida yang terdiri dari dua unit glukosa terhubung dalam α,α-1,1-rantai glikosida, ditemukan pada bakteri, ragi, jamur, ganggang, serangga, dan invertebrata sebagai sumber energi dan pertahanan diri terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (Elbein dkk., 2003). Trehalose memiliki sifat yang stabil terhadap kondisi lingkungan yang luas seperti suhu tinggi dan pH rendah (Avonce dkk., 2004), kadar garam dan suhu rendah (Garg dkk., 2002). Pada tanaman, konsentrasi trehalose sangat rendah dan sintesisnya dikontrol dengan sangat ketat, memiliki peran penting yakni menyelaraskan antara kebutuhan dengan ketersediaan energi melalui kontrol penggunaan energi yang tersedia (Dellate dkk., 2011).Trehalose dimanfaatkan untuk menjaga kualitas kandungan nutrisi, aroma buah, sayur, menjaga dan menstabilkan molekul kompleks salah satunya adalah antibodi yang merupakan molekul kurang stabil dan rentan dehidrasi, bahan tambahan kosmetik, serta mampu mempertahankan kesegaran bunga potong dalam vas (Iturriaga dkk., 2009). Keterbatasan air dan sumber energi pada bunga potong menjadi alasan penambahan trehalose sebagai zat tambahan dalam larutan bunga potong. Trehalose dengan konsentrasi 100 mM dan 50 mM masing-masing mampu mempertahankan umur kesegaran bunga potong gladiol dan tulip (Iwaya-Inoue dan Nonami, 2003). Menurut Iwaya-Inoue dan Takata (2001), pada bunga potong tulip dengan trehalose 50 mM bertahan 4 hari lebih lama dibandingkan kontrol. Belum dilaporkan pengaruh trehalose terhadap bunga potong krisan sedangkan perlakuan menggunakan sukrosa diaplikasikan dengan konsentrasi 2,7% (Wiraatmaja dkk., 2007). Menurut Hayshi dan Todoriki (1996), 2% sukrosa mampu menjaga kesegaran bunga potong krisan. Sukrosa merupakan suatu yang dibentuk dari monomer- monomernya yang berupa unitdengan rumus molekul C

  12 H

  22 O 11 .

  Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan (Ophardt, 2003). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penambahan sukrosa dalam larutan vas bunga potong mampu meningkatkan masa hidup dari mawar (Amiarsi dan Tejasarwana, 2011; Rezvanypour dan Osfoori, 2011; Amiarsi dan Yulianingsih, 2012), anyelir (Hoeberichts dkk., 2007; Iriani, 2009), pada alpinia (Yulianingsih dan Amiarsi, 2006; Amiarsi dan Utami, 2011), sedap malam (Suyanti, 2002; Shagiruddin, 2005).

  Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian efek penambahan trehalose terhadap kesegaran bunga potong krisan (Chrysanthemum Sp.) serta mengetahui hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pengaplikasian sukrosa, sebagai osmotik kontrol digunakan sorbitol.

  Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah trehalose, dan sukrosa mampu mempertahankan kesegaran bunga potong krisan (Chrysanthemum Sp.), serta konsentrasi yang tepat, dan bagaimana prosedur yang tepat dalam usaha mempertahankan kesegaran bunga potong krisan (Chrysanthemum Sp.) dikembangkan sebagai bahan pengembangan petunjuk praktikum fisiologi tumbuhan.

  D. Populasi dan sampel

  (air). Variabel terikat pada penelitian ini adalah kesegaran bunga potong krisan (Chrysanthemum Sp.) dengan parameter ketahanan umur kesegaran bunga (hari), susut bobot bunga (gr), jumlah larutan yang terserap (ml), dan jumlah koloni mikroorganisme yang tumbuh pada larutan vas (cfu/ml ).

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penambahan trehalose dan sukrosa dapat mempertahankan kesegaran bunga potong krisan (Chrysanthemum Sp.) dan konsentrasinya yang tepat serta memperoleh prosedur kerja yang tepat yang dapat digunakan sebagai bahan pengembangan kegiatan praktikum mata kuliah Fisiologi Tumbuhan.

METODE PENELITIAN

  B. Waktu dan Tempat Penelitian

  Waktu penelitian dimulai dari pembuatan proposal penelitian sampai pembuatan karya tulis pada bulan Agustus 2014 - Mei 2015. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2014

  C. Variabel penelitian

  Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penambahan trehalose, sukrosa, dan sorbitol (osmotik kontrol) dengan konsentrasi 2%, 3% dan 4% serta kontrol

  Jenis penelitian ini adalah eksperimen, menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor dengan 10 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah perlakuan Tr (trehalose), Sk (sukrosa), Sr (sorbitol) pada konsentrasi 2%, 3%, 4% dan kontrol (air).

  A. Jenis Penelitian

  Populasi penelitian ini adalah bunga potong krisan jenis spray, sedangkan sampelnya adalah bunga potong krisan spray (Chrysanthemum Sp.) yang diperoleh di toko bunga Puji, Jalan Catur Warga No. 14 Mataram.

  E. Alat dan Bahan

  Alat-alat : gunting, neraca analitik, wadah plastik, alat tulis, gelas kimia, cawan petri, tabung reaksi steril, pipet steril, tip pipet steril, vortex mixer, colony counter.

  Bahan-bahan : bunga krisan spray (Chrysanthemum Sp.), sterofoam, sukrosa, trehalose, sorbitol, air, Nutrient Agar, larutan fisiologis.

  • – Januari 2015. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi PMIPA
  • – FKIP Universitas Mataram.

  F. Prosedur Penelitian

  1. Persiapan awal Larutan dibuat dengan volume 50 ml.

  Larutan 2% ditambahkan masing-masing trehalose, sukrosa, dan sorbitol (osmotik kontrol) sebanyak 1 gram kedalam gelas ukur kemudian menambahkan pelarut (air) hingga volume mencapai 50 ml, sedangkan untuk membuat larutan 3% lakukan hal yang sama menambahkan masing-masing sebanyak 1,5 gram dan untuk membuat larutan 4% menambahkan masing-masing sebanyak 2 gram, kontrol hanya menggunakan pelarut (air). Wadah yang digunakan adalah wadah plastik dengan tinggi wadah 8 cm dan diameter wadah 6 cm, ditutup dengan sterofoam untuk menghindari terjadinya penguapan air atau larutan. Bunga dipilih dengan tingkat umur yang seragam, dengan panjang tangkai 10 cm, dan tingkat kemekaran yang seragam pula yaitu bunga mekar sempurna dengan ciri mahkota bunga terbuka maksimal 90 terhadap garis vertikal, mata bunga mulai mengembang atau menyembul diantara lingkar mahkotanya, berwarna cemerlang. Timbang berat setiap tangkai bunga dan dimasukkan kedalam wadah yang telah berisi larutan dengan konsentrasi yang telah ditentukan.

  Pengamatan kesegaran bunga dan penilaian dilakukan setiap hari. Pengamatan bunga dilakukan sejak bunga diletakkan dalam larutan hingga bunga menjadi layu.

  Perubahan penampilan fisik bunga menurut Wiraatmaja, dkk. (2007) dan dilakukan modifikasi sebagai berikut: a) bunga mekar sempurna; b) kuntum bunga tegak dengan mahkota segar, berwarna cerah; c) tangkai bunga segar berwarna hijau; d) ujung mahkota bunga lemas, mengering, menutup (keriput) atau menggulung ke dalam; e) mahkota bunga terbuka lebih dari 90 terhadap garis vertikal; f) terkulainya tangkai pada bagian dasar mahkota bunga, hingga mahkota bunga merunduk; g) tangkai berubah warna menjadi coklat; h) Terjadi perubahan warna menjadi lebih pucat atau memudarnya warna mahkota bunga.

  Penilaian dilakukan berdasarkan penampilan fisik bunga yang telah disebutkan diatas dengan bentuk pemberian skor (1, 2, dan 3), Skor 1 (Segar) : semua ciri a, b, c, yang dideskripsikan didalam teks Skor 2 (Kurang segar): salah satu atau kombinasi ciri d, e, f, g, dan h yang dideskripsikan didalam teks Skor 3 (layu/mati): semua ciri d, e, f, g dan h yang dideskripsikan didalam teks

2. Perlakuan

  Skor 1 Skor 2 Skor 3 Gambar 1. Pensekoran Bunga Krisan Sumber gambar : Data pribadi

  3. Kegiatan Akhir dan Pengumpulan ketika bunga mendapat skor 3 pada hari Data tetentu maka bunga dianggap mati pada hari

  A. Menghitung Susut Bobot. Penimbangan tersebut. Melalui pensekoran dapat dilihat berat bunga pada akhir pengamatan untuk ketahanan umur kesegaran bunga. mengetahui susut bobot bunga dengan D.

  Menghitung Koloni Mikroorganisme melakukan perhitungan sebagai berikut SB yang Tumbuh. Melakukan pengenceran selisih nilai susut bobot awal dan

  = B – B t ,

  • 6

  hingga 10 dan menumbuhkan akhir pengamatan dinyatakan sebagai nilai

  • 4

  mikroorganisme dari pengenceran ke-10 susut bobot bunga.

  • 6

  dan ke-10 masing-masing pada Nutrient Keterangan: SB

  = susut bobot Agar dari larutan vas bunga untuk kemudian B = bobot awal B t = bobot akhir ,

  dihitung dan dinyatakan dalam cfu/ml.

  B. Pengukuran Volume Larutan Terserap.

  G. Analisis Data

  Nilai selisih volume larutan awal dengan larutan akhir (sisa) merupakan nilai larutan Data diawali dengan uji Homogenitas dan normalitas, jika data yang terserap, dengan perhitungan normal dan homogen maka analisis data matematis sebagai berikut :

  

Larutan terserap = volume larutan awal (50 dengan statistik parametrik menggunakan uji

ml)

  • – volume larutan akhir.

  Anava satu jalur (one way) dilanjutkan

  C. Menghitung Ketahanan Umur Kesegaran dengan uji duncan, namun jika data tidak Bunga. Umur bunga dihitung melalui terdistribusi normal dan tidak homogen pemberian sekor bunga yang telah dilakukan maka dilakukan analisis data non parametrik setiap hari, bunga dengan skor 3 sudah uji Kruskal-Wallis dan uji lanjut tukey non dianggap mati, sedangkan bunga dengan skor 1 dan 2 dianggap masih hidup sehingga parametrik pada taraf signifikan kesalahan 0,05.

  Kesegaran bunga diamati setiap hari melalui pemberian skor (1, 2, dan 3) skor 1untuk kategori segar, 2 untuk kategori kurang segar dan 3 untuk layu. Bunga dianggap masih hidup ketika memperoleh skor 1 dan 2, sedangkan skor 3 sudah dianggap mati sehingga pada saat pengamatan pada hari tertentu memperoleh skor 3 dianggap mati pada hari tersebut. Hasil dari penelitian, rata-rata kesegaran bunga pada setiap perlakuan berbeda-beda. Hasil anlisis Anava (one way) dilanjutkan dengan uji Duncan ketahanan umur kesegaran bunga dapat dilihat pada tabel 1.

  Tabel

  1. Analisis Ketahanan Umur Kesegaran Bunga

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Parameter Ketahanan Umur Kesegaran Bunga

  Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda signifikan.

  Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa kesegaran bunga pada perlakuan kontrol (air) bertahan hingga 4,75 hari. Trehalose 4% dapat mempertahankan umur kesegaran bunga terlama (11,75 hari) setelah diletakkan dalam vas, selanjutnya perlakuan sukrosa 2% (8,50 hari) bersama trehalose 3% (8,25 hari) perlakuan tersebut berbeda nyata dengan semua perlakuan yang lain.

  Gambar 2. Bunga Krisan Ketika Perlakuan Keterangan: Kontrol (kiri), Trehalose 4% (Kanan) : Pada hari ke-6 Sumber : Dokumen pribadi Perlakuan Rata-rata

  Trehalose 2% 6,50 c Trehalose 3% 8,25 b Trehalose 4% 11,75 a Sukrosa 2% 8,50 b

  Sukrosa 3% 5,00 d Sukrosa 4% 4,00 e Sorbitol 2% 4,50 e Sorbitol 3% 3,75 e Sorbitol 4% 3,75 e Kontrol (Air) 4,75 e

  2. Parameter Susut Bobot

  Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara masing- masing perlakuan. Jumlah larutan terserap pada perlakuan trehalose 2% (4,82 ml), sukrosa 2% (4,75 ml), dan kontrol (4,00 ml), ketiga perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

  Trehalose 3% 3,05 b Trehalose 4% 3,00 c Sukrosa 2% 4,75 a Sukrosa 3% 3,12 b Sukrosa 4% 1,42 c Sorbitol 2% 1,72 c Sorbitol 3% 1,75 c Sorbitol 4% 1,55 c

  Kontrol (air) 1,12 c Perlakuan Rata-rata jumlah larutan terserap Trehalose 2% 4,82 a

  Sukrosa 2% 0,28 a Sukrosa 3% 0,37 b Sukrosa 4% 0,99 c Sorbitol 2% 1,18 c Sorbitol 3% 1,04 c Sorbitol 4% 1,37 c

  Perlakuan Rata-rata susut bobot Trehalose 2% 0,30 a Trehalose 3% 0,27 a Trehalose 4% 0,14 a

  Jumlah Mikroorganisme yang tumbuh pada larutan vas bunga potong, berbeda- beda. Hasil Analisis Kruskal-Wallis Rata- rata jumlah koloni mikroorganisme tidak berbeda signifikan pada semua perlakuan.

  4. Parameter Jumlah koloni Mikroorganisme Yang Tumbuh

  Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda signifikan.

  Susut bobot bunga menandakan kehilangan air yang terjadi pada bunga selama didalam vas. Hasil pengamatan rata- rata susut bobot bunga berbeda-beda pada setiap perlakuan. Hasil anlisis Anava (one

  Tabel 3. Anlisis Jumlah Larutan Terserap (ml)

  Volume larutan terserap diperoleh dengan mengurangi volume larutan awal (50 ml) dengan volume akhir. Rata-rata jumlah larutan terserap berbeda pada setiap perlakuan. Hasil analisis Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji tukey non parametrik jumlah larutan terserap dapat dilihat pada tabel 3.

  3. Parameter Larutan Terserap

  Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa susut bobot pada kontrol (air) sebesar 1,12 gram. Hasil pengamatan susut bobot terendah dialami pada perlakuan trehalose 4% (0,14 gram) tidak berebeda nyata dengan perlakuan trehalose 2%, 3%, sukrosa 2%, dan berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya.

  keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda signifikan.

  Tabel 2. Analisis Susut Bobot Bunga (gram)

  way ) dilanjutkan dengan uji Duncan susut bobot bunga dapat dilihat pada tabel 2.

  Kontrol (air) 4,00 a Data rata-rata koloni mikroorganisme yang mempertahakan umur kesegaran bunga lebih tumbuh dapat dilihat pada tabel 4. lama, berbeda nyata dari kontrol (air) dan perlakuan lainnya. Perlakuan trehalose 4%

  Tabel 4. Rata-Rata Koloni Mikroorganisme mempertahankan kesegaran bunga terlama Yang Tumbuh (cfu/ml) yakni mencapai 11,75 hari, sukrosa 2%

  Perlakuan Rata-rata mempertahankan kesegaran selama 8,50 hari

  8 Trehalose 2% 2,4805 X 10

  sedangkan kontrol hanya mampu

  8 Trehalose3% 4,215125 X 10

  mempertahankan kesegaran bunga selama

  8 Trehalose 4% 3,43075 X10

  8 4,75 hari.

  Sukrosa 2% 2,3295 X 10

  8 Sukrosa 3% 1,843125 X 10

  8 Ketahanan kesegaran bunga sangat

  Sukrosa 4% 3,08025 X 10

  8 Sorbitol 2% 1,000625 X 10

  berkaitan dengan susut bobot bunga dalam

  8 Sorbitol 3% 3,567375 X 10

  vas, semakin lama ketahanan kesegaran

  7 Sorbitol 4% 5,7175 X 10

  7

  bunga semakin rendah susut bobot. Hasil Kontrol (air) 1,125 X 10 analisis data susut bobot menunjukkan

  Berdasarkan tabel 4, diperoleh terdapat perbedaan pada semua perlakuan, mikroorganisme yang tumbuh pada larutan pada perlakuan trehalose 2%, 3%, 4%, vas bunga potong paling banyak pada sukrosa 2%, dan 3% mengalami penurunan perlakuan dengan trehalose 3% dengan rata- bobot yang berbeda nyata dari kontrol dan

  8

  rata jumlah koloni sebanyak 4,215125 X 10 perlakuan lainnya. Penurunan bobot

  cfu/ ml sementara rata-rata jumlah koloni

  terendah pada perlakuan trehalose 4% yang terendah terbentuk pada kontrol dengan berbeda signifikan dengan kontrol. Menurut

  7 jumlah koloni 1,125 X 10 ml. cfu/ Santoso (2011), organ panenan termasuk

  buah, sayur dan bunga potong akan Pengamatan kesegaran bunga pada melangsungkan proses tranpirasi penelitian ini melalui empat parameter yaitu

  (kehilangan air) dan respirasi yang ketahanan umur kesegaran bunga, susut melibatkan substrat cadangan yang terdapat bobot, jumlah larutan terserap dan jumlah didalam jaringan sehingga terjadi penurunan koloni mikroorganisme yang tumbuh pada bobot. larutan vas bunga potong. Berdasarkan hasil pengamatan, penambahan gula pada larutan

  Data jumlah larutan yang terserap vas bunga potong krisan mampu oleh bunga potong pada masing-masing mempertahankan kesegaran bunga. perlakuan berbeda. Jumlah larutan terserap

  Penambahan trehalose pada konsentrasi 2%, pada perlakuan trehalose 2% (4,82 ml), 3%, 4% serta sukrosa 2%, dan 3% mampu sukrosa 2% (4,75 ml) pada kontrol (4,00 ml), ketiga perlakuan ini berbeda nyata dengan semua perlakuan yang lain. Pengamatan pada perlakuan dapat dilihat bahwa semakin rendah konsentrasi larutan, maka semakin tinggi jumlah larutan terserap. Menurut Ichimura dan Pun (2003), konsentrasi gula yang semakin tinggi akan menghambat kemampuan penyerapan bunga karena semakin tinggi konsentrasi gula maka larutan akan semakin pekat sehingga lebih sukar untuk terserap.

  Trehalose 4% dalam penelitian ini memberikan kesegaran paling lama dan dengan penurunan bobot terendah. Kemungkinan kesegaran tersebut disebabkan oleh kemampuan trehalose dalam menyelaraskan kebutuhan dan ketersediaan energi yang menjadi faktor pembatas masa hidup bunga didalam vas dengan menurunkan penggunaan cadangan energi pada jaringan. Menurut Dellate dkk. (2011), pada tanaman, trehalose hampir tidak terdeteksi karena konsentrasinya sangat rendah, sintesisnya dikontrol dengan sangat ketat, namun memiliki peranan penting yakni menyelaraskan antara kebutuhan dengan ketersediaan energi. Penyerapan larutan pada perlakuan trehalose 4% lebih rendah dan berbeda nyata dari kontrol serta perlakuan trahalose pada konsentrasi yang lebih rendah (2%, dan 3%) namun memiliki ketahanan kesegaran yang paling lama, hal tersebut kemungkinan karena trehalose mampu mempertahankan air didalam jaringan, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Iwaya-Inoue dan Nonami (2003) yang membuktikan bahwa turgor petal pada bunga potong tulip dan gladiol lebih tinggi pada perlakuan trehalose dibandingkan kontrol, hal tersebut diperkuat oleh Iwaya-Inoue dkk. (1999), yang menunjukan bahwa trehalose mampu menurunkan kebocoran ion pada sel karena mampu mempertahankan struktur membran. Iturriaga, dkk. (2009) menegaskan bahwa dalam keadaan lingkungan yang dapat menyebabkan sel dehidrasi, keadaan suhu ekstrim, trehalose mampu membentuk ikatan hidrogen dengan materi biologi sehingga trehalose mampu mempertahankan turgor sel.

  Perlakuan sukrosa 2% memberikan kesegaran lebih lama 3,75 hari dibandingkan kontrol. Menurut Ichimura dan Pun (2003), sukrosa mampu mempertahankan kesegaran bunga dengan menyediakan substrat tambahan untuk respirasi, meningkatkan keseimbangan air, menghambat produksi etilen, dan menurunkan sensitifitas terhadap etilen. Wills (1998), menggambarkan bahwa sukrosa diubah menjadi glukosa dan fruktosa yang merupakan subsrat dalam respirasi. Kemungkinan sukrosa sebagai tambahan substrat respirasi dapat mengurangi perombakan cadangan substrat yang terdapat didalam jaringan sehingga mengurangi penurunan bobot. Penyerapan larutan pada perlakuan sukrosa 2% sebanyak 4,75 ml yang tidak berbeda nyata dari kontrol namun memberikan efek kesegaran yang lebih lama.

  Menurut Santoso (2011), salah satu penyebab penurunan kualitas organ panenan, termasuk bunga potong adalah infeksi mikroorganisme yang akan merusak jaringan bunga sehingga menghambat penyerapan larutan dan meningkatkan produksi etilen. Penelitian lain yang dikemukakan oleh Ichimura dkk. dalam Locke (2010), menyatakan bahwa ketahanan kesegaran bunga potong tidak berbeda nyata antara perlakuan dengan penambahan antibiotik HQS (8-hydroxyquinoline sulphate) dan kontrol yang mengandung air saja dalam larutan vas bunga, namun berbeda nyata dengan penambahan sukrosa. Hasil pengamatan pertumbuhan mikroorganisme pada penelitian ini, menunjukkan bahwa jumlah koloni mekroorganisme tidak berbeda signifikan pada semua perlakuan meskipun memiliki ketahanan kesegaran bunga yang berbeda- beda. Hal ini menunjukan mikroorganisme dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang berbeda antara perlakuan penambahan gula trehalose, sukrosa dengan kontrol.

  Penambahan 4% trehalose mampu mempertahankan kesegaran bunga potong krisan (Chrysanthemum Sp.) lebih lama 3,75 hari dibandingkan sukrosa 2%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Otsubo dan Iwaya-Inoue (2000), bahwa trehalose mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan perlakuan menggunakan gula lain seperti sukrosa, glukosa dan maltosa.

  Trehalose 100 mM mampu memperpanjang umur bunga potong gladiol lebih lama 2 hari dibandingkan gula lain. Penelitian lain pada bunga alstroemeria dengan konsentrasi 60 mM mampu memperpanjang umur bunga lebih lama 1 hari dbandingkan perlakuan menggunakan sukrosa dengan konsentrasi yang sama (Asil dan Roein, 2012).

  Berdasarkan uraian diatas penambahan gula, baik trehalose 4% maupun sukrosa 2% dapat memepertahankan kesegaran bunga lebih lama dibandingkan menggunakan air. Kesegaran bunga potong yang lebih tahan lama akan memberikan kepuasan tersendiri bagi para pecinta bunga potong, mengurangi intensitas penggantian bunga dalam vas, dan menghemat biaya. Hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi penjual bunga guna memperlama masa jual bunga. Manfaat lain dari penelitian ini adalah tersedianya metode dan data empiris sebagai pengembangan bahan/acuan petunjuk praktikum fisiologi tumbuhan.

KESIMPULAN DAN SARAN

  Kesimpulan ________. dan R. Tejasarwana, 2011.

  1. Trehalose mampu mempertahankan

  Pengawet Untuk Menjaga Kualitas Bunga Potong Mawar Selama

  kesegaran bunga potong krisan

  Penyimpanan. J. Hort. 21 (3): 274-

  (Chrysanthemum Sp.) pada 279. (online),

  

  penambahan konsentrasi 4% selama rata-rata 11,75 hari.

  Diakses pada tanggal 3 Agustus 2014.

  2. Sukrosa mampu mempertahankan kesegaran bunga potong krisan ________. dan Yulianingsih. 2012. (Chrysanthemum Sp.) pada

  Pengaruh Pengemasan dan Penyimpanan terhadap Masa

  penambahan konsentrasi 2% selama Kesegaran Bunga Mawar Potong. rata-rata 8,50 hari.

  J. Hort. 22 (1): 94-101. (online),

   3.

  Hasil penelitian dapat dijadikan

  Diakses pada

  bahan pengembangan petunjuk tanggal 1 September 2014. praktikum Fisiologi Tumbuhan.

  Asil, M. H. dan Z. Roein. 2012. Beneficial Saran

  Effect of Carbohydrate Solutions on Postharvest Characteristics of Cut Alstromeria . Vol.3, No. 1.

  1. Untuk mempertahankan kesegaran 2012. Pp. 85-98.(online), bunga potong (Chrysanthemum Sp.)

  

  dapat dilakukan penambahan

  Diakses pada tanggal 3

  trehalose pada konsentrasi 4% atau Desember 2014. sukrosa pada konsentrasi 2%. Avonce, N., B. Leyman., J. O. Mascorro- Gallardo., P. V. Dick., J. M.

  2. Untuk peneliti selanjutnya dapat Thevelein., dan G. Iturriaga. 2004. melakukan penelitian efek gula The Arabidopsis Trehalose-6-P

  Synthase AtTPS1 Gene Is regulator

  terhadap kesegaran bunga potong

  of Glucose, Abscisic Acid, and jenis lain melalui penambahan Stress Signaling . Plant Phisyol.

  Vol. 136, pp. 3649-3659. konsentrasi trehalose yang lebih luas.

  Dellate, T. L., P. Sedijani., Y. Kondou., M.

  DAFTAR PUSTAKA Matsui, G. J. de Jong., G. W.

  Amiarsi, D. dan P.K. Utami. 2011. Peranan Somsen., A. Wiese-Klinkenberg., L. F. Primavesi., M. J. Paul., dan

  Larutan Pengawet terhadap Mutu

  H. Schluepmann. 2011. Growth

  Bunga Potong Alpinia Selama Peragaan. J. Hort. 21(2):185-190. Arrest by Trehalose-6-Phosphate:

  (online), An Astonishing Case of Primary

  Diakses pada Way of the SnRK1 Signaling Pathway. Plant physiology, tanggal 1 September 2014.

  September 2011. Vol. 157, pp. 160-174. (online),

   Diakses

  380; doi: 10.3390/ijms 10093793. (online),

  Diakses pada

  tanggal 9 september 2014. Iwaya-Inoue, M., M. Otsubo. dan G. watanabe. 1999. Cellular Water

  Status in Flower Petals During Senescence . Cryobiol.

  Cryotechnol. 45:21-27 _____________. dan M. Takata. 2001.

  Trehalose Plus Chlroramphenicol Prolong The Vase Life of Tulip Flower. Hort science 36 (5):946-

  950. (online),

  pada tanggal 7 september 2014 _____________., dan H. Nonami. 2003.

  2009. Trehalose Metabolism:

  Effects of Trehalose on Flower Senescence from the View Point of Physical States of Water .

  Environment Control in Biol, 41 (1), 3-15. (online),

  

  Diakses pada 4 September 2014. Locke, E. L. 2010. Extending Cut Flower

  Vase Life by Optimizing Carbohydrate Status: Preharvest Conditions and Preservative Solution. North Carolina State

  University. Nuryanto, H. 2007. Budidaya Tanaman Krisan . Jakarta : Ganesha Exact.

  Ophardt, E. 2003. Sucrose. (online),

  From Osmoprotection to Signaling. Int. Mol. Sci. 10,3793-

  Diakses pada tanggal 3 Februari 2015. Iturriaga, G., R. Suarez., dan B. N. Franco.

  Diakses pada

  Trehalose Acumulation in Rice Plant Confers High Tolerance Levels to Different Abiotic Stress.

  tanggal 3 September 2014. Elbein, A. D., Y. T. Pan., I. Pastuszak, dan

  D. Carroll. 2003. New insights on

  trehalose: a multifunctional molecule. Glycobiology vol. 13 no.

  4 pp. 17R ± 27R. (online),

  Diakses pada

  tanggal 3 Desember 2014. Garg, A. K., K. J. K. Ju-Kon., J. K.

  Thomas., H. G. Owens., A.P. Ranwala., Y. D. Choi., L. V. Kochian., dan R. J. Wu. 2002.

  Proc. Natl Aca Sci. 10: 99 (25) : 15898-15903.

  

  Hoeberichts, V. A., W. G. V. Doorn., O.

  Vorst., R. D. Hall., dan M. F. V. Wordragen. 2007. Sucrose

  prevents up-regulation of senescence-associated genes in carnation petals.

  Journal of Experimental Botany 58: 2873- 2885. (online),

  Diakses pada

  tanggal 9 september 2014. Ichimura, K. dan U. K. Pun. 2003. Role of

  Sugar in Senescence and Bioshynthetis of Ethylene in Cut Flower . JARQ 37 (4), 219-224.

  2003. (online),

   Diakses pada 15 juli 2014.

  Otsubo, M. dan M. Iwaya-Inoue. 2000.

  21(2):191-196. (online),

  16(3):253-257. Zulkarnain,

  Bunga Potong Alpinia . J. Hort.

  Formula Larutan Pulsing untuk

  Diakses pada tanggal 7 september 2014. Yulianingsih., D. Amiarsi. dan Sabari. 2006.

  

  Agritrop, 26 (3) : 129 - 135 (2007) issn : 0215 8620. (online),

  Memperpanjang Kesegaran Bunga Potong Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) dengan Larutan Sukrosa Dan Asam Sitrat .

  N. Devianitri. 2007.

  Wiraatmaja, I. W., I. N. G. Astawa, dan N.

  Edisi ke-4. Washington.

  Wills, R., B, Mc Glasson., D, Graham., 1988. Post harvest an introduction to the physiology and handling.

  Bunga Sedap malam . Jurnal litbang Pertanian 21 (1), 2002.

  tanggal 9 september 2014. Suyanti. 2002. Teknologi Pasca Panen

  Diakses pada

  Karakteristik Mutu dan Ketahanan Simpan Bunga Potong Sedap Malam di Sentra Produksi . J. Hort.

  Trehalose Delays Senescence in Cut Gladiolus Spikes. Hortsience

  Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Sunarmani. dan D. Amiarsi. 2011.

  dan Sukrosa dalam Mempertahankan Kesegaran Bunga Potong Sedap Malam (Polyanthes tuberosa). skripsi (S1),

  Bahan Ajar. Fakultas Pertanian UNRAM. Shagiruddin. 2005. Kemampuan Asam Sitrat

  Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura.

  ______________. dan B. S. Purwoko. 1995.

  pada 25 Agustus 2014.

  Pada Komoditi Panenan Hortikultura . Bahan Ajar (online), . Diakses

  pada tanggal 7 september 2014. Santoso, B. B. 2011. Fisiologi dan Biokimia

  Diakses

  Research in Agricultural Science Vol. 7, No. 2 (2011), Pages: 133- 139. (online),

  Effect of Chemical Treatments and Sucrose on Vase Life of Three Cut Rose Cultivars. Journal of

  Diakses pada 4 September 2014. Rezvanypour, S. dan M. Osfoori. 2011.

  

  35 (6): 1107-1110. (online),

  H. 2009. Dasar-dasar Holtikultura . Bumi Aksara. Jakarta.