8.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan 8.1.1.1 Arah Kebijakan - DOCRPIJM 1479526014BAB 8 RPI2JM Bone Aspek Teknis per Sektor OK

  Bab Aspek Teknis Per Sektor

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

8.1 Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,

  permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman di Kabupaten Bone terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

8.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

8.1.1.1 Arah Kebijakan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada peraturan perundangan, antara lain :

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bag i seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya. KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

  

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2015.

  Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bone dilaksanakan dengan upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh, perkotaan, dan desa Nelayan. Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana ( infrasruktur ) Permukiman di kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa / Desa Pusat Pertumbuhan dan pada Desa terpencil / Desa tertinggal melalui prog ram pemberdayaan masyarakat. Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1 Tahun 2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut : A.

  Tugas 1.

  Pemerintah Pusat

  a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.

  c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan

  e) kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.

  f) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional. KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

  

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

2.

  Pemerintah Provinsi

  f) Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang -undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

  d) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  c) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

  b) Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

  g) Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR.

  f) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  e) Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

  d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

  c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.

  a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.

h) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

e) Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

b) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.

  

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

kabupaten/kota.

  e) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang- undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada

  Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

  Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. j)

  h) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. i)

  g) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  f) Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

  d) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

  g) Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

  c) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  a) Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.

  Pemerintah Pusat

  B. Wewenang 1.

  Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k) Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

  Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman. j)

  h) Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasio nal. i)

2. Pemerintah Provinsi

  

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

tingkat provinsi.

  b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bid ang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  d) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang - undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  e) Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  f) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

  g) Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.

  h) Menetapkan Kebijakan dan Strategi daerah dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

  a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  d) Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undanganserta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  e) Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.

  f) Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

  g) Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

  h) Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota. i)

  Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

8.1.1.2 Lingkup Kegiatan

  Prioritas pembangunan permukiman di Kabupaten Bone adalah :

  a. Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan tertuju pada Desa/ kelurahan di Kecamatan Tanete Riattang Timur, Tanete Riattang Barat dan Tanete Riattang khususnya pada Kelurahan Bajoe, Toro dan Lonrae di Kecamatan Tanete Riattang Timur sebagai prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan di Kabupaten. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan.

  b.

  Pembangunan infrasturktur perdesaan; Program pembangunan infrastruktur perdesaan tahun 2012, 2013, dan 2014 serta sampai pada tahun 2015 diarahkan kepada desa- desa tertinggal dalam rangka pengentasan kemiskinan dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat, sasaran yang dicapai adalah menyeluruh di 27 kecamatan.

8.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

8.1.2.1 Isu Strategis

  Setiap Kabupaten/Kota perlu melakukan identifikasi isu-isu strategis didaerahnya, berikut penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten Bone yang disajikan pada tabel 8.1.

  

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Tabel 8.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bone No Strategis Keterangan

  Kedudukan Kawasan Perkotaan Watampone baik secara geografis maupun dalam tatanan kebijakan spasial nasional dan provinsi yang menempatkannya sebagai pusat pelayanan regional (Pusat Kegiatan Wilayah; PKW) dalam berbagai kegiatan pembangunan, jelas ini menjadi faktor kuat menarik arus penduduk masuk ke kawasan ini. Kedudukan Kawasan Perkotaan

  1 Watampone baik secara geografis maupun dalam tatanan kebijakan spasial nasional dan provinsi yang menempatkannya sebagai pusat pelayanan regional (Pusat Kegiatan Wilayah; PKW) dalam berbagai kegiatan pembangunan, jelas ini menjadi faktor kuat menarik arus penduduk masuk ke kawasan ini. Secara historis, dalam lintasan sejarah peradaban masyarakat Sulawesi Selatan, salah satu dari tiga kerajaan besar di jazirah Sulawesi adalah Kerajaan Bone yang berdiri sejak tahun 1330 dan mencapai puncak kejayaannyanpada pertengahan abad ke-17 pada masa pemerintahan

  2 Latenritatta T owappatunru Daeng Serang Datu Mario Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta T orisompae Matinroe ri Bontoala, menjadi bukti sejarah bahwa pada jaman dulu Wilayah Bone telah menjadi pusat pemerintahan sebuah kerajaan besar, beserta berbagai kegiatan masyarakat lainnya, termasuk permukiman penduduk. Fungsi dan peran PKW Watampone sebagai tempat pemusatan berbagai aktivitas wilayah, seperti pemusatan permukiman perkotaan, pusat pelayanan

  Kota Watampone kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan pemerintahan, tentunya memerlukan pendekatan pola penanganan yang lebih terpadu, terintegrasi, komprehensif, dan berkelanjutan guna mewadahi aktivitas masyarakat dalam satu tatanan

  3 pengaturan pemanfaatan ruang yang harmonis, nyaman, dan produktif, sehingga dalam mengelola kawasan perkotaan Watampone ini perlu melibatkan berbagai sektor pembangunan. Penting bagi kawasan perkotaan ini menjadikan bidang ke-ciptakaryaan sebagai katalisator penciptaan lingkungan perkotaan yang layak huni.

  Orientasi kawasan perkotaan pada Kawasan Perkotaan lingkungan perkotaan yang layak huni. permukiman Watampone ini sebagian ke pesisir T eluk Bone, 4 dimana berkembang kelompok permukiman nelayan yang kondisinya cukup memprihatinkan utamanya dari aspek prasarana dan sarana dasar lingkungan permukiman. Alokasi realisasi program peningkatan kualitas lingkungan permukiman pada Kawasan Perkotaan Watampone ini belum mampu mengatasi secara

  5 signifikan permasalahan-permasalahan di seputar permukiman perkotaan, terutama kawasan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah. Kawasan perkotaan Watampone menjadi pusat distribusi pergerakan lintas provinsi dari/ dan ke Makassar

  • – Kendari melalui Pelabuhan Penyeberangan

6 Bajoe, yang tentunya menjadikan kawasan ini sebagai tempat transit bagi pelintas di jalur trans sulawei tersebut.

  Sumber: SPPIP Perkotaan Bone 2012 Kondisi Eksisting

8.1.2.2 Kondisi prasarana dan sarana permukiman secara kuantitas menyebar baik diperkotaan

  maupun di daerah pedesaan seperti peningkatan kualitas lingkungan perumahan kota, pembangunan KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

  • – desa tertinggal dan pengembangan wilayah kecamatan terisolir, dimana pada saat ini kondisi jalan lingkungan yang layak baru mencapai 2.014,19 KM sedangkan jalan yang kurang layak (jalan Tanah) masih ada sepanjang 1.387,81 KM. Pada saat ini kawasan kumuh di Kabupaten Bone mencapai 85 Ha dengan jumlah rumah sebanyak 43.841 KK yang mencakup penduduk di kawasan tersebut sebesar 219.200 Jiwa.

  A Kawasan Kumuh

  1 Jalan Lingkungan Layak 2.014,19 KM

  4 Prosentase Penduduk di Kawasan Kumuh 30,08% B Jalan Lingkungan

  3 Jumlah Rumah di Kawasan Kumuh 43.841 KK

  2 Jumlah Penduduk di Kawasan Kumuh 219.200 Jiwa

  85 Ha

  1 Luas Kawasan Kumuh Perkotaan

Tabel 8.3. Kondisi Eksisting bidang Permukiman di Kabupaten Bone No Kondisi Eksisting Keterangan

  

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

  3 Perda Kabupaten Bone tentang Rencana T ata Ruang Wilayah (RT RW) Kabupaten Bone T ahun 2011 - 2031; Sumber: SPPIP Perkotaan Bone 2012

  2 Perda Kabupaten Bone tentang Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bone;

  

1 Perda Kabupaten Bone tentang Rencana Program Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bone

  PERDA

Tabel 8.2. PERDA yang terkait Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bone No

  Program/kegiatan pembangunan permukiman berdasarkan tingkat permasalahan sosial ekonomi masayarakat baik perkotaan maupun di pedesan seperti peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan/ nelayan, pembangunan infrastruktur pedesaan, yang lebih baik diperioritas kan pada desa

  infrastruktur pedesaan seperti peningkatan jalan/jembatan desa, ketersediaan air minum dan sanitasi serta fasiilitas umum lainnya. Ditinjau dari tingkat penyediaan PSD masih menunjukkan adanya indikator keterbatasan berkaitan dengan tingkat kebutuhan pelayanan kepada masyarakat terutama di daerah pedesaan

  2 Jalan Lingkungan Kurang Layak (jalan tanah) 1.387,81 KM Sumber: Distarkim Kab Bone 2015

8.1.2.3 Permasalahan

  Masalah permukiman dapat dilihat pada dinamika perkembangan kota dan wilayah, serta konflik di dalam kehidupan bermasyarakat. Permasalahan pembangunan permukiman di Kabupaten Bone adalah : 1.

  Masih Luasnya Kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

4. Aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat.

8.1.2.4 Tantangan

  Secara umum yang menjadi tantangan pembangunan dan pengembangan permukiman di Kabupaten Bone dapat diuraikan sebagai berikut : 1.

  Kelembagaan daerah yang menangani bidang kecipta-karyaan masih lemah dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan permukiman.

  2. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

  3. Pelaksanaan pembangunan bidang perumahan/ permukiman belum optimal, hal ini dipengaruhi oleh faktor ketersediaan sumberdaya manusia, organisasi, ketatalaksanaan, serta dukungan prasarana dan sarana dasar.

  4. Aspek pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman, dalam hal ini mengintensifkan pembiayaan melalui sumber-sumber pembiayaan dari pihak swasta dan swadaya masyarakat, tentunya didukung oleh APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN.

  5. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya yang masih rendah

  6. Aspek peran serta masyarakat, lemahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi sebagai pendampingan dalam pengembangan permukiman baik secara individual maupun organisasi masyarakat yang ada.

  7. Penguatan Sinergi SPPIP/RPKPP dalam penyusunan RPIJM Kabupaten.

  

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

8.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

  Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bone, yaitu dari aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat, maka sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang direkomendasikan sebagai berikut :

  1. Kelembagaan yang menangani bidang kecipta-karyaan khususnya pengembangan permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan fungsi (tupoksi) yang jelas serta penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki.

  2. Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya oleh Satker berada dalam SKPD.

  3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani program/ kegiatan pengembangan permukiman baik individu maupun organisasi masyarakat.

  4. Optimalisasi peningkatan peran serta swasta dalam penyelenggaraan pembangunan sektor perumahan dan permukiman.

8.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

8.1.4.1 Program Kerja 1.

  Pembinaan Pengembangan Permukiman a.

  Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) b. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) 2. Infrastruktur Kawasan Pemukiman Perkotaan a.

  Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh b. Peningkatan Infrastruktur Kawasan RSH

  3. Rusunawa Beserta Infrstuktur Pendukungnya

  4. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan a.

  Pembangunan/Peningkatan Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial b. Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana c. Infrastruktur Kawasan Pemukiman di Perbatasan dan Pulau te rluar 5. Pemberdayaan Masyarakat (PPIP, PISEW, dan RIS PNPM).

8.1.4.2 Kesiapan (Readiness Criteria)

  

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

  Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut :

  1. Umum  Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

   Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.  Kesiapan lahan (sudah tersedia).  Sudah tersedia DED.  Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, Masterplan Kws.

  Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)  Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

   Ada unit pelaksana kegiatan.  Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

  2. Khusus

  a) Rusunawa

   Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA  Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh  Kesanggupan Pemda untuk menyediakan Sambungan Listrik, Air Bersih, dan PSD lainnya  Ada calon penghuni

  b) PNPM Perkotaan  Lokasi adalah kelurahan perkotaan mengacu data PODES 2008 dan sudah ditetapkan oleh Menko Kesra 

  Kel. perkotaan dengan penduduk miskin ≥ 10%  Dipilih kelurahan yang belum mendapatkan 3 kali putaran BLM dan yang sudah, tetapi jumlah KK miskin ≥ 25%  Kab/Kota menyediakan : o

  DDUB sebesar 20 – 30% o BOP minimal 5% dari pagu BLM kab/kota

   Provinsi menyediakan BOP 1% dari Pagu BLM Provinsi c) RIS PNPM  Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

   Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.  Tingkat kemiskinan desa >25%.  Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.

  d) PPIP

   Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI  Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta

  Karya lainnya  Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik  Tingkat kemiskinan desa >25%

8.1.5 Usulan Program dan Kegiatan

  Sasaran yang dicapai dalam pembangunan permukiman di Kabupaten Bone memasuki tahun 2015 adalah Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan di kelurahan Bajoe, Toro dan Lonrae di Kecamatan Tanete Riattang Timur sebagai prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan di Kabupaten Bone. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan. Berikut Uraian Rencana Kegiatan Prioritas Keciptakaryaan sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bone yang diperlihatkan pada tabel 8.4.

Tabel 8.4. Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Bone 2015-2019

TAHUN URAIAN KEGIATAN DETAIL LOKASI ANGGARAN

  1

  2

  3 LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN

  INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

  

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN (RPKPP)

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota Watampone T. Riattang Timur Kec Tanete Riattang Timur

  Pengembangan Kawasan Kec. Tellu Siattingnge Kec. Tellu Siattingnge 2018 Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota Watampone Kec Tanete Riattang Kec Tanete Riattang 2019 Penyediaan PSD Bag Kawasan RSH Kota Watampone Kec Tanete Kec Tanete Riattang 2019

  Riattang Kec Tanete Riattang 2018 Pengembangan Kawasan Kec. Dua Boccoe Kec. Dua Boccoe 2018

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota Watampone Kec Tanete Riattang Kec Tanete Riattang 2018 Penyediaan PSD Bag Kawasan RSH Kota Watampone Kec Tanete

  Kec Tanete Riattang Barat 2017 Pengembangan Kawasan Kec. Lamuru Kec Lamuru 2017

  Barat 2017 Penyediaan PSD Bag Kawasan RSH Kota Watampone Kec Tanete Riattang Barat

  Pengembangan Kawasan Kec. Bengo Kec. Bengo 2016 Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota Watampone Kec Tanete Riattang Barat Kec Tanete Riattang

  Kec Tanete Riattang Timur 2016 Pengembangan Kawasan Kec. Lappariaja Kec. Lappariaja 2016

  Timur 2016 Penyediaan PSD Bag Kawasan RSH Kota Watampone T. Riattang Timur

  2015 Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota Watampone T. Riattang Timur Kec Tanete Riattang

  Kec Tanete Riattang 2019

  Pengembagan Kawasan Perkotaan Kec Tanete Riattang Timur Kec Tanete Riattang Timur 2015

  Kec Tanete Riattang 2018 Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kota Watampone Kec Tanete Riattang Kec Tanete Riattang 2019 Rehabilitasi Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah Kota Watampone Kec Tanete Riattang

  Kota Watampone Kec Tanete Riattang Kec Tanete Riattang 2018 Rehabilitasi Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Kota Watampone Kec Tanete Riattang

  Kec Tanete Riattang Barat 2017 Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh

  2016 Pengembangan Kawasan Kec. Lappariaja Kec. Lappariaja 2016 Pengembangan Kawasan Kec. Bengo Kec. Bengo 2016 Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kota Watampone Kec Tanete Riattang Kec Tanete Riattang 2017 Rehabilitasi Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Kota Watampone Kec Tanete Riattang Barat

  Penyediaan PSD Bag Kawasan RSH Kota Watampone T. Riattang Timur Kec Tanete Riattang Timur

  Watampone T. Riattang Timur Kec Tanete Riattang Timur 2016

  Kec Tanete Riattang Timur 2016 Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota

  Barat 2016 Rehabilitasi Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Kota Watampone Kec. T. Riattang Timur

  2015 Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kota Watampone Kec Tanete Riattang Barat Kec Tanete Riattang

  Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kota Watampone Kec Tanete Riattang Timur Kec Tanete Riattang Timur

  Pengembagan Kawasan Perkotaan Kec. T. Riattang Barat Kec Tanete Riattang Barat 2016

INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN RSH YANG MENINGKAT KUALITASNYA

  Riattang Pengembangan Kawasan Kec. Kahu Kec. Kahu 2019 Pengembangan Kawasan Kec. Libureng Kec. Libureng 2019

RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA

  Pembangunan Rusunawa Beserta Inrastruktur Pendukungnya Kws Kota Watampone 2017 Peningkatan/Pembangunan Rusunawa Beserta Inrastruktur Kws Kota Watampone 2018 Pendukungnya

  INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN Pengembangan Infrastruktur Kawasan Kec. Bengo Desa Samenre Kec. Bengo 2015 dan Desa Selli Pengembangan Kawasan Strategi Kabupaten kec. Bengo Desa

  Kec. Bengo 2015 Samenre dan Desa Selli Pengembangan Infrastruktur Kawasan Kec. Cenrana ( 5 Desa ) Kec. Cenrana 2016 Desa Cenrana, Watang Cenrana, Ujung Tanah, Panyiwi, Latonro Pengembangan Infrastruktur Kawasan Kec. Cenrana (6 Desa)

  Kec. Cenrana 2017 Desa Watangta, Pacubbe, Pallae, Watu, Nagauleng, Laoni Pengembangan Infrastruktur Kawasan Kec. Bontocani (4 Desa) Kec. Bontocani 2018 Desa Bana, Watangcani, Bulu Sirua, Bontojai Pengembangan Infrastruktur Kawasan Kec. Tellu Limpoe (2 Desa)

  Kec. Tellu Limpoe 2019 Desa Tondong dan Pallawa Sumber : Usulan Prioritas Keg Keciptakaryaan Sektor Pengembangan Permukiman Kab Bone T.A 2015-2019

  PENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN

  8.2

8.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten Bone yaitu :

  1. Bantuan teknis penyusunan pedoman pembangunan ge dung dan lingkungan.

  2. Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat 3.

  Penyusunan NPSM sebagai tindak lanjut UU No. 28/2002 dan PP No. 36/2005 4. Pembinaan penyelenggaraaan bangunan gedung kepada pemangku kepentingan terkait

  5. Bantuan teknis pembangunan bangunan gedung dan pelayanan pengelolaan rumah Negara

  6. Penataan lingkungan permukiman kumuh, nelayan dan tradisional melelui pemberdayaan masyarakat.

  7. Penataan dan revitalisasi bangunan gedung bersejarah dan lingkungannya. Bidang Tata Bangunan Kabupaten Bone mempunyai fungsi : 1.

  Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya mengacu pada norma, standart, prosedur dan kriteria yang ada;

  

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

  2. Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya;

  3. Pelaksanaan pembinaan teknis penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya;

  4. Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;

  5. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi :

  1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman  Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);  Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);  Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;  Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

  2. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung  Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;  Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;  Pelatihan teknis.

  3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan  Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;  Paket dan Replikasi

8.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

8.2.2.1 Isu Strategis 1.

  Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan; Masalah kemiskinan di Kabupaten Bone sudah sangat mendesak untuk ditangani khususnya di Perkotaan. Di mana salah satu ciri umum dari kemiskinan adalah minimnya infrastruktur Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) yang memadai, kualitas lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan memperkuat KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

  

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA kelembagaan masyarakat dan menjalin kemitraan dengan masyarakat melalui program P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) Kabupaten Bo ne.

  2. Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh; Permukiman kumuh adalah permukiman yang kualitas lingkungannya sangat tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang sangat tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang, kepadatan dalam luasan sangat tinggi, kualitas bangunan tidak memadai dan tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan hidup dan penghidupan penghuninya. Upaya penataan kawawan kumuh tidak hanya pada aspek fisik saja tetapi juga melaui Konsep TRIDAYA/bersejarah tersebut.

  3. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah; Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang tinggi. Di sisi lain kawasan disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata dengan baik bahkan mengalami penurunan kualitas lingkungan. Demi menjaga kelestarian nilai budaya dari masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan upaya revitaliasasi kawasan tradisional Kabupaten Bone.

  4. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara Merupakan kegiatan berupa pengadaan, pemanfataan dan penghapusan baik fisik maupun administrasi dari Gedung-gedung dan Rumah-rumah negara. Pada pelaksanaan pemerintah pusat mendorong peran pemerintah daerah berkomitmen dalam pengelolaan GRN. Kegitan- kegiatan utama GRN terdiri Kegiatan Pembinaan Teknis dan kegiatan fisik.

  Berikut dijabarkan isu-isu strategis sektor penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Bone sebagai berikut :

Tabel 8.5. Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Bone Tahun 2015

  ISU STRATEGIS SEKTOR PBL NO KEGIATAN SEKTOR PBL KAB BONE

  a. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh

1 Penataan Lingkungan Permukiman

  b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah Penyelenggaraan Bangunan Gedung

  2 Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara dan Rumah Negara Pemberdayaan Komunitas dalam

  3 Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Penanggulangan Kemiskinan Sumber: Distarkim Kab Bone 2015

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

  

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

8.2.2.2 Kondisi Eksisting

  Penanganan tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten Bone dilakukan melalui kebijaksanaan pemberian surat izin mendirikan bangunan (IMB) dan Pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Namun dalam hal ini belum banyak memberi dampak positif terhadap keserasian bangunan dan lingkungan masih bercampur baur kawasan perumahan, perdagangan dan pergudangan di daerah perkotaan, demikian pula dengan tidak tertibnya garis -garis sempadan bangunan menurut peruntukannya serta pemanfaatan ruang yang tidak terkendali baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan terlihat pembangunan dan pemanfaatan lahan dilakukan pada kawasan non budidaya seperti pada kemiringan lahan >40%, dikawasan pantai dan pinggiran sungai sehingga sering terjadi bencana banjir, tanah longsor dan bencana lainnya.

Tabel 8.6. Peraturan Daerah / Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

  

Di Kabupaten Bone Tahun 2014

Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya No

  Ket No Tahun Tentang Rencana T ata Ruang Wilayah Provinsi

  1 Perda Prov Sulsel No 9 2009 Sulsel

  2 Perda Kab Bone No 14 2002 Rencana T ata Ruang Wilayah Kabupaten

Bone

  3 Perda Kab Bone No 7 2008 RPJP Daerah Kab Bone

  4 Perda Kab Bone No 8 2008 Musrenbangda Kab Bone

  5 Perda Kab Bone No 27 2009 Bangunan Gedung

  6 Ranperbup No 4 2013 RT BL Kawasan Watampone

Tabel 8.7. Pemberdayaan Komunitas Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Kabupaten Bone Tahun 2015

  Kegiatan No Kab/Kota Kegiatan PNPM Mandiri Lainnya

1 Kab Bone P2KP

8.2.2.3 Permasalahan dan Tantangan

  Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :

  1. Penataan Lingkungan Permukiman  Rendahnya Kualitas lingkungan di kawasan pesisir ,pusat kota, percampuran fungsi perdagangan dan perumahan. KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

  

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

  

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

 Masih rendahnya kondisi jalan lingkungan permukiman.

   Belum tersedianya system proteksi kebakaran  Sudah tersedia rencana rinci bangunan dan lingkungan (RTBL) pada sebagian kawasan perkotaan namun belum operasional.

  2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara  Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;  Belum ada regulasi Pengaturan Bangunan;  Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung  Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan yang bertopografi rendah sehingga cenderung mengalami banjir pada musim hujan.

   sebagian kondisi fisk bangunan Perkantoran sudah tua sehingga perlu di revitalisasi dan di relokasi.

  3. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:  Kurangnya penyediaan taman kota, ruang publik dan ruang terbuka hijau  Kurangnya penyediaan fasilitas olahraga tingkat kabupaten 4.

  Kapasitas Kelembagaan Daerah  Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;  Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

8.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk menjamin kondisi bangunan (menata dan mengatur) karena akan dijadikan dasar pada masa yang akan datang. Jika ditinjau dari intensitas bangunan yang ada saat ini, maka penataan bangunan belum dilakukan dengan baik. Rencana penataan bangunan dan lingkungan terutama pada daerah yang sudah terbangun harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Untuk itu, maka pada beberapa daerah yang peruntukannya sebagai lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai open space untuk memberikan nuansa nuansa lingkungan yang asri. Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan p ada Permen PU No. 8 Tahun 2010 yaitu :

1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman.

a) RTBL ( Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ) Kawasan Watampone.

  Panduan bangunan Kawasan Watampone yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta membuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan Kawasan Watampone. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kab Bone meliputi : 1) Program Bangunan dan Lingkungan

  Visi Pembangunan dan Pengembangan Kawasan adalah me -revitalisasi dan meningkatkan citra kawasan (pusat kota) Watampone sebagai kawasan Bugis Epicentrum berbasiskan pusat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi, perdagangan dan jasa yang didukung oleh kegiatan dan permukiman yang serasi, nyaman dan berwawasan lingkungan guna mendukung terwujudnya kota Watampone sebagai kawasan strategis pertumbuhan.

  2) Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan

  Konsep utama pengembangan struktur kawasan dari Kawasan Watampone adalah penataan kembali dari struktur linier dimana semua pergerakan dan fungsi-fungsi kawasan berorientasi pada jalur jalan utamanya menjadi suatu struktur kawasan yang kompak dan diarahkan untuk memiliki nilai-nilai kualitas perancangan kawasan.

  3) Konsep Komponen Perancangan Kawasan

  Pengembangan kawasan perencanaan sebagai urban epicentrum dipahami sebagai sebuah kawasan yang menjadi titik pusat orientasi Kabupaten Bone yang di dalamnya berkembang fungsi-fungsi pelayanan skala regional antara lain pusat pelayanan jasa dan pemerintahan, perdagangan serta pariwisata perkotaan. Karakter kawasan urban epicentrum memperlihatkan ciri-ciri sebuah kawasan yang hidup (liveable dan vibrant) dengan ragam kegiatan di dalamnya yang berlangsung sangat intensif. Pengembangan dan pembangunan kawasan perencanaan harus mampu memadukan KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

  

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

  unsur-unsur serta nuansa kesejarahan dan budaya ke dalam sektor-sektor pembangunan serta Harus mampu mewadahi aspirasi-aspirasi masyarakat. Dalam perkembangannya, kawasan perencanaan ini diharapkan menjadi atau memiliki perbedaan dengan kawasan lainnya di Kota Watampone, baik secara fisik, visual, lingkungan maupun suasana tempatnya. 4)

  Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya Zona dan blok pengembangan kawasan Watampone dibagi kedalam 3 zona dengan 7 blok pengendalian yaitu :  Blok A1 Arung Palaka, Civic Centre, dengan luas area blok adalah 16,66 Ha. o

  Blok dengan pusat kegiatan pusat perkantoran pemerintahan meliputi subkawasan dengan batas-sebelah Timur Laut jalan MH Thamrin, sebetalh tenggara Jl,. Kawerang, sebelah Barat Daya Jalan Hasanudin dan sebelah Barat Laut jalan Makmur. o

  Diarahkan untuk menjadi blok dengan fungsi utama perkantoran pemerintahan sebagai inti blok yang dilengkapi fasilitas ruang terbuka (taman Arung Palaka dan lapangan merdeka) untuk kegiatan masyarakat kota. o

  Strategi pengembangan : Beutifikasi streetscape, penataan bangunan dan lansekap, pengaturan fungsi dan fasilitas.  Blok A2 Al-Muhajidin, Komersial Bernuansa Agamis, dengan luasarea blok adalah 26,22 Ha. o

  Blok yang meliputi sub kawasan dengan batas sebelah Barat Laut jalan Gunung Semeru, sebelah Timur laut jalan depan Mesjin Agung, sebelah Tenggara jalan Sungai Citarum, jalan M.H. Thamrin dan jalan Makmur serta sebelah Barat Daya jalan Ahmad Yani. o

  Diarahkan untuk menjadi blok dengan fungsi utama komersial bernuansa Agamis o

  Strategi pengembangan : Beutifikasi streetscape, penataan bangunan dan lansekap, pengaturan fungsi dan fasilitas.  Blok A3 Permukiman Manurunge, dengan luas area blok adalah 8,77 Ha. o Blok yang meliputi sub kawasan dengan batas sebelah Barat Laut Jalan

  Kawerang, sebelah Timur Laut jalan MH Thamrin, sebelah Tenggara dan Barat Daya oleh jalan Manurunge. o

  Diarahkan untuk menjadi blok dengan fungsi utama kegiatan wisata budaya situs Manurunge dan permukiman. o

  Strategi pengembangan : konservasi dan penataan area situs manurunge, pelebaran jalan dan penyediaan kantung parkir, penataan bangunan pada koridor jalan.  Blok B1 Pasar Sentra, dengan luas area blok adalah 17,10 Ha. o

  Blok pengendalian ini meliputi sub kawasan dengan batas-batas sebelah Barat Laut jalan Agus Salim, sebelah Timur laut jalan A.R. Hakim, sebelah Tenggara dan Barat Daya jalan Sukowati. o

  Diarahkan untuk menjadi blok dengan fungsi utama komersial perdagangan dan sentra kuliner. o