8.1 Pengembangan Permukiman 8.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan - DOCRPIJM 981b9180e2 BAB VIIIBAB 8 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Dalam aspek teknis per sektor ini menjabarkan mengenai rencana
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor
yaitu

pengembangan

permukiman,

penataan

bangunan

dan

lingkungan,

pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatafn lingkungan
permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase.

8.1 Pengembangan Permukiman
8.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat
peraturan perundangan, antara lain:
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan
kebutuhan

hunian

yang

dilengkapi

dengan

prasarana

dan

sarana


pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi
tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal
tahapan RPJMN berikutnya.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan
(butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan
perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum,
rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab
pemerintah.
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan

kumuh.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

Lingkup Kegiatan
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan
Permukiman

mempunyai

tugas

di

bidang

perumusan


dan

pelaksanaan

kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis
dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan
Permukiman adalah:
Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di
perkotaan dan perdesaan;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan
potensial;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan
rumah susun sederhana;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulaupulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan

kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan
permukiman;
Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

8.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
a.

Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis Kabupaten Pacitan yang berpengaruh terhadap
pengembangan permukiman saat ini adalah:
Tabel 8.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten
Pacitan

No

Isu Strategis

Keterangan

(1)


(2)

(3)

1

6

Pengembangan
Insfratruktur
Kawasan
Minapolitan
Pengembangan
Insfratruktur
Kawasan
Agropolitan
Peningkatan
Infrastruktur
Permukiman

Perdesaan Potensial
Peningkatan Infrastruktur Permukiman Rawan
Bencana
Peningkatan
Infrastruktur
Kawasan
Permukiman di Perbatasan
Peningkatan Jalan Lingkungan Perkotaan

b.

Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

2
3
4
5

Pendanaan yang terbatas
Pendanaan yang terbatas

Pendanaan yang terbatas
Pendanaan yang terbatas
Perlunya sinkronisasi program dengan wilayah yang
berbatasan
Topografi dan kondisi tanah yang sulit untuk
pengembangan

Sistem permukiman perkotaan di Kabupaten Pacitan, telah tumbuh dan
berkembang selain sebagai pusat pelayanan pemerintahan, juga sebagai
pusat perdagangan dan jasa, perkantoran serta pusat koleksi dan distribusi
untuk Kabupaten Pacitan. Sistem pelayanan di kabupaten ini memiliki 4
(empat) kelompok wilayah pelayanan, yang mana masing-masing kelompok
wilayah

pelayanan

memiliki

potensi


tersendiri

dan

merupakan

satu

kesatuan dalam sistem perkotaan di Kabupaten Pacitan.
Pembangunan perumahan di Kabupaten Pacitan saat ini pada umumnya
dilakukan oleh masyarakat secara individu dan pengembang/developer.
Pemerintah kabupaten Pacitan dalam hal ini Dinas Cipta Karya Tata Ruang
dan Kebersihan bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan, dengan
memperhatikan secara menyeluruh dan terpadu pada peningkatan jumlah

penduduk dan penyebarannya, perluasan kesempatan kerja dan usaha,
program pembangunan sektoral dan pembangunan daerah, pelestarian
kemampuan lingkungan, kondisi geografis dan potensi sumber daya alam,
termasuk daerah rawan bencana, nilai sosial budaya dan daerah, serta
pengembangan kelembagaan. Selain hal tersebut Dinas Cipta Karya, Tata

Ruang dan Kebersihan juga melaksanakan perencanaan dan melaksanakan
pembangunan, perbaikan dan peremajaan perumahan.
Jumlah rumah penduduk Kabupaten Pacitan pada akhir tahun 2010
sejumlah 133.566 rumah dengan kondisi layak huni sejumlah 117.698
rumah atau sebesar 88,12% terdiri dari rumah sehat 87.702 rumah atau
sebesar 65,66 % dan rumah sederhana 29.996 rumah atau sebesar 22,46 %.
Jumlah rumah tidak layak huni sebesar 15.868 rumah atau sebesar 11,88
% membutuhkan penanganan sehingga dapat menjadi tempat tinggal yang
nyaman dan sehat serta dapat meningkatkan kualitas hidup penghuninya.
Perkembangan rumah layak huni di Kabupaten Pacitan rata-rata mencapai
2,75% pertahun yang sebagian besar didorong kesadaran masyarakat akan
rumah layak dan sehat serta adanya program fasilitasi dan stimulasi
pembangunan rumah layak huni maupun program peningkatan perumahan
lainnya dari pemerintah daerah, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Data kondisi perumahan per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 8.2
Tabel 8.2 Data Kondisi Perumahan Per Kecamatan Kabupaten Pacitan
Lokasi

Rumah


Jumlah

Sehat
3.685

Sederhana
4.127

Tidak layak
1.221

Punung

3.914

5.241

1.372

10.527

Pringkuku

4.145

3.949

622

8.716

Pacitan

16.137

370

752

17.259

Kebonagung

11.001

391

1.013

12.405

Arjosari

7.320

1.950

1.932

11.202

Nawangan

4.074

5.631

1.737

11.442

Bandar

2.468

4.603

3.608

10.679

Tegalombo

7.905

1.802

1.476

11.183

Tulakan

7.550

791

1.433

9.774

Ngadirojo

12.170

493

350

13.013

Sudimoro

7.333

648

352

8.333

Jumlah

87.702

29.996

15.868

133.566

Prosentase

65,66%

22,46%

11,88%

100%

Donorojo

9.033

Tabel 8.3 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Bupati/peraturan lainnya terkait
Pengembangan Permukiman
Perda/Pergub/Perwa/Perbub/Peraturan Lainnya

No

Jenis Produk Pengaturan



1








2






3





Penyiapan Prasarana dan sarana
perkotaan nasional
Kota sebagai simpul pelayanan dalam
wilayah
Pengembangan kota-kota berfungsi
nasional/intenasional
Pengembangan kota-kota khusus
berkembang cepat dan kawasan
tertingal
Panduan bagi daerah untuk
pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan
Prasarana dan sarana serta pelayanan
dasar yang memadai dan berkeadilan
Perumahan dan permukiman yang
layak huni dan terjangkau
Pengembangan pendanaan dan
penyediaan tanah bagi pembangunan
permukiman secara partisipatif
Pengembangan ekonomi yang berdaya
saing global
Penciptaan iklim kehidupan sosial
budaya yang saling menghargai,
mendukung, serta mengapresiasi
budaya dan warisannya
Peningkatan kapasitas SDM &
kelembagaan pusat/daerah dalam
pengelolaan pembangunan perkotaan
Peningkatan kapasitas pembiayaan
pemerintah daerah
Peningkatan pola dan mekanisme
pelibatan stakeholders dalam
pembangunan perkotaan
Sistem informasi perkotaan secara
nasional dan daerah

Amanat Kebijakan Daerah

No./Tahun

Perihal

Nomor
494/PRT/M/2005

Kebijakan
dan
Strategi
Nasional
Perkotaan
(KSNPKota)

Pemantapan peran dan fungsi
kota dalam pembangunan
nasional

Nomor
494/PRT/M/2005

Kebijakan
dan
Strategi
Nasional
Perkotaan
(KSNPKota)

Pengembangan Permukiman
yang layak huni, sejahtera,
berbudaya, dan berkeadilan
sosial

Nomor
494/PRT/M/2005

Kebijakan
dan
Strategi
Nasional
Perkotaan
(KSNPKota)

Peningkatan kapasitas
manajemen pembangunan
perkotaan

Tabel 8.4 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Pacitan

Tabel 8.5 Data Program Perdesaan di Kabupaten Pacitan
No

Program/Kegiatan

Lokasi

Volume/Satuan

Status

Kondisi
Infrastruktur

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

1

Penyediaan Infrastruktur
Pengembangan
Kawasan
Agropolitan
Penyediaan Infrastruktur
Permukiman
Kawasan
Perdesaan potensial
Penyediaan Infrastruktur
Permukiman
Kawasan
Minapolitan
Penyediaan Infrastruktur
Permukiman
Kawasan
Minapolitan
Kegiatan
Peningkatan
Infrastruktur
Kawasan
Agropolitan
Kegiatan
Peningkatan
Infrastruktur
Permukiman
Perdesaan
Potensial
Kegiatan
Peningkatan
Infrastruktur
Permukiman
Rawan
Bencana
Kegiatan
Peningkatan
Infrastruktur
Kawasan
Permukiman di Perbatasan
Pembanguan
Infrastruktur
akibat
bencana alam

2

3

4

5

6

7

8

9

Kabupaten
Pacitan

2 Kawasan

Kabupaten
Pacitan

1 Kawasan

Kabupaten
Pacitan

3 Kawasan

Kabupaten
Pacitan

1 Kawasan

Kabupaten
Pacitan
Kabupaten
Pacitan

Kabupaten
Pacitan

12 Kecamatan

Belum
dilaksanakan

Kurang baik

12 Kecamatan

Dilaksanakan
Bertahap
(Koordinasi
dengan
Dinas/SKPD
teknis terkait)
langkah
yang

Baik

Kabupaten
Pacitan
Kabupaten
Pacitan

No

Program/Kegiatan

Lokasi

Volume/Satuan

(1)

(2)

(3)

(4)

Status

Kondisi
Infrastruktur

(5)

(6)

sudah
di
lakukan
kami
lampirkan
10

c.

Kegiatan
Peningkatan
Infrastruktur
Kawasan
Minapolitan

Kabupaten
Pacitan

Kondisi Prasarana Jalan Lingkungan Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Jalan lingkungan berfungsi untuk mobilitas manusia dan angkutan barang,
mencegah perambatan kebakaran serta untuk menciptakan ruang dan
bangunan yang teratur. Panjang sarana jalan lingkungan di Kabupaten
Pacitan bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8.6 Data Jalan Lingkungan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Di
Kabupaten Pacitan
Jenis jalan

No

Kecamatan

Aspal

Paving

Rabat

Telford

Tanah

Jumlah

1

Donorojo

26,050

4,020

43,085

45,606

37,801

156,562

2

Punung

48,274

450

22,955

108,430

109,254

289,363

3

Pringkuku

32,800

2,690

29,904

115,965

350,580

531,939

4

Pacitan

96,656

12,098

34,325

30,370

81,797

255,246

5

Kebonagung

49,338

4,100

74,622

99,125

140,177

367,362

6

Arjosari

31,657

1,860

39,455

34,230

173,310

280,512

7

Nawangan

37,300

250

4,755

75,762

84,350

202,417

8

Bandar

28,650

100

15,380

116,414

167,981

328,525

9

Tegalombo

12,850

21,400

10,828

72,189

148,981

266,248

10

Tulakan

68,818

3,950

39,516

238,316

195,134

545,734

11

Ngadirojo

61,908

470

69,628

55,522

196,313

383,841

12

Sudimoro

35,036

150

20,356

61,970

71,615

189,127

Jumlah

529,337

51,538

404,809

1,053,899

1,757,293

3,796,876

Prosentase

d.

13.94%

1.36%

10.66%

27.76%

46.28%

100.00%

Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Adapun permasalahan sektor Permukiman di Kabupaten Pacitan adalah :

Terbatasnya

kemampuan

penyediaan

prasarana

dan

sarana

dasar

permukiman;
Menurunnya kondisi bangunan gedung pemerintah;
Pelayanan air bersih belum optimal, disebabkan rendahnya kualitas
pengelolaan pelayanan air minum, terbatasnya jaringan pipa, terbatasnya
sumber air, dan keadaan geografis yang kurang mendukung;
Pelayanan sanitasi masih rendah;
Pengelolaan sampah belum dilaksanakan secara efektif dan efisien serta
jangkauan

pelayanan

yang

masih

rendah

disebabkan

kurangnya

ketersediaan sarana prasarana kebersihan;
Mulai menurunnya kondisi prasarana drainase;
Pengelolaan lahan ruang hijau terbuka belum optimal;
Pelayanan penerangan jalan umum belum merata.
Adapun tantangan Pengembangan Pengembangan Permukiman Kabupaten
Pacitan
Menyiapkan agar semua kawasan perkotaan dan perdesaan memiliki
rencana tata ruang yang terpadu, sehingga tidak terjadi ketimpangan
perkembangan wilayah Pengembangan
Meningkatkan pelayanan sistem prasarana wilayah di kawasan perkotaan
dan perdesaan dalam rangka meningkatkan hubungan ekonomi yang
kondusif bagi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi wilayah.
kawasan perkotaan diarahkan untuk memanfaatkan semaksimal mungkin
potensi sumber daya kawasan perdesaan sebagai daerah belakangnya sesuai
dengan fungsi/tipologi kawasan perdesaan
Tabel 8.7 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Kabupaten Pacitan
No

Permasalahan Pengembangan
Permukiman

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi

(1)

(2)

(3)

(4)

1

Terbatasnya kemampuan
penyediaan prasarana dan
sarana dasar
permukiman;

Menyiapkan agar semua
kawasan perkotaan dan
perdesaan memiliki rencana
tata ruang yang terpadu,
sehingga tidak terjadi
ketimpangan perkembangan

Perlu memperhatikan tata air,
budaya lokal serta kepentingan
umum.

No

Permasalahan Pengembangan
Permukiman

(1)

(2)
Menurunnya kondisi bangunan
gedung pemerintah;

3

Pelayanan air bersih belum
optimal, disebabkan rendahnya
kualitas
pengelolaan pelayanan air
minum, terbatasnya jaringan
pipa, terbatasnya
sumber air, dan keadaan
geografis yang kurang
mendukung;

4

Pelayanan sanitasi masih rendah

5

Pengelolaan sampah belum
dilaksanakan secara efektif
dan efisien serta
jangkauan pelayanan yang masih
rendah disebabkan kurangnya
ketersediaan
sarana prasarana kebersihan;

6

Mulai menurunnya kondisi
prasarana drainase;
Pengelolaan lahan ruang hijau
terbuka belum optimal;
Pelayanan penerangan jalan
umum belum merata.

7
8

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi

(3)

(4)

wilayah Pengembangan
Meningkatkan pelayanan
sistem prasarana wilayah di
kawasan perkotaan dan
perdesaan dalam rangka
meningkatkan hubungan
ekonomi yang kondusif
bagi pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi wilayah.
kawasan perkotaan diarahkan
untuk memanfaatkan
semaksimal mungkin
potensi sumber daya kawasan
perdesaan sebagai daerah
belakangnya sesuai
dengan fungsi/tipologi
kawasan perdesaan

Pengembangan kawasan
permukiman dapat dibedakan
atas kawasan
permukiman penduduk yang telah
ada dan kawasan permukiman
baru.

Pada permukiman/perumahan
nelayan harus dilakukan upaya
penataan dan
perbaikan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dan kawasan.
Penempatan perumahan nelayan
baru hendaknya disesuaikan
dengan potensi
sumber daya sekitar dan
“market” hasil budidaya
perikanan.
Program pemanfaatan kawasan
yang dapat diterapkan untuk
kawasan
permukiman yang telah ada
antara lain: revitalisasi/penataan
bangunan,
penyediaan utilitas, penanganan
sarana air bersih, air limbah dan
persampahan, serta
pemeliharaan drainase.
Penetapan kawasan permukiman
dilakukan dengan menegaskan
kembali
fungsi dan peran kawasan
lindung (seperti kawasan
sempadan, hutan, dan
cagar alam) serta dalam hal
pengaturan bangunan serta tata
lingkungan yang
dapat mendukung daya tarik
wisata.

8.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Arahan pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Pacitan
adalah sebagai berikut:
Perlu memperhatikan tata air, budaya lokal serta kepentingan umum.
Pengembangan kawasan permukiman dapat dibedakan atas kawasan
permukiman penduduk yang telah ada dan kawasan permukiman baru.
Pada permukiman/perumahan nelayan harus dilakukan upaya penataan
dan perbaikan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kawasan.
Penempatan perumahan nelayan baru hendaknya disesuaikan dengan
potensi sumber daya sekitar dan “market” hasil budidaya perikanan.
Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan
permukiman yang telah ada antara lain: revitalisasi/penataan bangunan,
penyediaan utilitas, penanganan sarana air bersih, air limbah dan
persampahan, serta pemeliharaan drainase.
Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan
permukiman

baru

antara

lain:

penataan

bangunan,

pengaturan

pengambilan air tanah, reklamasi, pengaturan batas sempadan bangunan,
program penghijauan sempadan, dll.
Penetapan kawasan permukiman dilakukan dengan menegaskan kembali
fungsi dan peran kawasan lindung (seperti kawasan sempadan, hutan, dan
cagar alam) serta dalam hal pengaturan bangunan serta tata lingkungan
yang dapat mendukung daya tarik wisata.
Permukiman yang saat ini tersebar di berbagai wilayah memiliki sistem
pengelolaan yang berbeda:
Permukiman yang saat ini berada di wilayah yang termasuk sebagai
kawasan lindung, tidak diperkenankan untuk berkembang lagi. Permukiman
yang ada tetap diberi pelayanan infrastruktur, namun untuk mencegah
terjadinya perluasan kawasan permukiman maka peningkatan pelayanan
infrastruktur dilakukan hanya untuk memenuhi permintaan pelayanan
permukiman saat ini.
Permukiman

yang

terletak

di

kawasan

budidaya

(non

pertanian)

mendapatkan insentif pengembangan dengan meningkatkan pelayanan
infrastruktur.

Untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang baik, maka hal-hal
yang harus diperhatikan adalah:
Untuk bangunan di sempadan sebaiknya tidak ada penambahan bangunan
baru, ketinggian bangunan tidak melebihi ketinggian bangunan di daerah
yang lebih tinggi (+ 2 lantai), sistem pembuangan domestik (cair dan padat)
diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kualitas air
Jika permukiman yang saat ini telah berkembang di kawasan lindung
(hutan), maka kegiatan budidaya masyarakat perlu diatur agar tidak
mengganggu fungsi lindung sebagai catchment area.
Untuk

bangunan/permukiman

di

sepanjang

jalan

utama

arsitektur

bangunan diatur dengan rapi dan indah dengan mencirikan kekhasan
masyarakat setempat, kepadatan bangunan dijaga untuk jangan sampai
berubah agar tidak menambah beban jalan, dikembangkan alternatif
pembangunan jalan lingkungan sekunder yang melayani pergerakan antar
perumahan agar tidak perlu melalui jalan utama.
Tabel 8.8 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan
Untuk 5 Tahun
No

URAIAN

(1)
1

Tahun
I

Unit

Tahun
II

Tahun
III

Tahun
IV

Tahun
V

Ket

(9)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Sasaran
Penurunan
Kawasan Kumuh

14,22 Ha

2 Ha

2 Ha

3 Ha

3 Ha

4,22
Ha

Tabel 8.9 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan
yang Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun
No

(1)

URAIAN

(2)

Unit

Tahun
I

Tahun
II

Tahun
III

Tahun
IV

Tahun
V

(3)

Ket

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

1

Kawasan
Bencana

Kws

12
Kecamatan

12
Kecamatan

12
Kecamatan

12
Kecamatan

12
Kecamatan

2

Kawasan
dengan
Komoditas
Unggulan

Kwa

16
Kawasan

16
Kawasan

20
Kawasan

20
Kawasan

16
Kawasan

Karena
Kabupaten
Pacitan
Rentan
Terhadap
Ancaman Bencana
(Lokasi
terlampir)
Lokasi Terlampir

Tabel 8.10 Lokasi Kawasan Komoditas Unggulan

Tabel 8.11 Lokasi Kawasan Rentan Bencana di Kabupaten Pacitan
NO
1

JENIS BENCANA
Angin

LOKASI /
KECAMATAN
Sudimoro
Kebonagung

Bandar

2
3

Gempa
Pohon Tumbang

Pacitan
Ngadirojo
Pacitan

Tulakan
Kebonagung
Bandar

4

Kebakaran

Tegalombo
Kebonagung
Tulakan

Nawangan

Pringkuku
Arjosari
Bandar

5

Tanah longsor

Tegalombo

Arjosari

WAKTU KEJADIAN
19 Januari 2014
19 Januari 2014
21 Januari 2014
21 Januari 2014
21 Januari 2014
18 Juni 2014
11 Nopember
2014
11 Nopember
2014
14 Januari 2014
14 Juli 2014
11 Januari 2014
23 September
2014
19 Januari 2014
19 Maret 2014
15 Januari 2014
10 Nopember
2014
18 Januari 2014
08 April 2014
02 Februari 2014
03 Februari 2014
04 Februari 2014
15 Juni 2014
06 Nopember
2014
29 Juni 2014
16 Agustus 2014
08 Januari 2014
09 Nopember
2014
09 Nopember
2014
08 Januari 2014
08 Januari 2014
08 Januari 2014
08 Januari 2014
13 Januari 2014
13 Januari 2014
15 Januari 2014
14 Juli 2014
09 Januari 2014
09 Januari 2014
09 Januari 2014
09 Januari 2014

KERUGIAN (Rp)

BANTUAN (Rp)

6.000.000
5.000.000
6.000.000
5.000.000
3.000.000
15.000.000

1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
3.000.000

25.000.000

3.000.000

10.000.000
5.500.000
15.000.000
15.000.000

1.000.000
1.000.000
3.000.000
1.000.000

10.000.000

2.000.000

7.000.000
4.000.000
20.000.000

1.000.000
1.500.000
1.000.000

10.000.000

1.000.000

10.000.000
5.000.000
7.000.000
30.000.000
100.000.000
5.000.000

1.000.000
1.500.000
1.000.000
3.000.000
3.000.000
1.000.000

100.000.000

3.000.000

10.000.000
200.000.000
15.000.000

1.000.000
3.000.000
1.000.000

8.000.000

1.000.000

6.000.000

1.000.000

8.500.000
6.000.000
6.000.000
7.000.000
5.000.000
6.000.000
20.000.000
15.000.000
175.000.000
184.000.000
150.000.000
152.000.000

1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000

NO

JENIS BENCANA

LOKASI /
KECAMATAN

Nawangan

Bandar

Pacitan

Donorojo
Kebonagung

Tulakan

WAKTU KEJADIAN
09 Januari 2014
09 Januari 2014
09 Januari 2014
09 Januari 2014
09 Januari 2014
09 Januari 2014
09 Januari 2014
30 Nopember
2014
14 Januari 2014
15 Januari 2014
15 Januari 2014
17 Juni 2014
17 Juni 2014
17 Juni 2014
17 Juni 2014
29 Juni 2014
16 Januari 2014
16 Januari 2014
16 Januari 2014
28 Januari 2014
30 Nopember
2014
30 Nopember
2014
04 Februari 2014
04 Februari 2014
07 Januari 2014
13 April 2014
26 Juni 2014
26 Juni 2014
26 Juni 2014
26 Juni 2014
26 Juni 2014
29 Nopember
2014
30 Nopember
2014
30 Nopember
2014
17 Desember
2014
15 Januari 2014
15 Januari 2014
18 Januari 2014
18 Januari 2014
18 Januari 2014
02 Februari 2014

KERUGIAN (Rp)

BANTUAN (Rp)

215.000.000
160.000.000
190.000.000
157.000.000
185.000.000
177.000.000
165.000.000

2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000

3.000.000

1.000.000

15.000.000
15.000.000
8.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
7.000.000
10.000.000
15.000.000
15.000.000
13.000.000
10.000.000

1.000.000
2.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000

10.000.000

1.000.000

8.000.000

1.000.000

7.500.000
5.000.000
25.000.000
6.000.000
7.000.000
7.000.000
2.000.000
3.000.000

3.000.000
1.000.000
2.000.000
2.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000

20.000.000

2.000.000

90.000.000

3.000.000

3.000.000

1.000.000

5.000.000

2.000.000

30.000.000
11.000.000
35.000.000
7.000.000
15.000.000
15.000.000

1.000.000
1.000.000
2.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000

NO

LOKASI /
KECAMATAN

JENIS BENCANA

WAKTU KEJADIAN

KERUGIAN (Rp)

18 Januari 2014
06 Februari 2014
06 Februari 2014
06 Februari 2014
06 Februari 2014
25 Februari 2014
25 Februari 2014
14 Juli 2014
15 Juli 2014
15 Juli 2014
20 Nopember
2014
14 Juli 2014
15 Januari 2014
15 Januari 2014

Ngadirojo
Sudimoro

JUMLAH

BANTUAN (Rp)

15.000.000
10.000.000
15.000.000
5.000.000
4.000.000
6.000.000
5.000.000
7.000.000
70.000.000
45.000.000

1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
2.000.000
2.000.000

53.000.000

2.000.000

15.000.000
15.000.000
16.500.000

2.000.000
2.000.000
1.000.000

3.390.000.000

143.000.000

Jumlah taksiran kerugian akibat kejadian bencana alam tahun 2014
angin, banjir, kebakaran dan tanah longsor sebesar Rp. 3.390.000.000,00.
Bantuan yang diberikan melalui Bansos Kesra sebesar Rp. 143.000.000,00.

8.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
a.

Prasarana Transportasi
Pengembangan prasarana transportasi difungsikan sebagai penghubung
keterkaitan

fungsional

agropolitan.

Rencana

pengembangan

sistem

antar
sistem

kegiatan

sosial

transportasi

transportasi

ekonomi

ditekankan

internal

dalam

di
pada

kawasan
rencana

kaitannya

dengan

transportasi eksternal. Arahan pengembangan pada penetapan fungsi jalan,
rehabilitasi/

pemeliharaan

jalan,

pembangunan

jalan

baru,

serta

pengembangan terminal dan subterminal
Pengembangan jaringan jalan tersebut meliputi :
Jalan usaha tani yaitu jalan lokal yang menghubungkan antara areal
pertanian sampai jalan desa berupa jalan setapak yang dapat dilalui oleh
kendaraan bermotor.
Jalan poros desa, yaitu jalan lokal yang menghubungkan antara
kawasan sentra produksi dengan kota tani dan kota tani utama, berupa
jalan desa yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, yang berfungsi

mengangkut hasil produksi pertanian dari KSP ke kota tani atau kota
tani utama.
Jalan kolektor yang menghubungkan antar kota tani ataupun kota tani
dengan kota tani utama. Berupa jalan kabupaten atau jalan provinsi
yang dapat dilalui kendaraan roda empat dengan tonase besar.
Jalan kolektor yang menghubungkan antara Kota Tani Utama dengan
pasar di luar kawasan agropolitan, berupa jalan provinsi atau jalan
nasional.
Pengembangan sistem terminal di kawasan agropolitan dilakukan

untuk

meningkatkan pelayanan koleksi dan distribusi barang dan jasa serta
berbagai komoditi hasil pertanian dan pengembangan industri yang
meliputi:
Terminal induk yang merupakan pendukung sub terminal agribisnis
yang berlokasi di Kota Tani Utama.
Sub terminal yang merupakan pendukung pasar kota tani di desa
Bandar, Nawangan, Pakis Baru dan desa Ngunut.
b.

Prasarana Air Bersih
Pelayanan air bersih sistem perpipaan di kawasan agropolitan tahun 2007
melayani wilayah perkotaan di IKK Nawangan dengan tingkat pelayanan
baru mencapai 3,12 %. Sedangkan untuk IKK Bandar belum terlayani air
bersih sistem perpipaan.
Sesuai dengan analisis kebutuhan air bersih dan target MDGs pelayanan air
bersih di IKK Nawangan sampai tahun 2027 ditingkatkan menjadi 53,69%
dengan asumsi penggunaan mencapai 90lt/org/hr. Sedangkan untuk IKK
Bandar pelayanan diupayakan mencapai 50%.

8.1.5 Usulan Program dan Kegiatan
Setelah memperhatikan kriteria kesiapan maka dapat dirumuskan usulan
program dan kegiatan pengembangan permukiman kabupaten/kota yang
disusun berdasarkan prioritasnya seperti tabel dibawah ini.

Tabel 8.12 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten
Pacitan
No

Program/Kegiatan

Volume/Satuan

(1)

(2)

(3)

1

Kegiatan Peningkatan Jalan
Lingkungan
Perkotaan
Penataan/Peningkatan
Infrastruktur Permukiman
RSH

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12
13

Penyediaan
Infrastruktur
Pengembangan
Kawasan Agropolitan
Penyediaan
Infrastruktur
Permukiman Kawasan
Perdesaan potensial
Penyediaan
Infrastruktur
Permukiman Kawasan
Minapolitan
Penyediaan
Infrastruktur
Permukiman Kawasan
Minapolitan
Kegiatan
Peningkatan
Infrastruktur Kawasan
Minapolitan
Kegiatan
Peningkatan
Infrastruktur Kawasan
Agropolitan
Kegiatan
Peningkatan
Infrastruktur Permukiman
Perdesaan Potensial
Kegiatan
Peningkatan
Infrastruktur Permukiman
Rawan Bencana
Kegiatan
Peningkatan
Infrastruktur Kawasan
Permukiman di Perbatasan
Pembanguan
Infrastruktur
akibat bencana alam
PPIP
TOTAL

Biaya(Rp)

(4)

Lokasi

Kriteria
Kesiapan

(5)

(6)

1,075,000

Kab. Pacitan

4 Kawasan

2,900,000

2 Kawasan

3,400,000

1 Kawasan

2,783,000

3 Kawasan

900,000

Kec.Tulakan,
Ngadirejo,
Sidomoro,
Tegalombo
Kec. Bandar ,
Kec.
Wawangan
Desa Wisata Kec.
Ngadirejo (Kws.
JLS)
Kec. Kebonagung,
Sudimoro, Punung

1 Kawasan

1,000,000

PPI Tamperan

1,000,000

Kab. Pacitan

1,000,000

Kab. Pacitan

1,000,000

Kab. Pacitan

1,000,000

Kab. Pacitan

1,000,000

Kab. Pacitan

1,795,000

Kab. Pacitan

2,200,000
21,053,000

Kab. Pacitan

10 Kawasan

Tabel 8.13 Usulan Pembiayaan Proyek

8.2 Penataan Bangunan Dan Lingkungan
8.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,
terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di
perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:
UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan
fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan
gedung.
PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
PP

ini

membahas

ketentuan

fungsi

bangunan

gedung,

persyaratan

bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat,
dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan
ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang
bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan
lingkungan.
Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan
dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam
peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan
baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru
berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan
rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut.

Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan
walikota/bupati.
Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu
pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada
setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektorsektornya.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik
sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan

Prasarana

dan

Sarana

peningkatan

lingkungan

pemukiman kumuh dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman
tradisional.
Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan
dan lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi.

8.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
a.

Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

Isu strategis untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Penataan Lingkungan Permukiman
Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau
(RTH) di perkotaan;
Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan
bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh
kembangnya ekonomi lokal;
Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal;
Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
Pengendalian

penyelenggaraan

bangunan

gedung

dengan

perda

bangunan gedung di kab/kota;
Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional,
tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah
negara;
Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan
rumah Negara.
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang
atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing
in-cash sesuai MoU PAKET;
Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan.

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, scenario
pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan
manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c)
Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi
pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak
huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Tabel 8.14 Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Pacitan
No

Kegiatan Sektor PBL

(1)

(2)

1
2

Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten

(3)

Penataan Lingkungan Permukiman
Penyelenggraan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan
Kemiskinan

3

b.

kurangnya pendanaan
Kurangnya pendanaan
Belum terbentuk komunitas
Kurangnya pendanaan

Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan
Untuk merencanakan ketinggian bangunan dalam suatu wilayah harus

mempertimbangkan kondisi lahan yang ada, antara lain daya dukung lahan,
kemiringan lahan dan kemampuan lahan. Hal ini dimaksudkan agar beban yang
diterima oleh lahan tidak terlalu berat dan sesuai dengan kemampuan lahannya.
Untuk intensitas bangunan ini yang meliputi Koefisien Dasar Bangunan,
Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Tinggi Bangunan, Koefisien Dasar Hijau dll
akan dirinci pada rencana rinci nantinya pada 8 kawasan perkotaan. Adapun
gambaran mengenai intensitas bangunan pada rencana rinci pada Kawasan
Perkotaan / Pusat Kegiatan Lokal Kabupaten Pacitan yaitu:
Tabel 8.15 Peraturan Daerah/ Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya
No

Jenis
Produk
Pengaturan

Nomor & Tahun

Tentang

(2)

(3)

(4)

(1)
2

UU

No.1 Tahun 2011

3

UU

No.28 Tahun 2002

Perumahan dan
Kawasan
Permukiman
Bangunan
Gedung

Amanat

(5)

Membahas ketentuan fungsi
bangunan gedung, persyaratan
bangunan

Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya
No

Jenis
Produk
Pengaturan

Nomor & Tahun

Tentang

(2)

(3)

(4)

(1)

Amanat

(5)

4

PP

No.36 Tahun 2005

Peraturan
Pelaksanaan

5

UU

No.28 Tahun 2002

Tentang
Bangunan Gedung

6

Permen PU

No.06/PRT/M/2007

7

Permen PU

No.1/PRT/M/2014

Pedoman Umum
Rencana Tata
Bangunan dan
Lingkungan
Standar Minimal
Bidang Pekerjaan
Umum dan
Penataan Ruang

gedung, penyelenggaraan bangunan
gedung, peran masyarakat, dan
pembinaan
Ditekankan pentingnya bagi
pemerintah daerah untuk menyusun
Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL) sebagai
acuan rancang bangun serta alat
pengendalian pengembangan
bangunan gedung dan lingkungan.
Sebagai panduan bagi semua pihak
dalam penyusunan dan pelaksanaan
dokumen RTBL
Jenis dan mutu
pelayanan dasar Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang yang
merupakan
urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara
minimal.

Tabel 8.16 Penataan Lingkungan Permukiman
Kawasan Tradisional/Bersejarah

Nama Kawasan
PSD Kawasan
Tradisional
bersejarah

PSD Kawasan
Tradisional
bersejarah

PSD Kawasan
Tradisional
bersejarah
PSD Kawasan
Infrastruktur

Dukungan
Infrastruktur
CK

RTH
Lokasi/
Nama
RTH
Kaw.Goa Gong
Kec. Punung
Kaw.Tabuhan
Kec.
Punung
Monumen
Panglima
Sudirman Kec.
Ngadirojo
Monumen
Tumpak
Rinjing

Donorojo

Penanganan
Kebakaran

Pemenuhan SPM

Luas
RTH

%
Luas
RTH

Ketersediaan
IMB

%
IMB

HSBGN

Instansi

Prasarana
Kebakaran

Kawasan Tradisional/Bersejarah

Nama Kawasan
Tradisional
bersejarah
Kegiatan
Pembangunan
Kawasan Pantai
Klayar
Kegiatan Penyediaan
Infrastruktur
Kawasan Monumen
Tumpak Rinjing
Kegiatan Penyediaan
Infrastruktur
Kawasan Goa Gong
Kegiatan Penyediaan
Infrastruktur
Kawasan Goa
Tabuhan
Kegiatan Penyediaan
Infrastruktur
Kawasan Monumen
Panglima Besar
Sudirman
Kegiatan Penyusunan
RTBL Kawasan PLTU
Sudimoro
Kegiatan
Pengembangan
Kawasan Pemandian
Air Hangat (baru)
Kegiatan
Pembangunan
Kawasan Pantai Srau
(baru)
Kegiatan
Pembangunan
Kawasan Pantai
Taman (baru)
Kegiatan
Infrastruktur Jalan
Menuju Wisata
Pendidikan
(Pengangkaran
Penyu dan Flying
Fox) Pantaiu Taman
Kegiatan
Pembangunan
Kawasan Pantai Soge
(Pos Retribusi dan
Prasarana
Dasar)
Kegiatan

Dukungan
Infrastruktur
CK

RTH
Lokasi/
Nama
RTH

Pringkuku

Punung

Punung

Ngadirejo

Sudimoro

Rjosari

Pringkulu

Ngadirejo

Ngadirejo

Ngadirejo

Penanganan
Kebakaran

Pemenuhan SPM

Luas
RTH

%
Luas
RTH

Ketersediaan
IMB

%
IMB

HSBGN

Instansi

Prasarana
Kebakaran

Kawasan Tradisional/Bersejarah

Nama Kawasan

Dukungan
Infrastruktur
CK

Pembangunan
Kawasan Pantai
Pidakan
Kegiatan
Pembangunan
Kawasan Pantai
Watukarung (Pos
Retribusi dan
Prasarana Dasar)

c.

RTH
Lokasi/
Nama
RTH

Penanganan
Kebakaran

Pemenuhan SPM

Luas
RTH

%
Luas
RTH

Ketersediaan
IMB

%
IMB

HSBGN

Instansi

Sidimoro

Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa

permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi
kebakaran;
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL
untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan
infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan
ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan
permukiman

yang

diindikasikan

dengan

masih

kecilnya

alokasi

anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi
efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara;
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan,
besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;

Prasarana
Kebakaran

Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan
pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi
dan kurang mendapat perhatian;
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah
serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
Banyaknya

Bangunan

Gedung

Negara

yang

belum

memenuhi

persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib
dan efisien;
Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan
baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
Masih

kurang

diperhatikannya

kebutuhan

sarana

lingkungan

hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam
pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan
gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
Tabel 8.17 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan
Lingkungan
No

Aspek PBL

Permasalahan yang di hadapi

Tantangan
Pengembangan

Alternatif Solusi

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

I.
Aspek Teknis
1



Masih
kurang
diperhatikannya
kebutuhan sarana sistem proteksi
kebakaran;

No

Aspek PBL

Permasalahan yang di hadapi

Tantangan
Pengembangan

Alternatif Solusi

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)



Aspek Kelembagaan

2

Aspek Pembiayaan
3



Masih kurang Masih terbatasnya
kesadaran aparatur dan SDM
pelaksana
dalam
pembinaan
penyelenggaraan bangunan gedung
termasuk pengawasan

Masih adanya tuntutan reformasi
peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi
dan desentralisasi

Masih perlunya peningkatan dan
pemantapan kelembagaan bangunan
gedung di daerah dalam fasilitasi
penyediaan perangkat pengaturan
Masih kecilnya alokasi anggaran
daerah untuk peningkatan kualitas
lingkungan dalam rangka pemenuhan
SPM

Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta



Aspek Lingkungan
Permukiman



4

5
II.

Belum siapnya landasan hukum dan
landasan operasional berupa RTBL
untuk lebih melibatkan pemerintah
daerah dan swasta dalam penyiapan
infrastruktur guna pengembangan
lingkungan permukiman;

Masih rendahnya dukungan pemda
dalam
pembangunan
lingkungan
permukiman yang diindikasikan
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Aspek Teknis

1





Aspek Kelembagaan

2

Menurunnya fungsi kawasan dan
terjadi degradasi kawasan kegiatan
ekonomi utama kota, kawasan
tradisional
bersejarah
serta
heritage;







Masih kurangnya perda bangunan
gedung untuk kota metropolitan,
besar, sedang, kecil di seluruh
Indonesia;
Banyaknya
Bangunan
Gedung
Negara yang belum memenuhi
persyaratan keselamatan, keamanan
dan kenyamanan;
Masih
terbatasnya
kesadaran
aparatur dan SDM pelaksana dalam
pembinaan
penyelenggaraan
bangunan
gedung
termasuk
pengawasan;
Masih adanya tuntutan reformasi
peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi
dan desentralisasi;
Masih perlunya peningkatan dan
pemantapan kelembagaan bangunan
gedung di daerah dalam fasilitasi

No

Aspek PBL

Permasalahan yang di hadapi

Tantangan
Pengembangan

Alternatif Solusi

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

penyediaan perangkat pengaturan.
Masih
adanya
kelembagaan
bangunan gedung yang belum
berfungsi efektif dan efisien dalam
pengelolaan Bangunan Gedung dan
Rumah Negara;
Meningkatnya
kebutuhan
NSPM
terutama
yang
berkaitan
dengan
pengelolaan
dan penyelenggaraan bangunan gedung
(keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan)



Aspek Pembiayaan
3

Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta



4

Aspek Lingkungan
Permukiman



5


III.
Aspek Teknis

2

Aspek Kelembagaan

3

Aspek Pembiayaan
Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta
Aspek
Lingkungan
Permukiman

5

Prasarana dan sarana hidran
kebakaran banyak yang tidak
berfungsi dan kurang mendapat
perhatian
Penyelenggaraan
Bangunan Gedung dan Rumah
Negara kurang tertib dan efisien;
Masih banyaknya aset negara yang
tidak teradministrasikan dengan
baik.

Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

1

4

Kurang
ditegakkannya
aturan
keselamatan,
keamanan
dan
kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada
daerah-daerah rawan bencana;

8.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Tabel 8.18 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No
1.

Jenis Pelayanan Dasar
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan

Izin
Mendirikan
Bangunan
(IMB)
Harga
Standar
Bangunan
Gedung
Negara

Standar Pelayanan
Minimal
Indikator
Terlayaninya
masyarakat dalam
pengurusan IMB di
kabupaten/ kota.
Tersedianya
pedoman
Harga
Standar Bangunan
Gedung Negara di
kabupaten/kota.

Target
60
%

100%

Waktu
Pencapaian

Keterangan

2019

Dinas
yang
membidangi
Perijinan
(IMB).

2019

Dinas
yang
membidangi
Pekerjaan
Umum.

No

Standar Pelayanan
Minimal

Jenis Pelayanan Dasar

Indikator

Target

Waktu
Pencapaian

Keterangan

(HSBGN)
2

Penataan
Ruang
Informasi
Penataan
Ruang

Penyediaan
Ruang
Terbuka
Hijau (RTH)
Publik

Presentase
tersedianya
informasi mengenai
rencana tata ruang
(RTR)
wilayah
Kabupaten/Kota
beserta
rencana
rincinya
melalui
peta analog dan
peta digital
Presentase
tersedianya
luasan RTH publik
sebesar 20% dari
luas wilayah kota/
kawasan
perkotaan.

100%

50%

2019

Dinas/SKPD
yang
membidangi
Penataan
Ruang.

2019

Dinas/SKPD
yang
membidangi
Penataan
Ruang.

8.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.
Untuk

penyelenggaraan

program-program

pada

sektor

Penataan

Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness
Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja,
komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan
dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan
kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset
proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
adalah:
Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus:

Kabupaten/kota

yang

belum

difasilitasi

penyusunan

ranperda

Bangunan Gedung;
Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG
Penyusunan

Rencana

Penataan

Lingkungan

Permukiman

Berbasis

Komunitas
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman Berbasis Komunitas:
Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;
Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada
PJM Pronangkis-nya;
Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;
Ada

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemda,

swasta,

dan

masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)
Kriteria Lokasi :
Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;
Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
Kawasan yang dilestarikan/heritage;
Kawasan rawan bencana;
Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi
sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan
sentra niaga (central business district);
Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;
Komitmen

Pemda

dalam

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan
rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;
Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.
Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk
elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana
dan pelaksanaan serta DAED/DED.
Kriteria Umum:
Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan
RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;
Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan
wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);
Komitmen

pemda

dalam

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan
Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus

Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan

Revitalisasi Kawasan:
Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;
Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;
Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;
Ada

rencana

pengembangan

dan

investasi

pemda,

swasta,

dan

masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka
Hijau:
Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan
taman (RTH Publik);
Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun
ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang);
Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20%
dari luas wilayah kota;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria

Khusus

Fasilitasi

Penyusunan

Rencana

Tindak Permukiman

Tradisional Bersejarah:
Lokasi

terjangkau

dan

dikenal

oleh

masyarakat

setempat

(kota/kabupaten);
Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang
khas dan estetis;
Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;
Ada

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemda,

swasta,

dan

masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
(RISPK):
Ada Perda Bangunan Gedung;
Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;
Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi
Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008
ttg Tata Ruang;
Ada

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemda,

swasta,

dan

masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman
Tradisional/Ged Bersejarah:
Mempunyai

dokumen

Rencana

Tindak

PRK/RTH/Permukiman

Tradisional-Bersejarah;
Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;
Ada DDUB;
Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;
Khusus

dukungan

Sarana

dan

Prasarana

untuk

permukiman

tradisional, diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik
yang

menjadi

tradisionalnya;

prioritas

masyarakat

yang

menyentuh

unsur

Ada

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemda,

swasta,

dan

masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran:
Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah
(minimal SK/peraturan bupati/walikota);
Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan
dengan DPRD);
Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;
Ada lahan yg disediakan Pemda;
Ada

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemda,

swasta,

dan

masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan:
Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan;
Bangunan

gedung

pelayanan

umum

(puskesmas,

hotel,

tempat

peribadatan, terminal, stasiun, bandara);
Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial
masyarakat (taman, alun-alun);
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

8.2.5 Usulan Program dan Kegiatan
Setelah memperhatikan kriteria kesiapan maka dapat dirumuskan usulan
program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan kabupaten/ko