Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM pada dasarnya bertujuan untuk:

  a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya, b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.

5.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya.

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah

  daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

  Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana

  Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

  Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota : Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.

  Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber

  pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan : a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan

  APBD tahun sebelumnya;

  b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman

  d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah

  dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

  Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

  a. Pendapatan daerah yang meliputi : Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No.15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan

  Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  • Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.

  b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis :

  • kerawanan sanitasi; - cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No.14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan

  Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

  Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi :

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar- besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

5.2. Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Belu

  Pemerintah Kabupaten Belu dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua permendagri 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

  Pengelolaan Keuangan Daerah dilaksanakan dalam suatu system terintegrasi diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan instrument yang menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah. Struktur APBD Kabupaten Belu terdiri dari (1) Penerimaan Daerah yang didalamnya terdapat pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah; (2) Pengeluaran Daerah yang didalamnya terdapat Belanja Daerah dan (3) Pengeluaran Pembiayaan Daerah. Pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah, sehingga analisis pengelolaan keuangan daerah menjelaskan tentang aspek kebijakan keuangan daerah, yang berkaitan dengan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah guna mewujudkan visi dan misi.

  Rencana Program Investasi Jangk a Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya KABUPATEN BELU

Tabel 5.1.

  

Perkembangan Pendapatan Daerah Dalam 5 Tahun Terakhir

Tahun – 1 Tahun – 2 Tahun - 3 Tahun - 4 Tahun - 5 PENDAPAT AN DAERAH Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Pendapatan Asli Daerah 22.258.927.170,00 22.030.961.820,00 33.394.437.869,00 34.853.047.834,00 47.085.113.252,00

  Pajak Daerah 3.994.535.999,00 3.274.654.612,00 3.876.088.264,00 6.595.781.064,00 9.731.892.826,00 Retribusi Daerah 7.503.012.676,00 6.291.377.567,00 13.037.950..069,00 14.982.462..030,00 22.095.397.553,00 Hasil Pengelolaan Kekayaan

  

309

1.532.100.875,00 1.432.004.841,00 1.889.679.677,00 2.861.616.908,00 3.251.870445,00 Daerah yang dipisahkan Lain-Lain PAD 9.021.420.537,00 11.032.924.800,00 14.590.719.859,00 10.413.187.832,00 120.005.952..428,00

  Dana Perimbangan 455.519.642.217,00 472.647.385.448,00 475.463.716.995,00 511.229.990.728,00 643.122.500.147,00 Dana Bagi Hasil Pajak & Bukan Pajak 18.235.594.217,00 18.427.196.448,00 26.160.207.995,00 20.496.175.728,00 20.871.181.147,00 Dana Alokasi Umum 379.987.048.000,00 384.884.189.000,00 398.283.809.000,00 427.613.915.000,00 514.663.089.000,00 Dana Alokasi Khusus 57.297.700.000,00 69.336.000.000,00 51.019.700.000,00 63.119.900.000,00 107.588.230.000,00

  Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 122.414.734.232,00 55.309.843.430,00 52.584.898.049,00 114.369.104.814,00 54.358.881.521,00 Pendapatan Lain Yang Sah

  • 2.538.222.083,00 3.089.143.968,00 227.607.126,00 Dana Darurat DBH Pajak dari Pemda Lainnya 2.427.695.050,00 6.120.995.752,00 5.199.954.460,00 5.927.572.973,00 9.653.951.521,00 Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 4.729.596.000,00 42.707.582.400,00 107.794.702.160,00 44.709.930.000,00 - Bantuan Keuangan Provinsi/ Pem da
  • Lain 1.277.718.250,00 2.550.450.000,00 1.588.217.221,00 419.222.555,00

  Penerimaan Pembiayaan Daerah 111.441.465.449,00 46.638.397.678,00 38.410.990.556,00 54.364.878.812,00 43.227.971.375,00 600.193.303.619,00 549.988.397.698,00 599.854.043.469,00 Total Pendapatan 716.864.022.188,00 787.794.466.295,00

  Sumber : Belu Dalam Angka 2013 V - 6

  Rencana Program Investasi Jangk a Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya KABUPATEN BELU Tabel 5.2. Perkembangan Belanja Daerah Dalam 5 Tahun Terakhir Tahun – 1 Tahun – 2 Tahun - 3 Tahun - 4 Tahun - 5 BELANJA DAERAH Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Belanja Tidak Langsung 270.696.216.314,00 285.691.532.445,00 346.192.872.540,00 416.264.122.427,00 416.264.122.427,00

  

Belanja Pegawai 245.882.402.164,00 279.350.718.094,00 321.243.678.608,00 376.720.986.438,00 376.720.986.438,00

  • Belanja Bunga
  • Belanja Subsidi

    Belanja Hibah 19.965.352.650,00 2.748.500.000,00 3.519.000.000,00 17.380.571.619,00 17.380.571.619,00

    Belanja Bantuan Sosial 4.848.461.500,00 1.888.400.000,00 2.300.440.370,00 1.525.713.870,00 1.525.713.870,00

    Belanja Bantuan Pemda lain - - 17.629.414.262,00 19.815.900.000,00 19.815.900.000,00

    Belanja Tidak Terduga - 1.703.914.000,00 1.500.339.300,00 820.950.500,00 820.950.500,00

  Belanja Langsung 281.223.505.706,00 242.049.450.880,00 195.936.511.261,00 259.578.529.676,00 259.578.529.676,00

Belanja Pegawai 31.869.102.682,00 33.264.333.122,00 29.186.942.067,00 32.640.966.544,00 32.640.966.544,00

Belanja Barang & Jasa 134.042.894.307,00 107.941.550.039,00 109.703.292.145,00 123.430.711.368,00 123.430.711.368,00

Belanja Modal 115.311.508.717,00 99.343.567.709,00 57.046.277.049,00 103.506.851.764,00 103.506.851.764,00

Pengeluaran Pembiayaan 1.590.000.000,00 1.500.000.000,00 1.100.000.000,00 5.805.000.000,00 5.805.000.000,00

Daerah

  Total Belanja 553.509.722.020,00 527.740.983.325,00 543.229.383.801,00 681.647.652.103,00 681.647.652.103,00 Sumber : Belu Dalam Angka 2013

  V - 7

5.3. Potensi Pendanaan APBN

  Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

5.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN Dalam 5 Tahun Terakhir (2010-2014)

  Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011).

  Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

Tabel 5.3 APBN Cipta Karya di Kabupaten Belu Dalam 5 Tahun Terakhir Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Sektor Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

  Pengembangan Air Minum 9.507.479 17.636.826 51.599.789 8.175.850

  • 7.192.640 6.400.000 400.000

  Pengembangan PLP Pengembangan 3.411.270 10.027.178 1.898.000 86.306.816 2.663.692

  Permukiman Penataan Bangunan & 6.844.764 1.965.000 1.876.400

  Lingkungan 3.411.270 33.572.061 21.499.826 144.606.608 13.155.942 Total

  Pagu dana di atas belum termasuk alokasi dana untuk program pemberdayaan yang disalurkan langsung kepada masyarakat melalui satker yang dibentuk di Kabupaten Belu, Program Pemberdayaan yang dilaksanakan di Kabupaten Belu berupa Program PPIP, P2KP dan Pamsimas. Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

  Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan

  DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,

  persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 5.4 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Belu Dalam 5 Tahun Terakhir Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Jenis DAK Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

  1.029.100.000 1.156.600.000 1.992.440.000 2.575.020.000 DAK Air Minum DAK Sanitasi 846.500.000 1.015.750.000 1.069.030.000 2.671.720.000

5.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD Dalam 5 Tahun Terakhir

  Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada.

Tabel 5.5 Perkembangan Alokasi APBD Untuk Pembangunan Cipta KaryaTabel 5.6 Perkembangan DDUB di Kabupaten Belu

  Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah.

  3.411.270 500.00033.572.061 2.469.20021.499.826 1.636.260 144.606.608 712.100

  6.844.764 290.000 1.965.000 75.000 30.000 Total DDUB

  

Pengembangan PPLP 7.192.640 596.000 - - 6.400.000 450.000

Pengembangan Permukiman 3.411.270 500.00010.027.178 633.200 1.898.000 190.000. 86.306.816 232.100. Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Pengembangan Air Minum 9.507.479 950.000-17.636.826 1.371.260 51.599.789 -

  

Dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun – 3 Tahun - 4 Tahun - 5 Alokas i APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB

  Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di Belu. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam 3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah. Perkembangan DDUB dapat dijabarkan dalam tabel 5.6

  

di Kabupaten Belu Dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun – 3 Tahun - 4 Tahun - 5 Alokas i % APBD Alokas i %

  

500.000 2.469.200

1.636.260 712.100

  500.000 2.469.200 1.636.260 712.100 Total Belanja APBD

  290.000 75.000 30.000 Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya

  Pengembangan PPLP 596.000 - 450.000 Pengembangan Permukiman 500.000 633.200 190.000. 232.100. Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Pengembangan Air Minum 950.000- 1.371.260 -

  

APBD

Alokasi % APBD Alokasi % APBD Alokas i % APBD

5.4. Alternatif Sumber Pendanaan

  Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya. Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP- SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit. Di samping itu, pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh perusahaan daerah yang ada di kabupaten/kota dalam 3-5 tahun terakhir.

5.4.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari Swasta Dalam 5 Tahun Terakhir

  Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non- cost. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Sampai dengan tahun 2014 belum terdata seberapa besar peran serta perusahaan melalui CSR dalam pembangunan Infrastruktur Permukiman di Kabupaten Belu 5.5. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya.

  Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

KABUPATEN BELU

5.5.1. Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan

  Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya. Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut sebagai berikut:

  1. Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : Y

  = Nilai tahun ini Y- 1

  = Nilai 1 tahun sebelumnya Y- 2 = Nilai 2 tahun sebelumnya

  Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan yang sah.

  2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris sebagai berikut : Keterangan : Yn = Nilai pada tahun n Y = Nilai pada tahun ini r = % pertumbuhan n = tahun ke n (1-5)

  3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

  Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan total belanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi belanja bidang Cipta Karya terhadap APBD sama dengan eksisting (Tabel 5.6) maka dapat diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan.

  Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut, disajikan dalam tabel 5.7

Tabel 5.7 Proyeksi Pendapatan APBD Dalam 5 Tahun ke Depan

  Pertumbu Proyek si Uraian Tahun 2011 (Y1 ) Tahun 20 12 (Y0) han Rata- Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 rata (% ) PENDAPATAN ASLI 34.85 3.047.83 4 47 .085.11 3.252 5 1.920.7 54.383 57.253 .0 15.858 63.132 .900.58 7 69.6 16.649 .4 77 76.76 6.279.37 8 DAERAH

  Pendapat an Pajak 6.595.781.064 9.731.892.826 1 0.731.3 58.219 11.833 .4 68.708 13.048 .765.94 5 14.3 88.874 .2 07 15.86 6.611.58 8 Daer ah Pendapat an

  2 4.364.5 94.882 26.866 .8 38.776 29.626 .063.11 8 32.6 68.659 .8 01 36.02 3.731.16 2 14.982.462.030 22.095.397.553 Retr ibusi Daer ah

  Pendapat an Hasil Pengelolaan 2.861.616.908 3.251.870.445 3.585.8 37.540 3.954 .1 03.055 4.360 .189.43 9 4.8 07.980 .8 94 5.301 .760.53 2 Kekayaan Daer ah

  Yang Dipisahkan Lain-lain Pendapat an Asli 10.413.187.832 12.005.952.428 1 3.238.9 63.742 14.598 .6 05.319 16.097 .882.08 5 17.7 51.134 .5 75 19.57 4.176.09 6 Daer ah Yang Sah DANA 5 11.229 .990.72 8 64 3.122.50 0.147 70 9.171.1 80.912 78 2.003.0 61.192 8 62.314 .775.57 6 950.8 74.503 .028 1 .048.529 .314.48 9 PERI MBANGAN

  10,27 Bagi Hasil Pajak dan bahi hasil Bukan 20.496.175.728 20.871.181.147 2 3.014.6 51.451 25.378 .2 56.155 27.984 .603.06 2 30.8 58.621 .7 96 34.02 7.802.25 5 Pajak Dana Alokasi

  427.613.915.000 514.663.089.000 56 7.518.9 88.240 62 5.803.1 88.333 6 90.073 .175.77 4 760.9 43.690 .926 8 39.092 .607.98 4 Umum Dana Alokasi 63.119.900.000 107.588.230.000 11 8.637.5 41.221 13 0.821.6 16.704 1 44.256 .996.74 0 159.0 72.190 .305 1 75.408 .904.24 9 Khusus LAIN-LAIN PENDAPATAN 1 16.416 .104.81 4 54 .358.88 1.521 5 9.941.5 38.653 66.097 .5 34.673 72.885 .751.48 4 80.3 71.118 .1 61 88.62 5.231.99 6 DAERAH YANG SAH PENERI MAAN PEMBIAYAAN 54.36 4.878.81 2 54 .358.88 1.521 5 9.941.5 38.653 66.097 .5 34.673 72.885 .751.48 4 80.3 71.118 .1 61 88.62 5.231.99 6 DAERAH TOTAL 7 16.864 .022.18 8 79 8.925.37 6.441 88 0.975.0 12.601 97 1.451.1 46.396 1.0 71.219 .179.13 1 1.181.2 33.388 .8 27 1 .302.546 .057.86 0 Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).

  Net Public Saving Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan

  daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya.

  Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

  Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah) Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh -

Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai,

belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain

yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.

   Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan -

lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)

  Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No.

  30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

  c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

  d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah. Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut :

  PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum DBH = Dana Bagi Hasil DBHDR = DBH Dana Reboisasi

  5.5.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

  Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan. Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPIJM. Walaupun demikian didalam pendanaan kecitakaryaan di Kabupaten peran Perusahaan daerah masih belum nampak, perusahaan daerah yang menangani keciptakaryaan di Kabupaten Belu hanya PDAM, walaupun demikian berdasarkan hasil audit dari BPKP tahun 2013 kondisi PDAM Belu masih dikategorikan Sakit, yang artinya kondisi keuangan dari perusahaan tersebut masih membutuhkan tambahan dana dari APBD 2.

  5.5.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta

  Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Daftar proyek potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi ususlan program dan kegiatan setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan finansial. Sampai dengan tahun 2014, pemerintah daerah Kabupaten Belu belum pernah menyusun rencana pendanaan pembangunan Keciptakaryaan dengan melibatkan sektor Swasta, kondisi ini dikarenakan sektor swasta di Kabupaten Belu masih sangat kecil.

  5.5.4. Analisa Tingkat Ketersediaan Dana dan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

  5.5.5. Analisa Kemampuan Keuangan Daerah

  Pembiayaan dana APBN untuk bidang keciptakaryaan di Kabupaten Belu lebih mengarah pada sektor sektor air minum yakni 17,6 Milyar di tahun 2012 dan 51,59 Milyar di tahun 2013. Urutan yang berikut adalah sektor Bangkim yang tiga tahun berturut-turut (2010,2011,2012) mendapat stimulan dana APBN total sebesar 90 Milyar. Besarnya Pembiayaan keciptakaryaan dari tahun 2010 sampai 2014 oleh APBN tidak tetap. Tahun 2010 sebesar 3,4 Milyar, tahun 2011 naik menjadi 33,57 Milyar dan tahun 2012 turun menjadi 21,49 milyar, untuk tahun 2013 mengalami kenaikan sangat besar menjadi 144,6 Milayr, dan untuk tahun 2014 turun menjadi 13,155 Milayar. Walaupun demikian Kondisi ini menunjukan bahwa setiap tahun selalu ada dana stimulan dari APBN untuk merangsang keuangan daerah. Dana APBN inipun selalu berubah sesuai usulan kebutuhan. Sedangkan kebutuhan dana dari APBDpun turut meningkat dari tahun ke tahun. Ini terlihat dalam tabel proyeksi APBD selama 5 tahun kedepan. Dimana diharapkan tingkat pendapatan di tahun 2014 sebesar Rp. 853.792.809.227,- menjadi Rp. 1.191.183.019.525,- di tahun 2015 dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 11,74%. Sedangkan Perusahaan Daerah belum bisa berbuat banyak dalam mendukung dana bagi pembangunan ke-ciptakarya-an. Begitu juga dengan CSR dan KPS belum berperan dalam membantu membiayai pembangunan Infrastruktur permukiman. Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:

  a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsitrend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya.

  b. Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah

  c. Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta

5.5.6. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

  Dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah menyusun strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.

  D a erah merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, sebagai berikut : Pada pelaksanaan pembiayaan, semua sumber pembiayaan yang sudah disepakati antara Pemerintah kabupaten Belu dengan Pemerintah Pusat (termasuk dana bantuan luar begeri) dirumuskan dalam dokumen project Memorandum (Kesepakatan Pelaksanaan Program).

  Strategi ini untuk mengoptimalkan Sumber-Sumber Pendanaan dan menganalisis perkembangan sumber pendanaan baik eksternal maupun internal. Strategi ini dimaksudkan agar sumber-sumber pendanaan yang ada dapat dimaksimalkan terutama dalam pemenuhan kebutuhan pendanaan pembangunan dan pengembangan program infrastruktur. APBD merupakan sumber pendanaan utama dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur di kabupaten Belu. Secara umum APBD merupakan penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja, dan Pembiayaan. Berdasarkan kondisi dan kecenderungan pengalokasian anggaran, maka diperlukan strategi dalam Pengoptimalan penggunaan APBD dengan menetapkan kebutuhan program pembangunan dan pengembangan infrasrtuktur kabupaten Belu dengan mengintegrasikan langkah-langkah pembangunan infrastruktur di kabupaten Belu yang ditetapkan berdasarkan target-target pembangunan infrastruktur sebagaimana telah ditetapkan didalam RPJMD, RPJMN, SPM, maupun MDGs.

  Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain :

  1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;

  2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;

  3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

  4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;

  5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada;

  6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.