peningkatan prestasi belajar siswa pada pelajaran ips mengenai koperasi melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar bab 2

9

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Secara konseptual maupun operasional IPS erat hubunganya dengan studi
sosial dan ilmu sosial. (Somantri,2001). IPS diberi pengertian sebagai pelajaran
yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi,
ekonomi, antropologi, tata Negara dan sejarah yang disajikan secara sistematis
dan psikologis.
IPS merupakan perpaduan anatara konsep-konsep ilmu sosial dengan
konsep-konsep pendidikan yang disajikan secara sistematis, psikologis dan
fungsional sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik (Somantri,2001:45).
Pendidikan IPS adalah sebuah program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu.
Sehingga baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial, maupun
ilmu pendidikan tidak akan ditemukan adanya sub-sub disiplin PIPS, yang dalam
kepustakaan National Council for Social Studies (NCSS) dan Social Science
Education Council (SSEC) disebut “social studies” dan “social sciences
education”. (Achmad, www.Depdiknas.go.id)
Sumaatmadja (1984:7-8) mengatakan : “IPS sebagai suatu bidang

pengkajian tentang gejala atau masalah social”. Sejalan dengan pengertian IPS
tersebut, Sumaatmadja (1980:11) menyebutkan bahwa :
Secara mendasar, pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia
yang, melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhan. IPS berkenaan
dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan
materinya,memenuhi kebutuhan budayanya,kebutuhan kejiwaannya,

10

pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi. Mengatur
kesejahteraan dan pemerintahaanya, dan lain sebagainya yang mengatur
serta mempertahankan kehidupan masyarakat. Pokoknya memepelajari –
menelaah – mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini,
itulah hakikat yang dipelajari pada pengajaran IPS.
Pendidikan IPS (Social Studies), dan ilmu-ilmu sosial (social Science)
mempunyai batasan dan pengertian yang lebih mengacu pada bidang kajian sosial
kemasyarakatan yang didasarkan pada disiplin ilmu yang terangkum dalam ilmuilmu sosial. Sanusi (1971:17) “mengemukakan bahwa ilmu-ilmu sosial terdiri atas
disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis, dan biasanya
dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah, sehingga ilmu
sosial bersifat interdisipliner”. Sedangkan didalam kurikulum IPS tahun 2006, IPS

mengkaji seperangkat fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi yang berkaitan
dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya,masyarakatnya,
bangsanya, dan lingkunganya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat
dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.
Menurut Kamarga (1994:12) ”berdasarkan fungsi pengajaran di sekolah.
IPS terdiri dari Social Studies dan social Science”. Pendidikan ilmu sosial (social
Science) biasanya dikembangkan dalam kurikulum akademik pada tingkat sekolah
menengah. ”Kurikulum yang demikian akan memakai disiplin ilmu sebagai label
mata pelajaran dan tujuan kurikulum sangat erat kaitanya dengan tujuan disiplin
ilmu” (Hasan, 1996:93). Sedangkan ilmu pengetahuan sosial (Social Studies)
dikembangkan untuk tingkat atau jenjang pendidikan dasar. Dalam hal ini focus
utama IPS adalah kajian hubungan antar manusia. Dengan demikian untuk
mencapai keserasian dan keselarasan suatu masyarakat dibutuhkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dibentuk melalui pendidikan pengetahuan sosial.

11

Berdasarkan pernyataan di atas, tampak bahwa bidang kajian antara ilmu
sosial atau ilmu pengetahuan sosial tidaklah berbeda yaitu sebagai studi yang
bidang kajianya sama-sama mempelajari kehidupan individu di lingkungan

masyarakat walaupun penekanan kerangkanya berbeda.
Sebagai perbandingan, berikut dikemukakan beberapa definisi dan batasan
IPS sebagai berikut :
1. Somantri (2001) Pendidikan IPS di Indonesia adalah penyederhanaan
disiplin ilmu-ilmu sosial dan segala sesuatu yang sifatnya sosial,yang
diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis dengan Pancasila UUD 1945
sebagai “nilai sentralnya” untuk mencapai tujuan pendidikan (nasional)
khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.
2. Forum komunikasi II HISPIPS (1991) di Yogyakarta telah mendefinisikan
PIPS sebagai penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial
dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang di organisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan pedagosis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
3. Nasution dan Waney (1989:62) menyatakan bahwa IPS ialah suatu
program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada
pokoknya mempersoalkan manusia dan lingkungan alam fisik maupun
dalam lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari berbagaiilmu
sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, ilmu politik dan
psikologi.
4. Wesley (dalam, Daldjoeni 1985:25) didefinisikan sebagai The social
science simplied, and desttilized for educational purposes.

Tujuan dari pendidikan IPS, menurut Hasan (1993:92), “pendidikan IPS
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, sikap dan nilai peserta
didik sebagai individu maupun sebagai mahluk sosial dan budaya”. Somantri

12

(2001:99) “mengemukakan tujuan pendidikan IPS adalah agar peserta didik lebih
mengenal orang lain di sekitarnya, menyesuaikan diri pada lingkungannya, dan
mengembangkan kebudayaan, kesenian,adat istiadat daerah dan sebagainya”.
Menurut Al Muchtar (2004:40) “Tujuan IPS mengembangkan kemampuan baik
intelektual maupun emosional siswa untuk dapat memahami dan memecahkan
masalah sosial dalam rangka memperkuat partisipasi sebagai warga Negara dalam
kehidupan masyarakat”.
Sementara itu menurut Suyanto (2005:4) dalam seminar sehari pendidikan
IPS menyatakan ada beberapa tujuan pendidikan IPS :
1. Pembelajaran IPS yang harus diorganisasikan secara terpisah sesuai
dengan body of knowledge masing-masing disiplin ilmu sosial.
2. Pembelajaran IPS diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis dan
menghendaki agar program pengajaran mengkorelasikan bahkan mungkin
harus mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu sosial, dalam unit program

studi.
3. Pembelajaran IPS diorganisasikan dengan menampung tujuan siswa yag
akan melanjutkan ke perguruan tinggi maupun yang akan terjun langsung
ke masyarakat.
4. Pembelajaran IPS mempelajari bahan pengajaran yang pantang (tabu)
untuk dibicarakan, dengan demikian para siswa akan memperoleh
kesempatan untuk memecahkan konflik intra personal maupun antar
personal.
Berkaitan dengan pendidikan IPS pada level Sekolah Menengah Pertama
tidak dapat melepaskan diri dari kajian konteks lingkungan sekitar atau pengaitan
latar sosial budaya, sejarah, geografi, ekonomi, politik, pemerintah sesuai dengan
ruang lingkup pengembangan IPS yang berlaku di SMP. Hasan (1996:56)
mengemukakan secara konseptual IPS untuk jenjang SMP disajikan secara :
1. Merujuk pada organisasi materi kurikulum yang bertujuan (1)
mengembangankan kemampuan melalui pengetahuan sosial dan
budaya; (2)mendidik siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
sikap, dan nilai untuk dirinya sebagai individu maupun sebagai mahluk
sosial dan budaya.

13


2. Kajian materi berhubungan dengan kehidupan sosial dan budaya di
sekitarnya, di wilayah tempat tinggalnya, dinegaranya sebagai warga
Negara dan dunia.
3. Tidak langsung berhubungan dengan disiplin ilmu sosial. Pokok
bahasan yang berlabelkan disiplin ilmu sosial bukan karena arti
penting materi yang dikandungnya untuk mencapai tujuan pendidikan
yang diharapkan.
4. Organisasi materi tidak membatasi diri dengan salah satu atau
beberapa disiplin ilmu.
Tujuan dari pengetahuan sosial di SMP pada kurikulum 2006 adalah
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan siswa yang berkaitan
dengan isu sosial dan kewarganegaraan. Berdasarkan beberapa uraian tersebut,
dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan IPS dalam penelitian ini adalah
menyiapkan peserta didik mampu, baik dalam dimensi berpikir, bersikap maupun
keterampilan agar dapat menjalani kehidupanya di masyarakat.
Ruang lingkup pendidikan IPS menurut kurikulum 2006 meliputi beberapa
aspek yang berkaitan dengan: (1) sistem budaya sosial; (2) manusia, tempat dan
lingkungan; (3) perilaku ekonomi dan kesejahteraan; (4) waktu, keberlanjutan dan
perubahaan; (5) sistem berbangsa dan bernegara.


2.2 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Di dalam proses kegiatan belajar mengajar, baik pada tingkat tinggi
maupun di tingkat yang lebih rendah secara tidak langsung dalam situasi dan
kondisi apapun terdapat tiga komponen yang saling mempengaruhi. Komponenkomponen tersebut adalah siswa, bahan ajar, dan guru.
Dalam hal ini, guru harus memperhatikan dengan seksama, apakah anak
itu memunculkan perhatian atau perhatian yang semu, sebab bagaimana anak

14

dapat tertarik pada hal yang penting, hanya guru yang dapat mengetahui dan
mengarahkannya.

Menurut

Cf.Mayer

(dalam

Suriadisastra,1993:99),


“mengemukakan bahwa sifat keingintahuan anak dalam mengeksplorasi pada
umumnya tidak siklus melainkan bersifat spiral artinya pada saat keingintahuan
awal terpuaskan, maka apa yang dihadapi telah berubah ke arah di atasnya, karena
sifat ingin tahu sangat erat dengan perhatian”. Perhatian dan sifat-sifat yang
imajinanif akan mendorong seseorang untuk lebih ingin tahu. Dalam hubunganya
dengan perhatian dan keingintahuan anak, semuanya tidak terlepas dari keaktifan
anak, karena anak pada usia SMP mempunyai kecenderungan untuk bergerak
bebas.
Dalam upaya mencapai hasil sesuai yang diharapkan, dan penyelenggaraan
proses pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, guru
dapat membalajarkan peserta didiknya pada pembelajaran IPS dengan
pengalaman langsung dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis
siswa SMP, hal ini dapat menggunakan strategi pembelajaran sebagai berikut :
1. Listing grouping and labeling. Misalnya anak sepulang sekolah dari field
trip ke Taman Sapari, guru menugaskan kepada mereka untuk mendata
nama-nama hewan (listing), mengelompokan hewan tersebut sesuai
dengan jenis dan sifat khasnya (grouping), dan menyebutkan kelompokkelompok hewan tersebut (labelling).
2. Experiencing, hypothesizing and testing. Misalnya dalam mengajarkan
koperasi, anak sebelumnya sudah memiliki konsep awal tentang koperasi,

kemudian guru mengembangkan melalui diskusi untuk mengetahui tujuan
koperasi, sifat dan jenis koperasi dan sebagainya (Experiencing),
kemudian siswa membuat hipotesa atas jawaban yang diperolehnya
(hypothesizing), selanjutnya siswa diminta untuk menguji kebenaran
hipotesa yang disusun dengan mengadakan penelitian (testing).
3. Reorganizing examples and non examples. Misalnya guru mengajarkan
konsep modernisasi, guru menampilkan contoh-contoh dalam bentuk
gambar, kemudian siswa bersama guru mengkaji apa yang dimaksud
dengan modernisasi berdasarkan karakteristik contoh-contoh yang

15

ditampilkan guru. Setelah selesai, guru menampilkan contoh-contoh lain
untuk diidentifikasikan siswa, mana yang termasuk dalam modernisasi dan
mana yang bukan modernisasi (Jarolimek, 1993:325).
Pembelajaran dapat menggunakan strategi, pendekatan dan metode yang
bervariasi sehingga duru dapat mengajar secara optimal dan siswa dapat
mengembangkan potensinya masing-masing.
Konklusi dari semua tampilan di atas menegaskan bahwa agar tujuan IPS
dapat dicapai dalam proses pembelajaran, maka seorang guru IPS harus

menggunakan berbagai metode mengajar yang memiliki karakteristik ekologis
dan fungsional.

2.3 Pembelajaran IPS di SMP
Pembelajaran IPS di SMP mempunyai peran yang sangat penting dalam
rangka pemahaman siswa tentang hak ihwal kehidupan sosial, kemampuan
berperan aktif yang wajar di masyarakat dan mampu berfungsi serta berguna bagi
lingkungan dimana siswa tersebut tinggal. Pembelajaran IPS merupakan salah
satu program pengajaran yang membina dan mempersiapkan kehidupan sosial
yang baik bagi peserta didik sebagai warga Negara yang baik.
IPS di SMP mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan. IPS di SMP
berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap,dan keterampilan
siswa tentang masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia. (Kurikulum 2006).
Hasan (1996:41) “mengemukakan bahwa fungsi dari kurikulum IPS SMP
adalah membentuk sikap rasional dan bertanggung jawab terhadap masalah-

16

masalah yang timbul akibat interaksi antara manusia dan lingkungannya”.

Sementara iti menurut Mutakin (2004:17) “pembelajaran IPS di SMP harus
dimulai dari lingkungan keluarga siswa itu sendiri, lingkungan sekolah dan para
tetangga dengan cara membandingkan diantara sesamanya”. Hal ini mesti
ditekankan untuk memperjelas kebutuhan-kebutuhan dasar bersama, serta respekrespek yang menggiringya, yaitu fakta-fakta adanya keanekaragaman.
Menurut Djahiri (1995:6) “bahwa pengajaran IPS di SMP tidak bersifat
keilmuan melainkan bersifat “pengetahuan”. Ini barmakna bahwa yang diajarkan
bukanlah teori-teori ilmu sosial, melainkan hal-hal praktis yang berguna bagi diri
dan kehidupannya kini maupun kelak dikemudian hari dalam berbagai lingkungan
serta aspek kehidupannya.
Ausebel (dalam Dahar, 1996:52) ”bahwa kebermaknaan belajar dapat
diraih manakala terjadi hubungan substansif aspek konsep-konsep, informasi atau
situasi baru dengan komponen yang relevan terdapat dalam struktur kognitif
siswa”. Baik dalam hubungan-hubungan yang bersifat derivatif, elaboratif,
korektif, supportif maupun yang bersifat hubungan-hubungan kualitatif. Beberapa
konsep IPS SMP yang dapat digali secara langsung dan dperkenalkan kepada
siswa melalui lingkungan antara lain konsep keluarga, lokasi, sumber daya alam,
kependudukan dan kebudayaan (Mutakin, 2004:36).
Mata pelajaran IPS di SMP secara garis besar memiliki dua manfaat yaitu :
1. Manfaat yang paling besar (umum) yaitu memberikan bekal bagi peserta
didik agar dapat hidup atau bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat
kelak.
2. Manfaatan pembelajaran IPS yang lebih khusus antara lain memberikan;
(1) peserta didik dapat beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya; (2)
membentuk kepribadian yang kuat dan mandiri; (3) peserta didik dapat

17

menghadapi perubahan sosial yang semakin cepat apalagi diera globalisasi
saat ini; (4) peserta didik dapat menerima modernisasi sebagai suatu
keniscayaan yang dapat dipungkiri. (Sumaatmadja, 1980:7).
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP saat ini mulai diarahkan
pada prespektif global, penggunaan lingkungan (fisik, sosial, budaya, dll). Hal ini
dilakukan agar dapat mengarahkan minat dan perhatian siswa untuk mengenal
lingkungan belajar di luar sekolahnya ( Jarolimek dan Parker, 1993:127).

2.4 Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Pengembangan pembelajaran pendidikan IPS di SMP dengan lebih
menekankan pada pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
berpijak pada model pengembangan kurikulum transformasi dari John P Miller
dan Wayn Seller serta model pengembangan kurikulum rekonstruksi sosial dari
Harold Rug dan Theodore Brameld ( Sukmadinata, 1988:98-102).
Munculnya model ini bermula dari adanya kesenjangan antara kurikulum
dengan masyarakat. Padahal, sekolah hendaknya terintegrasi dan saling
berhubungan dengan fenomena yang ada dalam masyarakat. Inilah awal
munculnya ide adanya kepedulian kurikulum dengan lingkungan siswa.
Lingkungan mempunyai fungsi penyangga perikehidupan yang amat
penting, oleh karena itu pengelolaan dan pengembangannya diarahkan untuk
mempertahankan keberadaanya dalam keseimbangan yang dinamis melalui
berbagai usaha perlindungan dan rehabilitasi serta usaha pemeliharaan
keseimbangan antara unsur-unsurnya secara terus menerus. Selanjutnya perlu
ditingkatkan upaya keserasian penduduk dan lingkungan hidupnya, dikembangkan

18

kesadaran lingkungan, serta didorong partisipasi dan swadaya masyarakat dalam
melestarikan kemampuan lingkungan hidup.
Sumarmoto (1994:8) ”mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
lingkungan hidup adalah segala sesuatu disekeliling

organisme itu yang

berpengaruh pada kehidupannya”. Menurut Sumaatmadja (1989:26) ”lingkungan
sebagai semua kondisi, situasi, benda dan mahluk hidup yang ada disekitar
sesuatu

mahluk

hidup

(organisme)

yang

mempengaruhi

perikehidupan,

pertumbuhan dan sifat-sifat atau mahluk hidup tersebut.
Hubungan manusia dengan lingkungan tidak dapat dipisahkan, saling
membutuhkan dan saling ketergantungan, manusia mempengaruhi lingkungan
hidupnya, sebaliknya manusia juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Hal
ini berarti karakteristik dan keberadaan manusia selain karena sifat keturunan
biologis sebagian lagi karena pengaruh lingkungan hidupnya.
Keterpengaruhan ini beriringan dengan perkembangan peradaban manusia,
karena hubungannya bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan peradaban
manusia. Menurut Rochmadi (1997:4-7), hubungan antara manusia dengan
lingkungan dapat di kelompokan menjadi empat tahap, yakni :
1. Kala peradaban manusia masih sederhana kehidupan manusia dipengaruhi
oleh lingkungan.
2. Perkembangan IPTEK menyebabkan manusia mengeksplorasi lingkungan
(manusia mempengaruhi lingkungan).
3. Perkembangan berikutnya manusia dan lingkungan saling mempengaruhi
dengan perantara kebudayaan.
4. Hubungan antara manusia dengan lingkungan semakin kompleks, teriring
dengan perkembangan IPTEK.
Pada konsep ekologi secara umum lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu
lingkungan abiotik dan lingkungan biotik atau organik, selanjutnya bila ditelaah

19

dari konsep ekologi manusia, lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam,
lingkungan

sosial,

lingkungan

budaya

dan

lingkungan

psikologis

(Sumaatmadja,1989:27).
Dalam konsep ini, pengkajian konsep lingkungan ditekankan pada kajian
tentang lingkungan dalam kosep ekologi manusia yang diberi batasan sebagai
semua kondisi, situasi, benda dan mahluk hidup yang ada disekitar peserta didik
yang

mempengaruhi

perikehidupan,

pertumbuhan

dan

sifat-sifat

atau

karakteristinya baik yang bersifat makro maupun mikro yang berbentuk alamiah,
sosial, budaya dan psikologis. Berdasarkan uraian tersebut dalam hal ini dibatasi
pada hal-hal yang memiliki keterkaitan erat dengan materi pembelajaran IPS di
SMP, biasanya berwujud fakta atau peristiwa dan fenomena (Hasan,1996:98).
Dalam proses belajar mengajar, sumber belajar merupakan data dan
informasi yang sangat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Sumber
belajar lain meliputi buku paket, buku penunjang/pelengkap, surat kabar, majalah,
guntingan surat kabar, rekaman, acara televisi, radio, dan lingkungan sekitar.
Lingkungan sebagai salah satu sumber belajar dalam pembelajaran IPS dapat
dibedakan menjadi lingkungan alam, sosial, budaya, dan psikologis. Dalam
kaitanya sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS, keempat jenis
lingkungan tersebut dipergunakan secara terpadu dan utuh tanpa adanya
pengklasifikasian yang dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1. Lingkungan Alam
Lingkungan alam adalah kondisi alam atau fisik suatu tempat baik abiotik
maupun biotik yang belum banyak dipengaruhi oleh tangan manusia yang

20

berpengaruh terhadap kehidupan umat manusia (Sumaatmadja,1989:29). Contoh
lingkungan abiotik bantuan, tanah, mineral, udara, air baik baik yang terdapat di
darat maupun di lautan. Sedangkan lingkungan biotik adalah lingkungan yang
terdiri dari lingkungan alam biotik hewani dan lingkungan abiotik nabati.
Lingkungan abiotik nabati (flora) meliputi tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan
sebagainya. Lingkungan biotik hewani (fauna) meliputi hewan peliharaan, hewan
liar serta unggas.
Karakteristik dan kondisi lingkungan alam suatu tempat mempengaruhi
kehidupan manusia yang bertempat tinggal di sana, seperti mata pencaharian,
kebudayaan, tradisi, daya tahan tubuh, makanan, pakaian, bentuk tempat
tinggalnya dan sebagainya. Misalnya antara penduduk desa, karena karakteristik
dan kondisi lingkungannya masih alamiah, maka kebanyakan mata pencaharianya
adalah petani, tradisinya banyak dipengaruhi oleh budaya petani, pakainnya
sederhana, daya tahan tubuhnya lebih kuat karena sering ditempa sinar matahari
dan kerja keras. Sebaliknya dengan penduduk kota yang memiliki karakteristik
dan kondisi lingkungan alamnya yang berbeda, maka mata pencahariannyapun
beragam.
2. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial merupakan pola kehidupan sosial manusia dalam
hubungannya dengan manusia lainnya baik secara individu maupun kelompok
(Sumaatmadja, 1989:29), seperti keluarga, keturunan, tetangga, teman, organisasi
sosial, masyarakat, bangsa dan sebagainya. Karakteristik lingkungan sosial suatu

21

wilayah mempengaruhi kehidupan manusia yang tinggal di tempat tersebut,
seperti kepribadian, mata pencaharian, kebiasaan cara berpakaian dan sebagainya.
3. Lingkungan Budaya
Lingkungan budaya adalah segala kondisi baik yang berupa materi (benda)
maupun non materi yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitas, kreativitas
dan

penciptaan

yang

berpengaruh

terhadap

kehidupan

umat

manusia

(Sumaatmadja, 1989:29). Lingkungan budaya yang berupa materi meliputi
bangunan, gedung, peralatan, senjata, mobil dan sebagainya. Lingkungan budaya
yang berupa non materi meliputi tata nilai, adat istiadat, bahasa, kesenian, nilai,
norma, peradilan, hukum, sistem politik, sistem hokum dan sebagainya.
4. Lingkungan Psikologis
Lingkungan Psikologis merupakan suasana psikologis yang mencakup
kehidupan manusia yang bertempat tinggal di wilayah tersebut, seperti suasana
lingkungan yang tenang, damai, tentram, aman, tertib, bersih, indah, suasana
lingkungan yang gaduh, bising, gerah, kotor, ketakutan, brutal dan sebaginya.
Kondisi lingkungan psikologis suatu tempat memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam kehidupan manusia, bahkan dapat membentuk pola dan karakteristik
kehidupan manusia yang bersangkutan.
Eksplorasi informasi tentang panggunaan sumber belajar didasarkan atas
anggapan bahwa kualitas pendidikan IPS banyak ditentukan oleh bagaimana guru
mampu menggali dan menerapkan sumber belajar yang ada untuk ketercapaian
tujuan pembelajaran. Buku teks merupakan sumber belajar yang digunakan guru
dan siswa. Sedangkan sumber belajar seperti lingkungan sosial budaya,

22

perpustakaan, lembaga sosial yang ada di lingkungan sekitar sekolah belum
banyak digunakan sebagai sumber belajar. Bahkan terungkap selain buku teks
yang menjadi sumber utama belajar adalah guru itu sendiri, sehingga catatan
pelajaran yang diberikan guru merupakan sumber belajar utama setelah buku
wajib ditentukan oleh guru. (Al Muchtar, 1991:125).
Hamalik (1992:68), mengemukakan bahwa secara garis besar IPS
bermaksud memperkanalkan peserta didik kepada lingkungan masyarakat,
hubungan antara manusia dengan lingkungan masyarakat, hubungan antara
manusia dengan lingkungan manusiawi dan hubungan fisik, hubungan antara
manusia dengan lembaga-lembaga sosial dan hubungan manusia dengan barang
atau benda.

2.5 Pembelajaran IPS di SMP Dengan Menerapkan Konsep Lingkungan
”Model pembelajaran yang menerapkan konsep lingkungan sebagai
sumber belajar dalam pembelajaran IPS merupakan suatu strategi pembelajaran
untuk menanamkan sikap cinta terhadap lingkungannya”. (Karli, 2002:97).
Sedangkan menurut Gagne (dalam Dahar, 1996) “lingkungan mempunyai peranan
yang penting dalam pembentukan konsep, karena perannya sebagai stimulus
untuk terjadinya respon”.
Dengan pola pembelajaran IPS berdimensi pada pemanfaatan lingkunagn
sekitar sebagai sumber belajar menekankan pada penyedian dan sejumlah
pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan
kegiatan pengkajian atau penelitian sederhana (Investigative Experience). Untuk

23

melakukan pengembangan ini diterapkan melalui strategi pembelajaran study trip
and resource person. Dan dari keduanya dikembangkan secara terintegrasi
diterapkan secara bervariasi, seperti metode observasi, kerja kelompok, Tanya
jawab, demonstrasi dan diskusi.
Berkaitan dengan hal itu, peran guru sebagai fasilitator dan motivator
sangat penting, karena siswa usia SMP berada pada tahap operasional konkret
yang membutuhkan peran guru untuk memahami penggunaan konsep lingkungan
dijadikan sumber belajar.
Proses pembelajaran IPS yang menerapkan lingkungan sebagai sumber
belajar merupakan suatu media pendidikan yang menyenangkan dan dinilai
mampu memperkaya kajian materi secara bervariasi dalam upaya pelaksanaan
pendidikan IPS di lingkungan sekitar siswa. Pada proses pembelajarannya dapat
diterapkan melalui belajar berkelompok maupun belajar mandiri, serta cara
pengkajiannya dilakukan melalui perpaduan penggunaan metode kunjungan ke
lapangan atau keluar kelas.
Penerapan konsep lingkungan akan mengarahkan minat dan perhatian
siswa untuk mengenal lingkungan belajar di luar sekolah (Jarolimek Parker,
1993:43). Dalam artian, pada pembelajarannya akan menjembatani antara dunia
sokolah dengan dunia luar sekolah, antara dunia ideal dengan dunia real
masyarakat. Pendidikan IPS sarat akan konsep yang abstrak dapat dicapai
manakala tugas-tugas dan kajian materi yang ditugaskan oleh guru pada siswa
apabila lingkungan dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk merangsang dan
menarik perhatian siswa.

24