Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

(1)

DI KELAS V MI TA’LIM MUBTADI I KOTA TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

BETI SETIOWATI

NIM : 1811018300083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS

DI KELAS V MI TA'LIM MUBTADI I KOTA TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi syarat Mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Beti Setiowati NIM: 1811018300083

Pembimbing

Drs. H.Nurrochim, M.M NIP: 19590715198403

JURUSAN PROGRAM STUDI PGMI DUAL MODE

FAKULTAS ILMU TARBIYAH dan KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (DIN)

SYARIF illDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(4)

(5)

(6)

iv

Beti Setiowati, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Diskusi

Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas V MI Ta’limMubtadi I Cipondoh Kota

Tangerang.

Berdasarkan masalah mengenai rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, mendorong penulis untuk melakukan penelitian bagaimana upaya guru dalam meningkatkan motivasi dan gairah belajar IPS siswa di MI Talim Mubtadi I.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk : 1). Menumbuhkan motivasi belajar IPS siswa, 2). Untuk mengadakan perubahan pembelajaran dengan metode yang bervariasi, 3). Metode diskusi diduga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas(PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilaksanakan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran diskusi sebagai praktik dari ketrampilan berbicara.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa, motivasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan pembelajaran dengan metode diskusi. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus/pertemuan yang telah dilakukan.

Meningkatnya motivasi dan gairah belajar siswa mengiringi peningkatan hasil belajar IPS siswa, hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata hasil tes di akhir setiap siklus, yaitudari 60,74 padasiklus I, menjadi 77,00 padasiklus II, dan 100% seluruh siswa telah mencapai KKM.


(7)

v

Tiada Kata dan bahasa yang pantas terucapkan selain rasa syukur yang tak terhingga penulis panjatkan untuk-Mu, karena Engkau telah memberikan hamba-Mu ini nikmat sehat, kemudahan pemahaman, dan rasa sabar yang tiada terbatas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Dengan Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPS Di KelasV MI Ta’limMubtadi I Cipondoh Kota Tangerang”.

Sholawat dan salam semoga tercurahkan pada seorang yang telah membawa kedamaian di dunia, penerang umat di suluruh alam, yang selalu menunjukkan jalan yang benar, nabi besar Muhammad SAW. Kepada keluarganya, sahabat setianya, dan taklupa kepada seluruh umatnya semoga kelak dihari yang telah ditentukan semua mendapat syafaatnya.

Dengan terselesainya skripsi yang sederhana ini, semoga dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan skripsi tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami, baik dalam pengaturan waktu, pengumpulan bahan, dan sebagainya. Namun berkat kesungguhan hati, doa, kerja keras dan ketekunan serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dapat teratasi dengan baik, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu seyogyanya penulis menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. Nurlena M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatulloh.

2. DR. Fauzan. M.A. selaku Ka Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

3. Dindin Ridwanudin M.Md selaku Ka Pengelola Program Dual Mode System.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah, khususnya dosen–dosen PGMI yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingannya selama mengikuti perkuliahan.


(8)

vi

6. Suamiku tercinta yang selalu mendukung dan mengantarku kuliah, terima kasih atas perhatiannya padaku.

7. Anakku (BayuArdiansyah), terima kasih atas pengertiannya karena selama ini tidak ada waktu untuk berlibur.

8. Kedua orang tuaku yang takhenti-hentinya mendoakanku demi meraih sukses ini, terima kasih atas doa dan perhatiannya padaku.

9. Teman-teman seperjuangan PG MI Dual Mode System, terima kasih atas bantuan, saran, dan segalanya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Tiada sanggup rasanya penulis membalas budi dan jasa mereka, hanya doa yang terpanjatkan semoga segala perhatian, motivasi, inspirasi, dan semua bantuannya dibalas oleh Allah SWT sebagai amal kebaikan amin.

Akhirnya dengan kepala tertunduk, penuh kesadaran diri dan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa hanya Allah SWT Yang Maha Sempurna dan Maha Segala-Nya. Karena itulah saran dan kritik dari semua pihak, penulis harapkan agar terciptanya suatu energi yang nantinya akan membuat pemikiran ini dapat lebih disempurnakan di masa yang akan datang, amin.

Wassalam

Tangerang, September 2014


(9)

vii

Tabel 3.1 JadwalPelaksanaanPenelitian ……… 22

Tabel 3.2 BaganSiklusPenelitianTindakanKelas ……….. 23

Tabel 3.3 Kisi-kisiObservasiDiskusiKelompoksiswa ……….. 27

Tabel 3.4 Kisi-kisiObservasiAktivitas Guru ……….. 27

Tabel 4.1 RekapHasilDiskusiKelompokSiklus I pertemuanke I ………. 35

Tabel 4.2 RekapHasilDiskusiKelompokSiklus I Pertemuanke 2 ………. 36

Tabel 4.3 AktivitasGuru Siklus I ... 37

Tabel 4.4 RekapHasilBelajarSebelumdanSesudahtindakanSiklus I …….. 39

Tabel 4.5 RekapHasilDiskusiKelompokSiklus II Pertemuanke 3 ……… 44

Tabel 4.6 RekapHasilDiskusiKelompokSiklus II Pertemuanke 4 ……… 45

Tabel 4.7 Aktivitas Guru SiklusII ……… 46

Tabel 4.8 NilaiPeningkatanAktivitasGuru ……….. 47

Tabel 4.9 RekapHasilBelajarSiswaSiklus II……….. 48

Tabel 4.10 PerbandinganHasilBelajarSiswaSiklus I danSiklus II ……….. 50

Tabel 4.11 NilaiPeningkatanDiskusiKelompoksetiapSiklus ……… 52

Tabel 4.12 Perbandingan Post tesSiklus IdanPost testSiklus II ………….. 53


(10)

viii

Lampiran I RencanaPelaksanaanPembelajaran ………. 66

Lampiran 2 PedomanWawancara .……… 87

Lampiran 3 Soal Pre TesdanPosTesSiklus I ……… 89

Lampiran 4 Soal Pre tes dan Post Tes Siklus II ... 91


(11)

ix

Gambar 1. Suasana Kegiatan Pembelajaran Siklus I Gambar 2. Suasana diskusi kelompok Pada Siklus I

Gambar 3. Seorang siswa sedang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Gambar 4. Suasana Pembelajaran.

Gambar 5. Suasana Pembelajaran Pada Siklus II. Gambar 6. Suasana kegiatan pembelajaran Gambar 7. Suasana diskusi Kelompok.

Gambar 8. Salah seorang siswa/siswi mempresentasikan hasil diskusinya Gambar 9. Siswa memasang kalimat yang sesuai.


(12)

x

Lembar Persetujuan Pembimbing ……… i

Lembar Pengesahan Pembimbig ………. ii

Lembar Pernyataan karya Ilmiah ……… iii

Abstrak ……… iv

Kata Pengantar ……… v

Daftar Tabel ……… vii

Daftar Lampiran ………. viii

Daftar Gambar ……… ix

Daftar Isi ………. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 2

C. Pembatasan Masalah ……… 3

D. Perumusan Masalah ………. 3

E. Tujuan Penelitian ………. 3

F. Manfaat Penelitian ……….. 3

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kajian Teori dan Fokus yang diteliti 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar ………. 4

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………. 4

c. Tipe Belajar Peserta Didik ……… 6

d. Tujuan Belajar ……… 9

2 Metode Diskusi a. Pengertian Metode Diskusi ……… 10

b. Kelebihan atau Kebaikan Metode Diskusi ………. 12

c. Kelemahan atau kekurangan Metode Diskusi ……… 13


(13)

xi

3 Pendidikan IPS

a. Pengertian Pendidikan IPS ……… 17

b. Tujuan Pembelajaran IPS ………. 18

c. Karakteristik Pembelajaran IPS ……… 18

B. Penelitian Terdahulu……….. 19

C. Pengajuan Hipotesis ………... 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 22 B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ………. 23 C. Subyek Penelitian ………... 24 D. Perandan Posisi Peneliti dalam Penelitian ……….... 24 E. Tahapan Intervensi Tindakan ………. 24

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan ………... 25 G. Data dan Sumber Data ……… 25

H. Instrumen Pengumpulan Data ………. 26 I. Tekhnik Pengumpulan Data ……… 26 J. Tekhnik analisis Data dan Intervensi Data ………. 29

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ………. 31

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ……….. 32

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ……… 41

B. Analisis Data ……….. 52

1. Hasil Pengamatan (Observasi) ……….. 52

2. Wawancara ………. 56

3. Dokumentasi ………. 57

C. Pembahasan dan Hasil Temuan Data ……….. 57

1. Intervensi Hasil Analisis ………... 57


(14)

xii

B. Saran ………... 59

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR UJI REFERENSI LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP SURAT IZIN PENELITIAN


(15)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena tingkat kemajuan suatu bangsa adalah dalam bidang pendidikan. Di Indonesia sendiri yang sekarang masih dalam taraf pembangunan, bidang pendidikan merupakan salah satu tujuan utama pemerintah, karena melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia meningkat. Apabila sumber daya manusia meningkat maka diharapkan dapat turut menyumbangkan tenaga dan pikiran ditanah air tercinta ini. Pemerintah sudah berusaha untuk mewujudkan dunia pendidikan di Indonesia dengan memberikan perhatian khusus. Hal ini dilakukan karena pendidikan merupakan ujung tombak untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas disegala bidang kehidupan yang membawa kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Pendidikan juga merupakan sarana utama dalam membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik melalui pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan informal di rumah. Tanpa adanya pendidikan formal dan informal akan sulit untuk mancetak kualitas sumber daya manusia yang baik, yang dapat menentukan masa depan bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas atau mutu sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan pendidikan anak selain lingkungan sekolah adalah lingkungan masyarakat dan keluarga. Tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan juga bermacam- macam, ada yang cepat, ada yang sedang, ada juga yang lambat. Faktor intelegensi juga mempengaruhi daya serap anak didik terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap materi pelajaran yang


(16)

diberikan menghendaki adanya pembelajaran yang bervariasi, sehingga penguasaan materi dapat terpenuhi.

Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode metode dari sekian banyak metode yang telah diketahui sebelum ia menyampaikan meteri pengajaran. Memberi bekal kemampuan dasar pada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Pola pembelajaran IPS menekankan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya menjejali siswa dengan konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam menjalani kehidupan masyarakatnya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis berkeinginan untuk memperbaiki/mengadakan inovasi pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Dengan harapan metode ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga siswa dapat lebih tekun, giat dan konsentrasi lagi dalam pembelajaran. Apalagi dalam metode diskusi ini banyak macamnya yang bisa digunakan secara bergantian disesuaikan dengan materi pembelajaran IPS

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat ditemukan beberapa masalah diantaranya

1. Rendahnya nilai mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Cipondoh Kota Tangerang yaitu di bawah KKM (65).

2. Metode yang digunakan berpusat pada guru

3. Kurangnya minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Cipondoh Kota Tangerang


(17)

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam skripsi ini tidak terlalu meluas, maka penulis perlu membatasi masalah yang akan dibahas didalamnya yaitu : Bagaimana peningkatan hasil belajar melalui metode diskusi jenis diskusi kelompok kecil yaitu pada Standar Kompetensi Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan Kompetensi Dasar Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di MI Ta’lim Mubtadi Cipondoh KotaTangerang

D. Perumusam Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: Bagaimana motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajran IPS di MI Ta’lim Mubtadi I Cipondoh Kota Tangerang ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh motivasi belajar dengan menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran IPS dalam kaitannya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di MI Ta’lim Mubtadi Cipondoh Kota Tangerang

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tentang peningkatan motivasi belajar melalui metode diskusi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V adalah: 1. Bagi siswa metode diskusi ini diharapkan dapat menciptakan suasana

pembelajaran yang aktif, kreatif, bermakna dan menyenangkan.

2. Sebagai masukan bagi guru agar dapat memilih cara yang tepat dalam memotivasi siswa belajar, sehingga mereka dapat mencapai prestasi yang diharapkan.

3. Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam rangka memecahkan kesulitan belajar yang dialami siswa.


(18)

4

INTERVENSI TINDAKAN

A. Kajian Teori dan Fokus yang diteliti 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa, ”hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan”. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.1 Agus Supriyono mengungkapkan bahwa, ”hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Gagne menjelaskan hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengalaman dalam bahasa baik lisan maupun tulisan.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif.

4) Keterampilan motorik yaitu melakukan serangkaian gerak jasmani.

5) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menoleh objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.2

Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang disebut ranah belajar yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

1 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), Cet.7, h.155.

2 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2009), Cet. II, h. 6


(19)

a) Ranah kognitif

Meliputi: C1 mengingat, C2 memahami, C3 mengaplikasi, C4 menganalisa, C5 mengevaluasi dan C6 mencipta.

b) Ranah afektif

Meliputi: A1 menerima, A2 merespon, A3 menghargai, A4 mengorganisasikan, dan A5 karakteristik menurut nilai.

c) Ranah psikomotor

Meliputi: P1 meniru, P2 manipulasi, P3 presisi, P4 artikulasi, dan P5 naturalisasi.3

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk penilaian proses dan hasil belajar.4 Sebelum melakukan penilaian guru harus mengevaluasi terlebih dahulu dari setiap proses pembelajaran, karena evaluasi merupakan suatu proses yang sistimatis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. 5

Dari beberapa pendapat para ahli, penulis mengambil kesimpulan mengenai hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu tujuan dalam pembelajaran dimana di dalamnya terdapat beberapa aspek yang terkandung atau dinilai didalamnya. Aspek-aspek tersebut adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek ini sifatnya komprehensif dan tidak secara pragmentis atau terpisah.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung kepada

3 Ibid, h. 7

4 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.1, h. 1 5Ibid, h. 5


(20)

apa yang telah diketahui tentang pembelajaran konsep–konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.6

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam belajar tersebut adalah :

1. Faktor Endogen (Faktor yang datang dari dalam diri) 2. Faktor Eksogen (Faktor yang datang dari luar diri)7

1. Faktor Endogen yang mempengaruhinya antara lain : minat belajar, kesehatan perhatian, dan ketenangan jiwa diwaktu belajar, motivasi, kegairahan diri, cita-cita, kebugaran jasmani, dan kepekaan panca indra dalam belajar.

2. Faktor Eksogen yang mempengaruhinya antara lain : keadaan lingkungan be lajar (suasana kelas), cuaca, lokasi sekolah, interaksi sosial dengan teman sebangku, dan interaksi sosial siswa dengan guru.

Semua faktor endogen dan eksogen itu memerlukan perhatian dari pendidik dan guru yang sedang meletakkan sendi-sendi pendidikan secara mendasar. Bila ada permasalahan yang perlu dicarikan pemecahannya, guru tidak boleh membiarkan atau tidak peduli menghadapi permasalahn mereka.8

c. Tipe Belajar Peserta Didik

Mengetahui berbagai tipe belajar siswa adalah hal yang sangat penting bagi setiap guru, sehingga dapat digunakan sebagai modal dasar untuk membimbing mereka, dan dalam memilih metode mengajar yang tepat, termasuk penggunaan media pengajarannya.

Karakteristik atau tipe belajar peserta didik yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

(1) Tipe peserta didik yang visual (2) Tipe peserta didik yang auditif (3) Tipe peserta didik yang taktil (4) Tipe peserta didik yang olfaktoris (5) Tipe peserta didik yang gustatif

6 Suyono, Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet.1,h 127

7 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet.4, h. 99


(21)

(6) Tipe peserta didik yang campuran (kombinatif)9

1. Tipe peserta didik yang visual

Tipe belajar peserta didik yang visual ini adalah mereka yang mengandalkan aktivitas belajarnya kepada materi pelajaran yang dilihatnya. Di sini yang memegang peranan penting dalam cara belajarnya adalah mata atau penglihatan (visual). Bila pendidik kurang mengaktifkan alat indra matanya, maka siswa yang demikian ini tidak akan berhasil dalam proses belajar. Oleh karena itu media dan alat peragalah yang sangat penting untuk membantunya dalam proses belajar10.

2. Tipe peserta didik yang auditif

Siswa yang bertipe ini mengandalkan kesuksesan belajarnya kepada alat pendengarannya yaitu telinga. Ucapan guru yang jelas dan terang dengan intonasi yang tepat akan segera diserapnya dan materi tersebut akan menjadi bagian dari dirinya.

Oleh karena itu kepada pendidik dituntut untuk dapat memeriksa alat pendengaran siswa secara berkala. Agar jangan sampai ada seorang siswa yang pendengarannya kurang berfungsi. Bagi guru yang arif dapat melihat siswa yang bersangkutan lewat reaksinya ketika mendengar ucapan gurunya. Kalau ada siswa yang menggunakan telapak tagannya ke telinga untuk membantu jelasnya penerimaan suara. Hal ini merupakan pertanda bahwa ia perlu mendapat perhatian gurunya. Atau yang bersngkutan akan menampakkan kepalanya secara khusus ketika mendengar sajian lisan dari gurunya.

3. Tipe peserta didik yang taktil

Taktil berarti rabaan atau sentuhan. Peserta didik yang bertipe taktil adalah siswa yang mengandalkan pendididkan melalui alat peraba yaitu tangan dan kulit atau bagian luar tubuh. Melalui alat rabanya ini ia sangat cekatan mempraktekkan hasil pendidikan yang diterimanya. Misalnya bila ia diinta mengatur ruang ibadah (membentangkan tikar sholat), menentukan

9Ibid, h.101 10 Ibid,h. 101-103


(22)

buahan yang busuk atau rusak, walaupun ia tak melihatnya secara baik. Tapi dengan sentuhan tangannya ia segera dapat mengetahui benda yang dirabanya.

4. Tipe peserta didik yang olfaktoris

Tipe peserta didik yang satu ini adalah siswa yang mudah mengikuti pelajaran dengan menggunakan alat indra penciuman.Bila ada materi pelajaran yang menggunakan penciuman seperti bau cair/cairan, ia akan cepat sekali bereaksi dibandingkan dengan temannya yang tidak bertipe seperti ini.

Tipe peserta didik yang ini juga akan cepat menyesuaikan diri dengan suasana bau lingkungan. Peserta didik yang demikian akan baik sekali apabila bekerja dilingkungan laboratorium yang menggunakan materi bau-bauan.

5. Tipe peserta didik yang gustative

Peserta didik yang bertipe ini adalah mereka yang mencirikan belajarnya lebih mengandalakn kecapan lidah. Karena gustative/gestation artinya kemampuan mencicipi. Mereka akan lebih cepat memahami apa yang dipelajarinya melalui indra kecapnya untuk mengetahui berbagai macam rasa (asam, manis, pahit, dan lain-lain).

6. Tipe peserta didik yang campuran (kombinatif).

Peserta didik yang bertipe ini dalam hal kefungsionalan alat indranya adalah yang terbanyak di dalam kelas. Artinya seorang peserta didik dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat indranya. Ia dapat nenggunakan mata dan telinganya sekaligus dalam belajar. Maka peserta didik yang demikian ini akan memudahkan bagi pendidik dalam menyampaikan pelajarannya.

Diantara keenam tipe belajar tersebut, ada pula tipe lainnya yaitu peserta didik yang bertipe senang belajar sendiri dan belajar berkelompok. Mereka yang tergolong tipe belajar kelompok, lebih berhasil belajar bila dibantu dengan suasana berkelompok dengan sejumlah temannya. Sedangkan mereka yang tergolong tipe belajar sendiri, adalah mereka yang sukses dalam belajar bila


(23)

pelajaran yang telah diperolehnya di sekolah ditelaah kembali di rumah atau di ruang khusus. Mereka yang bertipe ini lebih menyenangi tempat belajar yang jauh dari keributan.

d. Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Sistem lingkungan belajar itu sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.

Dengan demikian, secara umum tujuan belajar ada tiga jenis yaitu:”(1) Untuk mendapatkan pengetahuan, (2) penanaman konsep dan keterampilan, (3) pembentukan sikap”.11

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Kepemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidaka dapat mengembangkan kemampuan bepikir tanpa pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih utama.

2. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu keterampilan, yaitu keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat dan diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah keterampilan yang

11 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press 2011), Cet. 19, h. 26-28.


(24)

dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan penghayatan, dan keterampilan berpkir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

3. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir siswa dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

Dalam interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, dan ditiru semua perilakunya oleh peserta didik. Dari proses observasi siswa mugkin juga akan meniru perilaku gurunya, sehingga diharapkan terjadi proses yang dapat menumbuhkan penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan.

Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan penanaman sikap mental/nlai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar.

2. Metode Diskusi

a. Pengertian Metode Diskusi

Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode-metode dari sekian banyak metode-metode yang telah ditemui oleh para ahli, sebelum ia menyampaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan instruksional.

Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Hal ini bukanlah suatu yang aneh, tapi nyata, dan memang betul-betul dipikirkan oleh guru.

Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.


(25)

Metode adalah” cara-cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.”12

Hal ini berlaku bagi guru dan maupun siswa. Makin baik metode mengajar, makin baik pula pencapaian tujuan.

Diskusi adalah”percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide, serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu untuk mencari kebenaran”13.

Jadi metode diskusi dalam proses belajar dan mengajar adalah” metode

mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat”14

.

Metode secara harfiah adalah“cara”, sedangkan secara umum adalah” cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistimatis”.15

Sedangkan metode diskusi adalah” metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving)”16. Metode ini lazim disebut juga sebagai metode diskusi kelompok dan resitase (keputusan) bersama. Aplikasi metode diskusi biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok. Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk memotivasi (mendorong) dan memberi stimulasi (memberi rangsangan) kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam (reflective thinking).

Metode diskusi merupakan” interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali informasi, atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran harus dijabarkan ke dalam metode pembelajaran yang bersifat prosedural”17

.

Metode diskusi juga merupakan” salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang

12 Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : depag RI dan UT, 1997), Cet. 6,h. 145 13 Ibid, h. 150

14Ibid, h. 151

15 Muhibbin Syah, op.cit. h.198 16Ibid, h.202

17 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet. 7, h.69


(26)

masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.Untuk mendapatkan hal yang disepakati, tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektivitas dan emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan akal yang semestinya”.18

Ada juga yang berpendapat bahwa,” metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama”.19

Namun demikian diskusi tidak sama dengan debat,” diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan”.20

Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat ditrima oleh anggota dalam kelompoknya.

Metode diskusi adalah satu dari sekian cara yang paling berharga dalam daftar strategi yang dimiliki seorang pengajar. Sering kali guru merasa bahwa ia harus menggunakan metode ceramah karena diskusi tidak mungkin dilakukan. Metode apapun yang digunakan oleh pendidik/guru dalam proses pembelajaran, yang perlu diperhatiakan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prisip-prinsip KBM.

b. Kelebihan atau Kebaikan Metode Diskusi

Seperti juga metode-metode yang lain, metode diskusi juga mempunyai kebaikan-kebaikan, antara lain adalah:

1. Suasana kelas menjadi lebih hidup, sebab murid-murid mengarahkan pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Sehingga partisipasi murid dalam metode ini lebih baik.

18Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung : Rosdakarya, 2012), Cet.9, h. 141

19 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet.1, h.99

20 Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar,(Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. 2, h.57


(27)

2. Murid-murid dilatih berpikir kritis untuk mempertimbangkan pendapat teman-temannya. Kemudian menentukan sikap, menerima, menolak, atau tidak berpendapat sama sekali.

3. Dapat menaikan prestasi kepribadian individual, seperti toleransi, demokratis, kritis, dan berpkir sistimatis.

4. Berguna untuk kehidupan sehari-hari terutama dalam alam demokrasi sekarang ini.

5. Merumakan latihan untuk mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam musyawarah.21

c. Kelemahan atau kekurangan Metode Diskusi

Di samping kebaikan-kebaikan yang telah dikemukakan diatas, metode diskusi juga tidak lepas dari kelemahan-kelemahan, diantaranya adalah:

1. Diskusi biasanya dikuasai oleh murid yang gemar bicara.

2. Bagi murid yang tidak aktif ada kecenderungan untuk melepaskan tanggung jawab.

3. Banyak waktu terpakai, tapi hasilnya kadang-kadang tidak seperti yang diharapkan.

4. Sukar digunakan ditingkat rendah pada sekolah dasar, tetapi bukannya tidak mungkin bisa.22

Ada beberapa cara yang dapat diupayakan untuk mengatasi kelemahan metode diskusi, antara lain:

1. Dalam menggunakan metode diskusi perhatikan juga taraf kemampuan siswa dan tingkat kesukaran yang memerlukan pemecahan yang serius agar dipimpin langsung oleh guru.

2. Kalau kepemimpinan diskusi diberikan langsung kepada murid, hendaklah diatur secara bergiliran

3. Guru tidak boleh sepenuhnya mempercayakan pimpinan diskusi pada murid, perlu bimbingan dan control

4. Guru mengusahakan seluruh siswa ikut berpartisipaasi dalam diskusi 5. Diusahakan supaya siswa mendapat giliran berbicara dan siswa yang lain

belajar bersabar mendengarkan pendapat temannya. 23

21 Mansyur, op.cit., h.151 22Ibid.


(28)

d. Tujuan Penggunaan Metode Diskusi

Tujuan dari penggunaan metode diskusi adalah untuk memotivasi (mendorong) dan memberi stimulasi (rangsangan) kepada siswa agar berpikir dan meng-ekspresikan pendapatnya secara bebas dan mandiri. Sedangkan tujuan

utama metode diskusi adalah” untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab

pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan”.24

e. Jenis-Jenis Diskusi

Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah:25

1. Diskusi Kelas

Diskusi kelas atau diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah :(1) guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis dan lain-lain, (2) sumber masalah ( guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit, (3) siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator, (4) Sumber masalah memberi tanggapan, (5) moderator menyimpulkan hasil diskusi.

2. Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi ini dilakukan dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok, jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaanya dimulai dengan guru menyampaikan permasalahan secara umum, kemudian masalah itu dibagi-bagi ke dalam sub masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.

24 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2011), Cet.8, h.154


(29)

3. Simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahliannya. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah pemhasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dri 4-5 orang dihadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh karena itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa ditugaskan untuk merumuskan hasil pembahsan dalam diskusi.

f. Langkah-Langkah Melaksanakan Diskusi

Agar pelaksanaan diskusi berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:26

1. Langkah Persiapan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi diantaranya adalah:

a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum, maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti difahami oleh setiap siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan diskusi.

b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin dicapai adalah penambahan wawasan siswa tentang suatu persoalan, maka dapat digunakan diskusi panel; sedangkan jika yang diutamakan adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan, maka simposium dianggap sebagai jenis diskusi yang pas.


(30)

c) Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditemukan dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi di lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi pelajaran yang sesuai bidang studi yang diajarkan.

d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan tekhis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan.

2. Pelaksanan Diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah: a) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi

kelancaran diskusi.

b) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusiyang akan dilaksanakan.

c) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tdak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain-lain.

d) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

e) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

3. Menutup Diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal berikut:

a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

b) Me-review jalanya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.27

Dalam melaksanakan diskusi sebagai metode mengajar perlu diketahui bahwa diskusi itu akan menimbulkan nilai-niali positif yang berbeda-beda.Diskusi yang diselenggarakan di sekolah dasar berbeda dengan diskusi yang dilaksanakan di sekolah menengah dan perguruan tinggi. Yang penting adalah apakah setiap


(31)

anak sudah dapat dan mau mengemukakan pendapatnya, apakah setiap anak sudah dapat menjaga dan mematuhi etika dalam berbicara dan sebagainya.

3. Pendidikan IPS

a. Pengertian Pendidikan IPS

Pembelajaran IPS sebenarnya mempunyai peranan yang sangat penting karena diharapkan akan mampu membentuk siswa memiliki kemampuan berfikir matang, melatih sikap dan ketrampilan sosial sebagai bekal dalam kehidupan di masyarakat, untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan sosial serta dapat mewarisi budaya bangsanya. Karena banyak asfek kehidupan sosial yang harus dihadapi, maka dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru hendaknya menerapkan prinsisp belajar aktif, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa baik secara fisik, mental (pikiran dan perasaan), dan sosial.

Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komonitas akademik, dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar (SD) dan menengah (SMP). Mata pelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi (terpadu) dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi, serta mata pelajaran sosial lainnya, dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajarannya disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik.”28

Pengertian IPS di tingkat SD, SMP, dan SMA mempunyai perbedaan makna. Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula didefinisikan dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut”29.

28 Sapriya, Pendidikan IPS, ( Bandung : Laboratorium PKn UPI, 2008), h.6


(32)

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan dari utama dari pembelajaran IPS adalah” untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap maslah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-progam IPS di sekolah diorganisasikan dengan baik”.30

c. Karakteristik Pembelajaran IPS

Karakteristik mata pelajran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. IPS merupakan integritasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya Rumusan IPS berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalaui pendekatan interdisipliner.

Mata pelajaran IPS memiliki karakterstik antara lain:

1) IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

2) SK dan KD IPS berasal dari sruktur keilmuan geografi, sejarah, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tertentu.

3) SK dan KD IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidispiliner.

4) SK dan KD IPS juga dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengolaha lingkungan, sturktur, proses, dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan”31.

30 Trianto, Model Pembelajran Terpadu, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), Cet. 2, h. 176 31Ibid, h.175


(33)

B. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang pernah dilakukan membuktikan bahwa, metode diskusi dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, meningkatkan prestasi belajar, meningkatkan hubungan antar teman, meningkatkan pemahaman materi pelajaran dan menjadi penentu keefektifan pembelajaran. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah:

1. Ratna Dewi Rahman dalam penelitian: “Penerapan Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN I Prambon Sidoarjo.”Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran agama islam di SMPN I Prambon ternyata dapat meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya siswa kelas VIIA. Respon siswa dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan metode diskusi sangat antusias dan bersemangat. Adapun bentuk motivasi yang digunakan oleh guru PAI untuk mempertahankan minat para peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan adalah dengan cara memberi angka atau pujian”32.

2. Marzuki dalam penelitian:” Meningkatkan Prestasi Belajar dengan Menerapkan Metode Diskusi Kelompok.”Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar. Dari sekian banyak metode pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa lebih baik digunakan metode diskusi kelompok, khususnya untuk materi yang membutuhkan pengetahuan konsep, sehingga sesama siswa mampu memecahkan masalah33.

3. Nur Alina Rakhmawati dalam penelitian:”Penerapan Model Pembelajaran

Quantum Teaching Dengan Metode Diskusi Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bentuk Pangkat dan Akar Kelas X Semester I SMAN I Karang Anyar

Demak Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian menunjakkan bahwa

32 Ratna Dewi Rahman, Pe erapa Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN I Prambon Sidoarjo.


(34)

meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar yang semula pada siklus I didapat prosentase sebesar 61,88%, dengan kualifikasi penilaian sedang dan pada siklus II meningkat menjadi 75,13% dengan kualifikasi penilaian tinggi34.

Mengkaji beberapa temuan penelitian terdahulu, tampaknya motivasi belajar menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi bagi perolehan belajar dan gairah belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran maupun dari pengembangan dan pelatihan sikap serta kerampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupnnya di masyarakat.

C. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka dalam kegiatan pembelajaran diperlukan adanya keterpaduan antara komponen dalam pembelajaran.

Untuk itu penulis mengajukan hipotesis tindakan, bahwa “Akan ada peningkatan motivasi belajar jika menggunakan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di MI Ta’lim Mubtadi I Cipondoh Kota Tangerang.

34Nur Ali a Rah awati,”Penerapan Model Pembelajaran Quantum Theaching Dengan Metode Diskusi Berbantuan Lembar Kerja Siswa(LKS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada ateri Bentuk Pangkat dan Akar Kelas X Semester I SMAN I Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2010/2011


(35)

21

Dalam istilah aslinya, Penelitian Tindakan Kelas disebut dengan

Classroom Action Research. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap penelitian tindakan kelas. Faktor penyebabnya adalah karena jenis penelitian ini mampu menawarkan peningkatan kompetensi profesionalisme guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa1.

Dengan penelitian tindakan kelas guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik pembelajaran yang dilakukannya di kelas. Guru juga dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari asfek interaksinya dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan melakukan penelitian tindakan kelas, guru juga dapat memperbaiki praktik pembelajaran yang dilakukannya menjadi lebih berkualitas dan lebih efektif2.

Dalam tataran ilmiah, penelitian tindakan kelas dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pembelajaran. Hal ini dapat terjadi karena, setelah meneliti kegiatannya sendiri di kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri, melalui sebuah tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi sendiri, guru dapat memperoleh umpan balik yamg sistimatik mengenai kegiatan yang selama ini dilakukan dalam proses pembelajaran. Barangkali selama ini guru hanya melaksanakan kegiatan pembelajaran secara rutin saja tanpa tahu apakah kegiatan yang dilakukannya itu berkualitas dan efektif atau tidak. Dimana letak kelemahan-kelemahan kegiatan yang selama ini dilakukan juga tidak diketahui dengan jelas. Dengan menggunakan penelitian tindakan kelas, guru secara perlahan dapat membuktikan dan mengevaluasi apakah suatu teori pembelajaran atau suatu metode pembelajaran yang secara teoritis dikatakan bagus, juga dapat diterapkan dengan baik di kelas, dan apakah dapat meningkatkan efektifitas hasil

1 Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Wacana Prima,2009), Cet.1,h.4 2Ibid.


(36)

belajar siswa. Jika suatu teori pembelajaran atau metode pembelajaran tenyata tidak cocok dengan kondisi kelasnya, maka melalui penelitian tindakan kelas ini guru dapat mengadaptasi teori tersebut sesuai dengan kondisi kelas yang dikelolanya dalm proses pembelajaran. Dengan cara demikian, kepentingan proses dan atau roduk pembelajaran yang lebih efektifik, optimal, dan fungsional akan semakin dapat diciptakan dan di capai3.

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Ta’lim Mubtadi I Cipondoh Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2013-2014.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah mulai bulan April sampai dengan Mei 2014, yang secara keseluruhan dimulai dari mengamati permasalahan, kemudian mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah, mengutip pendapat para ahli yang relevan dengan permasalahan di atas serta mengembangkan teori-teori tersebut. Berikut adalah rincian jadwal penelitian secara keseluruhan.

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian N

O Kegiatan

Maret April M e i Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Proposal

Skripsi x

2 Persiapan

Penelitian x 3 Penelitian x x x x 4 Pengumpulan

Data x x x x 5 Pengolahan

Data x x x x x x x x


(37)

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research, menurut Didik Komaidi dan Wahyu Wijayanti,” PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan kearah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran”.4 Dengan menggunakan PTK diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran semakin meningkat kwalitasya.

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian dengan beberapa siklus. Yang dimaksud dengan siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali kelangkah semula, dimana tiap-tiap siklus tediri dari 4 tahapan, yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan Reflaksi

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis & Mc. Taggart, seperti pada gambar di bawah ini5.

Gambar 3.2

Siklus Penelitian Tindakan Kelas

.

4 Didik Komaidi dan Wahyu Wijayanti, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta : Sabda Media, 2011), Cet. 1, h. 46

5Ibid, h. 56

Perencanaan tindakan 1

Pelaksanaan tindakan I

Pengamatan/ Pengumpulan data 1 Refleksi 1

Perencanaan

tindakan II Pelaksanaan tindakan II

Pengamatan/ Pengumpulan data II Siklus 1

Refleksi II

Siklus II Permasalahan

baru hasil refleksi siklus I Permasalahan


(38)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Cipondoh Kota Tangerang, yang berjumlah 27 orang, terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 17 orang, dan siswa perempuan 10 orang, dengan latar belakang kemampuan akademik dan sosial ekonomi yang berbeda-beda. Tepatnya dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2013-2014 dengan pokok bahasan Persiapan Kemerdekaan dan Perumusan Dasar Negara.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti disini bukan hanya sebagai peneliti, namun terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti sekaligus memperbaiki kondisi belajar, menangani permasalahan yang muncul dalam pembelajaran serta mencari alternatif permasalahan.

Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana utama. Maksud dari pelaksana utama adalah tingkat keikutsertaan peneliti dikatagorikan pada peran aktif peneliti sebagai pelaksana tunggal proses pembelajaran atau tindakan. Peneliti langsung melakukan kegiatan pembelajaran dan berusaha mengumpulkan data sesuai fokus penelitian.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Ciri utama yang membedakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan penelitian jenis lainnya adalah adanya tindakan.Tindakan yang dilakukan tentu saja berdasarkan atas kesadaran adanya masalah yang dirasa mengganggu proses pembelajaran, yang kemudian hendak diselesaikan melalui hipotesa yang diajukan.

Pelaksanaan penelitian direncanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus mengikuti tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut ini adalah rincian tindakan setiap siklus:

1. Perencanaan:

a. Melakukan analisis untuk menentukan SK-KD yang akan disampaikan kepada siswa.


(39)

b. Membuat rencana pembelajaran dengan metode diskusi

c. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian /alat bantu yang diperlukan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran dengan metode diskusi yang telah direncanakan.

3. Pengamatan/obsevasi

Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan pedoman lembar pengamatan/observasi yang telah disediakan.

4. Refleksi

Hasil yang didapat dari tahap pengamatan dianalisis, guru dapar merefleksi berdasarkan hasil pengamatan/observasi, untuk mengkaji

apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan kegairahan belajar siswa tehadap pembelajarran IPS. Hasil analisis data yang dilakukan dalam tahapan dapat digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan dari penelitian ini yaitu adanya peningkatan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran IPS dilihat dari ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun indikator keberhasilan ketuntasan hasil belajar yang diharapkan mencapai 100% dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) lebih besar dari 65.

G. Data dan Sumber Data 1. Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas tentang upaya meningkatkan motivasi belajar IPS melalui metode diskusi ada dua jenis, yaitu: (1) data tindakan(Acting) yang diperoleh untuk mengontrol kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. (2)


(40)

data penelitian (Research) merupakan data yang diperoleh melalui hasil tindakan yang dilakukan, yaitu berupa peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS

2. Sumber Data

a. Data pertama diperoleh dari guru saat guru melaksanakan proses pembelajaran observasi.

b. Sumber data dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V MI Ta’lim Mubadi Cipondoh Kota Tangerang pada semester genap tahun Ajaran 2013/2014.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Insrtrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pedoman observasi berupa lembar pengamatan aktivitas dan interaksi siswa dalam kegiatan kelompok.

2. Pedoman wawancara mengenai motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran IPS.

I. Teknik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang diperlukan untuk menjaring data yang berkaitan dengan motivasi terhadap pembelajaran IPS adalah:

1. Observasi

Observasi sebenarya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, karena observasi itu dilakukan pada saat tindakan sedang dilaksanakan. Pada langkah ini, guru sebagai peneliti melakukan observasi terhadap tindakannya sendiri, mencatat hal-hal yang dianggap penting, dan hambatan yang dialami selama melakukan tindakan. Observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan melalui observasi dapat berupa kuantitatif, seperti: hasil pertanyaan kuis, hasil presentasi, PR, dan hasil tes. Selain itu dapat juga berupa data kualitatif, seperti: motivasi belajar siswa di kelas, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, kemampuan siswa bekerjasama dalam


(41)

kelompok, kualitas pertanyaan siswa yang diajukan kepada guru, kualitas jawaban siswa ketika menjawab pertanyaan guru, dan kualitas proses diskusi kelompok.6

Tabe 3.3

Kisi-Kisi Diskusi Kelompok Siswa

No Aspek yang diobservasi Skor

1 2 3 4 1 Keaktipan Siswa

2 Kerjasama/kekompakan Siswa

3 Mempresentasikan Diskusi

Jumlah Katagori

Keterangan Tidak Baik : 1 Kurang Baik : 2 Cukup Baik : 3 Baik : 4

Tabel 3.4

Kisi-kisi Aktivitas Guru

No Aspek yang diobservasi Skor

1 2 3 4

I Pendahuluan

1 Mengkondisikan situasi pembelajaran dan kesiapan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran

2 Appersepsi

3 Membangkitkan minat atau rasa ingin tahu siswa (motivasi)

II Kegiatan Inti Fase Pembelajaran

4 Menyampaikan tujuan/ indikator yang ingin dicapai

5 Penggunaan media pembelajaran yang


(42)

disesuaikan dengan materi

6 Menjelaskan metode diskusi yang ingin digunakan

7 Pemusatan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran

8 Teknik menjelaskan materi

9 Pengelolaan pembelajaran dengan metode diskusi

Fase Penugasan

10 Membagi kelompok dengan cara berhitung 1-5 11 Membagikan LKS pada setiap siswa

Fase pelaksanaan tugas

12 Membimbing/mengarahkan siswa

13 Memberikan kesempatan siswa untuk berpikir 14 Mengamati kesulitan dan kemajuan siswa

Fase Mempertanggungjawabkan

15 Menilai siswa dalam mempertanggungjawabkan nilai yang didapat 16 Memberikan evaluasi sesuai indikator yang

ingin dicapai III Penutup

17 Memberikan kesimpulan materi yang sudah didapat

Jumlah Katagori

Keterangan

Tidak baik : 1 Kurang Baik : 2 Cukup Baik : 3 Baik : 4

2. Wawancara

Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yang mirip dengan percakapan informasi yang berbentuk dialog guna memperoleh informasi yang mendalam tentang ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS, serta tanggapan siswa mengenai metode


(43)

diskusi yang digunakan, dengan tetap berpedoman pada sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti.7

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sumber yang cukup bermanfaat karena telah tersedia sehingga akan relatif murah pengeluaran biaya untuk memperolehnya, dan merupakan sumber yang akurat dan stabil sebagai cermin situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan8. Jenis dokumentasi yang dipergunakan disini berupa foto-foto yang diabadikan tentang kegiatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

Data yang diperoleh penulis di lapangan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi tersebut dikelompokkan sesuai pertanyaan peneliti, kemudian dilakukan penyesuaian data. Data dari ketiga metode tresebut tidak bisa dipisahkan, karena satu sama lain saling melengkapi.

J. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini penulis menggunakan tekhnik analisis data desktriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta yang sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Data yang diperoleh dari lembar pengamatan atau observasi, dan wawancara ini kemudian dianalisa untuk mengetahui kejelasan tentang tinggi rendahnya motivasi siswa terhadap pembelajran IPS, dan pendapat siswa mengenai metode diskusi yang dilaksanakan, untuk dikaji apakah penelitian yang telah dilakukan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

7 UIN, Pedoman Penulisan Skripsi, (FITK: UIN, 2011), h.57 8Ibid.


(44)

1. Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan dua kali yaitu pada awal pembelajaran siklus I mengenai ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS, dan akhir siklus II mengenai pendapat siswa terhadap metode diskusi yang dilaksnakan. Adapun perolehan data dari hasil wawancara digunakan untuk melengkapi atau memperkuat hasil perolehan dari lembar observasi guna memperoleh data tentang peningkatan motivasi belajar IPS siswa setelah menggunakan metode diskusi.

2. Untuk Peningkatan Hasil Belajar

Guru melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh dari nilai siswa secara individu melalui pre test diawal siklus dan post test diakhir siklus.


(45)

31 A. Deskripsi Data

Penelitian tentang peningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui metode diskusi, telah dilaksanakan di MI Ta’lim Mubtadi I Cipondoh Kota Tangerang. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPS. Hal ini mengingat pentingnya pembelajaran dan telah menjadi suatu kebutuhan yang mendesak untuk segera dilakukan agar pembelajran IPS menjadi lebih menarik, penuh tantangan, dan bergairah dalam mempelajarinya.

Data penelitian yang diperoleh adalah data observasi, berupa pengamatan langsung terhadap aktivitas dan gairah belajar siswa pada proses pembelajaran dalam kelompok.

Data wawancara yang diperoleh digunakan untuk melengkapi atau memperkuat hasil perolehan data observasi, guna memperoleh data tentang peningkatan motivasi belajar siswa setelah menggunakan metode diskusi.

Data tes formatif di akhir siklus digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Data dokumentasi merupakan sumber non manusia yang cukup bermanfaat, sebab telah tersedia sehingga akan relatif murah pengeluaran biayanya, dan merupakan sumber yang akurat dan stabil sebagai cermin/kondisi yang sebenarnya .

Proses pelaksanaan penelitian ini berjalan seperti yang telah direncanakan yaitu terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu; perencanaan, pelaksanaan/tindakan, pengamatan, dan refleksi.


(46)

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I a. Perencanaan (Planning).

Sebelum melakukan tindakan, pada tahap ini peneliti membuat rancangan yang dibuat untuk penelitian pada siklus I berupa RPP sebagai panduan dalam proses pelaksanaan pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berfungsi untuk latihan soal buat siswa untuk didiskusikan, dipresentasikan, dan dipertanggungjawabkan. Langkah selanjutnya membuat kisi-kisi soal digunakan untuk mengetahui ruang lingkup dalam penulisan soal atau untuk mengetahui indikator soal yang ingin dicapai. Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa untuk mengetahui kegiatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, lembar aktivitas guru untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung, menyediakan alat dan media yang mendukung agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan menyiapkan soal untuk tes (postes) di akhir pertemuan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mempelajari materi yang diajarkan oleh guru.

b. Pelaksanaan /Tindakan (Action).

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus I secara berkesinambungan antara pertemuan I dan pertemuan ke 2. Pertemuan ke I dilaksanakan pada hari Senin, 07 April 2014 di kelas V dengan jumlah siswa 27 orang, dan materi yang dibahas adalah Persiapan Kemerdekaan dan Perumusan Dasar Negara, dengan metode diskusi menggunakan tekhnik Town Meeting (Rapat kota). Dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1) Guru menyajikan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya, serta memberikan gambaran tentang cara pembelajaran dengan metode diskusi, materi pada siklus I adalah Persiapan Kemerdekaan dan Perumusan Dasar Negara.

2) Guru mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang. Hal ini dilakukan untuk mengefektifkan kerja kelompok dan menghindari siswa yang ngobrol dan bercanda. Anggota


(47)

kelompok terdiri dari beragam kemampuan (pintar, sedang, dan kurang), serta jenis kelamin.

3) Guru membagikan materi kepada masing-masing kelompok untuk dipahami dan didiskusikan oleh masing-masing kelompok.

4) Guru berkeliling, mengamati, memotivasi, dan membimbing siswa dalam kelompok.

5) Selesai berdiskusi dalam kelompok masing-masing, guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk membacakan hasil kerjanya di depan kelas, dan kelompok yang lain memperhatikan dan menanggapi pendapat siswa yang presentasi tersebut.

6) Guru memberikan tanggapan dan penegasan atau penguatan atas pendapat dari siswa-siswa serta menyimpulkan materi.

7) Selanjutnya guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan penghargaan /reward kepada siswa/kelompok yang memberikan pendapat dengan tepat.

8) Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan ke 2 dilaksanakan pada tanggal 10 April 2014, dengan kegiatan awal menyanyikan lagu wajib yaitu ”Hari Merdeka” yang bertujuan untuk memotivasi agar mereka lebih bersemangat lagi dan menghargai jasa-jasa dari para pejuang bangsa yang telah berjuang dengan segenap jiwa raga demi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Selanjutnya guru mengingatkan kembali materi pada pertemuan terdahulu dengan mengadakan tanya jawab sebagai appersepsi, mengingat alokasi waktu pada pertemuan 2 ini hanya satu jam pelajaran (35 menit). Karena alokasi waktu untuk mata pelajaran IPS hanya tiga jam pelajaran dalam satu minggu. Guru memberikan teknik ”Berkirim Soal” pada kelompok lain, hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa melatih pengetahuan dan ketrampilan mereka. Sehingga mereka akan merasa lebih terdorong untuk belajar menjawab pertanyaan dan membuat pertanyaan. Langkah-langkah Berkirim Soal adalah sebagai berikut:


(48)

1) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok dengan cara berhitung 1 sampai 5, sehingga masing-masing kelompok berjumlah 5-6 orang.

2) Setiap kelompok memberikan pertanyaan kepada kelompok yang dituju, kemudian kelompok yang minta segera memberikan jawabannya.

3) Kelompok yang lain juga diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut, karena kemungkinan kelompok yang lain memiliki pendapat yang berbeda dengan jawaban yang pertama.

4) Begitu seterusnya sampai semua kelompok mendapat giliran memberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari temannya.

5) Guru memberikan reward kepada kelompok yang telah membuat pertanyaan dengan baik dan menjawab pertanyaan temannya dengan benar.

Kemudian guru mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban tersebut untuk dijadikan acuan penilaian hasil belajar pada siklus berikutnya. Pelajaran diakhiri dengan pelaksanaan post test selama 10 menit, dan menyimpulkan secara bersama-sama materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini.

c. Pengamatan (Observasi).

1) Hasil Nilai Diskusi

Berdasarkan hasil perencanaan untuk setiap kali pertemuan guru menilai pada fase mempertanggungjawabkan tugas yaitu berupa laporan siswa dalam bentuk tulisan dari apa yang telah dikerjakannya, diantaranya keaktifan siswa dalam diskusi, kerjasama/kekompakan, dan mempresentasikan dari hasil jawabannya. Pada siklus I pertemuan pertama nilai mempertanggungjawabkan tugas yang dilaksanakan pada hari Senin, 07 April 2014 di kelas V dengan jumlah siswa 27 orang, dan materi yang dibahas adalah Persiapan Kemerdekaan dan Perumusan Dasar Negara, dengan metode diskusi menggunakan teknik Town Meeting (Rapat kota), didapat nilai hasil diskusi kelompok sebagai berikut:


(49)

Tabel 4.1

Hasil Diskusi Kelompok Pada Siklus I Pertemuan Pertama N

o

Nama Kelompok

Aspek yang dinilai Total Nilai Keaktipan

Siswa

Kerjasama/ke kompakan Siswa

Mempresentasikan Diskusi

1 A 2 2 2 6

2 B 2 2 3 7

3 C 3 2 2 7

4 D 3 2 3 8

5 E 2 2 2 6

Jumlah 12 10 12 34 Nilai Rata-rata 2,4 2,0 2,4 6,8

Keterangan Katagori Penilaian Total Tidak Baik : 1 Kurang Baik : 5 - 8 Kurang Baik : 2 Cukup Baik : 9 - 12 Cukup Baik : 3 Baik : 13 - 16 Baik : 4

Berdasarkan tabel 4.1 hasil diskusi kelompok pada siklus I pertemuan pertama di atas menunjukkan bahwa, siswa dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. Nilai yang diperoleh pada pertemuan pertama siklus I pada fase mempertanggungjawabkan diperoleh nilai 2 (kurang baik) pada semua aspek penilaian, baik itu dalam aspek keaktipannya, kerjasama /kekompakan, maupun dalam mempresentasikan diskusinya. Sebab sebagian kelompok masih kurang aktif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan. Hasil ini juga serupa dengan nilai kerjasama dalam kelompok juga masih kurang kompak, siswa masih mengerjakan secara individual, dan belum terbentuk adanya kerjasama yang bagus. Padahal tujuan dibentuknya suatu kelompok agar ada kerjasama dalam setiap kelompok tersebut, dengan tujuan siswa yang pemahamanya rendah dapat bertanya ke siswa yang pemahamannya tinggi, dan sebaliknya siswa yang merasa memiliki kemampuan lebih dapat berbagi ilmu atau


(50)

membimbing siswa yang kemampuannya rendah, namun hal ini belum bejalan lancar.

Dampak dari kekurang kompakan atau kerjasama yang kurang, sehingga mengakibatkn pada saat mempresentasikannyapun masih kurang yakin. Hal ini terlihat dari penyelesaian tugas lembar kerja siswa (LKS), yang mengerjakan hanya didominasi oleh siswa yamg memiliki kemampuan tinggi dan memahami materi serta mampu mengerjakannya, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan rendah dan tidak memahami materi, serta kurangnya memperhatikan penjelasan dari guru sangat terlihat jelas siswa tersebut kebingungan untuk menjawab soal dan menyelesaikannya, mereka hanya bergantung pada siswa yang lain yang memiliki kemampuan tinggi.

Data yang diperoleh pada pertemuan pertama adalah tentang penilaian pengamatan/observasi, yaitu aktivitas dan interaksi siswa dalam kelompok yang masih bingung, serta keberanian ketika membacakan hasil kerja kelompok di depan kelas yang juga masih perlu bimbingan dari guru.

Tabel 4.2

Hasil Diskusi Kelompok Pada Siklus I Pertemuan ke dua N

o

Nama Kelompok

Aspek yang dinilai Total Nilai Keaktipan

Siswa

Kerjasama/ke kompakan Siswa

Mempresentasikan Hasil Diskusi

1 A 3 3 3 9

2 B 3 3 4 10

3 C 3 3 3 9

4 D 4 3 3 11

5 E 3 3 3 9

Jumlah 16 15 16 47 Nilai Rata-rata 3,2 3,0 3,2 9,4

Keterangan Katagori Penilaian Total Tidak Baik : 1 Kurang Baik : 5 - 8 Kurang Baik : 2 Cukup Baik : 9 - 12 Cukup Baik : 3 Baik : 13 - 16 Baik : 4


(51)

Berdasarkan tabel 4.2 hasil diskusi kelompok pada siklus I pertemuan kedua di atas menunjukkan bahwa adanya perubahan sedikit dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Nilai pada fase mempertanggungjawabkan yang diperoleh siswa baik dilihat dari sisi keaktifannya, kerjasamanya, dan cara mempresentasikannya masing-masing memperoleh nilai 3 (cukup baik). Hanya ada beberapa saja yang masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan lagi untuk pertemuan selanjutnya di siklus II.

Data yang diperoleh dari pertemuan ke 2 adalah tentang ketrampilan siswa dalam membuat pertanyaan/soal, yang mana masih memerlukan bimbingan dan arahan dari guru dalam pembuatannya.

2) Lembar aktivitas Guru

Tabel 4.3

Tabel aktivitas Guru Siklus I

No Aspek yang diobservasi Pertemuan ke I Pertemuan ke 2 4 3 2 1 4 3 2 1

I Pendahuluan

1 Mengkondisikan situasi pembelajaran dan kesiapan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran

 

2 Appersepsi  

3 Membangkitkan minat atau rasa ingin tahu siswa (motivasi)

 

II Kegiatan Inti Fase Pembelajaran

4 Menyampaikan tujuan/ indikator yang ingin dicapai

 

5 Penggunaan media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi

 

6 Menjelaskan metode diskusi yang ingin digunakan

 

7 Pemusatan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran

 

8 Teknik menjelaskan materi  

9 Pengelolaan pembelajaran dengan metode diskusi

 

Fase Penugasan


(52)

berhitung 1-5

11 Membagikan LKS pada setiap siswa

 

Fase pelaksanaan tugas

12 Membimbing/mengarahkan siswa   13 Memberikan kesempatan siswa

untuk berpikir

 

14 Mengamati kesulitan dan kemajuan siswa

 

Fase Mempertanggungjawabkan 15 Menilai siswa dalam

mempertanggungjawabkan nilai yang didapat

 

16 Memberikan evaluasi sesuai indikator yang ingin dicapai

 

III Penutup

17 Memberikan kesimpulan materi yang sudah didapat

 

Jumlah - 24 18 - 8 39 4 -

Total 42 51

Nilai Rata-rata 2,4 3,0 Kualifikasi Cukup Baik Cukup Baik

Skor Maksimal : 68 Skor Minimal : 1

Keterangan

Tidak baik : 1 Katagori Penilaian Total Kurang Baik : 2 Kurang Baik : 21 - 36 Cukup Baik : 3 Cukup Baik : 37 - 52 Baik : 4 Baik : 53 - 68

Dari tabel 4.3 aktivitas guru pada Siklus I di atas masih tergolong rendah atau dikatagorikan cukup, dengan perolehan nilai 42 (cukup) dan 51 (cukup), sedangkan nilai idealnya adalah 68. Hasil yang diperoleh dari aktivitas guru pada siklus I ini akan dijadikan bahan rujukan/acuan untuk memperbaiki kualitas pengajaran pada siklus II.


(53)

3) Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dilakukan tes kemampuam siswa. Adapun hasil tes kemampuan siswa tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Rekap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sebelum dan Sesudah Tindakan

No Nama Siswa

Nilai Siklus I Sebelum

Tindakan/Pre Tes

Pos Tes

N-Gain Ket

01 Ade Adiyanto 50 55 0,1 Rendah

02 Ali Husen 55 60 0,11 Rendah

03 Delia Nur’aini 60 65 0,12 Rendah

04 Dika Sapta Dewi 55 60 0,11 Rendah 05 Evita Amanda 50 55 0,1 Rendah 06 Faturrohmah 55 60 0,11 Rendah

07 Ibrahim 55 60 0,11 Rendah

08 Ilham Badrussalam 50 55 0,1 Rendah 09 Linawati Dewi 55 60 0,11 Rendah 10 Lulu Salsabila 65 68 0,08 Rendah 11 Lutfie Dhias 68 70 0,06 Rendah 12 M. Ikhsan Fathin 68 70 0,06 Rendah

13 M. Rafli 50 55 0,1 Rendah

14 M. Rahuli Akbar 50 55 0,1 Rendah

15 M. Rifai 55 60 0,11 Rendah

16 Muchtar Jubaidi 50 55 0,1 Rendah 17 Muis Hadi Prayoga 50 55 0,1 Rendah

18 Nopiyanti 70 75 0,16 Rendah

19 Fathir Ramadhan 50 55 0,1 Rendah 20 Soraya Nada 60 65 0,12 Rendah 21 Siti Khoirotunnisa 67 70 0,09 Rendah 22 Siti Rohmah 50 55 0,1 Rendah

23 Tri Rekso 50 55 0,1 Rendah

24 Angga 67 70 0,09 Rendah

25 Pudiansyah 50 57 0,14 Rendah

26 Abdul Latief 55 60 0,11 Rendah

27 M. Faruq 55 60 0,11 Rendah

Jumlah 1515 1640 2,74


(54)

Perhitungan Skor N-Gain N-Gain : Skor Post Test – Skor Pre Test

Skor Ideal – Skor Pre Test Contoh n- gain siswa no. I pada siklus I N- Gain : 55 - 50 = 5 = 0,1 100 - 50 50

Maka nilai N Gain yang diperoleh siswa tersebut adalah 0,1.

Dari tabel 4.4 di atas hasil belajar siswa pada siklus I dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar siswa pada siklus I masih harus ditingkatkan lagi karena masih banyak siswa yang nilainya di bawah nilai KKM yang ditentukan sekolah yaitu 65. Adapun nilai yang diperoleh siswa adalah 10 orang mendapat nilai 55, 1 orang mendapat nilai 57, 8 orang mendapat nilai 60, 2 orang mendapat nilai 65, 1 orang mendapat nilai 68, 4 orang mendapat nilai 70, dan 1 orang mendapat nilai 75. Selain itu dapat pula dijelaskan nilai rata-rata pretes yaitu 56,11, tetapi setelah mengalami proses pembelajaran dengan metode diskusi nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan sedikit, yaitu nilai postes menjadi 60,74. Dengan demikian proses pembelajaran dengan metode diskusi akan dilanjutkan pada siklus ke II, dengan tujuan agar dapat meningkatkan hasil belajar IPS.

d. Refleksi Tindakan Pada Siklus I

Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi terhadap hasil analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus I. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan I dan 2 diperoleh informasi hasil dari pengamatan sebagai berikut:

1) Ketika guru membagikan siswa dalam kelompok, awalnya terlihat siswa masih bingung, tetapi kemudian mulai dapat menunjukkan ketertarikan dan rasa ingin tahunya. Mereka ada yang bertanya apa yang akan di lakukan oleh gurunya.

2) Guru mempersilahkan siswa untuk membuka buku tentang materi yang akan dibahas bersama.


(55)

3) Tampak pada awal diskusi, mereka lebih banyak diam dengan pikiran masing-masing, hanya siswa yang pintar saja yang terlihat mulai membaca materi yang diberikan, bahkan ada siswa (pintar) yang enggan berbagi dengan teman sekelompoknya dan memilih mengerjakan sendiri.

4) Seiring dengan berjalannya waktu dan tentu saja dengan bimbingan dan arahan dari guru tampak mereka mulai berusaha berinteraksi dengan teman sekelompoknya.

5) Sebagian siswa belum terampil dalam membuat dan menjawab pertanyaan sendiri, sehingga masih perlu bimbingan dan arahan dari guru.

6) Secara umum motivasi siswa belum terlihat, hanya sebagian kecil saja siswa yang menunjukkan rasa ketertarikannya terhadap pembelajaran.

Pada pelaksanaan siklus I berdasarkan hasil tes kemampuan siswa yang telah dilakukan selama proses pembelajaran diputuskan bahwa, hasil belajar siswa belum memenuhi standar nilai indikator yang diharapkan. Adapun nilai yang diharapkan adalah 100% seluruh siswa mencapai nilai KKM sekolah yang telah ditetapkan yaitu 65. Tetapi pada siklus I ini hanya 8 siswa yang mencapai nilai KKM (29,63%) saja, oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitan tindakan kelas ini pada siklus ke II.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Siklus II ditekankan pada perbaikan dan penyempurnaan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Tindakan pada siklus II ini diarahkan pada optimalisasi proses pembelajaran dan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi yang diajarkan, serta diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang mengacu pada hasil belajar siswa pada siklus I, yang telah dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan yaitu tanggal 14 April 2014 dan 17 April 2014.

a. Perencanaan (Planning).

Tahap perencanaan siklus II berdasarkan dari hasil refleksi pada tindakan pelaksaan siklus I. Pada tahap ini guru mempersiapkan perangkat pembelajaran


(56)

yang terdiri dari RPP pertemuan ke 3 dan pertemuan ke 4, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi, serta alat dan media yang mendukung agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Peneliti juga harus lebih tegas dalam mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan kepada siswa lebih jelas lagi, dan menciptakan atau menjadikan suasana kelas menjadi santai, tidak tegang, dan tidak terburu-buru. Mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, baik keaktifan dalam bertanya maupun dalam memberikan bimbingan kepada teman yang kurang jelas, serta mampu mempertanggungjawabkan hasil tugasnya dengan benar.

b. Tindakan/Pelaksanaan (Action).

Siklus II dilaksanakan secara berkesinambungan antara pertemuan ke 3 dan pertemuan ke 4, dengan materi pembelajaran yaitu”Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)”. Pertemuan ke 3 dilaksanakan pada tanggal 14 April 2014, dengan menggunakan tekhnik Saling Beradu Pendapat (Point Counterpoint). Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyanyikan lagu wajib Indonesia“Maju Tak Gentar”. Dengan tujuan memotivasi siswa agar mereka bersemangat mengikuti pembelajaran serta mencintai tanah air. Kemudian dilanjutkan dengan appersepsi atau tanya jawab seputar materi yang lalu yaitu pada pertemuan I dan 2. Adapun langkah-langkah Saling Beradu Pendapat (Point Counterpoint) adalah sebagai berikut:

1) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan cara menghitung 1-5, sehingga terbentuklah beberapa kelompok diskusi yang terdiri dari 5-6 orang.

2) Guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan, dipahami, dan dikerjakan.

3) Selesai berdiskusi dalam kelompok masing-masing, guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk membacakan hasil kerjanya di depan kelas, dan kelompok yang lain memperhatikan dan menanggapi pendapat siswa yang presentasi tersebut.


(1)

DAFTAR GAMBAR

Gambar. I.

Gambar. 2.

Gambar I. Suasana Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus I. Gambar 2. Suasana diskusi kelompok Pada Siklus I


(2)

Gambar. 3.

Gambar. 4.

Gambar. 3. Seorang siswa sedang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Gambar.4. Suasana Pembelajaran.


(3)

Gambar. 5.

Gambar. 6. Gambar 5. Suasana Pembelajaran Pada Siklus II. Gambar 6. Suasana kegiatan pembelajaran


(4)

Gambar.7.

Gambar 8 Gambar.7 Suasana diskusi Kelompok.


(5)

Gambar. 9

Gambar. 10 Gaambar. 9 Siswa memasang kalimat yang sesuai.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Beti Setiowati, dilahirkan di Jakarta, 18 Juli 1969. Anak dari pasangan bpk Kliwon dan ibu Sri Ngatun.

Pengalaman pendidikan penulis:

- SDN Perumnas I Tangerang, lulus tahun 1981 - SMPN 6 Perumnas I Tangerang, lulus tahun 1984 - MAN I Grogol Jakarta, lulus tahun 1988

- DII IAIN Sunan Gunung Jati Bandung, lulus tahun 2000


Dokumen yang terkait

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

Penerapan Metode Mind Map Untuk Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips (Penelitian Tindakan pada Siswa Kelas V MI Misbahul Falah Depok)

0 17 177

Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode advokasi di MTs Yaspina Rempoa Tangerang Selatan

0 9 243

Upaya meningkatkan motivasi belajar PKN melalui strategi pembelajaran inquiry discovery learning di kelas V MI Ta’lim Mubtadi Cipondoh Tangerang

2 8 129

Upaya meningkalkan hasil belajar tentang peristiwa proklamasi melalui metode Video critic/ video comment pada siswa kelas V mata pelajaran IPS DI MI Sirojul Alhfal I Kota Depok

0 15 142

Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan penggunaan media pemutaran film di kelas V MI Miftahul Hidayah Kota Bekasi

2 124 132

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN TAMAN BARU KECAMATAN PENENGAHAN

0 10 20

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V DI SD NO. 071091 SISOBAMBOWO KECAMATAN MANDREHE KABUPATEN NIAS BARAT.

0 2 17

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN METODE DISKUSI PANEL PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI 067097 MEDAN.

0 1 19

PENGGUNAAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV MI MUHAMMADIYAH SEGERAN KABUPATEN INDRAMAYU - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 17