Formulasi & Evaluasi sediaan suspensi BENTELMITH

TUGAS AKHIR SEMESTER
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI II
FORMULASI & EVALUASI
SEDIAAN CAIR
Suspensi " BENTELMITH "

Disusun oleh :
Nama       : Hibah Muhamad Salim Naji Alkathiry
NPM         :   1115003891   
Semester  :    IV 

PROGRAM STUDI D III

FARMASI

FAKULTAS ILMU KESHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2017

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul Pembuatan dan Evaluasi
sediaan suspense " Bentelmith " Penulisan laporan ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Teknologi Farmasi II .Laporan ini bukanlah
karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi
maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah. Semoga makalah ini
bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca.

Terimakasih ,
Hibah Alkathiry

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
I.1 Latar Belakag................................................................................................
I.2 Tujuan Praktikum …......................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………………………..…

II.1 Dasar Teori .................................................................................................
II. 2 Formulasi ……..............................................................................................
II. 3 Alat dan Bahan ………………………………………………………………….
II.4 Metode Pembuatan ......………………………………………………………...
BAB III ISI ………………………………………………………………………………….
II.1 Perhitunagan …………………………………………………………………
II.2 Data dan Hasil ……………………………………………………………….
II.3 Pembahasan …………………………………………………………………

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................

IV. 1 Kesimpulan .....................................................................................
IV .2 Daftar Pustaka ...........................................................................................

PEMBUATAN & EVALUASI SEDIAAN

" SUSPENSI " BENTELMITH

BAB I
PENDAHULUAN


: I.1. Latar Belakang
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif
dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya
sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan
penigkatan kualitas obat dengan cara meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi
..atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat
Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran salah satunya adalah .
suspensi. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan
penampilannya yang baik dari segi warna maupun bentuk. Penggunaan bentuk sediaan suspense
dibandingkan dengan larutan sangatlah efisien karena suspense dpat mengurangi penguraian zat
. aktif yang stabil dalam air
Suspensi adalah sistem terdispersi dimana bahan obat yang tidak larut terdispersi dalam cairan
pembawa. Dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air . Alasan bahan obat
diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil
atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada
pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa
pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat (RPS 18th :1539)
Sehingga dalam dunia farmasi seharusnya mengetahui formulasi obat yang baik dan benar
sehingga sediaan obat yang baik dapat dipilih.Dengan keahliannya farmasis mudah memformulasi

bentuk sediaan obat.Oleh karena itu, pada percobaan ini dilakukan formulasi dalam sediaan
.suspensi

: I.2. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pembuatan dan evaluasi sediaan suspensi "

" BENTELMITH
.

BAB II
LANDASAN TEORI

: II. 1. Dasar Teori

: A.   Pengertian
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal 
terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling 
bercampur. (Anonim, 2004)
Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut 
digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain. (Anief, M, 2005)

Karena molekul­molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai
bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang 
baik,  jika larutan diencerkan atau dicampur. (Anonim, 1995)

Menurut Lachman ( hal 983 ), Suspensi adalah sistem heterogen dari 2 fase. Fase kontinyu

atau eksternal ( luar ) biasanya berupa cairan atau semipadat dan fase terdispersi atau
internal terdiri dari bahan partikel partikel kecil yang tidak larut tetapi terdispersi dalam
fase kontinyu, bahan tidak larut dapat ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau fungsi
.penyalutan internal atau eksternal
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV ( hal 17 ) , Suspensi adalah sediaan cair yang

.mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
Menurut Farmakope Indonesia edisi III (hal 32 ) , Suspensi adalah sediaan yang mengandung

.bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat
dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tampa zat tambahan yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang di tetapkan (formularium nasional

hal ; 333 ,1978)

Menurut DOM Marthin, Suspensi adalah proses penyiapan bahan homogen yang terdiri dari

.fase terdispersi atau fase internal yaitu padatan dan fase kontinyu yaitu cairan
Menurut RPS 18th, Fisika kimia mendefinisikan kata “suspensi” sebagai sistem dua fase

.yang terdiri dari serbuk terbagi halus yang didispersikan dalam padatan, cairan atau gas
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan
yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan
. pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan
Suspensi merupakan termodinamika tidak stabil, dimana terdapat padatan yang tidak
larut dari suspensi yang menyebabkan adanya tegangan antarmuka dan memerlukan
energi bebas permukaan untuk menstabilkannya sehingga energi besas permukaan tidak
.sama dengan nol (∆ F≠0)

MACAM-MACAM SUSPENSI .2
: A . Berdasarkan Kegunaannya
1.      Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat         dalam 

bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, yang 
ditujukan untuk penggunaan oral.
2.      Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk 
halus yang terdispersi dalam  cairan pembawa cair yang di tunjukkan untuk penggunaan 
kulit.
3.      Suspensi tetes telinga adalah  sediaan cair yang mengandung partikel­partikel halus 
yang ditunjukan untuk di teteskan pada telinga bagian luar.
4.      Suspensi oflamik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel sangat halus 
yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
5.      Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan 
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk
suspensi. Steril setelah penambahan bahan yang sesuai.
( lmu Resep Syamsuni , hal 125 )

B. Berdasarkan Istilah
1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk 
pemakaian oral.  (contoh : Susu Magnesia)
2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya 
mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan 
konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh : Magma Bentonit).

3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit 
(contoh : Lotio Kalamin)
 C . Berdasarkan Sifat
1. Suspensi Deflokulasi
1. Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri  dan apabila kecepatan 
sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan
lambat.
2. Gaya tolak­menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing­masing partikel 
menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap.
3. Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi 
partikel yang halus sangat lambat.
4. Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen 
pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.
5. Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena 
terbentuk masa yang kompak.

6.  Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak 
dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.
2.  Suspensi Flokulasi
1. Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya 

sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok 
partikel sehingga ukurang agregat relatif besar.
2. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan 
flokul­flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam­
macam.
3. Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah
diredispersi.
4. Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan 
sedimentasinya tinggi.

3. PEMBUATAN SUSPENSI :
A. Metode pembuatan suspense:
 Metode disperse:
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah    terbentuk 
kmudian baru diencerkan.
       Metode praesipitasi:
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur 
dengan air. Setelah larut diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air.

B. Sistem pembentukan suspense:

 System flokulasi:
1. partikel merupakan agregat yang bebas
2. sedimentasi terjadi capat
3. sediment terbentuk cepat
4. sediment tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti 
semula
5.  wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi 
daerah cairan yang jernih dan nyata.
 System deflokulasi:
1.  partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain

2.  sedimentasi yang terjadi lambat masing­masing partikel mengendap terpisah dan ukuran 
partikel adalah minimal
3. sediment terbentuk lambat
          4. sediment akan membentuk cake yang keras & sukar ter­dispersi kembali .
 (Anonim, 2004)

4. Keuntugan sediaan suspensi :
Antara lain sebagai berikut :


     a. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak­
anak.
b. Homogenitas tinggi
c. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak 
antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
d. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
e. Baik untuk beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.               
      f. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa 
obat yang tergantung kelarutannya.

5. Kerugian bentuk suspense :
 Antara lain sebagai berikut :
a.  Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya  tablet, dan kapsul.
c.  Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam
larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
 d.   Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya 

turun.
e. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, 
flokulasi­deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
      f. Sediaan  harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
( Anief, M., 1987 )

6.Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi :
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran partikel
Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama ). 
Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin 
memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut
dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)

Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan 
diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan 
mudah dikocok dan dituang.
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan partikel dalam 
waktu yang singkat.

4. Sifat / muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam campuran bahan yang 
sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan 
tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan 
tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya. (Anonim, 2004 )

II.2 . FORMULASI :

/R

A.Formula Asli :
Formularium Nasional ; hal 288

Tiap 5 ml mengandung :

Thiabendazolum                             500 mg 
Zat tambahan yang cocok                    qs.
Aquadest                            ad              5 ml 

/R

B. Formula Pengembangan :
Tiap 5 ml mengandung:
Albendazole

                               200 mg

Vitamin B6                                         5 mg
CMC – Na                                          2  %
Sirup Simplex                                   10 %
Pewarna Ungu                                     qs 

V

II. 3 ALAT & BAHAN :
A. Alat :
1. Asbes .
2. Batang Pengaduk.
3. Beaker Gelas. 
4. Buret.
5. Gelas Ukur.
6. Kaki Tiga. 
7. Korek Api.
8. Mortir & Stamper .
9. Neraca Analitik. 
10. PH Meter. 
11. Piknometer.
12. Pipet Tetes 
13. Spirtus .
14. Statif & Klem.
15. Stop Watch .
 B. BAHAN :
1. Albendazole 
2. Aquadest
3 .CMC­ Na 
4.Pewarna  
5.Sirup Simpleks 
6. Tween 80 
7. Vitamin B6   

II.4. PEMBUATAN & PENGUJIAN EVALUASI Sediaan Suspensi '
'Bentelmith
: " A . Pembuatan Sediaan Suspensi " Bentelmith
Diambil & disiapkan alat yang digunakan untuk membuat
sediaan suspensi Bentemith yang diperlukan
Dimasukan Albendazole yang sudah di timbang ke dalam
mortir dan ditetesi tween 80 secukupnya, digerus hingga
.larut ( campuran 1 )
Ditambahkan sirup simpleks dalam mortir ,sedikit demi
. sedikit , digerus hingga homogen dengan
Diambil vitamin B6 yang sudah ditimbang dan
ditambahkan aquadest , digerus , hingga larut ( campuran
.2 )
Diambil dan dimasukan dalam mortir cmc na yang sudh di
timbang dan ditambahkan aquadest , di aduk ad tebentuk
gel cmc ( campuran 3 )
. dicampurakan campuran 1, campuran , 2campuran 3
DItambahkan bahan pewarna dan pengaroma
Disimpan dan dilakukan evluasi pada sediaan suspensi
. bentelmith yang sudah dibuat

:B. UJI ORGANOLEPTIS , HOMOGENITAS , & Ph
               

Diambil sample dari suspensi yang di buat dan diamati
organoleptisnya yaitu , mengamati , bentuk , warna ,
.bau dan rasa dari sediaan sirup yang di buat
Dilakukan kemudian uji homogenitas dengan cara
sample sedian sirup yang dibuat dilihat dan diamati
.partikelnya dengan adanya cahaya yang menembus
Dilakukan kemudian uji Ph sediaan suspensi dengan
mengencerkan sedian sirup dengan air , kemudian
. dicelupkan kertar ph universal dan di lihat Ph - nya
. Dicatat hasil dari pengamatan

: UJI BERAT JENIS . 2
Diambil piknometer kosong yang sudah bersih dan
.ditimbang beratnya
Dimasukan air ke dalam piknometer yang sudah
ditimbang sebelumnya , dan ditimbang berat
piknometernya +air
Dihitung selisih dari berat piknometer +air , dikurangi
berat piknometernya sendiri saat kosong , dicatat
. hasilnya , kemudian dibagi volume piknometernya
Dimasukan sample dari sediaan suspensi yang di buat ke
dalam piknometer yang sudah ditimbang sebelumnya ,
.dan ditimbang berat piknometernya + suspensi
Dihitung selisih dari berat piknometer +suspensi yang
dikurangi berat piknometernya sendiri saat kosong ,
dicatat hasilnya , kemudian dibagi volume
. piknometernya
Hasil dari perhitungannya ditentukan sebagai BJ
. suspensi

: UJI VISKOSITAS .3

Diambil dan di siapkan buret , klem , statif , corong dan
.sample sediaan suspensi yang dibuat
.Dimasukan suspensi dalam buret hinga mencapai 20 ml
Dicatat waktu mulai nya pengaliran suspensi dari buret
ke wadah penampung ( beaker gelas ), dan di catat
waktu dari akhir tetes dari suspensi yg dalam buret
keluar , dicatat waktu alir yg diperlukan seluruh suspensi
.untuk mengair

: UJI sedimentasi .4
Diambil dan disiapkan gelas ukur, corong dan sample
.sediaan suspensi yang dibuat
Dimasukan suspensi dalam gelas ukur hinga mencapai
.30 ml
Dicatat waktu mulai nya pengendapan suspensi selama
15 menit dan di ukur fase jernihnya
 

:

UJI redispersibilitas .5
Diambil dan disiapkan gelas ukur, corong dan sample
.sediaan suspensi yang dibuat
Dimasukan suspensi dalam gelas ukur hinga mencapai
.30 ml dan didiamkan hingga mengendap
Dilakukan penggojokan 90 derajat berulang ulang hingga
fase menjadi terdispers kembali . dihitung waktunya
. dan jumlah penggojokan

PEMBAHASAN :

Dalam pembuatan suspensi dikenal 2 macam system, yaitu system flokulasi dan system 
deflokulasi. Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah, cepat mengendap dan 
mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada system deflokulasi, 
partikel terdeflokulasi mengenap perlahan­lahan dan akhirnya membentuk sedimen dan terjadi 
agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Pada system flokulasi biasanya mencegah pemisahan yang sungguh­sungguh tergantung pada 
kadar partikel padat dan derajat flokulasinya dan pada suatu waktu flokulasi kelihatan kasarr 
akibat terjadi flokul. Dalam system deflokulasi, partikel tersdispersi baik dan mengenap sendirian, 
tapi lebih lambat daripada system flokulasi, tapi partikel deflokulasi berkehandak membentuk 
sedimen atau cake yang terdispersi kembali.
( Anief, 1993 )
Teknologi Pembuatan
Pembuatan sediaan obat suspensi dibedakan menjadi empat fase, yaitu :
a.              Pendistribusian atau penghalusan fase terdispersi.
b.             Pencampuran dan pendispersian fase terdispersi di dalam bahan pendispersi.
c.              Stabilisasi untuk mencegah atau mengurangi pemisahna fase.
d.             Homogenisasi, yang diartikan sebagai perataan fase terdispersi dalam bahan pendispersi.
Pada umumnya pembuatan suspense dilakukan dengan penghalusan /pengecilan  ukuran 
partikel zat  yang dikehendaki, bahan padat mula­mula digerus homogen dengan sejumlah kecil 
bahan pendispersi, kemudian sisa cairan dimasukkan sebagian demi sebagian. Jika pembawa terdiri
dari beberapa cairan maka untuk menggerus digunakan cairan dengan viskositas yang tertinggi atau
yang memiliki daya pembasahan paling baik terhadap partikel terdispersi.

a. Bahan pensuspensi / suspending agent (Art of Compounding, hlm 300)

Fungsi : Memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan 
resin dan bahan berlemak
 
Cara Kerja : meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi 
dengan pengocokan.  Suspensi yang baik mempunyai kekentalan yang sedang dan partikel yang 
terlindung dari gumpalan/aglomerasi.  Hal ini dapat dicapai dengan mencegah muatan partikel, 
biasanya muatan partikel ada pada media air  atau sediaan hidrofil.
 
Faktor pemilihan suspending agent
1.
2.
3.
4.

Penggunaan bahan (oral / topikal)
Komposisi kimia
Stabilitas pembawa dan waktu hidup produk (shelf life)
Produk, sumber, inkompatibilitas dari suspending agent.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi :

(Lachman Practice, 479-491)

1. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi
stabil, tidak cepat mengendap, maka :
1. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan 
sorbitol atau sukrosa.  BJ medium meningkat.
2. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill
3. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
4. Pembasahan serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span dan 
tween.
1. Floatasi (terapung), disebabkan oleh :
1.
Perbedaan densitas
2.
Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
3.
Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat.  Hal ini dapat diatasi dengan 
penambahan humektan.
Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat.  Mekanisme humektan :  
mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi.  Contoh : 
gliserin, propilenglikol.
1. Pertumbuhan kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh.  Bila terjadi perubahan suhu 
dapat terjadi pertumbuhan kristal.  Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan.
Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal.
Hal­hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi (Disperse system, Vol. I, 158)
1.
2.
3.
4.
5.

gunakan partikel dengan range ukuran yang sempit
pilih bentuk kristal obat yang stabil
cegah penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk pengecilan ukuran partikel
gunkan pembasah
gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain­lain yang akan membentuk 
lapisan pelindung pada partikel
6. viskositas ditingkatkan
7. cegah perubahan suhu yang ekstrim
Hal­hal yang memicu terbentuknya kristal ::
1. keadaan super jenuh
2. pendinginan yang ekstrim dan pengadukan yang cepat
3. sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam ukuran dan bentuk yang 
bervariasi
4. keberadaan cosolutes, cosolvent, dan absorbent
5. kondisi saat proses pembuatan.
6. Pengaruh gula (sukrosa)
1.
Suspending agent dengan larutan gula : viskositas akan naik

2.
3.
4.

Adanya batas konsentrasi gula dalam campuran dengan suspending agent.
 Konsentrasi gula yang besar juga dapat menyebabkan kristalisasi yang cepat
Gula cair 25 % mudah ditumbuhi bakteri, perlu pengawet. (tidak lebih dari 30 %; hati­
hati cap locking)
5.
Hati­hati jika ada alkohol dalam suspensi
6.
Metode dispersi : Deflokulasi dan Flokulasi
7.
Pengaruh alat­alat pendispersi, menyebabkan :

Variasi pada ukuran partikel berhubungan dengan RPM Shearing Force
Variasi pada sifat-sifat suspensi
Variasi pada viskositas pembawa, berhubungan dengan hidratasi suspending
agent.
       Pada prakttikuum kali ini dilakuan pembuatan suspense bentelmith yang merupakan suspense 
dengan khasian membasmi cacing, dengan menggunakan bahan zat aktif albendzol dan cmc na 
sebagai suspending agent . 
Zat aktif 
ALBENDAZOLE :
Albendazol
Efektifitas antelmintik
Efektif untuk kremi, gelang, trikuris, S stercoralis, N americanus
·
Cysticercosis dan hidatid
·
Farmakokinetika
Abs per oral : baik oleh usus
·
Ekskresi : urin, feses
·
:Mekanisme kerja
Menghambat ambilan glukosa oleh larva dan cacing dewasa à parasit mati
·
Membunuh larva N americanus
·
Merusak telur cacing gelang, tambang dan trikuris
·
Indikasi
Untuk infeksi cacing kremi, tambang, askaris atau trikuris
·
Untuk kremi pengobatan diulang sesudah 2 minggu
Untuk cacing tambang dan trikuris : lama pengobatan yg dianjurkan 2-3 hari
Untuk cacing S. stercoralis
·
Hydatid
·
Neuro-cysticercosis
·
T. Saginata, cutaneous larva-migrans
·
:Kontra indikasi
Anak < 2th
·
Wanita hamil
·
Sirosis hati
·
Efek samping
Untuk penggunaan 1-3 hari aman
·
Efek samping : nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, mual, lemah, insomnia
·
Pada pengobatan penyakit hidatid :alopecia, leukemia reversibel, peningkatan transaminase
reversibel, anafilaksis
Penggunaan kronis pada hewan uji : diare, anemia, hipotensi, kelainan fungsi hati, toksisitas
thd fetus

ZAT TAMBAHAN :

·
·

SUSPENDING AGENT  CMC NA :

(US Dispensatory 27th, 1049; Martin Disp.of Medication, 546-547, 553; Art of Compounding,
301,305,307; Martindale 28th, 950-951; Lyman’s Textbook of Pharm. Compounding & Dispensing,
239-240; Excipients, 45; Cooper & Gunn, 107; Aulton Pharm.Practice, 101; Aulton The Science of..,
276)
Kelarutan : Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan larutan jernih, praktis tidak
larut dalam pelarut organik.
pH : 1 % larutan dalam air mempunyai pH 6 – 8,5. Stabil pada range pH 5 – 10. Viskositas
musilago CMC Na menurun drastis pada pH < 5 atau pH > 10. Musilago lebih peka terhadap
perubahan pH daripada metilselulosa.
Stabilitas : terhadap panas, CMC Na dapat disterilisasi dalam keadaan kering dengan
mempertahankan suhu pada 160oC selama 1 jam, tetapi akan terjadi penurunan viskositas secara
perlahan-lahan dan sifat-sifat larutan yang dibuat dari bahan yang telah disterilkan memburuk.
Sterilisasi larutan dengan pemanasan juga menyebabkan penurunan viskositas, tetapi hal ini tidak
terlalu dipermasalahkan. Bila suatu larutan dipanaskan dalam autoklaf pada 125 o C selama 15
menit dan dibiarkan menjadi dingin, viskositas menurun sekitar 25 %. Karenanya, bila menghitung
jumlah CMC Na yang akan dipakai dalam sediaan yang akan disterilkan hal ini harus
dipertimbangkan.
OTT : CMC Na adalah anionik, maka tidak tersatukan dengan kationik seperti akriflavine,
gentian violet, thiamin, Pharmagel A, germisida kuarterner, alkaloid, hampir semua antibiotik dan
logam berat (seperti Al, Zn, Hg, Ag, Fe), CMC Na tidak tersatukan dengan larutan asam kuat,
FeCl3 (garam-garam besi yang larut air), alumunium sulfat dan banyak elektrolit.
Keamanan

: CMC Na adalah zat yang non toksik

Kegunaan : CMC Na digunakan untuk suspending agent dalam sediaan cair (pelarut air) yang
ditujukan untuk pemakaian eksternal, oral atau parenteral. Juga dapat digunakan untuk penstabil
emulsi dan untuk melarutkan endapan yang terbentuk bila tinctur ber-resin ditambahkan ke dalam
air. Untuk tujuan-tujuan ini 0,25 % – 1 % atau 0,5 % – 2 % CMC Na dengan derajat viskositas
medium umumnya mencukupi.

->
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·

Sirupus simplex (Farmakope Indonesia III hal 567)
Warna
: tidak berwarna
Rasa
: manis
Bau
: tidak berbau
Pemeriaan
: cairan jernih, tidak berwarna
Polimorfisme
:Ukuran partikel : Kelarutan
: larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih,
sukar larut dalam eter
Titik lebur
: 1800
pKa / pKb
:Bobot jenis
: 1,587 gram/mol
pH larutan
:Stabilitas
: ditempat sejuk
Inkompatibilitas : Kegunaan
: sebagai pemanis

. Aquadest (Depkes RI, 1979 Halaman 96)

Nama resmi
Nama lain
Rumus kimia
Berat molekul
Pemerian

: AQUADESTILLATA
: Air suling, Aquadest
: H2O
: 18,02
:cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

1.          Evaluasi Viskositas.
Viskositas atau kekentalan adalah sutau sifat cairan yang berhubungan erat dengan 
hambatan untuk mengalir. Dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan dengan 
adanya sspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi 
umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan 
kembali. Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian 
rupa sehingga viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan­kesulitan seperti yang 
diperlukan tadi. (Ansel,1989:357)
2.      Evaluasi Bobot Jenis.
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25º C terhadap bobot air 
dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh 
dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer, kecuali dinyatakan lain 
dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25º C [FI IV hal 1030].  
Didalam literature pengujian volume sedimentasi   untuk evaluasi stabilitas fisik suspensi 
dijelaskan bahwa volume sedimentsi harus ± 1, karena jika tidak sediaan suspensi yang 
dibuat akan tidak stabil, 
 Selain itu dalam literature pengujian bobot jenis dan viskositas untuk evaluasi stabilitas 
sifat fisika juga dijelaskan bahwa dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan 
dengan adanya sspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi 
umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan 
kembali. Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian 
rupa sehingga viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan  .  
3.  Uji redispersibilitas : yaitu untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan 
agar larutan tercampur semua. Maksimal waktu redispersi adalah 30 detik.Dari hasil uji 
redispersibilitas pada sediaan  27,3 detik  yang dibutuhkan agar larutan tercampur 
kembali 
 4. Uji pH : pH suspensi yang baik adalah kurang dari 5 dan tidak lebih dari 6,5. Dari 
hasil uji pH pda sedian suspense bentelmith  tidak lebih dari 6,5, sehingga sediaan 
suspensi jika dilihat dari uji pH termasuk sediaan suspensi yang baik.
 Dengan bentuk airan kental                                              
           5. Uji Organo leptis : 
                     Dilakukan pengujian organoleptis dengan kaat mata, diamati bau       bentuk rasa dan
wangi.   Dari hasil pengujian di daptakan warna ungu bau mengengat rasa manis agak
pahit .
Pemanis
Fungsi : untuk memperbaiki rasa dari sediaan
Masalah yang perlu diperhatikan pada perbaikan rasa obat adalah :
Usia dari pasien.  Anak­anak lebih suka sirup dengan rasa buah­buahan, orang dewasa lebih 
suka sirup dengan rasa asam, orang tua lebih suka sirup dengan rasa agak pahit seperti 
kopi, dsb.

Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak sama dengan orang sehat.  Rasa 
yang dapat diterima untuk jangka pendek mungkin saja jadi tidak bisa diterima untuk 
pengobatan jangka panjang.
Rasa obat bisa berubah dengan waktu penyimpanan.  Pada saat baru dibuat mungkin sediaan 
berasa enak, akan tetapi sesudah penyimpanan dalam jangka waktu tertentu kemungkinan
dapat berubah.
Zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang memiliki nilai kalor tinggi 
tidak dapat digunakan dalam formulasi sediaan untuk pengobatan penderita diabetes.
 
Catatan  :
1. Pemanis yang biasa digunakan  : sorbitol, sukrosa 20 – 25 %
2. Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5 %; sakarin 0,05 %
3. Kombinasi sorbitol : sirupus simplex = 30 % b/v : 10 % b/v ad 20 – 25 % b/v total
4. pH > 5 dipakai sorbitol, karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan menyebabkan 
perubahan volume.
5. Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi

Kerugian dari sediaan suspensi ini adalah tidak praktis dibandingkan bentuk sediaan 
lain misalnya tablet dan rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya 
reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai 
katalisator. Sedangkan keuntungannya bahan obat tidak larut dapat bekerja 
sebagai depo, yang dapat memperlambat  terlepasnya obat.

  Penggunaan Suspensi dalam Farmasi
1. Beberapa orang terutama anak­anak sukar menelan obat yang berbentuk tablet / zat 
padat.  Oleh karena itu diusahakan dalam bentuk larutan.  Kalau zat berkhasiat tidak
larut dalam air, maka bentuk suspensi­dimana zat aktif tidak larut­terdispersi dalam 
medium cair merupakan suatu alternatif.
2. Mengurangi proses penguraian zat aktif didalam air.  Untuk zat yang sangat mudah 
terurai dalam air, dibuat bentuk yang tidak larut.  Dengan demikian, penguraian 
dapat dicegah.  Contoh  :  untuk menstabilkan Oxytetrasiklin HCl di dalam sediaan 
cair, dipakai dipakai garam Ca karena sifat Oxytetrasiklin yang mudah sekali 
terhidrolisis di dalam air.
3. Kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan 
mengencerkan zat padat medium dispersi pada saat akan digunakan.  Contoh : 
Ampisilin dikemas dalam bentuk granul, kemudian pada saat akan dipakai 
disuspensikan dahulu dalam medim pendispersi.  Dengan demikian  maka stabilitas 
ampisilin untuk 7 hari pada temperatur kamar masih dapat dipenuhi.
4. Apabila zat aktif sangat tidak stabil dalam air, maka digunakan medium non­air 
sebagai medium pendispersi.  Contoh  :  Injeksi Penisilin dalam minyak dan Phenoxy 
penisilin dalam minyak kelapa untuk oral.
5. Sediaan suspensi yang terdiri dari partikel halus yang terdispersi dapat menaikkan 
luas permukaan di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat mengabsorpsi toksin­
toksin atau menetralkan asam yang diproduksi oleh lambung.  Contoh Kaolin, Mg­
Karbonat, Mg­Trisilikat. (antasida/Clays)
6. Sifat adsorpsi daripada serbuk halus yang terdispersi dapat digunakan untuk sediaan 
yang berbentuk inhalasi.  Zat yang mudah menguap seperti mentol, Ol. 
Eucaliptus, ditahan dengan menambah Mg­Karbonat yang dapat mengadsorpsi 
tersebut.

7. Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak atau pahit dengan lebih baik 
dibandingkan dalam bentuk larutan.  Untuk suspensi Kloramfenikol dipakai 
Kloramfenikol Palmitas yang rasanya tidak pahit.
8. Suspensi BaSO4 untuk kontras dalam pemeriksaan X­Ray.
9. Suspensi untuk sediaan bentuk aerosol.
Pengemasan dan Penyimpanan

Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara yang memadai di atas
cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang. Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan, dan cahaya. Suspensi perlu dikocok tiap kali
sebelum digunakan. Untuk menjamin distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang
diberikan setiap kali tepat dan seragam.
Sifat-Sifat Yang Diinginkan Dalam Suatu Suspensi Farmasi
Terdapat banyak pertimbangan dalam pengembangan dan pembuatan suatu suspense farmasi yang baik.
Disamping khasiat terapeutik, stabilitas kimia dari komponen-komponen forrmulasi, kelenggangan sediaan dan
bentuk estetika dari sediaan sifat-sifat yang diinginkan dalam semua sediaan farmasi dan sifat-sifat lain yang
spesifik untuk suspense farmasi :

1.
Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat dan cepat mengendap secara lambat dan harus rata
lagi bila dikocok.
2.
Karakteristik suspensi harus sedemikan rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak
konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
3.
Suspense harus bias dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
( Ansel, 1989 )

: KESIMPULAN
:Dari hasil pembuatan dan evaluasi sesiaan suspense 'Bentalmith " , Maka dapat disimpulkan

Obat dibuat suspensi karena obat – obat tertentu tidak stabil secara kimia, bila ada dalam larutan tapi
stabil bila dibuat dalam bentuk suspensi, dan jika ada bahan obat yang tidak dapat larut. Faktor 
yang mempengaruhi kestabilan suspensi :Pengecilan ukuran  partikel dari suatu suspensoid berguna 
untuk kestabilan suspensi karena laju endap dari partikel padat berkurang jika ukuran partikel 
diperkecil. Selain itu jumlah bahan pensuspensi jangan terlalu sedikit dan jangan terlalu banyak 
karena mempengaruhi kestabilan cairan tersebut.  Sedikit banyaknya pergerakan partikel, tolak 
menolak antar partikel karena adanya muatan listrik pada partikel, dan konsentrasi suspensoid   juga
dapat mempengaruhi. Suspending agent yang terlalu banyak (CMC) menyebabkan daya alir kurang 
baik karena terlalu kental, pada penyimpanan dengan suhu rendah dapat terbentuk cacking yang 
keras sehingga sulit dituang. dengan metode pembuatan dispersi. Semakin kecil partikel, luas 
permukaannya akan semakin besar dan suspensi akan lama mengendap atau sebaliknya semakin 
besar partikel, luas permukaan akan semakin kecil dan menyebabkan suspensi akan cepat 
: mengendap. Dari pengamatan yang kami peroleh

:Daftar pustaka

.Agoes , Soewarno.T.(2010) Tehnologi Farmasi Sediaan Tablet . Penerbit EGC . Jakarta . 1
Anief , Moh. (2004) . Ilmu meracik obat Teori dan Praktik . cetakan kesebelas . 2
..Yogyakarta . Penerbit
Gadjah Mada University Press
3. Anonim , ( 1979) . Farmakope
Indonesia , Jakarta .

Indonesia edisi III , Departemen Kesehatan Republik

4. Ansel, H.C. (1989) Pengantar bentuk sediaan Farmasi . edisi keempat .penerbit Jakarta ;
Universitas Indonesia.
5 . Ansel , H.C . (2005) . pengantar bentuk sediaaan farmasi edisi VII . Penerbit Jakarta :
Universitas Indonesia
Banker , S.G ., and Anderson , R .N . ,(1984) Tablet in Lachman , L . Lierberman , The . 6
. Theory and Practus of Industrial Pharmacy , 3 rd ed ., lea and Febiger , Philadelphia
. Indra , S.P ( 2005 ) Teorian praktik Farmasi Industry II Jakarta : Universitas Indonesia .7
Lachman . L . Lieberman . H.A and Kanig , J.L ., (1989) The Theory and practice of . 8
. Iindustry pharmacy , 2 nd ed ., Lea and Febiger Phiapeldelphia

LAMPIRAN