PROBLEMATIKA PEKERJA ANAK PADA HOME INDUSTRY SANDAL DI DESA WEDORO KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO.

(1)

PROBLEMATIKA PEKERJA ANAK PADA

HOME INDUSTRY

SANDAL DI DESA WEDORO KECAMATAN WARU

KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

MOKHAMMAD IMAM AKHFAS

NIM. B05211033

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

PROBLEMATIKA PEKERJA ANAK PADA

HOME INDUSTRY

SANDAL DI DESA WEDORO KECAMATAN WARU

KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

MOKHAMMAD IMAM AKHFAS

NIM. B05211033

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap penulisan skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Mokhammad Imam Akhfas

NIM : B05211033

Program Studi : Sosiologi

Yang berjudul: “Problematika Pekerja Anak Pada Home Industry Sandal Di Desa

Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”, saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah diperbaiki dan dapat diujikan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Sosiologi.

Surabaya, 07 Agustus 2015 Pembimbing

Amal Taufiq, S.Pd, M.Si NIP.197008021997021001


(4)

PENGESAHAN

Skripsi oleh Mokhammad Imam Akhfas dengan judul: “Problematika Pekerja Anak Pada Home Industry Sandal Di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo” telah dipertahankan dan dinyatakan lulus di depan Tim Penguji Skripsi pada tanggal 07 Agustus 2015.

TIM PENGUJI SKRIPSI

Penguji I Penguji II

Amal Taufiq, S.Pd, M.Si Zaky Ismail, M.Si

NIP.19700802199702101 NIP. 198212302011011007

Penguji III Penguji IV

M. Ilyas Rolis, M.Si Dr. H.M. Shodiq, M.Si NIP. 107704182011011007 NIP. 197504232005011002

Surabaya, 07 Juli 2015

Mengesahkan,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dekan

Prof. Akh. Muzakki, Grad. Dip. SEA, M.Ag, M.Phil, Ph.D. NIP. 197402091998031002


(5)

PERNYATAAN

PERTANGGUNG JAWABAN PENULIS SKRIPSI

Bismillahirrahmanirrahim

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Mokhammad Imam Akhfas NIM : B05211033

Program Studi : Sosiologi

Judul Skripsi : Problematika Pekerja Anak Pada Home Industry Sandal Di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

A. Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan pada lembaga pendidikan mana pun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

B. Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan merupakan plagiasi atas karya orang lain.

C. Apabila skripsi ini dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan sebagai hasil plagiasi, saya bersedia menanggung segala konsekuensi hukum yang terjadi.

Surabaya, 07 Agustus 2015 Yang menyatakan

Mokhammad Imam Akhfas NIM: B05211033


(6)

ABSTRAK

Mohammad Imam Akhfas, 2015,Problematika Pekerja Anak Pada Home Industry Sandal Di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Problematika, Pekerja Anak, Home Industry

Dalam penelitian ini yang dikaji adalah problematika yang dialami oleh anak yang masih bersekolah namun ia juga memutuskan untuk bekerja juga, tepatnya bekerja pada home industry sandal yang menjadi mayoritas pekerjaan warga Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis deskriptif. Teori yang digunakan dalam melihat realitas problematika pekerja anak pada home industry sandal adalah teori tindakan dari Max Weber.

Dalam penelitian mengenai problematika pekerja anak pada home industry sandal ini mendapatkan hasil mengenai banyak hal yang telah dipaparkan oleh penulis dalam pembahasannya. Di antaranya yakni mengenai latar belakang seorang anak yang masih bersekolah namun ia sudah menjadi pekerja, di antara latar belakang tersebut adalah bisa membantu orang tua, bisa membayar sekolah sendiri, mengisi waktu kosong. Dan lain sebagainya. Selain latar belakang penulis juga menemukan hasil mengenai problematika yang dialami para pekerja anak dan juga dampak yang terjadi ketika seorang anak yang masih bersekolah namun ia sudah bekerja, tepatnya pada home industry sandal di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa anak-anak adalah masa yang menyenangkan bagi sebagian besar orang yang telah melewati masa tersebut, yang mana dalam kesibukan sehari-harinya hanya disibukkan dengan bermain dan membeli apapun yang ia inginkan tanpa memikirkan harus bekerja dan mencari

uang. “Pengen jadi anak-anak lagi” kata-kata itulah yang acap kali

terdengar ditelinga kita, hal semacam itu menggambarkan bahwa betapa indahnya masa anak-anak.

Anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah adalah masa dimana dalam kehidupan sehari-hari disibukkan dengan aktifitas yang berpusat pada belajar dan bermain saja, bahkan tak jarang kita seringkali menjumpai aktifitas anak yang disibukkan dengan belajar dan belajar, baik dalam ilmu umum maupun agama, bahkan ada juga yang ditambah dengan ke ikut sertaanya dalam les musik, melukis atau menari misalnya.

Dalam sebuah negara, baik negara maju maupun berkembang bahkan bagi negara yang masih tertinggal, anak merupakan sebuat aset bangsa. Maju tidaknya sebuah negara sangat bergantung pada kualitas generasi penerus bangsanya, oleh karena itu negara harus bisa menjaga dan meningkatkan kualitas anak-anak sehingga bisa menjamin masa depan Negaranya menjadi lebih baik.


(8)

2

Melihat pernyataan diatas penulis meyakini aktifitas seorang anak akan dipengaruhi oleh keadaan keluarganya, dengan kata lain apabila seorang ayah dan ibunya adalah orang terpelajar dan memiliki keadaan ekonomi yang baik, maka akan memperlakukan anaknya sedemikian rupa hingga anaknya bisa menjadi anak yang hebat, dengan menyekolahkan anaknya pada sekolah yang berkualitas, kemudian mengikut sertakan pada bimbingan belajar, baik dalam ilmu umum, bahasa dan juga ilmu agama, bahkan terkadang masih ditambah dengan les keterampilan juga.

Keadaan anak yang penulis ilustrasikan diatas tentunya akan berbeda dengan kondisi keluarga pada umumnya yang cukup dengan menyekolahkan anaknya dan mengikut sertakan pada lembaga keagamaan. Kemudian melihat kondisi keluarga tidak mampu, tentu akan berbeda lagi aktivitas anaknya, jangankan les bahasa dan les keterampilan, sekolahpun adakalanya diabaikan. Sebagian besar yang menjadi latar belakang masalah ini adalah masalah ekonomi keluarga.

Dengan melihat ilustrasi tersebut sudah barang tentu aktifitas anak akan lebih banyak berpusat pada bermain. Namun penulis menyadari bahwa tidak semua keluarga tidak mampu yang mengesampingkan sekolah anaknya, dengan bukti sering dijumpainya prestasi yang diraih anak dalam sekolah justru kebanyakan adalah anak dari keluarga yang sederhana bahkan tidak mampu.

Penulis melihat justru dari latar belakang keluarga yang sederhana bahkan tidak mampu akan membawa motivasi tersendiri bagi anak


(9)

3

sehingga mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi, meski tidak seluruhnya dalam kondisi semacam itu. Dalam konteks ini penulis melihat kedewasaan anak akan muncul dalam kondisi tertekan, misalnya dalam hal ekonomi, seorang anak akan mulai berfikir untuk keluar dari problem kehidupanya dengan berbagai cara seperti belajar dengan sungguh-sungguh sehingga prestasi bisa diraih bahkan ada seorang anak yang memutuskan untuk bekerja disamping kesibukanya sebagai seorang pelajar.

Usia-usia anak yang duduk dibangku SMP dan SMA merupakan tahap berkembangnya kedewasaan anak, daya berfikir kedepan mulai terbentuk pada masa ini, sehingga apa yang ada disekelilingnya dan apa yang mereka rasakan mulai mereka fikirkan, dengan artian mereka akan berfikir apa yang sebaiknya ia lakukan, khususnya dengan kondisi keluarga yang sederhana bahkan tidak mampu tersebut. Ada anak yang merespon hal ini dengan bertindak secara langsung untuk membantu keluarganya ada juga anak yang semakin giat belajar untuk masa depanya dan keluarga ada juga anak yang tidak perduli dengan kondisi keluarganya, tentunya hal ini tergantung dengan tingkat kedewasaan anak itu sendiri.

Hal semacam ini kerap kali dijumpai oleh penulis di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, yang mana terdapat home industry


(10)

4

rumah tangga,remaja bahkan anak-anak karena sistem kerja borongan dan tidak terikat oleh waktu.

Di Desa Wedoro penulis seringkali menjumpai anak-anak yang seharusnya ia harus fokus kepada urusan sekolah namun ia malah menambah kesibukan dengan bekerja pada Home Industry sandal, ia bekerja sepulang sekolah sampai sore bahkan biasanya dilanjutkan hingga malam hari. Pekerja anak yang penulis jumpai yakni anak-anak yang masih bersekolah setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Pertama (SMP) bahkan masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) ada yang juga sudah bekerja, ada juga yang sebenarnya masih usia sekolah namun ia sudah tidak melanjutkan sekolah namun ia memilih untuk bekerja.

Penulis meyakini terdapat problem-problem yang dialami oleh anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah yang memutuskan untuk bekerja juga, tentunya karena benturan tugas ia sebagai pelajar dengan keputusan ia untuk menjadi seorang pekerja juga. Menurut Bagong

Suyanto “Anak yang gagal dalam pendidikan (drop out) lebih terdorong

untuk bekerja, dan sebaliknya anak yang bekerja sambil sekolah

cenderung menurun prestasinya, atau mudah mengalami drop out”.1

Seorang anak yang masih berstatus pelajar namun ia juga memutuskan untuk jadi pekerja, dalam hal ini apakah akan berdampak positif atau negatif. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mendalami

1

Bagong Suyanto dan Sri Sanituti Hariadi. Pekerja Anak: Masalah, Kebijakan dan Upaya


(11)

5

tentang problematika pekerja anak pada home industry sandal di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yakni :

1. Apa penyebab seorang anak bekerja di tengah tugasnya menjadi pelajar ?

2. Problematika apa saja yang terjadi pada seorang anak yang berstatus pelajar sekaligus sebagai pekerja ?

3. Apakah dampak bagi pekerja anak yang masih berstatus sebagai pelajar ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti memiliki tujuan yang hendak dicapai yakni sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penyebab seorang anak untuk bekerja di tengah tugasnya menjadi pelajar.

2. Untuk mengetahui problematika apa saja yang terjadi pada seorang anak yang berstatus pelajar sekaligus sebagai pekerja.

3. Untuk mengetahui dampak bagi pekerja anak yang masih berstatus sebagai pelajar.


(12)

6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dalam hal ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini sebagai salah satu upaya untuk memenuhi tugas skripsi dalam penyelesaian pada jenjang pendidikan strata satu (S1) program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, juga diharapkan dapat menambah keilmuan peneliti dalam bidang sosial.

Penelitian ini juga bermanfaat sebagai kontribusi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu sosial tentang problematika pekerja anak pada home industry sandal.

2. Manfaat praktis

Dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi masyarakat Desa Wedoro untuk menanggulangi problematika pekerja anak. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lainnya serta dapat berguna bagi pengembangan untuk penelitian selanjutnya.

E. Definisi Konseptual

Definisi konsep bertujuan untuk menjelaskan kata atau istilah yang ada dalam judul penelitian. Oleh karena itu untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengertian dalam judul skripsi ini, maka peneliti akan


(13)

7

menjelaskan tentang istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini. Adapun istilah yang perlu peneliti jelaskan ialah:

Problematika : problematika yang dimaksud oleh peneliti disini yakni permasalahan-permasalahan yang dialami oleh pekerja anak yang masih berstatus pelajar, baik bagi sekolahnya maupun bagi pekerjaanya. Problematika itu bisa berupa kesulitan membagi waktu antara bekerja dengan sekolah atau urusan sekolah menjadi terbengkalai atau yang lainya.

Pekerja Anak : pekerja anak yang dimaksud oleh peneliti di sini yakni anak-anak yang masih bersekolah (SD, SMP, SMA), usia di bawah 18 tahun yang sudah bekerja. Dalam konteks ini di Desa Wedoro sering kali dijumpai anak yang masih bersekolah namun ia juga sudah bekerja di home industry

sandal, dengan bagian kerja yang bermacam-macam, ada yang menjadi tukang sol, tukang plong, bagian packing dan sablon.

Home Industry : Home Industry menurut peneliti yakni industri rumahan atau bisnis rumahan yang semua aktifikas dilakukan di rumah. Dalam konteks ini di Desa Wedoro terdapat pusat

Home Industry sandal, sebagian besar pekerjaan masyarakat sebagai produksi sandal.


(14)

8

Sumadi Suryabrata menjelaskan mengenai pengertian dari definisi konsep sebagai berikut :

Definisi konsep ialah definisi yang didasarkan atau sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasikan atau diteliti. Konsep ini sangat penting karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan hal serupa. Sehingga apa yang dilakukan oleh penulis terbuka untuk diuji lagi oleh orang lain.2

F. Telaah Pustaka

Dalam pembahasan mengenai telaah pustaka ini penulis akan memaparkan mengenai gambaran umum tentang tema penelitian yang digunakan, selain itu dalam pembahasan ini juga menjelaskan mengenai ciri khas penelitian ini dengan penelitian yang lain. Dalam hal ini penulis membagi menjadi dua sub pembahasan, yakni penelitian terdahulu dan kajian pustaka.

1. Penelitian terdahulu

Secara umum pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain atau untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima imbalan atau tidak.3 Sebagaimana yang sudah saya jelaskan dalam konsep mengenai pekerja anak di atas bahwa yang dimaksud dalam pekerja anak disini adalah anak-anak yang masih bersekolah (SD, SMP, SMA), usia dibawah 18 tahun yang sudah bekerja.

2

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 76.

3

Suyanto, Bagong & Sri Sanituti Hariadi. Pekerja Anak: Masalah, Kebijakan dan Upaya Penanganannya. Surabaya: Lutfansah Mediatama, 2000.


(15)

9

Dalam konteks ini penulis melihat berbagai macam problematika yang dialami oleh pekerja anak yang masih bersekolah dan bekerja juga pada home industry sandal. Dalam telaah pustaka ini penulis akan memberikan gambaran mengenai yang lebih jauh mengenai pembahasan penelitian ini dengan mengulas beberapa peneliti terdahulu yang telah melakukan penelitian sejenis dengan tema yang penulis teliti dalam skripsi ini.

Pertama penelitian yang dilakukan oleh Mochammad Agung Prasetyo, mahasiswa Institute Agama Islam Negeri Sunan Ampel,

Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam, Jurusan Ahwal Syakhsiyah,

tahun 2013 dengan judul yang diangkat yakni “Tinjauan hukum islam terhadap anak jalanan pencari nafkah untuk keluarga (studi kasus pekerja anak di Terminal Purabaya Bungurasih)”.

Melihat judul yang diangkat oleh peneliti terdahulu memang terdapat kesamaan dengan judul yang peneliti pakai dalam proposal ini, yakni meneliti tentang anak yang memutuskan untuk bekerja, namun terdapat beberapa perbedaan yang mendasar dalam penelitian terdahulu dengan penelitian proposal ini, diantaranya yakni dari segi fokus penelitianya.

Peneliti terdahulu memfokuskan penelitianya kepada tinjauan hukum islam terhadap pekerja anak, sedangkan dalam penelitian ini fokus penelitianya mengarah kepada problematika yang dihadapi pekerja anak ketika memutuskan untuk bekerja sedangkan ia masih


(16)

10

bersekolah. Selain itu juga dari segi objek penelitian peneliti terdahulu mengarah kepada anak jalanan sedangkan dalam penelitian proposal ini anak yang bekerja pada home industri sandal.

Dari berbagai perbedaan yang ada tentunya akan mendapatkan hasil penelitian yang berbeda pula. Hasil dari penelitian terdahulu yakni mengenai latar belakang seorang anak memutuskan untuk bekerja, diantaranya yakni :

a. Pernikahan dini

b. Broken home

c. Melemahnya ekonomi keluarga

d. Lingkungan tidak kondusif

e. Minimnya perhatian dari kerabat, tetangga, masyarakat sekitar hingga pemerintah sekitar/pemerintah pusat

f. Orang tua meninggal dunia

g. Orang tua terpaut dengan tindakan kriminal h. Orang tua terjerat hutang yang sangat mengikat

i. Orang tua memang ingin mengajak anaknya bekerja, untuk menambah kebutuhan primer dan tersier

j. Orang tua cacatlahir (buta, kusta dan lain sebagainya), batin (trauma atau gila).

Selain menemukan latar belakang peneliti terdahulu juga menghasilkan hukum islam meninjau keadaan seorang anak yang bekerja dengan tiga kategori, yaitu :


(17)

11

a. Halal, ketika orang tua tersebut benar-benar membutuhkan penghasilan guna kecukupan sehari-hari, khususnya makan. b. Boleh, ketika keadaan tersebut dirasa sulit untuk kelangsungan

rumah tangga terlebih kedalam hal pendidikan atau sekolah. c. Haram, ketika orang tua tersebut shat jasmani dan rohani

kemudian mempekerjakan anaknua tanpa alasan yang jelas. Selain Mochammad Agung Prasetyo, peneliti terdahulu yang pernah melakukan penelitian sejenis adalah Ahmad Hasyim Nawawi juga melakukan penelitian mengenai pekerja anak, yang berjudul Perilaku Sosial Masyarakat Nelayan Terhadap Pekerja Anak di Popoh dan Sidem Kabupaten Tulungagung pada tahun 2009.

Dalam penelitian Ahmad Hasyim Nawawi memfokuskan penelitianya pada perilaku masyarakat terhadap para pekerja anak, dan mendapatkan hasil bahwa perilaku sosial masyarakat nelayan di Popoh dan Sidem mencerminkan perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh juragan laut, teman sebaya dan orang dewasa (sesama ABK), dan orang tua. Penyimpangan perilaku sosial yang dimaksud yakni penyimpangan yang dilakukan langsung terhadap pekerja anak (verbal) dan penyimpangan perilaku sosial yang dilakukan oleh orang sekitar pekerja anak (non verbal).

Akibat dari penyimpangan perilaku sosial yang dilakukan oleh teman sebaya, orang dewasa dan juragan laut yang dilihat oleh pekerja anak maka akan tumbuhnya agresifitas pada pekerja anak yang


(18)

12

bersangkutan (korban). Inilah yang kemudian akan turun temurun dan lahirnya suatu budaya baru yakni penyimpangan sosial yang sistemik.

Melihat dari hasil penelitian dari Ahmad Hasyim Nawawi diatas maka fokus penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti akan berbeda dengan fokus penelitia diatas, karena peneliti akan membahas dari sisi problematika si pekerja anak yang bekerja ditengan kewajibanya sebagai pelajar.

Selain peneliti di atas juga ada lagi yang ketiga peneliti yang membahas mengenai pekerja anak, yakni penelitian yang dilakukan oleh Sholihatun Najidatil Umam, Anak Jalanan Perempuan (Kehidupan Sosial Pekerja Anak Jalanan Dalam Perspektif Gender Di Kawasan Surabaya), 2014.

Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa anak perempuan jalanan mempunyai kehidupan yang berat. Peneliti memberikan label eksploitatif, rentan dan rawan. Eksloitatif karena mereka telah dipergunakan untuk mendapatkan keuntungan oleh orang tuanya dengan bekerja dijalanan. Ada yang sebagai penjual koran, pengamen, dan pengemis. Dengan hasil yang mereka peroleh dipergunakan orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar hutang kepada rentenir. Rentan karena secara fisik dan mental pada umur mereka berkisar 4 sampai 15 tahun masih belum pantas untuk bekerja, apalagi bekerja di jalanan yang mengandung banyak resiko.


(19)

13

Dengan fisik dan mental yang belum saatnya bergelut dengan lingkungan jalanan, akan banyak berdampak pada perilaku anak-anak jalanan saat ini dan untuk masa depan. Karena dunia jalanan merupakan dunia yang keras dan penuh dengan perjuangan untuk menghadapinya. Rawan karena kondisi di jalanan tidak satupun seorang yang dapat menjamin keselamatan dari resiko kecelakaan, sampai kekerasan tingkat rendah hingga tingkat yang paling tinggi.

Peneliti juga mendapatkan jawaban menegenai latar belakang anak perempuan untuk bekerja, yakni mendapat dorongan dari orang tua, tentunya karena terhimpit dengan beban kehidupan sehari-hari, oleh karena itu orang tua mempekerjakan anaknya.

Melihat hasil dari peneliti mengenai penelitianya tentang anak jalanan perempuan terdapat perbedaan beberapa aspek dengan penelitian penulis, di antaranya yakni mengenai objek penelitian sudah pasti berbeda, karena penelitian yang dilakukan oleh Solihatun Najidatil Umam yang menjadi objek penelitianya adalah pekerja anak perempuan yang bekerja dijalanan sedangkan yang menjadi objek penelitian pada penelitian penulis adalah mengenai pekerja anak yang bekerja di home industry sandal. fokus penelitian juga berbeda. yang mana penulis memfokuskan penelitianya kepada problematika pekerja anak yang masih bersekolah.


(20)

14

2. Kajian pustaka

Dalam kajian pustaka ini penulis akan menjelaskan mengenai pembahasan tentang kata kunci mengenai judul penelitian ini, yakni mengenai problematika, pekerja anak dan juga home industry.

Pertama mengenai problematika, problematika berasal dari bahasa inggris yaitu problematic yang artinya persoalan atau sebuah masalah. Sedangkan menurut bahasa Indonesia problematika berarti suatu hal yang belum dapat dipecahkan, yang kemudian menimbulkan perpecahan.4

Dalam hal ini problematika yang dimaksud oleh peneliti dalam judul penelitian ini juga bermakna sebuah permasalahan yang timbul ketika anak-anak yang masih bersekolah yang kemudian memutuskan untuk bekerja juga, yang akan menimbulkan sebuah permasalahan dan kemungkinan akan mengorbankan datau berdampak negatif bagi salah satu tugas, entah tugas sebagai pelajar atau tugas sebagai pekerja.

Sedangkan dalam pengertian lain problematika adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dalam kata lain dapat mengurangi kesenjangan itu.5

Yang kedua mengenai pekerja anak, defenisi Pekerja Anak Menurut Soetarso mengungkapkan pengertian pekerja anak yang lebih luas. Ia berpendapat bahwa pekerja anak adalah :

4

Debdikbud, Kamus besar bahasa Indonesia. (Jakarta : Bulan Bintang, 2002). 276

5


(21)

15

a. Anak yang dipaksa atau terpaksa bekerja mencari nafkah untuk dirinya sendiridan/atau untuk keluarganya di sektor ketenaga kerjaan formal yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga anak terhentisekolahnya dan mengalami permasalahan fisik, mental, maupun sosial.

b. Anak yang dipaksa, terpaksa atau dengan kesadaran sendiri mencari nafkah untuk dirinya sendiri atau keluarganya di sektor ketenaga kerjaan informal, dijalanan atau di tempat-tempat lain, baik yang melanggar peraturan peraturanperundang-undangan (khususnya di bidang ketertiban), atau yang tidak, baik yang masih sekolah maupun yang tidak lagi bersekolah.

Yang ketiga yakni mengenai home industry, Home berarti rumah atau tempat tinggal. Sedangkan Industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang dan ataupun perusahaan. Home industry ini biasa disebut juga dengan industry rumah tangga, karena proses produksinya dikerjakan dalam sekala rumahan.

Untuk memperdalam pembahasan mengenai industry disini

penulis membahas mengenai penggolongan hasil produksi yang dihasilkan :

a. Industri primer adalah industri yang barang-barang produksinya tanpa diolah terlebih dahulu. Seperti pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.


(22)

16

b. Industri sekunder industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali, atau menjadi barang jadi. Seperti perlengkapan elektronik, termasuk juga produksi sandal.

c. Industri tersier adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. seperti transportasi, perawatan kesehatan, dan lain-lain.

Sedangkan tingkatan dalam perindustrian berdasarkan jumlah tenaga kerjanya yakni sebagai berikut :

a. Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.

b. Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang

c. Industri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.

d. Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian ialah strategi atau susunan rencana dari apa yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi dari judul penelitian yang ada. Dalam konteks ini peneliti inigin mendapatkan data yang akurat


(23)

17

dan valid mengenai problematika pekerja anak pada home industry sandal. Adapun metode penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Secara sederhana penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu fenomena tertentu, yang mana dalam proposal penelitan ini menjelaskan mengenai fenomena problematika pekerja anak pada home industry sandal di Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.

Jenis penelitian kualitatif ialah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Dalam jenis kualitatif, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial serta hubungan erat antara peneliti dan subyek yang diteliti serta, penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah.

Juliansyah Noor menjelaskan menegani penelitian deskriptif kualitatif sebagai berikut :

Penelitian deskriptif kualitatif ialah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, serta kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatiannya pada aktual sebagaimana adanya saat penelitian berlangsung serta, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.6

6

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 34.


(24)

18

Jadi jenis pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yakni peneliti yang bermaksud untuk memahami fenomena problematika pekerja anak pada home industry

sandal di Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, secara holistik (menyeluruh), dengan artian memahami problematika apa saja yang dialami oleh pekerja anak yang masih bersekolah namun ia juga bekerja, apa yang melatar belakangi anak tersebut untuk bekerja. Menurut Lexy J Maleong “setelah mengetahui fenomena yang sebenarnya yang terjadi di lapangan kemudian di bandingkan dengan teori yang sudah ada, kemudian hasilnya disajikan dengan cara mendeskripsikan dengan kata-kata”.7

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo. Dipilihnya lokasi ini karena di Desa Wedoro ini terdapat Home Industry sandal dimana mayoritas masyarakat Desa Wedoro bekerja sebagai produksi sandal sehingga lapangan pekerjaan terbuka lebar bagi semua kalangan, baik laki-laki maupun perempuan bahkan anak-anak juga bisa ikut bekerja dalam produksi sandal.

Dalam hal ini Desa Wedoro sangat sesuai dengan fokus penelitian yang diteliti oleh peneliti, dengan artian banyak dijumpai anak-anak yang masih bersekolah namun juga sudah bekerja, sebagai

7


(25)

19

pekerja produksi sandal. Sehingga peneliti bisa mendapatkan informan dengan kuantitas yang banyak serta diharapkan mendapatkan kualitas data dan informasi yang akurat dan valid.

Dalam penelitian ini peneliti menginginkan mendapatkan data dan informasi yang akurat dan valid sehingga peneliti memposisikan dirinya sebagai peneliti kepada para informan. Dalam hal ini perlu adanya peneliti mengurus surat perizinan sehingga peneliti benar-benar dianggap sebagai peneliti yang resmi dan telah disetujui oleh kepala desa bagi informan dari masyarakat Desa Wedoro dan disetujui oleh kepala sekolah bagi informan dari pihak sekolah, karena penelitian ini melibatkan informan dari para pengusaha pemilik usaha produksi sandal dan juga melibatkan lembaga pendidikan resmi. Dengan mendapatkan surat izin penelitian tersebut sehingga peneliti bisa masuk dalam masyarakat dan sekolah untuk mencari data dan informasi sebanyak mungkin dan valid.

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dalam waktu mulai bulan april- juli, itu sudah termasuk proses prapeneltian sampai selesainya penyusunan laporan penelitian ini.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini ialah seseorang yang mampu dan mumpuni untuk memberikan informasi yang


(26)

20

berkaitan dengan problematika pekerja anak pada home industry sandal di Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.

Dalam hal ini yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini yakni meliputi pekerja anak yang menjadi fokus penelitian ini, selain itu juga dari pihak keluarga pekerja anak tersebut, pemilik home industry serta tokoh masyarakat juga akan peneliti jadikan sebagai bagian dari subjek penelitian.

Selain itu juga dari pihak sekolah dimana tempat pekerja anak bersekolah, karena peneliti menganggap dengan melibatkan pihak sekolah bisa menjadi acuan validitas problematika pekerja anak yang masih bersekolah. Namun tidak menutup kemungkinan akan melibatkan lebih banyak lagi subjek penelitian sesuai dengan perkembangan penelitian berlangsung tentunya dengan melibatkan subjek penelitian yang mumpuni dalam memberikan informasi.

Tabel 1.1

Daftar informan wawancara

No Nama Umur/Kelas Jenis Pekerjaan Tempat Bekerja

1. Bapak Solkan 48 tahun Pemilik Desa Wedoro

2. Bapak Solikin 51 tahun Tukang pijat Desa Wedoro

3. Bapak Mubin 40 tahun Pemilik Desa Wedoro

4. Rizal 26 tahun Pemilik Desa Wedoro

5. Bpk Khoirul Anam 41 tahun Pemilik Desa Wedoro

6. Bapak Fanani 32 tahun Guru MA Darul Ulum

7. Bapak Abdul Qodir 49 tahun Perangkat Desa Desa Wedoro

8. Bapak Sufa’at 42 tahun Pekerja sandal Desa Wedoro

9. Bapak Sulaiman 41 tahun Pekerja sandal Desa Wedoro 10. Bapak Isbandi 31 tahun Pekerja sandal Desa Wedoro

11. Bapak Sholeh 39 tahun Pemilik Desa Wedoro

12. Fuad 32 tahun Pekerja sandal Desa Wedoro


(27)

21

14. Inun 3 SMA Pekerja sandal Desa Wedoro

15. Ali 2 SMP Pekerja sandal Desa Wedoro

16. Dika 5 SD Pekerja sandal Desa Wedoro

17. Firli 1 SMA Pekerja sandal Desa Wedoro

18. Khoirul 2 SMA Pekerja sandal Desa Wedoro

19. Dede 3 SMA Pekerja sandal Desa Wedoro

20. Salim 1 SMA Pekerja sandal Desa Wedoro

21. Andre 3 SMP Pekerja sandal Desa Wedoro

Sumber : hasil wawancara dengan para informan 4. Tahap-Tahap Penelitian

Pada tahap-tahap penelitian ini peneliti menjelaskan mengenai proses pengerjaan penelitian ini yang dimulai dari tahap pra lapangan sampai penelitian ini selesai dilakukan termsuk juga terselesaikanya penyusunan laporan penelitian ini.

a. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap Pra-lapangan ini, peneliti sudah membaca mengenai masalah yang menarik untuk diteliti, serta peneliti memberikan pemahaman sederhana bahwa masalah itu layak untuk diteliti. Selain itu, peneliti melakukan pengamatan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini ialah tahap lanjutan dari tahap sebelumnya. Pada tahap ini, peneliti mulai masuk pada proses penelitian serta mempersiapkan hal-hal penting yang berkaitan dengan penelitian. Dalam hal ini, yakni peneliti harus mempersiapkan proses perizinan. Kemudian, setelah itu barulah peneliti berperan untuk


(28)

22

melakukan pencarian data yang sesuai dengan fokus penelitiannya.

Subyek penelitian yang pertam adalah para pemilik usaha produksi sandal sehingga mengatahui apakah ada pekerjanya yang masih bersekolah. Subyek penelitian selanjutnya yakni para pekerja anak, kemudian orang tua pekerja anak, kemudian pihak sekolah dimana tempat pekerja anak bersekolah kemudian yang terakhir tokoh masyarkat.

c. Tahap Mengolah Data

Pada tahap ini, peneliti telah memperoleh data sebanyak-banyaknya sesuai apa yang diinginkan. Selanjutnya, dilakukan proses pemilihan data yang sesuai dengan rumusan penelitian yang diinginkan. Kemudian, setelah data terkumpul peneliti membandingkan dan melakukan analisis data yang terkumpul dengan teori yang digunakan oleh peneliti serta menyimpulkan penelitian yang dilakukan.

d. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

Pada tahap terkahir ini ialah penyusunan laporan penelitian, sesuai dengan pendekatan yang dipilih oleh penelti yakni pendekatan deskriptif sehingga pada tahap penyusunan laporan penelitian ini peneliti harus bisa mengkomunikasikan hasil peneltian dalam bentuk deskripsi yang berupa kata-kata, sehingga


(29)

23

peneliti bisa menyajikan hasil laporan penelitian yang akurat dan valid sesuai dengan hasil yang ditemukan dilokasi penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yakni membicarakan bagaimana cara, strategi peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam penggolonganya sumber data dapat digolongkan menjadi dua yakni : yang pertama data primer, data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti, yang kedua data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu, sekolah, balai desa dan lain sebagainya.8

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dan penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Menurut Joko Subagyo “observasi ialah pengamatan yang

dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala sosial untuk kemudian dilakukan pencatatan”.9

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati suatu fenomena atau peristiwa dengan cara melihat, mendengar dan mengamati menggunakan panca indra dengan cara mencatat, merekam, dan memotret fenomena untuk dianalisis.

8

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial : berbagai alternatif pendekatan (Jakarta : KENCANA PRENADAMEDIA GROUP, 2013), 55

9


(30)

24

Menurut Agus Salim dalam bukunya yang berjudul Teori dan Paradigma Penelitian Sosial “observasi ada dua macam, yang pertama adalah observasi yang menuntut peneliti terlibat aktif dengan memperlihatkan bahwa dirinya adalah seorang peneliti dan yang kedua peneliti terlibat secara pasif, dalam artian peneliti tidak menunjukkan identitasnya sebagai peneliti.”10

Dalam penelitian ini peneliti terlibat secara aktif, yakni dengan menunjukkan identitas dirinya sebagai peneliti. Hal ini dilakukan karena mengingat yang menjadi informan diantaranya adalah sebuah lembaga pendidikan dan juga melibatkan pemilik

home industry sehingga peneliti menempatkan dirinya sebagai peneliti, dengan tujuan mendapatkan hasil yang akurat dan valid.

Oleh karena itu, dalam pengamatan ini maka akan ditemukan hasil yang cukup baik dan valid, maka peneliti akan mengumpulkan data dengan pengamatan secara langsung terhadap subyek yang akan diteliti yang meliputi pekerja anak, orang tua dan juga dari pihak sekolah, sehingga bisa mengetahui secara langsung apa yang sebenarnya terjadi oleh pekerja anak tersebut.

b. Metode Wawancara

Menurut Joko Subagyo ”wawancara yakni suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung

10

Agus, Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta : TIARA WACANA, 2006),


(31)

25

dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kepada para informan. Wawancara memiliki arti berhadapan langsung antara peneliti dengan informan yang kegiatannya dilakukan secara lisan”.11

Wawancara juga biasa diartikan sebagai bentuk komunikasi antara dua orang, dengan melibatkan seseorang yang ingin mendapatkan informasi dari seseorang lainya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.

Deddy Mulyana menjelaskan mengenai pembagian jenis wawancara yakni sebagai berikut :

Wawancara secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur. Wawancara terstruktur yakni wawancara yang sudah mempunyai susunan wawancara yang sudah disusun sebelumnya atau biasa disebut dengan wawancara baku, sedangkan wawancara tak terstruktur yakni wawancara intensif, kualitatif, terbuka atau biasa disebut dengan wawancara secara mendalam.12

Dalam segi pelaksanaanya peneliti akan menyampaikan pertanyaan yang bersifat umum, biasanya dengan membawa sederetan pedoman wawancara. Wawancara digunakan sebagai alat untuk menggali secara mendalam dan meluas data atau informasi yang diperlukan. Setelah mendapatkan jawaban dari para informan maka peneliti akan mencatat atau merekam jawaban dari informan tersebut. Dalam proses wawancara inilah

11

Joko Subagyo. Metode Penelitian dalam Praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), 39.

12


(32)

26

peneliti bisa mendapatkan data sebanyak-banyaknya kepada informan sehingga bisa menjawab rumusan masalah penelitian ini.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi ialah suatu proses pengambilan data terkait dengan problematika pekerja anak baik berupa foto-foto atau dokumen yang lain, sehingga semakin lengkap data yang didapatkan oleh peneliti dan semakin valid data yang diperoleh.

Dalam penelitian ini karena memakai metode dengan jenis kualitatif maka yang dipakai sebagai teknik pengambilan sampel adalah Purposive sampling yakni teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan kriteria-kriteria tertentu yang dianggap oleh peneliti relevan untuk menjawab pertanyaan peneliti sehingga bisa menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, sehingga data yang didapat benar-benar akurat dan valid.

Dalam hal pengambilan sampel ini maka yang dianggap masuk dalam kriteria sampel informan terdapat beberapa kelompok diantaraya tentunya informan dari pekerja anak itu sendiri, orang tua pekerja anak, pihak sekolah dimana tempat pekerja anak bersekolah, pemilik usaha home industry sandal dan juga tokoh masyarakat yang ada di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.


(33)

27

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini ada dua tahapan yakni ketika peneliti masih dilapangan dan yang kedua setelah meninggalkan lapangan. Prosedur analisis data selama dilapangan yang disarankan oleh milles dan Huberman ialah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Reduksi data ialah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyempurnaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Atau singkatnya, data yang nantinya didapatkan dari lapangan begitu banyak, maka perlu adanya proses analisis dan pengurangan data yang tidak ada hubungannya dengan maksud penelitian, hal ini dilakukan agar lebih terfokuskan dengan apa yang ingin diteliti.

Penyajian data ialah setelah mendapatkan data yang terfokus dengan penelitian, maka peneliti melakukan analisis dengan penyajian data agar mempermudah untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami.

Penarikan kesimpulan atau verifikasi menurut Miles dan Huberman proses ini merupakan pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Kemudian juga menjelaskan mengenai teknik analisis data sebagai berikut :

Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan saat penelitian dan sesudah penelitian. Analisis data saat penelitian dilakukan


(34)

28

dengan cara proses pemilihan, pemusatan perhatian serta pengelompokan data yang lebih terfokuskan. Sedangkan analisis data setelah peneletian dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data primer maupun data sekunder kemudian data tersebut dideskripsikan dan direlevansikan dengan teori yang ada.13

Dengan teknik analisis data di atas mudah-mudahan peneliti bisa menyajikan data yang akurat dan valid terhadap apa yang terjadi sebenarya pada obyek yang dikaji pada pekerja anak di Desa Wedoro Kecamatan Kabupaten Sidoarjo mengenai problematika yang dialaminya.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam sebuah penelitian kualitatif temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Sehingga peneliti menggunakan teknik perpanjangan keikutsertaan peneliti dilapangan. Dalam hal ini peneliti berusaha sebisa mungkin masuk dalam kegiatan informan, seperti masuk secara langsung di tempat kerja pekerja anak tersebut sehingga bisa melihat, mengamati secara langsung yang dialami oleh pekerja anak tersebut.

Validitas data dalam sebuah penelitian sangatlah penting, maka dalam hal ini peneliti menguji kredibilitas hasil temuan yang diperoleh di lapangan dengan menggunakan triangulasi.

13

Mattew B. Milles dan A.Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang


(35)

29

Menurut Sugiono “Triangulasi ialah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu

yang digunakan sebagai pengecekan atau pembanding.”14

Pada umumnya triangulasi dibagi menjadi tiga macam yakni triangulasi dengan sumber, dengan metode dan teori. Menurut Lexy J Maleong Triangulasi dibagi menjadi empat bagian. sehingga yang peneliti pakai dalam triangulasi pada proposal ini terdapat empat macam triangulasi, yakni :

1. Triangulasi dengan sumber yakni membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan orang secara pribadi, membandingkan pendapat orang biasa dengan pendapat orang elite.

2. Triangulasi dengan metode yakni pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data.

3. Triangulasi dengan penyidik yakni dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

4. Triangulasi dengan teori yakni dengan mengecek derajat kepercayaan data dengan beberapa teori.15

14

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), 274

15

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009),


(36)

30

H. Sistematika Pembahasan

Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menyusun sistematika pembahasan atau penulisan terdiri dari empat bab, dengan tujuan mempermudah pembahasan dan pemahaman dalam melaporkan hasil penelitian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini peneliti membahas mengenai gambaran umum tentang problematika pekerja anak pada home industry sandal di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, lebih tepatnya dalam bab ini membahas mengenai alasan mengapa dan untuk apa peneliti meneliti hal tersebut.

Dalam bab ini memuat berbagai macam poin, sebagai berikut : 1. Latar belakang

2. Rumusan masalah 3. Tujuan penelitian 4. Manfaat penelitian 5. Definisi konseptual 6. Telaah pustaka

7. Metode penelitian. Dalam metode penelitian ini didalamnya mencakup berbagai poin didalamya, diantaranya adalah

a. Jenis dan pendekatan penelitian b. Lokasi dan waktu penelitian c. Tahap-tahap penelitian


(37)

31

d. Teknik pengumpulan data e. Teknik analisis data

f. Teknik pemeriksaan keabsahan data 8. Sistematika pembahasan

BAB II : KAJIAN TEORI

Dalam bab ini peneliti menjelaskan mengenai teori apa yang dipakai sebagai landasan dalam menganalisis masalah penelitian yang dikaji, serta menjelaskan bagaimana teori yang dipilih dalam hubunganya dengan berbagai faktor yang diidentifikasi sebagai masalah dalam penelitian ini. Dalam hal ini peneliti menggunakan teori tindakan dari Max Weber.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini peneliti akan menyajikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk deskripsi, dengan berbgai macam poin yang telah ditentukan, diantaranya yakni mendeskripsikan mengenai subyek penelitian, mendeskripsikan hasil penelitian kemudian menganalisisnya dengan teori yang telah dipilih oleh peneliti.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah didapat kemudian dalam bab ini juga memuat saran yang diajukan terkait hasil penelitian tersebut.


(38)

32

BAB II

TEORI TINDAKAN – MAX WEBER

A. Biografi Max Weber

Max Weber lahir di Erfurt Jerman, pada tanggal 21 April 1864. Pemikiran dan psikologis seorang Max Weber banyak dipengaruhi oleh perbedaan antara orang tuanya, yang mempunyai latar belakang berbeda. Ayahnya adalah seorang birokrat yang menduduki posisi yang relatif penting dan ibunya adalah seorang wanita yang sangat religius. Sehingga pemikiran antara ayah dan ibu Max Weber ini tidak bisa bertemu yang mana ayahnya adalah sorang birokrat yang mapan dalam segala hal termasuk politik sedangkan ibunya adalah orang yang asketis yang tidak mau terlibat banyak dengan kenikmatan duniawi yang malah dalam hal inilah yang didambakan oleh suaminya.

Melihat latar belakang yang bertolak belakang antara kedua orang tuanya tersebut Max Weber dihadapkan dengan pilihan yang sulit yakni lebih cenderung kepada ayahnya ataukah ibunya. Pada awalnya Max Weber lebih cenderung kepada ayahnya namun kemudian lebih deekat dengan ibunya.

Pada umur 18 tahun Max Weber meninggalkan rumah sementara waktu untuk belajar di Universitas Heidelberg, disana Max Weber berkembang mengikuti jejak ayahnya yakni mengarah kearah hukum. Setelah tiga tahun kemudian Max weber meninggalkan Heidelberg untuk menjalani wajib militer dan pada tahun 1884 kembali ke berlin dan rumah orang tuanya


(39)

33

untuk mengambil kuliah di Unversitas Berlin, yang kemudian mendapatkan gelar doktor dan menjadi pengacara.

Pada tahun 1896, Max Weber mendapatkan gelar profesor ekonomi di Heidelberg, namun pada tahun 1897 ketika karirnya sedang berkembang ayahnya meninggal dunia setelah bertengkar hebat denganya. Sehingga seorang Max Weber mengalami keruntuhan mental, sehingga ia sering kali tidak mau tidur dan bekerja. Namun pada tahun 1904 ia kembali bangkit dan kembali dalam kehidupan akademis. Pada tahun 1905 ia menerbitkan salah satu karyanya yang terkenal yakni The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. Dalam karyanya ini ia banyak menyatakan kesalehan ibunya yang diwarisinya pada level akademik, Weber banyak mempelajari agama meskipun secara pribadi ia tidak religius.16

B. Teori Tindakan – Max Weber

Teori yang dipakai peneliti sebagai acuan penelitian dalam penelitian ini yakni teori tindakan dari Max Weber, karena peneliti melihat fenomena pekerja anak ini sangat relevan dengan teori tindakan dari Max Weber teresebut. Karena setiap hal yang dilakukan adalah sebuah tindakan, begitu juga dengan langkah atau keputusan seseorang dalam kehidupanya, termasuk para pekerja anak yang memutuskan untuk bekerja juga sedangkan ia masih bersekolah, disini peneliti menganggap para pekerja anak telah melakukan sebuah tindakan yang dipilih dalam kehidupanya sehari-hari.

16


(40)

34

Dalam konteks ini peneliti akan mengidentifikasi tindakan dari pekerja anak ini tergolong dalam tindakan yang mana karena Max Weber menggolongkan tindakan seseorang menjadi empat tipe, diantaranya yakni :

1. Tindakan rasionalitas instrumental

Yang dimaksud dengan tindakan rasionalitas instrumental yakni tindakan yang dilakukan dengan melalui pemikiran yang rasional dengan melakukan sesuatu upaya sehingga dapat mecapai tujuan yang ia harapkan.

2. Tindakan rasionalitas nilai

Yang dimaksud dengan tindakan rasionalitas nilai yakni tindakan yang dilakukan dengan melalui pemikiran secara rasional dengan memperahatikan berbagai macam nilai-nilai yang ada.

3. Tindakan tradisional

Yang dimaksud dengan tindakan tradisional yakni tindakan yang dilakukan secara spontan dalam artian tanpa melalui pemikiran lebih lanjut, karena tindakan ini dilakukan sejak lama atau turun temurun. Menurut Max Weber tindakan tradisional ini tidak melalui pemikiran yang rasional.

4. Tindakan afektif

Yang dimaksud dengan tindakan afektif yakni tindakan yang dilakukan karena dorongan emosi, tentunya tindakan ini dilakukan tanpa melalui pemikiran yang rasional.17

17


(41)

35

Dari keempat macam tindakan menurut Max Weber diatas, menurut peneliti yang relevan dengan kondisi yang dialami oleh pekerja anak pada home industry sandal di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo adalah tindakan rasionalitas instrumental.

Para pekerja anak yang masih bersekolah dan memutuskan untuk bekerja juga, ternyata ia mempunyai tujuan yang ingin dicapai yang tidak bisa capai jika hanya bersekolah saja.

Diantara tujuan pekerja anak tersebut yakni : a. bisa membantu perekonomian keluarganya b. bisa membiayai sekolah sendiri

c. bisa memiliki uang jajan sendiri

d. tidak menjadi beban orang tua lagi (mandiri)

e. ada juga yang orientasinya hanya untuk mengisi waktu kosong saja. Tujuan yang ingin dicapai oleh pekerja anak diatas peneliti melihat sesuai dengan kondisi yang dialaminya, karena mayoritas yang menjadi pekerja anak kondisi ekonomi keluarganya tergolong kondisi ekonomi menengah kebawah, sehingga apa yang dilakukan oleh pekerja anak memang sesuatu hal yang menurut peneliti dibutuhkan oleh dirinya maupun keluarganya.

Dalam hal ini peneliti melihat tindakan yang dilakukan oleh pekerja anak tergolong dalam tindakan rasionalitas instrumental karena pekerja anak memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapai yakni sesuai dengan yang peneliti sebutkan diatas yang kemudian melakukan sebuah


(42)

36

tindakan yang berupa menambah kesibukan dirinya selain sebagai pelajar namun ia juga sebagai pekerja sehingga tujuan yang ingin dicapai diatas bisa tercapai.

Dalam hal tindakan pekerja anak ini apakah sudah melewati pemikiran yang rasionalitas ataukah tidak, peneliti melihat pekerja anak sudah melewati tahap pemikiran yang rasional karena sudah mempertimbangkan berbagai hal, meskipun yang menjadi pertimbangan pekerja anak tersebut belum dipertimbangkan secara matang, dalam artian apakah tindakan yang dipilihnya itu tidak mengganggu salah satu dari keduanya ataukah malah keduanya tidak bisa berjalan dengan maksimal, entah urusan sekolahnya yang terganggu ataukah urusan pekerjaan yang terganggu.


(43)

37

BAB III

PROBLEMATIKA PEKERJA ANAK PADA HOME INDUSTRY SANDAL

A. Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

Desa Wedoro ini masuk dalam wilayah Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo. Yang berjarak 0,5 kilometer dan jika ditempuh dengan kendaraan bermotor hanya membtuhkan waktu 5 menit untuk menuju kantor Kecamatan, sedangkan untuk menuju ke kantor Kabupaten harus menempuh jarak 12 kilometer dan jika ditempuh dengan kendaraan bermotor membutuhkan waktu 30 menit.

Desa Wedoro yang mempunyai luas wilayah 113.358 Ha ini mempunyai batas wilayah dengan berbagai Desa tetangga diantara sebagai berikut :

d. Sebelah utara : Desa Kutisari yang sudah termasuk kota Surabaya e. Sebelah barat : Desa Ngingas dan Desa Janti

f. Sebelah selatan : Desa Ngingas

g. Sebelah timur : Desa Kepuh Kiriman

Melihat letak Desa Wedoro yang berbatasan langsung dengan Kota Surabaya bisa dipastikan bahwa dalam Desa Wedoro ini sudah termasuk dalam Desa yang sudah mempunyai berbagai macam aktifitas yang dilakukan oleh masyarakatnya yang mempunyai tingkat kesibukan cukup padat. Dalam hal ini bisa dibuktikan kondisi Desa Wedoro yang masih terlihat ramai


(44)

38

hampir sepanjang waktu, dalam artian sampai malam haripun masih terlihat berbagai macam aktifitas yang terlihat seperti dagang, produksi barang dan ramainya jalan di sepanjang jalan Desa Wedoro.

Penduduk yang masuk dalam data sebagai penduduk Desa Wedoro berjumlah 13.217, dengan perincian, laki-laki 6.524 orang, Permpuan 6.693 orang. Dalam masyarakat Desa Wedoro mayoritas beragama islam, dengan perincian sebagaimana berikut :

1. Islam : 11.094 orang 2. Kristen : 873 orang 3. Hindu : 210 orang 4. Budha : 239 orang

Meskipun dalam hal keagamaan mayoritas masyarakat Desa Wedoro beragama islam dengan melihat jumlah agama yang lain juga tidak dalam jumlah yang sedikit. Hal ini bisa terjadi karena dalam Desa Wedoro terdapat beberapa perumahan diantaranya yakni perumahan REWWIN, PAPYRUS REGENCY, DELTA WEDORO INDAH yang hampir kesuluran penghuninya adalah orang pendatang dari berbagai macam daerah, akan tetapi dalam Desa Wedoro tidak terdapat tempat peribadatan selain agama islam terlihat jumlah masjid yang ada lima masjid dan mushollah atau surau ada 15 selain itu ada enam tempat belajar Al-Qur’an (TPQ) bagi anak-anak dan remaja yang tersebar di wilayah Desa Wedoro.


(45)

39

Desa Wedoro juga memiliki berbagai macam tingkatan lembaga pendidikan formal mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.1

Data lembaga pendidikan di Desa Wedoro

Tingkat Jumlah guru Murid

Kelompok Bermain 3 lembaga 12 orang 42 orang

Taman kanan-kanak 6 lembaga 97 orang 459 orang

SD/MI 2 lembaga 48 orang 602 orang

SMP 1 lembaga 24 orang 366 orang

SMK 1 lembaga 16 orang 84 orang

Sekolah Tinggi 1 lembaga 12 orang 90 orang

Sumber : Profil Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Dengan adanya tingkat lembaga pendidikan mulai dari terendah setingkat kelompok bermain hingga lembaga pendidikan tertinggi setingkat perguruan tinggi, menggambarkan bahwa wilayah Desa Wedoro merupakan wilayah yang tersedia sarana pendidikan yang lengkap.

Melihat lembaga pendidikan yang ada di Desa Wedoro diatas, secara keseluruhan masyarakat Desa Wedoro tercatat tamat pendidikan sebagai berikut :

Tabel 3.2

Data tamatan pendidikan masyarakat Desa Wedoro

Tamat tingkat Jumlah

Tidak tamat Sekolah Dasar 197 orang

Sekolah Dasar (SD) 818 orang

Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2.046 orang

Sekolah Menengah Atas (SMA) 2.455 orang

Perguruan Tinggi 1.229 orang

Sumber : Profil Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Pekerjaan yang dimiliki setiap keluarga tidaklah sama, karena berbagai latar belakang pendidikan, keahlian serta bakat yang dimiliki setiap orang juga tidaklah sama, sehingga menjadikan kehidupan didunia ini bisa


(46)

40

berjalan dengan baik, karena memiliki tugas dan kewajiban sendiri-sendiri, sesuai dengan kapasitasnya. Begitu juga dengan masyarakat Desa Wedoro secara keseluruhan mata pencaharian masyarakat Desa Wedoro tercatat data sebagai berikut :

Tabel 3.3

Data mata pencaharian masyarakat Desa Wedoro

Mata Pencaharian Jumlah

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 118 orang

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) 148 orang

Swasta 252 orang

Wiraswasta 568 orang

Tukang 1.234 orang

Pensiunan 72 orang

Jasa 73 Rang

Sumber : Profil Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

B. Home industry sandal Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan home industry sandal di Desa Wedoro, diantaranya yakni mengenai sejarah, pekerja, sistem kerja, hasil produksi dan juga pemasaran yang ada pada home industry sandal di Desa Wedoro.

1. Sejarah home industry sandal di Desa Wedoro

Mengenai sejarah awal mula adanya home industry sandal di Desa Wedoro ini yakni sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun lamanya dan sudah turun temurun dari generasi ke generasi hingga sampai sekarang.

Orang pribumi asli Desa Wedoro sejak tahun 1921 sudah ada yang memproduksi sandal dan kemungkinan di Desa Wedoro sudah ada


(47)

41

bertahun-tahun sebelum tahun 1921, karena pada tahun itu proses produksi sandal dan sepatu sudah berjalan lancar.18

Pada tahun-tahun awal orang Desa Wedoro dalam memproduksi sandal semua bahan yang dipergunakan membuat sendiri, dalam artian pada saat itu pabrik yang memproduksi bahan-bahan sandal belum ada. Pada saat itu orang Desa Wedoro memproduksi sandal dan sepatu yang berbahan kayu, ban mobil dan juga kulit, sehingga jika membutuhkan bahan-bahan itu harus menyediakan sendiri.

Apabila membutuhkan bahan kulit harus menyembelih kambing atau sapi atau bahan yang lain terlebih dahulu yang kemudian diproses sedemikian rupa hingga bisa dipergunakan sebagai bahan baku sandal, bahkan sampai lem yang dipergunakan juga harus membuat sendiri terlebih dahulu, yakni dengan menggunakan getah karet dan juga bahan bakar bensin atau sejenisnya.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa pada saat tahun 1921 tersebut merupakan masih zaman penjajahan, sehingga orang Belanda dan orang-orang asing lainya justru belajar pada orang pribumi, bukan malah orang pribumi yang belajar pada orang asing. Kenyataan semacam ini justru terbalik dengan apa yang terjadi saat ini, orang pribumi yang malah belajar bahkan meniru produk-produk orang luar. Padahal orang pribumi sendirilah yang pada saat zaman dahulu dikenal

18

Hasil wawancara dengan bapak Solikin, pada tanggal 10 juli 2015, di rumah bapak Solikin pada pukul 20.30


(48)

42

sebagai orang yang ulet, teliti dan sabar, sehingga bisa menciptakan sebuah produk yang bagus yang mempunyai nilai jual tinggi.

Pada saat zaman dahulu orang-orang asing belajar membuat sandal pada orang pribumi Desa Wedoro, mulai dari cara manual sebagaimana orang pribumi membuatnya. Mulai bahan-bahan yang digunakan, alat-alat yang digunakan semuanya serba manual kemudian dipelajari oleh orang asing sedikit demi sedikit akhirnya munculah alat-alat yang lebih canggih sehingga bisa mempermudah pengerjaan pembuatan sandal.

Berawal dari itu kemudian munculah mesin-mesin yang canggih dan bisa lebih mempermudah dan mempercepat proses pembuatan sandal, akhirnya bermunculan pabrik-pabrik pembuatan bahan-bahan sandal, seperti lem, sol dan juga bahan kulit yang telah diproses dan lain lain, sehingga orang pribumi membeli bahan-bahan sandal hasil dari produksi pabrik-pabrik orang asing.

Berikut alat-alat yang digunakan dalam pembuatan sandal :

Gambar 3.1

Alat plong (alat cetak untuk membentuk model sandal)


(49)

43

Gambar 3.1

Alat plong (alat cetak untuk membentuk model sandal)

Sumber : Dokumentasi hasil observasi

Gambar 3.3

Meja dan bidangan sablon


(50)

44

Gambar 3.4

Mika dan tatahan sandal (untuk melubangi sandal)

Sumber : Dokumentasi hasil observasi

Gambar 3.5

les (model untuk mengukur besar kecilnya japitan sandal)


(51)

45

Gambar 3.6

Rol atau blender (untuk menekan sandal biar lengket)

Sumber : Dokumentasi hasil observasi

Gambar 3.7

mesin selep (untuk menghaluskan tepi-tepi sandal)


(52)

46

Alat-alat yang ada digambar tersebut merupakan alat-alat yang sudah dikategorikan telah berkembang, dalam artian pada zaman dahulu belum ada alat-alat semacam itu. seperti dalam gambar 3.1 dan 3.2 yang merupakan alat untuk mencetak model atau bentuk sandal sedangkan pada zaman dahulu belum ada alat semacam itu, orang dulu masih menggunakan media manual yakni dengan menggambar bentuk sandal kemudian di potong dengan menggunakan pisau atau gunting. Sedangkan gambar 3.6 yang merupakan mesin rol atau blender yang berfungsi untuk menekan sandal yang sudah di lem sehingga bisa semakin lengket, pada zaman dulu masih dipukul-pukul dengan menggunakan palu.

Mesin-mesin atau alat-alat tersebut yang menemukan pada awalnya adalah orang luar yang sudah mempunyai pabrik-pabrik sandal dan orang Desa Wedoro ada yang kerja disana dan melihat mesin-mesin tersebut kemudian ditirulah alat-alat tersebut, sebagaimana pernyataan dari bapak Khoirul Anam :

....seng nemokno mesin rol iku yo de Solikin, tapi gak nemokno dewe ngono tapi niru pabrik pas wonge melok kerjo cino bien...19

(....yang menemukan mesin rol itu ya de Solikin, tapi tidak menemukan sendiri gitu tapi meniru pabrik pada saat orangnya ikut kerja cina dulu....)

Bermula dari memproduksi bahan-bahan sandal tersebut orang asing tidak mau berhenti hanya disitu saja, akan tetapi terus belajar pada hal-hal yang lain yakni memproduksi sandal sendiri, akan tetapi pada

19

Wawancara dengan bapak Khoirul Anam, pada tanggal 14 juni 2015, pada pukul 14.00 di tempat kerja di Desa Wedoro


(53)

47

awalnya menggunakan jasa ahli, dalam artian orang-orang pribumi yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam pembuatan sandal diajak kerja sama. Mulai dari pembuatan model sandal hingga mengajari para pegawai-pegawai yang dipekerjakan oleh orang asing tersebut.

Sampai akhirnya orang-orang asing bisa memproduksi sendiri, mulai dari bahan-bahan sandal, pembuatan model, mesin-mesin, dan juga memproduksi sandal sendiri tanpa menggunakan jasa orang pribumi.

Bermula dari sinilah ketika orang asing sudah menguasai segalanya barulah orang pribumi merasakan bahwa orang yang dulunya belajar pada dirinya, sekarang menjadi pesaing bisnis yang sangat kuat, dengan segala keunggulan yang mereka miliki, sebut saja bahan-bahan yang mereka produksi sendiri sehingga bisa mendapatkan bahan-bahan sandal dengan harga terjangkau sedangkan orang pribumi mendapatkan harga yang lebih mahal dari mereka, hingga mesin-mesin canggih yang mereka miliki sehingga bisa memproduksi sandal dengan waktu singkat akan tetapi mendapatkan produk dengan kuantitas yang banyak.

Pernyataan diatas didukung oleh Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo dalam bukuya yang berjudul Sosiologi Pedesaan, sebagai berikut :

Pengusaha asing jelas kuat dalam segala hal : modal, teknologi dan jalur pemasaran. Mereka dibutuhkan oleh pemerintah karena kekuatan mereka diketiga sektor ini, plus bantuan pinjaman-pinjaman dari negara asal pengusaha tersebut. pengusaha asing ini menekan pemerintah Indonesia untuk sistem ekonomi yang terbuka dan kompetitif, baik dalam maupun luar negeri. Tentu saja ini hal yang wajar bagi mereka karena memiliki kepentingan, dengan


(54)

48

kekuatan yang mereka miliki, mereka bisa berkompetitif dengan siapa saja dikalangan pengusaha nasional20

Bolehlah pada zaman dahulu orang pribumi merasa diuntungkan dengan kedatangan orang asing karena digaji mahal oleh mereka, akan tetapi sekarang orang pribumi baru merasakan dampak dari apa yang terjadi pada zaman dahulu.

Apa yang terjadi semua ini bukanlah salah dari mereka para pendahulu kita akan tetapi para generasi penerus yang tidak mau berfikir jauh kedepan, dalam artian merasa puas dengan apa yang mereka miliki, meskipun mau berfikir maju apa yang dilakukan oleh orang pribumi hanya merupakan beberapa langkah saja kedepan, berbeda dengan apa yang dilakukan oleh orang asing yang memikirkan jauh kedepan, dengan cara tidak hanya mempelajari satu sisi produksi sandal saja namun juga belajar secara keseluruhan, mulai dari teknologi sehingga bisa menciptakan mesin-mesin yang canggih, bahan-bahan yang diproduksi sendiri hingga desain-desain sandal yang berfariatif karena menggunakan teknologi yang mumpuni, ditambah lagi dengan proses pemasaran yang tersebar luas.

Hal semacam ini bisa penulis katakan karena para pemuda generasi penerus di Desa Wedoro merasa puas dengan apa yang ia miliki, dengan bukti sudah bisa bekerja dan mendapatkan hasil yang banyak sudah tidak

20

Sajogyo & Pudjiwati Sajogyo, Sosiologi Pedesaan (Yogyakarta: GADJAH MADA


(55)

49

mau belajar lebih tinggi lagi, dengan sekolah ketingkatan yang lebih tinggi lagi, sehingga apa yang didapatkan cuma sebatas itu-itu saja.

Dalam hal ini penulis menemukan pernyataan yang keluar dari Rizal, salah satu pemilik home industry sandal yang memiliki pekerja sebanyak 9 orang, saat penulis mewawancarai salah satu pegawainya yang masih bersekolah, pernyataan Rizal sebagai berikut :

....Halah wes gae opo sekolah dukur-dukur, podo ae mene yo nggarap sandal, akeh arek kene seng lulus kuliah tapi tetep nggarap sandal. sekolah mek ngentekno duek enak nggarap oleh duek. Akeh wong Wedoro seng gak atek sekolah dukur yo isok sogeh, isok tuku montor, yo kerjo nggarap sandal....21

(... buat apa sekolah tinggi-tinggi, sama saja besok juga akan kerja sandal, banyak anak sini yang lulus kuliah tapi tetap kerja sandal. sekolah cuma menghabiskan uang enakan kerja dapat uang. Banyak orang Wedoro yang tidak pakai sekolah tinggi ya bisa kaya, bisa beli beli mobil, ya dengan kerja sandal....)

Perkataan semacam inilah yang penulis rasa sangat riskan didengar, apalagi yang mendengarkan adalah anak-anak yang belum mempunyai mental yang matang, sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.

Penulis melihat bahwa perkataan semacam ini membuat fikiran anak-anak mudah terpengaruh untuk tidak mempunyai semangat yang tinggi untuk meneruskan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi lagi. Apalagi kenyataan semacam ini didukung oleh dukung oleh pihak keluarga dalam hal ini adalah orang tua mereka yang mengizinkan

21

Wawancara dengan Rizal, pada tanggal 28 juni 2015, pada pukul 21.00 bertempat di tempat kerja di Desa Wedoro.


(56)

50

anaknya untuk tidak meneruskan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Hal semacam ini sungguh-sungguh disayangkan jika kenyataan yang buruk ini terus menerus diwarisi oleh generasi penerus selanjutnya. Karena dimana sebenernya Desa Wedoro bisa mempunyai prospek yang cukup baik dengan industri sandalnya, menjadi stagnan ataukah jika berkembang namun lambat, itu semua dikarenakan pemikiran yang menyesatkan khususnya bagi anak-anak.

Berikut penuturan dari bapak Solikin salah satu orang yang dulunya pengerajin sandal yang jasanya pernah dipakai oleh orang asing dalam pembuatan model-model sandal dan mengajari orang asing dalam pembuatan sandal :

....Wong cino-cino seng tak belajari bien sa’iki wes podo ndue pabrik dewe-dewe, onok seng ndue pabrik bahan, onok seng ndue pabrik sandal. akeh-akehe ngunu iku sak dulur, tapi ndue pabrik dewe-dewe. sogeh sogeh kabeh saiki, padahal seng mbelajari bien aku. Saiki aku yo sek mek ngene ae teros. Corone wong cino iku apik nek ambek sak dulure dewe, seumpama wong tuone ndue emas 20 kilo lah ndue anak telu lah sakben arek iki dibandani 5 kiloan dikonkon nggae usaha, seumpama salah sijine berhasil dikongkon mbalekno modale nang wong tuone maneh, gae mbandani dulure nek sijine onok seng gagal tros bondoe entek

dike’i bondo 5 kilo maneh dikongkon usaha maneh sampek peng

telu nek peng telu sek gagal ae yowes dijarno berarti arek iku gak temen usahane. Seje gag koyok wong jowo sak dolor kadang-kadang gak ngereken dulure seng liyane, nek awak’e sukses tros dulure sek nukang ae gak gelem mbandani ce’e podo suksese. Iku sejene wong cino ambek wong jowo. Tapi wong cino nek bisnis licik, maen politik.22

(....orang-orang cina yang saya ajari dulu sekarang sudah punya pabrik sendiri-sendiri, ada yang punya pabrik bahan, ada yang

22

Wawancara dengan bapak Solikin, pada tanggal 17 juni 2015, pada pukul 20.00 bertempat di rumahnya di Desa Wedoro.


(57)

51

punya pabrik sandal. kebanyakan itu saudara, tapi punya pabrik sendiri-sendiri. kaya-kaya semua sekarang, padahal yang ngajari dulu saya. sekarang aku masih tetap saja seperti ini. Sistem yang dipakai orang cina otu bagus kalau sama saudaranya sendiri, kalau orang tuanya punya emas 20 kilogram dan punya anak tiga, masing-masing anaknya itu diberi modal sebanyak lima kilogram dan disuruh memakai buat modal usaha, kalau salah satu berhasil disuruh ngembalikan modalnya lagi keorang tuanya lagi, dibuat ngasih modal bagi saudaranya yang gagal sebanyak lima kilogram lagi, disuruh untuk berusaha lagi hal ini berulang sampai tiga kali. Kalu sudah tiga kali masih tetap gagal, baru dibiarkan itu berarti anak itu tidak sungguh-sungguh dalam berusaha. Beda tidak seperti orang jawa yang terkadang tidak memperdulikan saudaranya yang lain, kalau dirinya sukses tapi saudaranya masih jadi buruh tidak mau ngasih modal biar sama-sama sukses. Itu bedanya orang cina dengan orang jawa. Tapi orang cina kalau bisnis licik, main politik).

Melihat penuturan tersebut menggambarkan betapa pasifnya perkembangan produksi sandal di Desa Wedoro dimana orang diluar sana sudah bekerja pada tingkat pabrik namun orang Desa Wedoro masih tetap saja pada kelas home industry. Namun secara perkembanganya sekarang di Desa Wedoro sudah semakin gampang ditemui mesin-mesin besar yang digunakan sebagai alat pembuatan sandal sehingga pengerjaan bisa semakin cepat dan bagus, sebut saja mesin seset, mesin skrap,mesin plong hidrolis yang merupakan mesin-mesin besar yang pada zaman dahulu hanya dimiliki oleh pabrik-pabrik besar.


(58)

52

Gambar 3.9

Mesin plong Hidrolis

Sumber : Dokumentasi hasil penelitian

Teknologi memang memberikan manusia kemudahan-kemudahan, kenikmatan-kenikmatan tertentu namun dengan serentak dengan itu pula: menjepit dan merusaknya23, dalam artian banyak sekali tenaga manusia yang digantikan oleh mesin-mesin hasil dari produk teknologi tersebut.

Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa home industry sandal yang ada di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo merupakan warisan turun temurun yang masih terjaga kesetabilanya sampai sekarang ini. Namun yang perlu digaris bawahi ternyata yang melopori pembuatan

23

Darmanto JT dan Sudharto PH, Mencari Konsep Manusia Indonesia (Jakarta: ERLANGGA,


(59)

53

sandal bukanlah kita yang belajar pada orang asing namun fakta berbicara sebaliknya, malah orang asinglah yang belajar pada kita.

2. Pekerja pada home industry sandal di Desa Wedoro

Pekerja pada home industry sandal di Desa Wedoro tidak hanya warga pribumi dari Desa Wedoro sendiri akan tetapi banyak sekali pekerja yang berasal dari desa lain, seperti :

a. Desa Kepuh Kiriman b. Desa Ngingas

c. Desa Berbek d. Desa Wadung Asri e. Desa Ambeng-Ambeng f. Desa Pepelegi

g. Desa Janti, yang merupakan Desa-Desa disekitar wilayah Kecamatan Waru.

Bahkan tidak sedikit juga pekerja pada home industry sandal di Desa Wedoro yang berasal dari luar Kota Sidoarjo sendiri seperti :

a. Kota Jombang b. Kota Mojokerto c. Kota Kediri d. Kota Pasuruan e. Kota Surabaya


(60)

54

bahkan pernah ada pekerja sandal yang berasal dari luar pulau seperti :

a. papua b. flores.24

Para pekerja yang berasal dari luar kota dan luar pulau yang bekerja pada home industry sandal Di Desa Wedoro, sebagian besar memiliki keluarga di daerah Kecamatan Waru sehingga mengetahui bahwa lapangan pekerjaan terbuka lebar disini, namun adakalanya juga yang awalnya adalah seorang pengamen atau seorang perantauan yang ikut bekerja pada home industry sandal di Desa Wedoro ini.

Pada home industry sandal di Wedoro yang menjadi pekerja tidak hanya dari kalangan orang dewasa laki-laki saja melainkan ibu-ibu rumah tangga juga banyak yang ikut bekerja sebagai pekerja sandal, setelah tugas mereka sebagai seorang istri seperti memasak dan anak-anaknya berangkat sekolah pada watu itulah mereka bekerja, begitu juga dengan anak-anak yang ikut menjadi pekerja sandal juga setelah mereka pulang sekolah.

Melihat hal semacam ini bapak Abdul Qodir yang merupakan salah satu tokoh masyarakat yang ada di Desa Wedoro menyampaikan kepada penulis sebagai berikut :

....kudu bersyukur lahir nang Desa Wedoro, soale gampang nggolek kerjo nang kene, pokok’e tangane gelem obah ae wes dadi duek. Ojok maneh wong gede arek cilik sek sekolah ae nang

24

Hasil wawancara dengan bapak solkan dan bapak mubin, pada tanggal 30 juni 2015, pukul 20.30, di tempat kerja di Desa Wedoro.


(61)

55

kene isok nggolek duek dewe, khususe anak’e wong seng kurang mampu, isok mbantu keluargae nggolek duek. Wes gak popo poko’e iso ngatur waktune, wayae sokolah sekolah wayae kerjo kerjo...25

(....harus bersyukur dilahirkan di Desa Wedoro, karena mudah mencari pekerjaan disini, kalau tanganya mau bergerak saja sudah bisa jadi uang. Jangankan orang dewasa anak-anak yang masih sekolah saja bisa mencari uang sendiri, khususnya anak dari latar belakang keluarga yang kurang mampu, bisa membantu keluarganya mencari uang. Udah tidak apa-apa asalkan bisa mengatur waktunya, waktunya sekolah ya sekolah, waktunya kerja ya kerja...)

Melihat pernyataan dari bapak Abdul Qodir diatas menggambarkan bahwa betapa mudahnya mencari pekerjaan di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

3. Sistem kerja pada home Industry sandal di Desa Wedoro

Pada home industry sandal di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini sistem kerja yang diterapkan berbeda dengan sistem kerja di pabrik-pabrik pada umumnya, dari segi pembagian kerjanya kurang lebih sama dengan pabrik-pabrik pada umumnya, yakni pembagian kerja berdasarkan jenis pengerjaanya.

Sebagaimana dalam buku yang berjudul Sosiologi dan Bisnis karangan TF Honour dan RM Mainwiring yang membahas mengenai pembagian kerja “Pembagian kerja dalam hubunganya dengan

25

Wawancara dengan bapak Abdul Qodir, pada tanggal 29 1 juli 2015, pukul 20.00 bertempat di rumahnya di Desa Wedoro.


(1)

92

akhirnya ia mau menjadi pekerja sandal, padahal pada awalnya ia tidak

ingin menjadi pekerja sandal.

Dalam konteks ini penulis melihat tindakan yang dilakukan oleh

anak ini adalah tergolong sebagai tipe tindakan afektif, karena tindakan

yang ia lakukan didasari oleh rasa emosi yang dialaminya saat mendengar

orangtuanya berkali-kali menyuruh dirinya untuk bekerja disamping

dirinya sebagai pelajar.

Dalam konteks ini penulis melihat teori tindakan dari Max Weber

sangat sesuai dengan kondisi yang dialami oleh para pekerja anak yang

memutuskan dirinya sebagai pekerja disamping dirinya juga sebagai

pelajar, khususnya tipe tindakan rasionalitas instrumental dan tindakan

afektif yang menurut penulis tindakan dari para pekerja anak termasuk


(2)

93

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diambil oleh penulis dalam penelitian

mengenai problematika pekerja anak pada home industry sandal di Desa

Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo yakni mengenai penyebab

seorang anak yang masih bersekolah yang memutuskan bekerja menjadi

pekerja sandal. Dari pernyataan para pekerja anak ditemukan beberapa hal

yang menyebabkan seorang anak untuk bekerja sedangkan dia masih

bersekolah adalah :

1. Bisa membantu orang tua

2. bisa membayar sekolah sendiri

3. mengisi waktu kosong

4. Bisa dapat membeli jajan sendiri

5. Menggali keterampilan dan kemampuan.

6. Disuruh orang tua

Selain penyebab seorang anak untuk bekerja dalam penelitian ini

dapat menyimpulkan beberapa poin problematika yang mereka alami saat

ia harus menjadi pelajar dan juga pekerja sandal juga, problematika


(3)

94

1. Tugas sekolah seringkali diabaikan

2. Sering datang sekolah terlambat, sehingga kedisiplinan tidak bisa

terbentuk dengan baik.

3. Kecendrungan anak untuk mbolos sekolah lebih besar

4. Sosialisasi dengan sesama teman tidak bisa terjalin dengan baik

5. Dari sisi pekerjaan, sering kali dimarahi oleh pemilik home

industry

6. Pekerjaaan tidak bisa terselesaikan dengan baik.

Berbicara mengenai dampak yang terjadi pada seorang anak yang

mempunyai peran ganda yakni sebagai pelajar dan juga sebagai pekerja,

terdapat dampak yang bersifat positif dan juga dampak yang bersifat

negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan diantyaranya seperti tugas

sering terbengkalai, memicu tidaka masuk sekolah dan juga mempunyai

mental minder jika dengan teman seusianya. Namun terlepas dari dampak

negatif juga terdapat dampak positif jika harus menjadi pelajar sekaligus

menjadi pekerja, seperti jiwa kemandirian yang kuat dan terlatih dan juga

tingkat kedewasaan yang terbentuk dengan cepat karena ia berani

mengambil beberapa langkah kedepan dari pada teman seusianya.

B. Saran

Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak lagi

hal-hal yang bisa ditemukan sebagai bahan pembelajaran baik bagi pekerja anak


(4)

95

intelektual. Oleh karena itu penulis menyarankan kepada para peneliti

selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis diharapkan bisa lebih

memperdalam pembahasan mengenai hal ini terutama khususnya pada hal

pengolahan data-data yang terkait denganya sehingga peneltian yang

dihasilkan bisa menyuguhkan hasil peneltitan yang lebih baik lagi.

Bagi para pihak pemerintahan dalam hal ini yakni dari lingkup

terkecil seperti Desa, Kecamatan dan Bupati diharapkan juga melakukan

pengkajian tentang hal semacam ini, karena pekerja anak ini semakin hari

semakin banyak sehingga perlu adanya sebuah pemikiran tentang hal

semacam ini yang kemudian berdampak dengan munculnya sebuah tindakan

atau aturan yang terbaik bagi anak-anak yang mengalami hal semacam itu.

Bagi para orang tua yang pada dasarnya mempunyai kekuasaan dan

tanggung jawab penuh terhadap anak-anaknya, diharapkan untuk lebih bisa

memperhatikan hak-hak mereka dan juga memperhatikan apa saja yang

anak mereka lakukan dengan berdasarkan kebaikan masa depan

anak-anaknya.

Untuk yang terakhir penulis berpesan kepada masyarakat secara

umum untuk menghindari sikap permisif antar sesama, khususnya kepada

anak-anak meskipun itu bukan anak sendiri akan tetapi marilah saling

bahu-membahu memberikan sumbangan pemikiran dan juga tindakan bagi

lingkungan di sekeliling kita. Mulailah dengan sesuatu hal yang kecil dan

itulah yang akan menjadikan perubahan yang besar bagi kehidupan yang akan


(5)

96

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Arini. Televisi dan Perkembangan Anak. Yogyakarta: PUSTAKA

PELAJAR, 1998.

Honour, TF dan Mainwaring, R.M. Sosiologi Bisnis. Jakarta : BINA AKSARA, 1988.

JT, Darmanto dan PH, Sudharto. Mencari Konsep Manusia Indonesia. Jakarta:

ERLANGGA, 1986.

MZ, Labib. SHAHIH MUSLIM. Surabaya : TIGA DUA, 1993.

Milles, Mattew B. dan Huberman,A.Michael. Analisis Data Kualitatif, Buku

Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1984.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja

Rosdakarya, 2008.

MZ, Labib. SHOHIH MUSLIM. Surabaya: TIGADUA, 1993.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya

Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Parker, SR. Sosiologi Industry, trans, G, kartasapoetra . Jakarta : PT RINEKA CIPTA,1992.


(6)

97

Sajogyo & Sajogyo, pudjiwati. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: GADJAH

MADA UNIVERSITY PRESS,1996.

Salim, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : TIARA WACANA, 2006.

Skynen, Robin dan Clesse, John. Kiat Keluarga Bahagia. Jakarta: ARCAN, 1992.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2004.

Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Praktek. Jakarta : Rineka Cipta, 2004.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1998.

Suyanto, Bagong dan Hariadi, Sri Sanituti. Pekerja Anak: Masalah, Kebijakan

dan Upaya Penanganannya. Surabaya: Lutfansah Mediatama, 2000.

Suyanto, Bagong dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial : berbagai alternatif