Pengaruh perbedaan tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

(1)

KOTA MOJOKERTO

SKRIPSI

OLEH

:

RAHMA TRI AGUSTINA C34213076

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Perbedaan Tingkat Pendidikan dan Jenis Barang Dagangan terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto” ini merupakan hasil penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk

menjawab pertanyaan tentang apakah perbedaan tingkat pendidikan berpengaruh secara individu terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto, apakah jenis barang dagangan berpengaruh secara individu terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon dan apakah perbedaan tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan berpengaruh secara bersama terhadap pendapat pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada uji bersama variabel perbedaan tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan didapati hasil sebesar 0,496 yang mana nilainya lebih besar dari 0,05. Maka hal ini menunjukkan bahwa variabel perbedaan tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang. Jika pada uji indiividu variabel perbedaan tingkat pendidikan didapati hasil sebesar 0,031 dan variabel jenis barang dagangan didapati hasil sebesar 0,000 yang mana nilai keduanya lebih kecil dibanding 0,05. Maka hal ini menunjukkan bahwa variabel perbedaan tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang.


(7)

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I :PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II :KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 8

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berfikir ... 28

D. Hipotesis ... 29

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Definisi Operasional ... 35

F. Data dan Sumber Data ... 37

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 39


(8)

1. Lokasi Penelitian ... 45 2. Karakteristik Responden ... 46 B. Analisis Data ... 55

BAB V : PEMBAHASAN

A. Pengaruh secara bersama (interaksi) perbedaan Tingkat Pendidikan dan Jenis Barang Dagangan Terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar

Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto ... 66 B. Pengaruh secara individu perbedaan Tingkat Pendidikan dan Jenis Barang

Dagangan Terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto ... 68

BAB VI : PENUTUP

A. Simpulan ... 72 B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian Indonesia dapat diukur dengan

maraknya pembangunan pusat perdagangan. Sektor perdagangan di Indonesia adalah salah satu sektor yang berperan sangat penting dalam bidang perekonomian sebagai salah satu motor penggerak bagi pembangunan dan pertumbuhan perekonomian nasional. Keberadaan pasar khususnya pasar tradisional merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan perekonornian masyarakat di sektor riil paling kecil di suatu wilayah.1

Dewasa ini istilah pasar dikategorikan ke dalam dua jenis, yakni pasar tradisional dan pasar modern. Pasar selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bagi kehidupan masyarakat pasar bukan hanya tempat bertemunya antara penjual dan pembeli akan tetapi juga sebagai wadah untuk berinteraksi. Para ahli ekonomi mendiskripsikan sebuah pasar sebagai kumpulan penjual dan pembeli yang melakukan transaksi atas suatu produk tertentu atau kelompok produk tertentu.2

1

DPD RI, http://www.dpd.go.id/artikel-957-peran-pasar-tradisional-sebagai-pondasi-dasar-ekonomi-kerakyatan, diakses pada 25 September 2016

2

Muhammad Hakim Aziz, “Menguasai Pasar Mengeruk Untung”, (Jakarta : Renaisan PT. Krisna Persada, 2005), 42.


(10)

Menurut Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007 bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 2 pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, dan tenda yang dimiliki dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.3 Sedangkan pasar modern adalah pasar yang bersifat modern yang dimana barang dagangannya diperjual belikan dengan harga yang pas sehingga tidak ada aktivitas tawar menawar dan dengan layanan yang baik.4

Hal mendasar yang membedakan pasar trandisional dan pasar modern adalah terletak pada proses interaksi dan pola pengelolaan atau manajemen antara keduanya. Pada pasar tradisional yang pada umumnya dimiliki oleh pemerintah, terjadi interaksi langsung antara penjual dan pembeli, dengan proses tawar menawar. Sementara pasar modern, pada umumnya pembeli melakukan kegiatan secara swalayan, atau terdapat pramuniaga, dan system pembelian dilakukan dengan harga yang sudah ditetapkan, terdapat label harga.

3

Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, bab 1 pasal 1 ayat 2 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

4 Baso Swasta dan Irawan, “Management Pemasaran Modern”, (Yogyakarta : Delta Khairunnisa, 2002), 28.


(11)

Keberadaan pusat perbelanjaan modern sedikit mengusik eksistensi pasar tradisional. Kondisi pasar tradisional yang pada umumnya memprihatinkan, faktor desain tata ruang, keragaman dan kualitas barang, serta jam operasional yang terbatas merupakan kelemahan pasar tradisional sehingga berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh pasar modern dapat mengancam keberadaan pasar tradisional5.

Pasar tradisional selalu menjadi indikator nasional dalam stabilitas pangan seperti beras, gula, dan sembilan kebutuhan pokok lainnya6. Apabila terjadi kelangkaan salah satu kebutuhan pokok beras misalnya, hal ini menyebabkan pemerintah kalang kabut karena beras merupakan bahan pokok makanan yang paling utama di Indonesia. sehingga pemerintah pasti akan memantau kondisi yang terjadi pada pasar tradisional. Pasar tradisional di seluruh Indonesia masih merupakan wadah utama penjualan produk-produk berskala ekonomi rakyat seperti: petani, nelayan, pengrajin dan home industri (industri rakyat).

Peran strategis pasar tradisional yang lain dapat dilihat dari sisi peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Bagi sebagian orang usaha berdagang merupakan salah satu lapangan kerja di sektor

5

Meisa Listiani, “Pembenahan Pasar Tradisional dalam Persaingan Global”,

http://meisalistiani.blogspot.co.id/2015/12/isd-pembenahan-pasar-tradisional-dalam.html, diakses pada 11 Oktober 2016.

6

Litbang, “Eksistensi Pasar Tradisional Ditengah Pesona Pasar Modern”,

http://litbang.patikab.go.id/index.php/2016-02-07-13-44-28/artikel/item/108-eksistensi-pasar-tradisional-ditengah-pesona-pasar-modern, diakses pada 11 Oktober 2016.


(12)

informal yang menghasilkan keuntungan atau pendapatan. Ulama juga telah bersepakat mengenai kebolehan berdagang (jual beli) sebagai perkara yang telah dipraktekkan sejak zaman nabi Muhammad hingga masa kini7. Karena pada dasarnya, agama islam mewajibkan untuk berusaha dan beriktiar dalam mencari rezeki.

Keberadaan pasar Prajurit Kulon Kota Mojokerto memiliki sumbangan yang besar bagi perekonomian masyarakat daerah. Pasar Prajurit Kulon menjadi sarana lapangan pekerjaan informal bagi masyarakat sehingga perdagangan menjadi salah satu penopang perekonomian bagi orang yang terlibat di dalamnya8. Pendapatan yang diperoleh pedagang berupa keuntungan digunakan untuk menambah modal atau dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Transaksi perdagangan yang selalu memperoleh keuntungan merupakan keinginan dari semua pedagang.

Terdapat beberapa faktor yang diyakini berpengaruh untuk pendapatan pedagang tradisional, diantaranya tingkat pendidikan seseorang9 dan jenis barang dagangan pedagang di pasar tradisional10. Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi diyakini sangat

7

Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Islam: Pola Pembinaan Hidup dalam Ekonomi, (Bandung: CV. Diponegoro, 1984), 35.

8

Anton Sudrajat, “Analisis Faktor-Fktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Muslim”, Jurnal Ekonomi, Vol. 8 No. 1 (Februari 2014).

9

Tri Utari dan Putu Martini Dewi, “Pengaruh Modal, Tingkat pendidikan dan Teknologi terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 3 No. 12 (Desember 2014).

10

Nur Isni Atun, “Pengaruh Modal, Lokasi, Dan Jenis Dagangan Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman” (Skripsi--, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2016).


(13)

berpengaruh terhadap kecakapan tingkah laku dan sikap seseorang11. Dan hal ini semestinya terkait dengan tingkat pendapatan seseorang. Artinya, secara rata-rata makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin memungkinkan orang tersebut memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

Pendidikan menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara12. Dapat diartikan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar guna mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui usaha belajar. Namun perlu untuk melihat apakah tingkat pendidikan benar-benar berpengaruh terhadap pendapatan seseorang khususnya pedagang pasar tradisional, sehingga menarik untuk dikaji seberapa jauh peran faktor pendidikan terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional.

Selain tingkat pendidikan, jenis barang dagangan pedagang akan mempengaruhi pendapatan pedagang. Beragam variasi dagangan yang

11

Robinson Tarigan, “Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Pendapatan Perbandingan Antara Empat Hasil penelitian”, Jurnal Wawasan, Vol. 11 No. 3 (Februari 2006).

12

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


(14)

ada di pasar tradisional mulai dari kelontong, pakaian, perlengkapan rumah tangga, makanan, dan lain sebagainya yang di tawarkan oleh pedagang untuk menarik minat konsumen. Dari masing-masing dagangan akan mempengaruhi perbedaan pendapatan pedagang. Sehingga menarik dikaji seberapa jauh faktor jenis usaha atau dagangan terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional. Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “PENGARUH PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENIS BARANG DAGANGAN TERHADAP

PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL

PRAJURIT KULON KOTA MOJOKERTO”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yaitu Apakah Perbedaan Tingkat Pendidikan dan Jenis Barang Dagangan Berpengaruh Terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.


(15)

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan hasil penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu:

1. Dari segi teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau evaluasi dalam rangka meningkatkan kualitas produk pasar tradisional serta bisa dijadikan sebagai perbandingan dengan penelitian-penelitian yang sudah ada.

2. Dari segi praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan atau sumbangan pemikiran bagi pedagang atau pihak-pihak terkait dalam mencapai pendapatan secara maksimal.

b. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengembangkan atau pembinaan dalam sektor informal.


(16)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tingkat Pendidikan a. Pengertian Pendidikan

Pengertian pendidikan menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara13.

Fungsi dari pendidikan nasional menurut undang-undang tersebut adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehta, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

13

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(17)

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut Umar Tirta Rahardja dan La Sulo pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.14 Melalui pendidikan seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap atau mengenal dan mengembangkan metode berifikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.

Pendapat lain tentang pendidikan dikemukakan oleh Henderson yang dikutip oleh Uyoh Sadulloh menyatakan bahwa, pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.15 Pendidikan merupakan sebuah usaha dari manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat.

Dari beberapa definisi tentang pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua aspek dalam kepribadian manusia

14

Tirta Rahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: DEPDIKBUD, 1994), 37 15


(18)

secara menyeluruh untuk mencapai kepribadian individu yang lebih baik.

b. Tingkat Pendidikan (Jenjang Pendidikan)

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan dibagi menjadi dua yakni Formal dan Informal. Jenjang pendidikan formal sesuai dengan pasal 14 bab VI UU Nomor. 20 tahun 2003 yakni pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

1) Pendidikan dasar

Pendidikan dasar yaitu jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan yang dilaksanakan selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah. Pendidikan dasar dapat berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lainnya yang sederajat, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lainnya yang sederajat. Pendidikan dasar pada prinsipnya memberikan bekal dasar bagaimana kehidupan baik untuk diri sendiri maupun bermasyarakat.


(19)

2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan umum atau kejuruan. Pendidikan menengah dapat berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi atau untuk mempersiapkan memasuki dunia pekerjaan

3) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menenngah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magiser, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi berfungsi untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau professional yang dapat menerapkan atau mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian.


(20)

Bagi peserta didik yang tidak sempat mengikuti ataupun menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal disediakan pendidikan informal atau nonformal. Pendidikan informal atau non formal sebagai mitra pendidikan formal yang semakin berkembang. Pendidikan informal dapat berupa Paguyuban, Kursus-kursus, Kejar Paket dan lain sebagainya.16

c. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan gambaran atau filsafah atau pandangan hidup manusia, baik secara perseorangan maupun kelompok. Dalam menentukan tujuan pendidikan ada beberapa nilai yang perlu diperhatikan seperti yang dikemukakan oleh Hummel yang dikutip oleh Uyoh Sadulloh antara lain17:

1) Autonomy

Autonomy yaitu memberikan kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan secara maksimum kepada individu maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri, dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih.

2) Equity (Keadilan)

Equity (keadilan) berarti bahwa tujuan pendidikan terebut harus memberi kesempatan kepada seluruh warga

16

Tirta Rahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: DEPDIKBUD, 1994), 76. 17


(21)

masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan dasar yang sama.

3) Survival

Survival yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan akan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.

Berdasarkan ketiga nilai tersebut diatas pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia-manusia yang berkebudayaan. Manusia yang sebagai makhluk individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik.

d. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan

Semakin tinggi human capital yang dimiliki seseorang menyebabkan kemampuan menghasilkan barang dan jasa juga meningkat. Human capital tidak akan timbul dengan sendirinya tanpa adanya suatu proses kegiatan investasi di dalam pendidikan baik secara formal maupun non formal.18

Kajian yang dilakukan Mincer (1974) dalam Amirullah (2007) membuktikan adanya korelasi positif antara peran pendidikan dengan tingkat penerimaan pendapatan yang diterima seseorang di masa mendatang. Model yang dibangun

18

Ratna Juwita dan Retno Budi Lestari, “Kontribusi Tingkat Pendidikan terhadap Pendapatan Sektoral di Kota Palembang”, Jurnal Ilmiah STIE MDP, Vol. 2 No.2 ( Maret 2013).


(22)

Mincer dikenal dengan persamaan gaji Mincer. Model tersebut menggambarkan bahwa perubahan gaji atau pendapatan seseorang selain dipengaruhi pengalaman-pengalaman yang diterimanya juga dipengaruhi lamanya durasi bersekolah yang diterimanya.

Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang diduga akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya dalam bekerja. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan hanya dalam pelaksanaan kerja, akan tetapi juga sebagai landasan untuk mengembangkan diri dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada disekitar demi kelancaran pekerjaan. e. Pendidikan menurut Islam

Makna filosofis pendidikan adalah proses bagaimana manusia mengenali diri dengan segenap potensi yang dimiliki dan memahami apa yang tengah dihadapinya dalam realitas kehidupan yang nyata ini19. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan hendak dikonstruk untuk menjadi problem solver

kehidupan, sebagaimana manusia hendak merubah realitas dunia bersamaan dengan keberadaannya. Hal ini senada dengan firman Allah dalam surah Ar-Ra’d:11 :

19


(23)

                                                         

Artinya: baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia20.

Tujuan pendidikan islam dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tujuan keagamaan dan tujuan keduniaan21. Tujuan keagamaan adalah tujuan yang dimaksudkan untuk mempertemukan diri pribadi terhadap tuhannya melalui kitab-kitab suci yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban pribadi muslim. Sedangkan tujuan keduniaan adalah bagaimana para peserta didik segera mendapatkan pekerjaan yang berguna atau untuk mempersiapkan anak menghadapi kehidupan masa depan.

2. Jenis barang dagangan Pedagang Pasar Tradisional a. Usaha Perdagangan

20

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan Mushaf Aminah, (Jakarta: Al-Fatih, 2013), 250.

21

Ali al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, terj. H.M. Arifin (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), 37-38.


(24)

Menurut surat keputusan Menteri Perdagangan No. 130/kp/IV/1982 Tanggal 14 April 1982 telah ditetapkan

ketentuan usaha perdagangan sebagai berikut: “Pedagang

adalah kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakuka secara terus menerus dengan tujuan mengalih hak atas barang atau

jasa yang disertai imbalan berupa kompensasi”. Jenis-jenis pedagang dibedakan sebagai berikut:

1. Pedagang Besar : pedagang yang mendatangkan barang secara besar-besaran secara langsung maupun tidak langsung dari yang menghasilkan barang, tetapi tidak dengan maksud menyampaikan langsung pada pemakai.

2. Pedagang kecil : pedang yang hanya menyampaikan barang

– barang tersebut kepada si pemakai.

Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan.

Berdasarkan peraturan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, bahwa perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang dan/atau jasa di dalam negeri dan melampaui/batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/atau jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi.


(25)

Menurut Jusmaliani perdagangan atau pertukaran dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai proses transaksi yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak.22 b. Jenis Pasar Berdasarkan Pengelompokkan dan Jenis Barang

Pasar, yakni23:

1. Kelompok bersih, yakni kelompok dagang yang berupa kelompok warung atau toko.

2. Kelompok kotor yang tidak bau, yakni kelompok dagang yang berupa hasil bumi dan buah-buahan.

3. Kelompok kotor yang bau dan basah, yakni kelompok dagang yang berupa sayur dan bumbu.

4. Kelompok bau, basah, kotor, dan busuk, yakni kelompok dagang yang berupa kelompok aneka ikan basah dan daging.

c. Hubungan Jenis barang dagangan terhadap Pendapatan

Berbicara masalah jenis barang dagangan pikiran akan tertuju pada suatu produk tertentu. Produk merupakan semua yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya24.

22

Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 1.

23 Galuh Oktavia, “Redesain Pasar Jongke Surakarta” (Skripsi--Universitas Atma Jaya, 2007), 34. 24

Philip Kotler dan Nancy Lee, Pemasaran di Sektor Publik, (Jakarta: PT. Macanan jaya Cemerlang, 2007), 53.


(26)

Jenis barang dagangan diasumsikan akan mempengaruhi pendapatan pedagang. Karena barang dagangan yang dijual atau yang ditawarkan oleh pedagang merupakan jenis barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memenuhi kebutuhan konsumen setiap harinya.

d. Usaha Perdagangan Menurut Islam

Secara umum, pedoman islam tentang masalah kerja tidak membolehkan pengikut-pengikutnya untuk bekerja mencari uang sesuka hatinya dan dengan jalan yang tidak baik, seperti penipuan, kecurangan, sumpah palsu dan perbuatan bathil lainnya. Tetapi islam memberikan garis pemisah untuk mereka antara yang boleh dan tidak boleh dalam mencari pembekalan hidup, dengan menitikberatkan juga kepada masalah kemaslahatan umum, seperti suka sama suka sehingga tak ada satu pihak manapun yang merasa dirugikan dan di zalimi dalam transaksi tersebut. Jalan yang saling mendatangkan manfaat antara individu-individu dengan saling rela-merelakan dan adil itulah yang dibenarkan.25

Prinsip tersebut telah dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya, dalam surah An-nisa : 29 :

25


(27)

                                    

Artinya: hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu: sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu26.

Ayat tersebut memberikan syarat, bahwa boleh dilangsungkannya perdagangan tetapi dengan dua hal: perdagangan itu harus dilakukan atas dasar saling rela antara kedua belah pihak. Tidak boleh bermanfaat untuk salah satu pihak dengan merugikan salah satu pihak; tidak saling merugikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Dengan memahami ayat tersebut, terdapat beberapa transaksi yang dapat dikategorikan terlarang, yaitu sebagai berikut27:

1) Tidak jelasnya takaran dan spesifikasi barang yang dijual. 2) Tidak jelas bentuk barangnya.

3) Informasi yang diterima tidak jelas, sehingga pembentukan harga tidak berjalan dengan mekanisme yang sehat.

26

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan Mushaf Aminah, (Jakarta: Al-Fatih, 2013), 83.

27


(28)

4) Penjual dan pembeli tidak hadir di pasar, sehingga perdagangan tidak berdasarkan harga pasar.

Model transaksi diatas hendaknya menjadi perhatian serius dari pelaku pasar muslim. Penegakan nilai-nilai moral dalam kehidupan perdagangan di pasar harus disadari secara personal oleh setiap pelaku pasar. Artinya, nilai-nilai moralitas merupakan nilai yang sudah tertanam dalam diri para pelaku pasar, karena ini merupakan refleksi dari keimanan kepada Allah.

Keberkahan usaha merupakan kemantapan dari usaha itu dengan memperoleh keuntungan yang wajar dan diridhai oleh Allah swt. Untuk memperoleh keberkahan dalam jual beli, islam mengajarkan prinsip-prinsip moral sebagai berikut: 1) Jujur dalam menakar dan menimbang.

2) Menjual barang yang halal. 3) Menjual barang yang baik mutunya. 4) Tidak menyembunyikan cacat barang. 5) Tidak melakukan sumpah palsu. 6) Longgar dan murah hati.

7) Tidak menyaingi penjual lain. 8) Tidak melakukan riba.


(29)

Prinsip – prinsip tersebut diajarkan islam agar untuk diterapkan dalam dunia perdagangan agar pelaku pasar muslim memperoleh keberkahan usaha. Keberkahan usaha berarti memperoleh keuntungan dunia dan akhirat. Keuntungan di dunia berupa relasi yang baik dan menyenangkan, sedangkan keuntungan akhirat berupa nilai ibadah, karena perdagangan dilakukan dengan kejujuran.

3. Pendapatan

a. Pengertian Pendapatan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha dan sebagainya)28. Sedangkan menurut Sukirno mendefinisikan pedapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, ataupun tahunan29.

Winardi menyatakan bahwa pendapatan merupakan pendapatan tingkat hidup yang dapat dinimkati oleh individu di masyarakat, pendapatan tersebut sebagai sumber penghasilan dari berbagai macam jenis pekerjaan seperti pegawai negeri, wiraswasta, petani, pengusaha, pengrajin dan seniman30.

28

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), 185.

29

Sadono Sukirno, Teori Pengantar Mikro Ekonomi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 47. 30


(30)

Sedangkan menurut Kasian (2000: 250) menyatakan bahwa pendapatan adalah hasil produksi seluruhnya yang dihasilkan setiap bulan, baik berupa alat-alat produksi, benda-benda konsumsi maupun jasa, pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan seseorang yang akan mempengaruhi status sosial seseorang tersebut.

Pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu31: 1) Pendapatan Permanen (permanent income) adalah

pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji atau upah. Pendapatan ini juga merupakan pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang.

2) Pendapatan Sementara (transitory income) adalah pendapatan yang tidak bisa diperikaran sebelumnya.

Pendapatan menurut perolehannya:

31

Mangkoesoebroto Guritno dan Algifari, Teori Ekonomi Makro, (Yogyakarta: STIE YPKN, 1998), 72.


(31)

1) Pendapatan kotor adalah pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi pengeluaran dan biaya lain.

2) Pendapatan bersih adalah pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi pengeluaran dan biaya lain.

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:

1) Gaji dan upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu maupun satu bulan.

2) Pendapatan dari usaha sendiri. Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurangi dengan baya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.

3) Pendapatan dari usaha lainn. Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja dan ini biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain: 1) pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah. 2) ternak dan barang lain. 3) pendapatan dari pensiun. 4) bunga dari uang. 5) sumbangan dari pihak lain. 6) dan lain-lain.


(32)

Dalam konsep ekonomi islam, islam mewajibkan setiap muslim (khususnya) mempunyai tanggungan untuk bekerja.32 Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia untuk mencari nafkah (rezeki). Allah swt berfirman dalam surah (Al-Mulk:15) :

                      

Artinya: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu,maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. (Al- Mulk: 15)33.

Disamping anjuran untuk untuk mencari rezeki, islam sangat menekankan atau mewajibkan aspek kehalalan baik dari segi perolehan mapun pendayagunaan (pengolahannya dan pembelanjaannya). Dalam artian pelaksanaan bisnis atau usaha harus tetap berpegang pada ketentuan syariat (aturan-aturan dalam al-Quran dan al-Hadist).34

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi landasan dalam penelitian ini

adalah:

Pertama, penelitian yang dilakukan I Putu Rian Kusuma Jaya, Made Nuridja dan Kadek Rai Suwena dengan judul penelitian

32

Veithzal Rivai, et al, Islamic Business and Economic Ethics, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),12. 33

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan Mushaf Aminah, (Jakarta: Al-Fatih, 2013), 563.

34


(33)

“Analisis Pendapatan Pedagang (Studi Pasar Anyar di Kelurahan

Banjar Tengah)”.35 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan pedagang di Pasar Anyar ditinjau dari pekerjaan utama dan ditinjau dari pekerjaan sampingan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pendapatan pedagang paling dominan dihasilkan dari pekerjaan utamanya yakni berdagang di Pasar Anyar.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah pada penelitian I Putu Rian Kusuma Jaya menganalisis pendapatan pedagang di pasar tradisional yang ditinjau dari pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Sedangkan penelitian saya variabel pendapatan dipengaruhi dari tingkat pendidikan pedagang dan jenis barang dagangan pedagang di pasar tradisional.

Kedua, penelitian yang dilakukan Nur Isni Atun dengan judul

penelitian “Pengaruh Modal, Lokasi, dan jenis Dagangan Terhadap

Pendapatan Pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman”36

.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel modal, lokasi, dan jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel Modal, Lokasi, dan Jenis Dagangan berpengaruh positif secara parsial maupun simultan terhadap pendapatan pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman.

35

I Putu Rian Kusuma Jaya, et al, “Analisis Pendapatan Pedagang (Studi Pasar Anyar di Kelurahan Banjar Tengah)”, Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4 No.1 (2014).

36

Nur Isni Atun, “Pengaruh Modal, Lokasi, Dan Jenis Dagangan Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman” (Skripsi--, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2016).


(34)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah pada penelitian Nur Isti Atun variabel (X) menggunakan modal, Lokasi, Dan Jenis Dagangan Sedangkan penelitian saya variabel (X) menggunakan tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan.

Ketiga, penelitian yang dilakukan Tri Utari dan Putu Martini

Dewi dengan judul penelitian “Pengaruh Modal, Tingkat Pendidikan

dan Teknologi Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) di Kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat”.37 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal, tingkat pendidikan dan teknologi terhadap pendapatan UMKM di kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat. Hasil dari penelitian ini adalah memperlihatkan bahwa variabel modal, tingkat pendidikan dan teknologi berpengaruh positif dan signifikan secara parsial dan simultan terhadap pendapatan UMKM di kawasan Imam Bonjol Denpasar Bali.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah pada penelitian Tri Utari dan Putu Martini Dewi variabel (X) menggunakan modal, tingkat pendidikan dan teknologi. Sedangkan penelitian saya variabel (X) menggunakan tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan.

37

Tri Utari dan Putu Martini Dewi, “Pengaruh Modal, Tingkat pendidikan dan Teknologi terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 3 No. 12 (Desember 2014).


(35)

Keempat, penelitian yang dilakukan Arya Dwiandana Putri dan

Nyoman Djinar Setiawina dengan judul penelitian “Pengaruh Umur,

Pendidikan, Pekerjaan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Miskin di

Desa Bebandem”.38 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur, pendidikan, dan jenis pekerjaan terhadap pendapatan rumah tangga miskin di Desa Bebandem Karangasem. Hasil dari penelitian ini adalah Secara Simultan faktor umur, pendidikan, dan jenis pekerjaan, berpengaruh signifikan terhadap pendapatan rumah tangga miskin di desa Bebandem Karangasem. Sedangkan faktor pendidikan dan jenis pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan Secara Parsial terhadap pendapatan rumah tangga miskin di desa Bebandem Karangasem. Variabel umur tidak berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga miskin di desa Bebandem Karangasem.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah pada penelitian Arya Dwiandana Putri dan Nyoman Djinar Setiawina variabel (X) menggunakan umur, pendidikan, dan pekerjaan. Sedangkan penelitian saya variabel (X) hanya menggunakan Tingkat Pendidikan dan Jenis barang dagangan.

Kelima, penelitian yang dilakukan Kusumawardani dengan

judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

38

Arya Dwiandana Putri dan Nyoman Djinar Setiawina, “Pengaruh Umur, Pendidikan, PekerjaanTerhadap Pendapatan Rumah Tangga Miskin di Desa Bebandem”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 2 No. 4 (April, 2013).


(36)

Pendapatan Pedagang Tekstil di Kabupaten Kepulauan Selayar”.39 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal, jam kerja, lama usaha, dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan pedagang tekstil di Kabupaten Kepulauan Selayar. Hasil penelitian menunjukkan variabel modal, jam kerja, lama usaha, dan tingkat pendidikan secara simultan dan parisal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang tekstil di Kabupaten Selayar.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah pada penelitian Kusmawardani variabel (X) menggunakan modal, jam kerja, lama usaha, dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan pedagang. Sedangkan dalam penelitian saya variabel (X) hanya menggunakan Tingkat pendidikan dan Jenis Barang Dagangan.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan sebuah model konseptual yang

bersisi tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didentifikasi sebagai masalah yang penting.40 Kerangka berfikir berguna untuk mempermudah di dalam memahami persoalan yang sedang diteliti serta mengarahkan penelitian pada pemecahan masalah yang dihadapi. Maka penulis membuat suatu kerangka pemikiran yaitu sebagai berikut:

39

Kusumawardani, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Tekstil di Kabupaten Kepulauan Selayar” (Skripsi--, Universitas Hasanuddin, Makassar 2014).

40


(37)

Gambar 1

Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Hubungan Secara Individu

: Hubungan Secara Bersama (Interaksi)

D. Hipotesis

Hipotesis menurut Bungin mendefinisikan hipotesis sebagai

kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis tersebut malalui penelitian. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.41

Adapun hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini dengan judul Tingkat Pendidikan dan jenis barang dagangan terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

41

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2005), 75.

Tingkat Pendidikan

Jenis barang dagangan


(38)

1. H0 = Tidak ada pengaruh perbedaan tingkat pendidikan terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

Ha = Ada pengaruh perbedaan tingkat pendidikan terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

2. H0 = Tidak ada pengaruh perbedaan jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

Ha = Ada pengaruh perbedaan jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

3. H0 = Tidak ada pengaruh perbedaan interaksi (pengaruh bersama) antara Tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

Ha = Ada pengaruh perbedaan interaksi (pengaruh bersama) antara tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah jenis

kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel42

. Sedangkan pendekatan penelitian ini bersifat asosiatif, yaitu menggambarkan pola hubungan antara dua variabel atau lebih43.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2016 sampai Desember 2016 di Pasar Tradisional Prajurit Kulon yang bertempat di Jl. Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian kuantitatif sangat populer dipakai untuk menyebutkan serumpun/sekolompok obyek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda- benda, dan ukuran lain yang menjadi obyek perhatian atau kumpulan seluruh obyek yang menjadi perhatian44.

42

Juliansyah Noor, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011), 38. 43Amirullah, Metodelogi Penelitian Manajemen, (Malang: Bayumedia Publisisng, 2013), 29. 44

Suharyadi dan Purwanto, Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 7.


(40)

Populasi dalam penelitian ini berjenis populasi cluster. Populasi cluster digunakan untuk menunjukkan unit-unit yang berumpun atau berkelompok, tanpa ada pada tingkatan masing-masing kelompok atau rumpun yang ada45

. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional Prajurit Kulon yang dikelompokkan berdasarkan jenis barang dagangan pedagang.

Berikut merupakan jumlah populasi yang telah dikelompokkan berdasarkan jenis barang dagangan pedagang di Pasar Tradisional Prajurit Kulon.

Tabel 3.1.

Jumlah Populasi sesuai Jenis barang dagangan

No Jenis barang dagangan Jumlah Pedagang

1. Warung/Toko 30

2. Hasil Bumi/ Buah 20

3. Sayur dan Bumbu 27

4. Ikan dan Daging 20

Jumlah 97

Sumber: Pengurus Pasar Prajurit Kulon 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi46

. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

45

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005),111.

46


(41)

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.

Penelitian ini menggunakan pengujian Two Way Anova sehingga terdapat beberapa asumsi yang harus digunakan dalam pengambilan sampel Two way Anova, yaitu47:

a. Populasi-populasi yang akan diuji berdistribusi normal. b. Varians setiap populasi (sampel) harus sama.

c. Kelompok data harus memiliki ukuran sampel yang sama. Dari asumsi tersebut pengukuran sampel harus sama sehingga teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini terdapat dua tahap yakni:

a. Teknik Cluster Sampling. Cluster Sampling merupakan pengambilan anggota sampel dari populasi cluster48. Pengambilan sampel tidak memilih individu-individu sebagai anggota unit sampel, tetapi memilih rumpun-rumpun populasi sebagai anggota unit populasi.

b. Teknik Simple Random Sampling. Pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa

47

Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), 217.

48


(42)

memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut49

.

Sehingga dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini terdapat dua tahap, yang pertama data populasi dikelompokkan untuk menjadi sampel, setelah dikelompokkan untuk dijadikan sampel maka tahap kedua tiap sampel akan diacak secara random untuk diambil sampel yang sesuai dengan persyaratan ANOVA yakni sampel harus berukuran sama. Dengan demikian didapatkan hasil sampel sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Jumlah Sampel sesuai Jenis barang dagangan

No Jenis barang dagangan Jumlah Pedagang

1. Warung/Toko 20

2. Hasil Bumi/ Buah 20

3. Sayur dan Bumbu 20

4. Ikan dan Daging 20

Jumlah 80

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu

variabel Independen dan Variabel Dependen. Variabel Independen merupakan variabel bebas. Variabel bebas atau independen adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap menentukan variabel

49


(43)

terikat. Variabel ini dapat merupakan faktor risiko, prediktor, kuasa/penyebab50

. Sedangkan variabel Dependen merupakan variabel terikat. Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel tergantung disebut juga kejadian, luaran, manfaat efek atau dampak51. Sehingga variabel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Variabel Bebas (x) : Tingkat Pendidikan (X1) dan Jenis barang

dagangan (X2).

Variabel Terikat (y) : Pendapatan Pedagang

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam

menginterpretasikan judul yang akan diteliti dan kekeliruan dalam memahami tujuan penelitian ini, maka perlu adanya batasan istilah agar lebih jelas terarahnya penelitian ini:

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan memiliki kaitan erat untuk mempersiapkan bekal dasar untuk bekerja52

. Melalui pendidikan seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap atau mengenal dan mengembangkan metode berifikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.

50

Saryono Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Keehatan, (Yogyakarta: Nuha Merdika, 2013), 145.

51 Ibid. 52


(44)

Pada penelitian ini yang dimaksud tingkat pendidikan adalah pendidikan yang ditempuh secara formal oleh pedagang meliputi sebagai berikut:

a. SD/MI dan Sederajat. b. SMP/MTS dan Sederajat. c. SMA/MA dan Sederajat. d. Perguruan Tinggi (S1, S2, S3). e. Tidak sekolah

2. Jenis Barang Dagangan

Jenis Pasar Berdasarkan Pengelompokkan dan Jenis Barang Pasar, yakni53

:

1. Kelompok bersih, yakni kelompok dagang yang berupa kelompok warung atau toko.

2. Kelompok kotor yang tidak bau, yakni kelompok dagang yang berupa hasil bumi dan buah-buahan.

3. Kelompok kotor yang bau dan basah, yakni kelompok dagang yang berupa sayur dan bumbu.

4. Kelompok bau, basah, kotor, dan busuk, yakni kelompok dagang yang berupa kelompok aneka ikan basah dan daging.

Pada penelitian ini jenis barang dagangan yang dimaksud adalah jenis barang dagangan yang dijual pedagang di Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

53Galuh Oktavia, “Redesain Pasar Jongke Surakarta” (Skripsi


(45)

3. Pendapatan

Pendapatan adalah pendapatan merupakan pendapatan tingkat hidup yang dapat dinimkati oleh individu di masyarakat, pendapatan tersebut sebagai sumber penghasilan dari berbagai macam jenis pekerjaan.

Pada penelitian ini pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan bersih rata-rata tiap bulannya yang diperoleh pedagang dari berjualan di Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

F. Data dan Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini mencakup dua jenis data yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau obyek penelittian54. Responden dalam penelitian ini adalah pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto, Data Primer didapatkan dengan membagikan kuesioner atau angket. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.55

Data sekunder dalam penelitian ini berupa berbagai literatur seperti buku, jurnal, skripsi dan website yang terkait dengan penelitian ini, selain data tersebut data dari Kantor Pasar Kota Mojokerto untuk mengetahui jumlah pedagang dan hal lainnya dengan penelitian.

54

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005),122.

55 Ibid.


(46)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Kuesioner (Angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya56

. Terdapat empat komponen inti dari sebuah kuesioner57

, yaitu: a. Adanya subyek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian; b. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti kepada responden untuk turut serta mengisi atau menjawab pertanyaan secara aktif dan obyektif; c. Adanya petunjuk pengisian kuesioner yaitu petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti dan tidak mempunyai persepsi yang macam-macam, d. Adanya pertanyaan atau pernyataan beserta tempat untuk mengisi jawaban baik secara tertulis maupun terbuka. Dalam membuat kuesioner harus ada identitas responden.

2. Observasi, merupakan teknik menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek penelitian58

. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi antara lain: ruang (tempat), pelaku, kegiatan, obyek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu.

56

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2011) 142

57

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian,(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011) 139. 58


(47)

3. Dokumentasi, peneliti mengumpulkan data dari dokumen-dokumen ataupun arsip yang memuat garis besar data yang akan dicari dan berkaitan dengan judul penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Uji Analisis of Variance atau biasa disebut dengan ANOVA. Karena dalam penelitian ini menguji perbedaan kelompok yang berpengaruh yang disusun berdasarkan baris dan kolom dengan data yang bersifat nominal.

1. Asumsi Anova

Penggunakan uji statistik ANOVA harus dipenuhi beberapa asumsi sebagai berikut:

a. Homogeneity of Variance

Variabel dependen harus memliki varian yang sama dalam setiap kategori independen. Jika terdapat dari satu variabel independen, maka harus ada homogeniety of variance di dalam cell

yang dibentuk oleh veriabel independen kategorikal. SPSS menamakan tes ini Levene’s test of homogeneity of variance. Jika

Levene’s test signifikan (probabilitas 0,05) maka hipotesis nol akan ditolak bahwa grub memiliki varians yang berbeda. Jadi yang dikehendaki adalah tidak dapat menolak hipotesis nol atau hasil

Levene’s test menyatakan (probabilitas 0,05). H0 : Varians data adalah sama/identik.


(48)

Jika signifikansi 0,05 maka H0 diterima

Jika signifikansi 0,05 maka H0 ditolak

b. Multivariate Normality

Untuk tujuan signifikasi, maka variabel harus mengikuti distribusi normal multivariate. Variabel dependen terdistribusi secara normal dalam setiap kategori variabel independen. ANOVA masih tetap

robust walaupun terdapat penyimpangan asumsi multivariate

normality.

Uji multivariate normality dilakukan dengan menggunakan uji

statistik non-parametrik Kolmogrov-Sminov (K-S) dengan hipotesis:

H0 = data berdistribusi normal

Ha = data tidak berdistribusi normal

Pengambilan keputusan dalam uji Kolmogrov – Sminov (K-S) adalah:

a. Data berdistribusi normal jika nilai signifikansi 0,05.

b. Data tidak berdistribusi tidak normal jika nilai signifikansi 0,05.

2. Teknik Uji Anova Dua Jalan (Two Way Anova)

Besaran-besaran yang perlu dihitung berkaitan dengan analisis varians dua jalan (two way anova) sebagai berikut59

: Jumlah Kuadrat Total (JK(T)) dapat dihitung dengan rumus:

59


(49)

JK

(T)

=

Jumlah Kuadrat Antar Kelompok (JK(G)) dapat dihitung dengan

rumus:

JK

(G)

=

+

+

+

n = jumlah data N= total data

Jumlah Kuadrat Antar Kolom/ Perlakuan (JK(P)) dihitung dengan

rumus: JK(P) =

+

-

Jumlah Kuadrat Antar baris/Kontrol (JK(K)) dapat dihitung dengan

rumus: JK(K)

=

+

-

Jumlah Kuadrat Interaksi antara variabel A dan variabel B (JK(I))

adalah jumlah Kuadrat Antarkelompok dikurangi Jumlah Kuadrat Antarkolom (perlakuan) dikurangi Jumlah Kuadrat Antarbaris (kontrol) dan dapat ditulis dengan rumus:

JK(I) = JK(G) - JK(P) - JK(K)

Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok/ Kekeliruan (JK(E)) dihitung

dengan rumus:


(50)

Selanjutnya dihitung rata-rata Jumlah Kuadrat Antar kolom/perlakuan dengan derajat kebebasan (dk) = c-1, yaitu: RJK(P) =

Perhitungan Rata-rata Jumlah Kuadrat Antarbaris / kontrol dengan dk = r -1:

RJK(K) =

Perhitungan Rata-rata Jumlah Kuadrat Interaksi dengan dk= (c - 1) (r - 1):

RJK(I) =

c = Column (kolom) r = Row (baris)

Akhir dari analisis varian dua jalan adalah perhitungan statistik F. Untuk Jumlah Kuadrat Antarkolom/Perlakuan, yaitu:

F =

Untuk Jumlah Kuadrat Antarbaris/kontrol dihitung dengan rumus: F =

Untuk jumlah Kudrat Interaksi dihitung dengan rumus: F =


(51)

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dengan terlebih dahulu menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Uji ANOVA tidak hanya bisa mengukur pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, tetapi juga bisa menguji signifikasinya yaitu pengaruhnya signifikan atau tidak secara statistik dengan menggunakan uji F.

Kaidah Pengujian Anova60 :

1. Jika Fhitung Ftabel, maka H0 diterima, artinya tidak ada

perbedaan pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan pedagang.

Jika Fhitung Ftabel, maka H0 ditolak, artinya Ada perbedaan

pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan pedagang. Atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya

Jika signifikansi 0,05 maka H0 diterima

Jika signifikansi 0,05 maka H0 ditolak

2. Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima, artinya jenis barang

dagangan tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang. Jika Fhitung Ftabel, maka H0 ditolak, artinya jenis barang

dagangan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang.

60

Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), 233.


(52)

Atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya

Jika signifikansi 0,05 maka H0 diterima

Jika signifikansi 0,05 maka H0 ditolak

3. Jika Fhitung≤ Ftabel, maka H0 diterima, artinya, tidak ada interaksi

antara tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan pedagang. Jika Fhitung Ftabel, maka H0 ditolak, artinya ada interaksi antara

tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan pedagang. Atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya

Jika signifikansi 0,05 maka H0 diterima


(53)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian

1. Profil Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto

Pasar Prajurit Kulon didirikan oleh Pemerintah Kota Mojokerto yang dibawah naungan UPTD Pasar pada Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Mojokerto. Pasar Prajurit Kulon beralamatkan di Jl. Raya Prajurit Kulon Kota Mojokerto. Pasar Prajurit Kulon mulai dibangun sekitar tahun 1987 yang awalnya bangunan pasar digunakan sebagai pasar ikan. Pada sekitar tahun 2010 bangunan pasar ikan direnovasi dan diubah alih fungsi sebagai pasar tradisional, Dimana pedagangnya tidak hanya penjual ikan atau daging saja. Akan tetapi beragam jenis barang dagangan terdapat di pasar Prajurit Kulon, mulai dari kebutuhan memasak, pakaian, hingga kebutuhan alat-alat rumah tangga atau barang pecah belah tersedia di pasar Prajurit Kulon.

Pasar Prajurit Kulon memiliki luas lahan sekitar ± 2529 m2

. Kondisi pasar yang dilengkapi dengan fasilitas toilet umum, dan lahan parkir. Pasar Prajurit Kulon mulai buka untuk melakukan kegiatan transaksi jual beli pada saat selesai adzan shubuh atau sekitar jam 5 pagi sampai pada adzan dzuhur.


(54)

2. Susunan Organisasi

Susunan Organisasi UPTD Pasar Pada Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Mojokerto

3. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden berdasarkan Pembagian Jenis Kelamin

Berikut dapat disajikan dalam tabel jumlah pedagang atau responden berdasarkan frekuensi jenis kelamin pedagang Pasar Prajurit Kulon Kota Mojokerto sebagai berikut.

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

1 Laki-Laki 33 41%

2 Perempuan 47 59%

Total 80 100%

Sumber: Data Primer, diolah 2016.

KEPALA

SUB BAGIAN TATA USAHA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


(55)

Dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah jenis kelamin pedagang (responden) laki-laki berjumlah 33 orang dengan presentase 41% sedangkan pedagang (resoponden) perempuan berjumlah 47 orang dengan presentase 59%.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berikut dapat disajikan dalam tabel jumlah pedagang atau responden berdasarkan usia pedagang Pasar Prajurit Kulon Kota Mojokerto sebagai berikut.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Prosentase

1. 20-30 Tahun 10 13%

2. 31-40 Tahun 28 35%

3. 41-50 Tahun 29 36%

4. 50 Tahun 13 16%

Total 80 100%

Sumber: Data Primer, diolah 2016.

Dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa pedagang pasar Prajurit Kulon didominasi oleh pedagang berusia 41-50 tahun. Hal ini dilihat dari keseluruhan responden yang ada, usia 20-30 tahun sebesar 12%, usia 31-40 tahun sebesar 35%, usia 41-50 tahun sebesar 36%, dan usia lebih dari 50 tahun sebesar 16%.


(56)

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Berikut dapat disajikan dalam tabel jumlah pedagang atau responden berdasarkan status perkawinan pedagang Pasar Prajurit Kulon Kota Mojokerto sebagai berikut.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan No. Status Perkawinan Jumlah Prosentase

1. Menikah 76 95%

2. Belum Menikah 1 1%

3. Janda 3 4%

4. Duda 0 0%

Total 80 100%

Sumber: Data Primer, diolah 2016.

Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa pedagang pasar tradisional Prajurit Kulon didominasi oleh pedagang dengan status pernikahan. Hal ini dilihat dari keseluruhan responden yang ada, status menikah sebesar 95%, belum menikah sebesar 1%, janda sebesar 4% dan duda sebesar 0%.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berikut dapat disajikan dalam tabel jumlah pedagang atau responden berdasarkan tingkat pendidikan pedagang Pasar Prajurit Kulon Kota Mojokerto sebagai berikut.


(57)

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase

1. SD/MI 6 7%

2. SMP/MTS 31 39%

3. SMA/MA 16 20%

4. Diploma/Sarjana 20 25%

5. Tidak Sekolah 7 9%

Total 80 100%

Sumber: Data Primer, diolah 2016.

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa pedagang pasar tradisional Prajurit Kulon didominasi oleh pedagang dengan tingkat pendidikan akhir SMP/MTS. Hal ini dilihat dari keseluruhan responden yang ada, SD/MI sebesar 7%, SMP/MTS sebesar 39%, SMA/MA sebesar 20%, Diploma/Sarjana sebesar 25%, dan yang Tidak Sekolah sebesar 9%.

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Barang Dagangan Berikut dapat disajikan dalam tabel jumlah pedagang atau responden berdasarkan Jenis Barang Dagangan pedagang Pasar Prajurit Kulon Kota Mojokerto sebagai berikut.


(58)

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Barang Dagangan No. Jenis Barang Dagangan Jumlah Prosentase

1. Warung/Toko 20 25%

2. Hasil Bumi/Buah 20 25%

3. Sayur/ Bumbu 20 25%

4. Ikan/Daging 20 25%

Total 80 100%

Sumber: Data Primer, Diolah 2016.

Karena sampel yang diambil berjumlah sama sehingga tabel 4.5 menunjukkan jenis barang dagangan warung/toko sebesar 25%, jenis barang dagangan Hasil bumi/ buah-buahan sebesar 25%, jensi barang dagangan Sayur/ Bumbu sebesar 25%, dan jenis barang dagangan Ikan/Daging sebesar 25%. f. Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Sesuai dengan

Barang Dagangan Responden

1) Barang Dagangan Warung/Toko

Berikut dapat disajikan dalam tabel jenis pendidikan apa saja yang sudah ditempuh oleh pedagang sesuai dengan jenis barang dagangan Warung / Toko.


(59)

Tabel 4.6

Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Sesuai dengan jenis Barang Dagangan Warung/Toko

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase

1. SD/MI 1 5%

2. SMP/MTS 8 40%

3. SMA/MA 3 15%

4. Diploma/Sarjana 5 25%

5. Tidak Sekolah 3 15%

Total 20 100%

Sumber: Data Primer, Diolah 2016

Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pedagang pasar tradisional Prajurit Kulon sesuai dengan jenis barang dagangan warung/toko didominasi oleh pedagang dengan tingkat pendidikan akhir SMP/MTS. Hal ini dilihat dari keseluruhan responden yang ada, SD/MI sebesar 5%, SMP/MTS sebesar 40%, SMA/MA sebesar 15%, Diploma/Sarjana sebesar 25%, dan yang Tidak Sekolah sebesar 15%.

2) Barang Dagangan Hasil Bumi/Buah

Berikut dapat disajikan dalam tabel jenis pendidikan apa saja yang sudah ditempuh oleh pedagang sesuai dengan jenis barang dagangan Hasil/Bumi.


(60)

Tabel 4.7

Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Sesuai dengan Jenis Barang Dagangan Hasil Bumi/Buah

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase

1. SD/MI 3 15%

2. SMP/MTS 6 30%

3. SMA/MA 4 20%

4. Diploma/Sarjana 5 25%

5. Tidak Sekolah 2 10%

Total 20 100%

Sumber: Data Primer, Diolah 2016

Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pedagang pasar tradisional Prajurit Kulon sesuai dengan jenis barang dagangan hasil bumi/ buah didominasi oleh pedagang dengan tingkat pendidikan akhir SMP/MTS. Hal ini dilihat dari keseluruhan responden yang ada, SD/MI sebesar 15%, SMP/MTS sebesar 30%, SMA/MA sebesar 20%, Diploma/Sarjana sebesar 25%, dan yang Tidak Sekolah sebesar 10%.

3) Barang Dagangan Sayur/Bumbu

Berikut dapat disajikan dalam tabel jenis pendidikan apa saja yang sudah ditempuh oleh pedagang sesuai dengan jenis barang dagangan Sayur/Bumbu.


(61)

Tabel 4.8

Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Sesuai dengan Jenis Barang Dagangan Sayur/Bumbu

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase

1. SD/MI 2 10%

2. SMP/MTS 10 50%

3. SMA/MA 3 15%

4. Diploma/Sarjana 5 25%

5. Tidak Sekolah 0 0%

Total 20 100%

Sumber: Data Primer, Diolah 2016

Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pedagang pasar tradisional Prajurit Kulon sesuai dengan jenis barang dagangan Sayur/Bumbu didominasi oleh pedagang dengan tingkat pendidikan akhir SMP/MTS. Hal ini dilihat dari keseluruhan responden yang ada, SD/MI sebesar 10%, SMP/MTS sebesar 50%, SMA/MA sebesar 15%, Diploma/Sarjana sebesar 25%, dan yang Tidak Sekolah sebesar 0%.

4) Barang Dagangan Ikan/Daging

Berikut dapat disajikan dalam tabel jenis pendidikan apa saja yang sudah ditempuh oleh pedagang sesuai dengan jenis barang dagangan Ikan/Daging.


(62)

Tabel 4.9

Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Sesuai dengan Jenis Barang Dagangan Ikan/Daging

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase

1. SD/MI 0 0%

2. SMP/MTS 7 35%

3. SMA/MA 6 30%

4. Diploma/Sarjana 5 25%

5. Tidak Sekolah 2 10%

Total 20 100%

Sumber: Data Primer, Diolah 2016

Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pedagang pasar tradisional Prajurit Kulon sesuai dengan jenis barang dagangan Ikan/Daging didominasi oleh pedagang dengan tingkat pendidikan akhir SMP/MTS. Hal ini dilihat dari keseluruhan responden yang ada, SD/MI sebesar 0%, SMP/MTS sebesar 35%, SMA/MA sebesar 30%, Diploma/Sarjana sebesar 25%, dan yang Tidak Sekolah sebesar 10%

g. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Berikut dapat disajikan dalam tabel jumlah pedagang atau responden berdasarkan Pendapatan bersih pedagang Pasar Prajurit Kulon Kota Mojokerto sebagai berikut.


(63)

Tabel 4.10

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan No. Pendapatan Jumlah Prosentase

1. 1.000.000 2 2,5%

2. 1.000.000-2.000.000 10 12,5% 3. 2.000.000-3.000.000 22 27,5%

4. 3.000.000 46 57,5%

Total 80 100%

Sumber: Data primer, diolah 2016.

Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa pedagang pasar tradisional Prajurit Kulon pendapatan bersih tiap bulannya didominasi pendapatan yang dikisaran lebih dari 3.000.000. Hal ini dilihat dari keseluruhan responden, 1.000.000 sebesar 2,5%, 1.000.000-2.000.000 sebesar 12,5%, 2.000.000-3.000.000 sebesar 27,5%, dan pendapatan 2.000.000-3.000.000 sebesar 57,5%.

B. Analisis Data

1. Uji Asumsi Anova a. Uji Homogeneitas

Hasil uji homogeneitas dapat diketahui dengan menggunakan


(64)

sama/identik jika nilai Sig. 0,05, sedangkan jika nilai Sig. 0,05 maka data varians berbeda.

Berikut dapat disajikan hasil uji homogeneitas: Tabel 4.11

Uji Homogeneitas

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Pendapatan

F df1 df2 Sig.

1,479 17 62 ,133

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + Pendidikan + Dagangan + Pendidikan * Dagangan

Sumber: Data Primer. Dikelola 2016

Berdasarkan hasil output SPSS dengan menggunakan tabel

Levene’s Test of Equality of Eror Variances menunjukan data bervarians sama/ identik dengan nilai 0,133 karena siginifikansi lebih dari 0,05 maka data bervarians sama/identik.

b. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas dapat diketahui dengan menggunakan kolmogrov smiornov test dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal jika nilai Sig. 0,05, sedangkan jika nilai Sig.

0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Berikut dapat disajikan hasil uji normalitas:


(65)

Tabel 4.12 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 80

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 829171,371791

60

Most Extreme Differences Absolute ,079

Positive ,079

Negative -,065

Kolmogorov-Smirnov Z ,710

Asymp. Sig. (2-tailed) ,695

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data Primer, dikelola 2016

Berdasarkan hasil output SPSS dengan menggunakan tabel

One Sample Kolmogrov-Smirnov Z test sudah menunjukkan

ditribusi normal pada model yang digunakan dengan nilai signifikan (Asymp. Sig 2-tailed) sebesar 0,695. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka residual berdistribusi normal.

2. Uji Two Way Anova

Two way anova digunakan untuk mengetahui pengaruh perbedaan variabel bebas yang terdiri dari tingkat pendidikan (X1), jenis barang

dagangan (X2) terhadap variabel Y yaitu pendapatan. Adapun hasil uji

two way anova dapat dilihat dari tabel Test of Between- Subjects


(66)

a. Pengaruh Bersama (interaksi)

Dalam tahap ini menguji apakah ada pengaruh yang signifikan secara bersama atau interaksi antara tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

Pada pengujian ini terdapat hipotesis dan kriteria keputusan sebagai berikut:

1) Hipotesis

H0 = Tidak ada pengaruh perbedaan interaksi (pengaruh

bersama) antara tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang

Ha = Ada pengaruh perbedaan interaksi (pengaruh bersama)

antara tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan terhadap pendapatan.

2) Kriteria keputusan

Jika Sig. 0,05 maka H0 diterima

Jika sig. 0,05 maka H0 ditolak

Berikut dapat disajikan data hasil Test of Between-Subject Effect


(67)

Tabel 4.13

Test of Between-Subject Effect

Interaksi Tingkat Pendidikan dan Jenis Barang Dagangan Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Pendapatan

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3,694E13 17 2,173E12 4,278 ,000

Intercept 5,092E14 1 5,092E14 1002,631 ,000

Pendidikan 5,773E12 4 1,443E12 2,842 ,031

Dagangan 1,711E13 3 5,703E12 11,229 ,000

Pendidikan * Dagangan 4,819E12 10 4,819E11 ,949 ,496

Error 3,149E13 62 5,079E11

Total 7,824E14 80

Corrected Total 6,843E13 79

a. R Squared = ,540 (Adjusted R Squared = ,414)

Sumber: Data Primer. Dikelola 2016

Berdasarkan hasil output SPSS dari tabel Test of Between-Subjects Effects tersebut diatas diperoleh nilai signifikansi 0,496. Karena signifikansi 0,05 maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan interaksi antara tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang.

b. Pengaruh perbedaan tingkat pendidikan

Dalam tahap ini menguji apakah variabel perbedaan tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (pendapatan).

Pada pengujian ini terdapat hipotesis dan kriteria keputusan sebagai berikut:


(68)

1) Hipotesis

H0 = Tidak ada pengaruh perbedaan tingkat pendidikan

terhadap pendapatan pedagang.

Ha = Ada pengaruh perbedaan tingkat pendidikan terhadap

pendapatan pedagang. 2) Kriteria keputusan

Jika Sig. 0,05 maka H0 diterima

Jika sig. 0,05 maka H0 ditolak

Berikut dapat disajikan data hasil Test of Between-Subject Effect:

Tabel 4.14

Test of Between-Subject Effects

Variabel Tingkat Pendidikan terhadap Pendapatan Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Pendapatan

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3,694E13 17 2,173E12 4,278 ,000

Intercept 5,092E14 1 5,092E14 1002,631 ,000

Pendidikan 5,773E12 4 1,443E12 2,842 ,031

Dagangan 1,711E13 3 5,703E12 11,229 ,000

Pendidikan * Dagangan 4,819E12 10 4,819E11 ,949 ,496

Error 3,149E13 62 5,079E11

Total 7,824E14 80

Corrected Total 6,843E13 79

a. R Squared = ,540 (Adjusted R Squared = ,414)


(69)

Berdasarkan hasil output SPSS dari tabel Test of

Between-Subjects Effects tersebut diatas diperoleh nilai signifikansi 0,031.

Karena signifikansi 0,05 maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan perbedaan tingkat pendidikan terhadap pendapatan pedagang.

c. Pengaruh Jenis Barang Dagangan

Dalam tahap ini menguji apakah variabel perbedaan jenis barang dagangan berpengaruh signifikan terhadap variabel pendapatan pedagang.

Pada pengujian ini terdapat hipotesis dan kriteria keputusan sebagai berikut:

1) Hipotesis

H0 = Tidak ada pengaruh perbedaan jenis barang dagangan

terhadap pendapatan pedagang.

Ha = Ada pengaruh perbedaan jenis barang dagangan terhadap

pendapatan pedagang. 2) Kriteria keputusan

Jika Sig. 0,05 maka H0 diterima

Jika sig. 0,05 maka H0 ditolak

Berikut dapat disajikan data hasil Test of Between-Subject


(70)

Tabel 4.15

Uji Test of Between-Subject Effects

Variabel Jenis Barang Dagangan terhadap Pendapatan

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Pendapatan

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3,694E13 17 2,173E12 4,278 ,000

Intercept 5,092E14 1 5,092E14 1002,631 ,000

Pendidikan 5,773E12 4 1,443E12 2,842 ,031

Dagangan 1,711E13 3 5,703E12 11,229 ,000

Pendidikan * Dagangan 4,819E12 10 4,819E11 ,949 ,496

Error 3,149E13 62 5,079E11

Total 7,824E14 80

Corrected Total 6,843E13 79

a. R Squared = ,540 (Adjusted R Squared = ,414)

Sumber: Data Primer. Dikelola 2016

Berdasarkan hasil output SPSS dari tabel Test of

Between-Subjects Effects tersebut diatas diperoleh nilai signifikansi 0,000.

Karena signifikansi ˂ 0,05 maka H0 ditolak. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh perbedaan yang signifikan jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang.


(71)

d. Diagram Plot

Tabel 4.16 Digram Plot

Diagram plot berguna untuk menilai apakah ada efek interaksi antar variabel. Diagram plot diatas menunjukkan bahwa garis tidak sejajar, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan terdapat efek interaksi antar variabel.


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72 BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan pada

bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai

berikut:

1. Tidak ada pengaruh perbedaan tingkat pendidikan dan jenis barang

dagangan secara bersama (interaksi) terhadap pendapatan

pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto. Atau

dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rata-rata pendapatan

pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon berdasarkan interaksi

antar tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan adalah sama.

2. Terdapat pengaruh perbedaan tingkat pendidikan dan jenis barang

dagangan secara individu terhadap pendapatan pedagang di pasar

tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan simpulan dalam penelitian ini, maka

beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagi para pedagang dalam meningkatkan pendapatannya,

pedagang tetap memperhatikan kualitas barang dagangannya. Dan

pedagang dapat menambah kelengkapan barang dagangannya.

Serta Strategi promosi juga perlu dilakukan dalam mengatasi


(2)

pendapatanya, pedagang juga dapat melatih skill dalam pendidikan

non formal. Sehingga akan terciptanya daya kreativitas yang dapat

menambah pendapatannya.

2. Bagi peneliti berikutnya disarankan untuk memperluas variabel


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

A.Tafsir, et al. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Mimbar Pustaka. 2004.

al-Jumbulati. Ali. Perbandingan Pendidikan Islam, terj. H.M. Arifin. Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Amirullah. Metodelogi Penelitian Manajemen, Malang: Bayumedia Publisisng, 2013.

Anggraeni. Saryono Mekar Dwi. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Keehatan, Yogyakarta: Nuha Merdika, 2013.

Atun, Nur Isni., “Pengaruh Modal, Lokasi, Dan Jenis Dagangan Terhadap

Pendapatan Pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman” Skripsi--

Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2016.

Aziz, Muhammad Hakim. Menguasai Pasar Mengeruk Untung. Jakarta : Renaisan PT. Krisna Persada, 2005.

Bungin, M Burhan. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Group. 2005.

Bungin, M Burhan. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2013.

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan Mushaf Aminah. Jakarta: Al-Fatih, 2013.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.

DPD RI, http://www.dpd.go.id/artikel-957-peran-pasar-tradisional-sebagai-pondasi-dasar-ekonomi-kerakyatan, diakses pada 25 September 2016.


(4)

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005.

Guritno, Mangkoesoebroto dan Algifari. Teori Ekonomi Makro. Yogyakarta: STIE YPKN, 1998.

Jaya, I Putu Rian Kusuma, et al, “Analisis Pendapatan Pedagang (Studi Pasar Anyar di Kelurahan Banjar Tengah)”, Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4 No.1 2014.

Jusmaliani. Bisnis Berbasis Syariah. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Juwita, Ratna dan Retno Budi Lestari. “Kontribusi Tingkat Pendidikan terhadap Pendapatan Sektoral di Kota Palembang”, Jurnal Ilmiah STIE MDP, Vol. 2, No.2, Maret 2013.

Kotler ,Philip dan Nancy Lee. Pemasaran di Sektor Publik. Jakarta: PT. Macanan jaya Cemerlang, 2007.

Kusumawardani, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Pedagang Tekstil di Kabupaten Kepulauan Selayar” (Skripsi--, Universitas Hasanuddin Makassar, 2014.

Listiani, Meisa. “Pembenahan Pasar Tradisional dalam Persaingan Global”, http://meisalistiani.blogspot.co.id/2015/12/isd-pembenahan-pasar-tradisional-dalam.html, diakses pada 11 Oktober 2016.

Litbang, “Eksistensi Pasar Tradisional Ditengah Pesona Pasar Modern”,

http://litbang.patikab.go.id/index.php/2016-02-07-13-44- 28/artikel/item/108-eksistensi-pasar-tradisional-ditengah-pesona-pasar-modern, diakses pada 11 Oktober 2016.

Noor, Juliansyah. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, bab 1 pasal 1 ayat 2 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Priyatno, Dwi. Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS,. Yogyakarta: Mediakom, 2013.

Putri, Arya Dwiandana dan Nyoman Djinar Setiawina. “Pengaruh Umur,

Pendidikan, PekerjaanTerhadap Pendapatan Rumah Tangga Miskin di

Desa Bebandem”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 2 No. 4, April

2013.

Rahardja, Tirta dan La Sulo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: DEPDIKBUD, 1994.

Riduwan, Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. 2013.

Rivai, Veithzal, et al. Islamic Business and Economic Ethics. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: ALFABETA, 2014.

Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013.

Sudrajat, Anton. “Analisis Faktor-Fktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Pedagang Muslim”, Jurnal Ekonomi, Vol. 8 No. 1, Februari 2014. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2011.

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA,2011.

Suharyadi dan Purwanto. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Sukirno. Sadono. Teori Pengantar Mikro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.


(6)

Swasta, Baso dan Irawan. Management Pemasaran Modern. Yogyakarta : Delta Khairunnisa, 2002.

Tarigan, Robinson. “Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Pendapatan Perbandingan Antara Empat Hasil penelitian”. Jurnal Wawasan, Vol. 11 No. 3,Februari 2006.

Tri Utari dan Putu Martini Dewi, “Pengaruh Modal, Tingkat pendidikan dan Teknologi terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 3 No. 12, Desember 2014.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Utari, Tri dan Putu Martini Dewi. “Pengaruh Modal, Tingkat pendidikan dan Teknologi terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) di Kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat”, Jurnal Ekonomi

Pembangunan, Vol. 3, No. 12, Desember 2014.

Winardi. Pengantar Ekonomi. Jakarta: Gahlia Indonesia, 2001.

Ya’qub, Hamzah. Kode Etik Dagang Islam (Pola Pembinaan Hidup dalam

Ekonomi). Bandung: CV. Diponegoro, 1984. Yusrri, Statistika Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.


Dokumen yang terkait

Analisis Peranan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan Terhadap Efektivitas Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan (Studi Kasus Pedagang Eceran Beras Di Pasar Tradisional Stabat)

10 94 102

Pengaruh Perluasan Jalan Terhadap Pendapatan Pedagang Tradisional Pasar Melati Medan

0 24 11

ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL SEBELUM DAN SETELAH KEBERADAAN PASAR MODERN DI KELURAHAN BLIMBING KOTA MALANG

2 20 22

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Tradisional Wates)

5 32 115

PENGARUH MODAL USAHA DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE Pengaruh Modal Usaha Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang Di Pasar Gede Hardjonagoro Surakarta Tahun 2012/2013.

0 3 16

PENGARUH MODAL USAHA DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE Pengaruh Modal Usaha Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang Di Pasar Gede Hardjonagoro Surakarta Tahun 2012/2013.

0 3 11

Pengaruh Revitalisasi Pasar Tradisional dan Sumber Daya Pedagang Terhadap Kinerja Pedagang Pasar di Kota Denpasar.

1 3 37

PENGARUH MODAL, LOKASI, DAN JENIS DAGANGAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG PASAR PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN.

0 3 155

PENGARUH MODAL, LOKASI DAN JENIS DAGANGAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG PASAR

1 8 13

Analisis Pengaruh Revitalisasi Pasar Tradisional Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Mojosongo Surakarta - UNS Institutional Repository

1 0 15