ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL AL-QURAN DI KAMPUS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA : STUDI KASUS BENTUK-BENTUK ADAPTASI ANGGOTA UKM-PENGEMBANGAN TAHFIDHUL QURAN UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL AL-QURAN DI
KAMPUS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
(Studi Kasus Bentuk-Bentuk Adaptasi Anggota UKM-Pengembangan
Tahfidhul Quran UIN Sunan Ampel Surabaya)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:
M. HISYAM DIMYATI
NIM. B95212076

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
JUNI 2016

ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL AL-QURAN DI

KAMPUS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
(Studi Kasus Bentuk-Bentuk Adaptasi Anggota UKM-Pengembangan
Tahfidhul Quran UIN Sunan Ampel Surabaya)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:
M. HISYAM DIMYATI
NIM. B95212076

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
JUNI 2016

ABSTRAK


M. Hisyam Dimyati, 2016, ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL ALQURAN DI
LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA (Studi Kasus
Bentuk-Bentuk Adaptasi Anggota UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran UIN Sunan Ampel
Surabaya)

Kata Kunci: Adaptasi Sosial, Penghafal Alquran
Menyingkapi dari judul diatas peneliti mengemukakan ada dua rumusan masalah yang akan
dibahas pada skripsi yang berjudul adaptasi sosial mahasiswa penghafal alquran di lingkungan
kampus universitas uin sunan ampel surabaya (studi kasus bentuk-bentuk adaptasi anggota ukmpengembangan tahfidhul quran uin sunan ampel surabaya) 1). Bagaimana bentuk adaptasi
mahasiswa penghafal Alquran di lingkungan UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran kampus
UIN Sunan Ampel Surabaya. 2). Bagaimana mempertahankan hafalan di lingkungan kampus
UIN Sunan Ampel Surabaya.
Untuk menjawab rumusan masalah diatas, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif, observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode ini dipilih agar memperoleh data
penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai adaptasi social mahasiswa
penghafal Alquran studi kasus di UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran. Teori yang digunakan
untuk menganalisis data yang diperoleh adalah teori AGIL Talcot Parson.
Dari hasil penelitian yang ditemukan peneliti bahwa: (1) dengan melakukan kegiatan yang
dilakukan bersama-sama menjadikan mahasiswa mudah beradaptasi karena dari setiap

mahasiswa tersebut memiliki peran seperti melakukan mudarosah, khataman dan diskusi kajian.
(2) banyak pilihan yang dilakukan mahasiswa penghafal Alquran dalam menjaga hafalannya
seperti mendengarkan Mp3, mengikuti khataman, membaca Alquran saat jeda perkuliahan dan
melakukan mudarosah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................

i

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................

iii


PENGESAHAN TIM PENGUJI ...................................................................

iv

MOTTO........................................................................................................

v

PERSEMBAHAN .........................................................................................

vi

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ..........................................

vii

ABSTRAK ...................................................................................................

viii


KATA PENGANTAR ..................................................................................

ix

DAFTAR ISI ................................................................................................

xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

xv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................


1

B. Rumusan Masalah ....................................................................

7

C. Tujuan Penelitian......................................................................

7

D. Manfaat Penelitian....................................................................

8

E. Definisi Konseptual ..................................................................

8

xi


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

F. Telaah Pustaka .........................................................................

9

G. Metode Penelitian .....................................................................

11

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ..........................................

11

2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...............................................

12

3. Pemilihan Subyek Penelitian ................................................


13

4. Tahap-tahap Penelitian .........................................................

15

5. Teknik Pengumpulan Data ...................................................

15

6. Teknik Analisis Data............................................................

17

7. Teknik Penulisan Laporan....................................................

17

8. Teknik Analisis Data Kualitatif ............................................


18

9. Teknik Keabsahan Data .......................................................

19

H. Sistematika Pembahasan...........................................................

20

BAB II
TEORI AG IL TALCOT PARSON
A. Teori Fungsional Struktural ..................................................

23

B. Asumsi Dasar .......................................................................

27


C. Sejarah Kehidupan Talcot Parson..........................................

28

D. Fungsionalisme Struktural Talcot Parson ..............................

29

E. Teori AGIL ...........................................................................

31

F. Sistem Tindakan ...................................................................

37

G. Skema Tindakan ...................................................................

40


BAB III
ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL ALQURAN DALAM
MENJAGA HAFALAN ALQURAN
A. Profil UPTQ ........................................................................

42

B. Adaptasi Sosial Mahasiswa Penghafal Al-Qur’an.................

50

C. Adaptasi Sosial Mahasiswa Penghafal Alquran Perspektif Teori
Fungsional Struktural AGIL .................................................

62

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV
PENUTUP
A. Kritik ...................................................................................

68

B. Saran ...................................................................................

69

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

70

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................

72

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghafal Alquran merupakan rutinitas santri yang biasa
dilakukan dalam pendidikan agama di pesantren belakangan ini sedang
digalakkan dalam berbagai jenjang pendidikan. Dari tingkat SD, SMP,
SMA sampai universitas

mencoba

menstimulus

siswanya

untuk

menghafalkan Alquran sebagai acuan atau materi pendidikannya. Salah
satunya dengan memberikan berbagai penghargaan sehingga siswanya
semakin terpacu dalam menghafalkan Alquran.
Mahasiswa penghafal Alquran tentu mengerti konsekuensinya
sebagai penghafal Alquran dengan menjaga prilaku dalam kesehariannya.
Cerminan Alquran akan terlihat dari kesehariannya. Secara tidak langsung
akan membentuk kontrol sosial dalam dirinya seperti adat istiadat. Tidak
terlihat maupun tertulis tetapi akan selalu dipatuhinya.
Banyak ayat yang menerangkan keutamaan menjadi penghafal
Alquran menjadikan mahasiswa ingin menghafalkan Alquran. Salah
satunya terdapat dalam Alquran surat faathir ayat 32 yang artinya
“kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih
diantara hamb-hamba kami”
Ada juga hadis yang menerangkan bahwa penghafal Alquran dapat
menolong 7 saudaranya dari api neraka. Dijelaskan oleh Rauf (2004),
bahwa menghafalkan Alquran selain bernilai ibadah, bagi penghafalnya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

juga akan mendapatkan manfaatnya secaranya nyata langsung didunia,
yaitu berupa:
1. Hafalan Al Qur’an bisa dijadikan mahar pernikahan
2. Akan mendapatkan berkah dan kenikmatan dalam hidup
3. Orang-orang yang diistimewakan oleh Nabi Muhammad SAW
4. Merupakan ciri orang yang diberi ilmu
5. Mendapat keistimewaan sebagai keluarga Allah di bumi
6. Apabila menghormati penghafal Al Qur’an berarti mengagungkan
Allah1
Menghafal al-Qur'an merupakan suatu keutamaan yang besar. AlQur’an dapat mengangkat derajat seseorang dan dapat memperbaiki
keadaannya jika ia mengamalkannya tetapi sebaliknya, jika al-Qur’an
dijadikan bahan tertawaan dan disepelekan maka akan menyebabkan ia
disiksa dengan siksa yang sangat pedih di akhirat kelak 2. Tidak diragukan
lagi bahwa seorang penghafal al-Qur'an, mengamalkannya, bersopan
santun dengannya diwaktu malam dan siang, maka ia akan memiliki
kontrol diri yang baik dalam segala aktifitasnya.
Kontrol diri merupakan suatu proses yang didasarkan pada aspek
kognitif yang menjadikan individu sebagai agen utama dalam menyusun,
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku ke arah yang

1
2

Ash-Shalih, Subhi. 1993. Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus. Hal 22
Sa’dullah, 2008 .9 Cara Praktis Hafal Al-Quran, Jakarta: Gema Insani, Hal 23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

positif3. Rosianti sebagaimana dikutip Zulkarnain4 mengatakan bahwa
dengan

kontrol

diriyang

tinggi

maka

seseorang

akan

sangat

memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang
bervariasi. Ia cenderung mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan
sosial yang kemudian dapat mengatur kesan yang dibuat. Perilakunya yang
lebih resposif terhadap petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha
untuk memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat dan terbuka.
Manusia pada dasarnya tidak bisa sendiri dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, dia akan membentuk suatu kelompok yang kemudian
disebut organisasi, apapun bentuk kelompok itu. Manusia adalah
pendukung utama setiap organisasi.Prilaku manusia yang berada dalam
suatu kelompok atau organisasi adalah awal dari prilaku organisasi.
Ciri peradaban manusia dalam masyarakat ditandai dengan
keterlibatannya

dalam

suatu

organisasi

tertentu.

Dalam

setiap

membicarakan organisasi perlu pemahaman adanya teori organisasi yang
selalu membahas tiga dimensi pokok, yaitu dimensi teknis, dimensi
konsep, dan dimensi manusia. Dimensi teknis menekankan pada
kecakapan yang dibutuhkan untuk menggerakkan organisasi, berisi
keahlian-keahlian manajer. Dimensi konsep merupakan motor penggerak
dimensi teknis dan sangat erat hubungannya dengan dimensi manusia.

3

4

Andajani, A. Sari, Efektivitas Teknik Kontrol Diri pada Pengendalian Kemarahan, Jurnal
Psikologi, Yogyakarta, (1991): 42
Zulkarnain, Hubungan Kontrol Diri Dengan Kreativitas Pekerja, Jurnal Kedokteran, Medan,
(2002): 5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Dimensi manusia, mempertaruhkan dalam organisasi adalah suatu unsur
yang kompleks, dan karenanya perlu adanya suatu kebutuhan pemahaman
teori yang didukung oleh riset yang empiris sangat diperlukan sebelum
diterapkan dalam mengelola manusia itu secara efektif.
Prilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok atau
organisasi adalah awal dari prilaku organisasi. Oleh karena itu, setiap
manusia mempunyai perbedaan persepsi, kepribadian dan pengalaman
hidupnya. pada dasarnya individu secara sendiri akan sulit untuk
mewujudkan tujuannya dibandingkan bila berkelompok, dari kebutuhan
untuk lebih memudahkan pencapaian tujuan ini muncul suatu bentuk
kerjasama sehingga dari individu individu tersebut mengelompok
membentuk organisasi. Dengan organisasi tersebut individu-individu itu
membuat struktur dan tujuan tertentu. Dalam hal tertentu di organisasi
prilaku dan prestasi individu dipengaruhi oleh prilaku atau prestasi
individu lainnya.
Berkaitan

dengan

pengertian

organisasi

dalam

Alquran

dicontohkan beberapa surat yang berkaitan dengan organisasi diantaranya:
1. Perlunya persatuan dalam surat 2:43, 4:71, 37:1
2. Perlunya berbangsa-bangsa dalam surat 5:48, 22:34,67, 49:13
3. Perlunya bersatu dan mengikuti jalan yang lurus dalam surat 30:31,32,
2:103,105, 6:59, 8:46
4. Perlunya saling tolong-menolong dalam surat 5:2, 8:74, 9:71

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Di kampus UIN Sunan Ampel banyak mahasiswa maupun
mahasiswinya

menghafalkan

Alquran.Baik

yang

baru

memulai

menghafalkan maupun yang sudah hafal dari sebelum memasuki
universitas.
Di universitas yang beragam latar belakang mahasiswa, mahasiswa
penghafal Alquran dituntut untuk menjaga hafalannya dengan selalu
membacanya berulang-ulang juga salah satunya menjaga prilaku.
Satu-satunya unit kegiatan mahasiswa selanjutnya disingkat
menjadi UKM yang mewadahi kegiatan mahasiswa penghafal Alquran di
UINSA adalah UKM Pengembangan Tahfidhul Quran atau yang biasa
dikenal UPTQ. Organisasi yang beranggotakan mahasiswa aktif S1 di
tahun yang ke enam ini sudah mencetak hafidh hafidhoh dengan beberapa
kategori diantaranya hafidh 10 juz, 20 juz dan 30 juz.
Motivasi untuk menghafalkan Alquran tentu beragam dan
terkadang berubah sebab lingkungan organisasi maupun lingkungan
kampus. UPTQ sebagai organisasi intra kampus yang mewadahi
mahasiswa penghafal Alquran tentu memiliki beberapa cara agar dapat
beradaptasi dan bersaing dengan UKM (unit kegiatan mahasiswa) lainnya.
Dengan mengembangkan minat

bakat

anggotanya sehingga bisa

memberikan kontribusi terhadap universitas.
Fenomena yang jamak terjadi, mahasiswa yang hafidh Al-Qur’an
cenderung menjauhkan diri dari kegiatan keorganisasian maupun interaksi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

secara inklusif, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab pribadi
untuk menjaga hafalan Alquran adalah sangat berat bahkan ada yang
merasa membebaninya. Hal tersebut tidak bisa dimasukkan kedalam
kategori kesenian atau seni baca Al-Qur’an, karena menghafal dan
menjaga hafalan bukanlah sebuah seni melainkan sebuah skill dan
perjuangan diri yang membutuhkan fokus untuk melakukannya.
UPTQ dalam setiap periodenya selalu memilih ketua umum yang
sudah hafidh 30 juz karenadalam pengembangan nya diharapkan dapat
dijadikan motivasi anggotanya juga untuk menjaga kualitas organisasi
UPTQ. Juga karena Kualitas kader yang diharapkan ,bukan kuantitas.
Dengan berorganisasi mahasiswa belajar menjadi pribadi yang
mampu bekerjasama, tanggap dan lebih peduli terhadap sekitarnya. Dan
diharapkan akan membentuk karakter yang tangguh dalam mensyiarkan
Alquran baik di lingkugan kampus maupun massyarakat sekitarnya
sehingga bisa mempengaruhi lingkungan menjadi lebih islami dan qurani.
Berdasar latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian

dengan

PENGHAFAL

judul

“ADAPTASI

ALQURAN

DI

SOSIAL

MAHASISWA

LINGKUNGAN

KAMPUS

UNIVERSITAS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA (studi kasus
bentuk-bentuk adaptasi anggota UKM-pengembangan tahfidhul
quran UIN Sunan Ampel Surabaya)”

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana

bentuk adaptasi

mahasiswa

penghafal

Alquran di

lingkungan UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran kampus UIN Sunan
Ampel Surabaya
2. Bagaimana mempertahankan hafalan di lingkungan kampus UIN Sunan
Ampel Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Dari

rumusan

masalah

diatas

penelitian

berusaha

untuk

mengungkapkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bentuk adaptasi mahasiswa penghafal Alquran
UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran di lingkungan kampus UIN
Sunan Ampel Surabaya
2. Untuk mengetahui bagaimana mahasiswa penghafal Alquran UKMPengembangan Tahfidhul Quran dalam menjaga hafalannya di
lingkungan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian dapat menambah wawasan tentang bagaimana
adaptasi mahasiswa penghafal Alquran di kampus UIN Sunan Ampel
Surabaya.
2. Bagi pembaca yang juga penghafal Alquran, penelitian ini dapat
digunakan sebagai petunjuk beradaptasi dikampus.
3. Bagi masyarakat, dapat menjadi penggugah semangat menghafalkan
Alquran terutama di kalangan mahasiswa.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

E. Definisi Konseptual
Menurut Masri singarimbun konsep adalah generalisasi dari
sekelompok

fenomena

tertentu,

sehingga

dapat

dipakai

untuk

menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Dalam kenyataan konsep
dapat mempunyai tingkat generalisasi yang berbeda. Semakin dekat suatu
konsep kepada realita semakin mudah konsep tersebut diukur dan
diartikan. Sebagai upaya untuk mempermudah pembahasan dan terarahnya
penulisan., serta menghindari adanya perbedaan pendapat atau persepsi.
Maka di pandang perlu untuk menjelaskan beberapaistilah dalam judul
skripsi.
1. Adaptasi sosial
Adaptasi sosial adalah kemampuan diri untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan membaur pada masyarakat atau suatu
perkumpulan sehingga tidak merasa terasingkan terhadap sekitarnya.
2. Penghafal alquran
Penghafal Alquran adalah seseorang yang menjaga dan mengamalkan
isi Alquran
Fenomena yang jamak terjadi, mahasiswa yang hafidh Alquran
cenderung menjauhkan diri dari kegiatan keorganisasian maupun interaksi
secara inklusif, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab pribadi
untuk menjaga hafalan Alquran adalah sangat berat bahkan ada yang
merasa membebaninya. Hal tersebut tidak bisa dimasukkan kedalam
kategori kesenian atau seni baca Alquran, karena menghafal dan menjaga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

hafalan bukanlah sebuah seni melainkan sebuah skill dan perjuangan diri
yang membutuhkan fokus untuk melakukannya.
F. Telaah Pustaka
Adaptasi sosial mahasiswa penghafal Alquran di UIN Sunan
Ampel Surabaya terlebih di UKM pengembangan tahfidhul quran adalah
tentang bagaimana mahasiswa penghafal alquran yang menyesuaikan diri
di lingkungan barunya.Lingkungan yang sangat berbeda dari pendidikan
sebelumnya.
Motivasi untuk menghafalkan Alquran tentu beragam dan
terkadang berubah sebab lingkungan organisasi maupun lingkungan
kampus. UPTQ sebagai organisasi intra kampus yang mewadahi
mahasiswa penghafal Alquran tentu memiliki beberapa cara agar dapat
beradaptasi dan bersaing dengan UKM (unit kegiatan mahasiswa) lainnya.
Dengan mengembangkan minat

bakat

anggotanya sehingga bisa

memberikan kontribusi terhadap universitas.
Fenomena yang jamak terjadi, mahasiswa yang hafidh Alquran
cenderung menjauhkan diri dari kegiatan keorganisasian maupun interaksi
secara inklusif, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab pribadi
untuk menjaga hafalan Alquran adalah sangat berat bahkan ada yang
merasa membebaninya.Hal tersebut tidak bisa dimasukkan kedalam
kategori kesenian atau seni baca Alquran, karena menghafal dan menjaga
hafalan bukanlah sebuah seni melainkan sebuah skill dan perjuangan diri
yang membutuhkan fokus untuk melakukannya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Penelitian yang dilakukan oleh Hassa Nurrohim dan Lina Anatan
”efektifitas komunikasi dalam organisasi” fakultas ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional dan Universitas Kristen Maranatha tahun 2009
(jurnal).
Dalam jurnal mereka yang menggunakan metode kualitatif
dijelaskan pentingnya

komunikasi

intrapersonal

dan

interpersonal

dalam organisasi, peran komunikasi dalam mencapai kepemimpinan
yang berkualitas. Persamaannya membahas tentang bagaimana adaptasi
dalam organisasi sehingga mencapai tujuan yang diinginkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Arini Dwi Alfiana “regulasi diri
mahasiswa ditinjau dari keikut sertaan dalam organisasi mahasiswa”
fakultas psikologi Universitas Negeri Malang tahun 2013 (jurnal).
Dalam skripsinya dijelaskan bagaimana mahasiswa bisa meregulasi
diri dengan cara merefleksikan proses berfikir, perasaan dan tindakan lalu
merencanakan dan mengadaptasikannnya secara terus-menerus untuk
mencapai tujuan. Sedangkan persamaannya adalah tentang bagaimana cara
beradaptasi dengan lingkungan organisasi
G. Metode Penelitian
Metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Metode
merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud yang
diinginkan.5

5

Sedangkan

arti

dari

penelitian

adalah

satu

proses

UlberSilalahi, Metode Peneletian Sosial, (Bandung: RefikaAditama, 2010), Hal 12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

penyelidikan, sistematis dan metodis, penelitian sebagai solusi atas suatu
masalah dan meningkatkan pengetahuan. 6
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif karena, peneliti
ingin menggambarkan realita dibalik fenomena secara mendalam dan
terperinci. Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data berupa induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 7
Menurut Jane Richie penelitian kualitatif adalah upaya untuk untuk
menyajikan dunia sosial, dan prespektifnya didalam dunia, dari segi
konsep, prilaku, presepsi,dan persoalan tentang manusia yang diteliti.
Kembali pada definisi disini dikemukakan tentang peranan penting apa
yang seharusnya diteliti yaitu konsep, prilaku, presepsi dan persoalan
tentang manusia yang diteliti. 8
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di kampus UIN Sunan Ampel dengan
narasumber mahasiswa UKM Pengembangan Tahfidhul Quran
mengingat organisasi intra tersebut yang mewadahi mahasiswa
6

Ibid. Hal. 2
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), 15
8
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kuaitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2005), 6

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

penghafal alquran sehingga untuk efesiensi waktu dapat maksimal
dalam memperoleh data yang dibutuhkan.
3. Pemilihan Subyek Penelitian
Proses memperoleh data atau informasi pada setiap tahapan
(deskripsi, reduksi dan seleksi) tersebut dilakukan secara sirkuler,
berulang-ulang debgan berbagai cara dan berbagai sumber. 9
Dengan demikian maka pemilihan subjek penelitian di sini peneliti
berusaha mengambil informan dari mahasiswa dan mahasiswi UIN
Sunan Ampel seperti ketua organisasi Alquran dan berikut mahasiswa
yang mengikuti organisasi Alquran.
INFORMAN

JABATAN

SEMESTER

Sabiq izzudin S.Hi

MPO (majelis pertimbangan organisasi)

-

Husni mubarraq

Ketua umum

7

Fatimatuzzahroh

Bendahara umum

8

Silfi

Divisi kajian

5

Aminah

Divisi humas

5

Ahmad Rifai

Anggota

3

Alfiyah

Divisi alumni dan jaringan

8

Ahmad Sahri

Divisi tahsin

7

Ahmad Shoberi

Divisi kaderisasi

5

Sumber : informan UPTQ

9

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), 20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Dalam penelitian ini sumber data dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari informasi yang diberikan oleh
informan yang bersangkutan. Seperti dari hasil wawancara kepada
masyarakat, dan masyarakat yang dianggap mampu memberikan
jawaban yang tepat kepada peniliti. Adapun peneliti nantinya akan
menggali informasi secara mendalam dari setiap mahasiswa
mengenai bagaimana adaptasi di kampus UIN Sunan Ampel .
Adapun beberapa informan dalam penelitian ini antara lain:
1) Pendiri organisasi Alquran
2) Pengurus inti organisasi
3) Anggota organisasi yang minimal sudah hafal 2 juz/aktif masa
anggota 1 tahun
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang yang berasal dari
hasil dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti, misalnya saat
berlangsungnya kegiatan organisasi yang berupa gambar
4. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap pra-lapangan peneliti sudah membaca fenomena
sosial yang menarik untuk diteliti.

lalu Penenliti mulai

memberikan pemahaman bahwasannya fenomena adaptasi sosial

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya suatu masalah sosial
yang layak untuk diteliti. Selain itu peneliti juga bisa memulai
untuk melakukan prapengamatan terkaitan dengan masalah yang
akan diteliti.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada

tahap

pekerjaan

lapangan,

merupakan

proses

berkelanjutan. Pada tahap ini, peneliti masuk pada proses
penelitian penting untuk dilakukan sebelum penelitian berlangsung
adalah proses perizinan. Karena prosedur seorang penelitian adalah
dengan adanya izin dari obyek yang akan diteliti. Setelah peneliti
mulai melakukan penggalian data yang diinginkan dan sesuai
dengan

masalah yang akan diteliti. Dan langkah selanjutnya

adalah terjun ke lapangan untuk menggali data yang akan dijadikan
sebagai bahan laporan dalam hasil penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Moh. Nazir, dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian”
memberikan definisi mengenai pengumpulan data sebagai: “Suatu proses
pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data
merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada
umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesis
yang telah dirumuskan”.10

10

Moh. Nazir, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 211.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Ada berbagai macam teknik pengumpulan data dalam proses
penelitian, tetapi teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Metode Pengamatan (observasi)
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik yang akan
dilakukan penelitian dalam pencarian data pada penelitian kualitatif.
Observasi adalah proses pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan hanya sekilas saja.
b. Metode Wawancara (interview)
Wawancara atau interview adalah salah satu cara untuk melakukan
data dalam penelitian kualitatif. Wawancara dilakukan dengan subjek
penelitian. Bertujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil
bertatap muka dengan si responden. Dengan menggunakan panduan
wawancara. Dalam proses wawancara ini, peneliti mengambil suasana
terbuka atau tidak dalam forum resmi, dengan tujuan diharapkan
subjek penelitian atau informan lebih nyaman dan mampu
memberikan infromasi dengan jelas dan benar.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pencarian data di lapangan yang
berbentuk gambar, arsip dan data-data tertulis lainnya. Dengan tujuan
untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil penelitian yang
dilakukan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

6. Teknis Analisis Data
Pada teknis analisis data kualitatif pengolaan data tidak
menggunakan teknik statistika sehingga hasil analisis jawaban responden
terdapat pertanyaan yang diajukan tidak terkait dengan skor, akan tetapi
dideskripsikan dalam suatu penjelasan dalam bentuk kalimat. peneliti
sudah memperoleh dan mengumpulkan data yang diperoleh di lapangan.
Setelah memperoleh data, maka langkah selanjutnya adalah menggola
data-data tersebut. Peneliti menggunakan teknik untuk menganalisis
dengan cara berfikir induktif. Cara berfikir induktif adalah pada prosedur
induktif proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil
pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru ).
7. Teknis Penulisan Laporan
Penulisan laporan adalah tahap akhir dari proses pelaksanaan
penelitian. Setelah komponen-komponen yang terkait data dan hasil
analisis mencapai kesimpulan, peneliti akan memulai penulisan laporan
penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam
penelitian kualitatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan penelitian
terkait dengan kelengkapan data.
8. Teknik Analisis Data
Menurut Sofian Effendi dan Chris Manning, analisis data adalah
proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

dan diinterpretasikan. 11Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang
diberikan miles dan huberman. Teknik –teknik data sebagai berikut:12
a. Data Reduction.
Data reduction adalah merangkum dari hasil-hasil data yang
didapatkan dalam penelitian.Langkah-langkah yang harus dilakukan
yakni memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dan mencari tema.Dalam hal ini, peneliti harus segera
melakukan analisa data melalui reduksi data, ketika peneliti
memeproleh data dari lapangan dengan jumlah yang cukup banyak.
Adapun hasil dari mereduksi data, peneliti telah memfokuskan pada
penelitian perubahan prilaku sosial mahasiswa penghafal Alquran
UIN Sunan Ampel Surabaya
b. Data Display.
Langkah berikutnya yakni peneliti mendisplaikan data-data
yang diperoleh dari lapangan. Data display yakni mengorganisir
data, menyusun data dalam suatu pola hubungan sehingga semakin
mudah difahami.
c. Conclusions Drawing/verification.
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yakni penarikan
kesimpulan.Dalam hal ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian
yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan,
11

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, hal.
263
12
Sugiyono, 2010, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, hal 91.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

yakni berkaitan dengan perubahan prilaku sosial mahasiswa
penghafal Alquran UIN Sunan Ampel Surabaya.
9. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Ada beberapa teknik keabsahan data, namun peneliti
menggunakan

teknik

keabsahan

data

melalui

triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut.13
Peneliti menggunakan langkah-langkah yang ditempuh dalam
tahap tiangulasi sebagai berikut:
1) Ketekunan

pengamatan

dilakukan

untuk

mencari

dan

menemukan ciri-ciri serta unsur lainya yang sangat relevan
dengan persoalan penelitian dan kemudian memusatkan diri
pada hal-hal tersebut secara rinci.
Dalam hal ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian,
peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu dalam
upaya menggali data atau informasi untuk dijadikan obyek
penelitian,

yang

pada

akhirnya

peneliti

menemukan

permasalahan yang menarik untuk di teliti, yaitu perubahan
prilaku sosial mahasiswa penghafal Alquran UIN Sunan
Ampel Surabaya.

13

Lexy J. Moleong, ,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2008
)hal. 178.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

2) Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti dalam pengecekan
data

yaitu

dengan

menggunakan

sumber

data

dalam

penggaliannya, baik itu sumber data primer yang berupa hasil
wawancara maupun sumber data sekunder yang berupa
dokumen dan peneliti peroleh dari perubahan prilaku sosial
mahasiswa penghafal Alquran UIN Sunan Ampel Surabaya.
Sedangkan metode atau cara yang peneliti gunakan dalam
pemeriksaan keabsahan data yaitu dengan menggunakan metode analisis
domain. Artinya setelah data berhasil dikumpulkan, kemudian peneliti
menyajikannya secara utuh tanpa melakukan penyimpangan dalam
penyajiannya.
H. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang
latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan
rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan
manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan definisi konsep, metode
penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian yang antara lain tentang
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian,
sumber dan jenis data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data,
analisis data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data. Dalam bab 1 ini
juga menjelaskan sistematika pembahasan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab kajian pustaka, peneliti memberikan gambaran tentang
definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang
akan digunakan dalam penganalisahan masalah. Definisi konsep harus
digambarkan dengan jelas. Selain itu harus memperhatikan relevansi teori
yang akan digunakan dalam menganalisis masalah.
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang
data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder.
Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar,
tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini peneliti juga
memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk
analisis deskripsi. Setelah itu akan dilakukan penganalisahan data dengan
menggunakan teori yang relevan.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan dari
permasalahan dalam penelitian selain itu juga memberikan saran kepada
para pembaca laporan penelitian ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

BAB II
TEORI AGIL TALCOT PARSON
A. Teori Fungsionalisme Struktural
Teori Fungsionalisme Struktural menekankan kepada keteraturan
(order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam
masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten,
fungsi manifest dan keseimbangan. Menurut teori ini masyarakat
merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen
yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan
yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap
bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam
sistem sosial, adalah fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalu tidak
fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan
sendirinya.
Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua
peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi sutu masyarakat.
Perubahan dapat terjadi secara perlahan-lahan dalam masyarakat. Kalau
terjadi konflik, penganut teori Fungsionalisme Struktural memusatkan
perhatiannya kepada masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga
masyarakat tetap dalam keseimbangan Robert K. Merton sebagai penganut
teori ini berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah fakta sosial
seperti peranan sosial, pola-pola institusional, proses sosial, organisasi
kelompok, pengendalian sosial.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Penganut teori fungsional menganggap segala pranata sosial yang
ada dalam suatu masyarakat tertentu serba fungsional dalam artian positif
dan negative. Merton mengistilahkan

„fungsional dan disfungsional’.

Contohnya; perbudakan dalam sistem sosial Amerika Serikat lama
khususnya bagian selatan. Perbudakan jelas fungsional bagi masyarakat
Amerika Serikat kulit putih. Karena sistem tersebut dapat menyediakan
tenaga buruh yang murah, memajukan ekonomi pertanian kapas serta
menjadi sumber status sosial terhadap kulit putih.Tetapi sebaliknya,
perbudakan bersifat disfungsi.Sistem perbudakan membuat orang sangat
tergantung kepada sistem ekonomi agraris sehingga tidak siap untuk
memasuki industrialisasi.
Dari pendapat Merton tentang fungsi, maka ada konsep barunya
yaitu mengenai sifat dari fungsi. Merton membedakan atas fungsi manifest
dan fungsi latent. Fungsi manifest adalah fingsi yang diharapkan
(intended) atau fungsional. Fungsi manifest dari institusi perbudakan di
atas adalah untuk meningkatkan produktifitas di Amerika Selatan.
Sedangkan fungsi latent adalah sebaliknya yaitu fungsi yang tidak
diharapkan, sepanjang menyangkut contoh di atas

fungsai latentnya

adalah menyediakan kelas rendah yang luas.
Penganut

Teori

Fungsionalisme

Struktural

sering

dituduh

mengabaikan variabel konflik dan perubahan sosial dalam teori-teori
mereka. Karena terlalu memberikan tekanan pada keteraturan (order)
dalam masyarakat dan mengabaikan konflik dan perubahan sosial

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

mengakibatkan golongan fungsional ini dinilai sebagai secara ideologis
sebagai konservatif. Bahkan ada yang menilai golongan fungsional ini
sebagai agen teoritis dari status quo.
Hal penting yang dapat disimpulkan bahwa masyarakat menurut
kacamata teori fungsional senantiasa berada dalam keadaaan berubah
secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap
peristiwa dan setiap struktur yang ada, fungsional bagi sistem sosial
itu.Demikian pula dengan institusi yang ada, diperlukan oleh sistem sosial
itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat
dilihat dalam kondisi dinamika dalam keseimbangan.
Sebagai contoh, sistem transportasi di suatu kota. Pada tahun 1960
an di kota Yogyakarta, belum adanya angkutan kota. Oleh karenanya,
untuk keperluan-keperluan bepergian baik ke kantor, ke sekolah atau pun
ke tempat lain, masyarakat kalau ingin menggunakan kendaraan umum
bisa menggunakan becak atau andong. Lembaga ekonomi mengetahui
bahwa masyarakat akan lebih tercukupi kebutuhannya kalau ada angkutan
kota berupa colt.
Usaha menyediakan colt sebagai angkutan kota tersebut akan
sangat menguntugkan baik bagi masyarakat maupun bagi pengusaha.
Apalagi, kalau bentuk angkutan kota adalah colt pick-up. Oleh karenanya,
lembaga ekonomi menyediakan angkutan kota dalam wujud colt pick-up.
Hasilnya, masyarakat senang, karena tujuan yang dapat ditempuh
dalam waktu yang relative singkat dan ongkosnya relative murah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Pengusaha (sebagai wujud lembaga ekonomi) senang karena mendapatkan
keuntungan.Tetapi, beberapa waktu kemudian dampak negatif muncul,
yaitu ketegangan-ketegangan di masyarakat, karena pengendara becak dan
andong mulai unjuk rasa.
Karena pengendara becak dan andong merasa rugi atau rezekinya
mereka di ambil oleh angkutan kota. Melihat ketegangan masyarakat,
lembaga politik mulai mengambil langkah penyesuaian. Pemerintah atau
pun DPR membuat aturan jalan mana saja yang boleh dilalui oleh
kendaraan umum angkutan kota. Kendaraan angkutan kota tidak boleh
seenaknya sendiri dalam mengambil penumpang.
Dengan aturan ini pengusaha angkutan kota untung, masyarakat
untung, demikian pula pengendara becak dan andong tetap mendapatkan
rezeki. Dan masyarakat berada dalam keseimbangan kembali, dengan
kondisi uang lebih maju dan baik dari pada kondisi sebelumnya dimana
masyarakat bisa pergi dengan lebih bebas dan murah. Salah satu pakar
teori struktural fungsional, Talcott Parson, mengembangkan teori yang
disebut “The Structure Of Sosial Action”.
Dalam teori ini Parson mengemukakan tentang konsep perilaku
sukarela yang mencakup beberapa elemen pokok.
1. Aktor sebagai individu.
2. Aktor memiliki tujuan yang ingin dicapai.
3. Aktor

memiliki

berbagai

cara-cara

yang

mungkin

dapat

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

4. Aktor dihadapkan pada berbagai kondisi dan situasi yang dapat
mempengaruhi pemilihan cara-cara yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
5. Aktor dikomando oleh nilai-nilai, norma-norma dan ide-ide dalam
menentukan tujuan yang diinginkan dan cara-cara untuk mencapai
tujuan tersebut.
6. Perilaku, termasuk bagaimana aktor mengambil keputusan tentang
cara- cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan,
dipengaruhi ole ide-ide dan situasi-kondisi yang ada.
B. Asumsi Dasar
Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang
paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokohtokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte,
Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Asumsi-asumsi dasarnya adalah
bahwa seluruh struktur sosial atau setidaknya diprioritaskan, menyumbang
terhadap suatu integrasi dan adaptasi sistem yang berlaku, artinya
pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran
biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu
terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan
tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap
dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan
struktural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

C. Sejarah Kehidupan Talcot Parson
Talcott parson dilahirkan tahun 1902 di colorado springs, Colorado.
Parson berasal dari keluarga berlatar belakang agama dan intelektual yang
mapan. Ayahnya adalah seorabg guru besar dan pemimpin perguruan
tinggi, serta menteri kongregasi. Parson memperoleh pendidikan
undergraduate dari amhers college dan kemudian melengkapi graduate
nya di London school of economic. Parson kemudian pindah ke
Heidelberg, jerman pada saat weber berada dalam masa akhir posisinya di
heidelberg sebelum meninggal lima tahun kemudian, setelah parson
berada di heildelberg oleh karenannya weber banyak mempengaruhi
pemikiran parson karena keterlibatannya dalam diskusi-diskusi dirumah
weber tersebut. Bahkan ketika parson menyusun tesis doktoralnya juga
meniru cara kerja weber ketika masih hidup.
Parson menjadi istruktur di Harvard tahun 1927 dan meskipun
pernah bekerja di tempat lain tetapi ia menghabiskan waktunya di Harvard
sampai meninggal tahun 1979. Karier nya di dunia akademik tidak
berjalan cepat dan lancar, bahkan sampai kira-kira tahun 1939. Dua tahun
berikutnya dia menerbitkan karyanya the structure of sosial action sebuah
buku yang tidak hanya memperkenalkan teori sosiologi-sosiologi umum
akan tetapi juga mendasari kerja besar parson dalam mengembangkan
teorinya. Setelah itu, karier parson berjalan sangat cepat sehingga ia
menjadi pimpinan departemen sosiologi di Harvard tahun 1944, dan dua
tahun kemudian memimpin innovative departemen of sosial relation, yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

tidak hanya memasukkan disiplin sosiologi tetapi juga variasi-variasi ilmu
lainnya. Pada tahun 1949 ia terpilih menjadi presiden asosiasi sosiologi
amerika. Dan pada tahun 1950an sampai tahun 1960an berkat tulisannya
tentang the sosial system telah mengangkat namanya dan menjadikannya
sebagai figure dominan dalam masyarakat sosiologi amerika.
Parson tersingkir dari posisi itu karena munculnya kritikan dari
sayap radikal sosiologi pada waktu itu. Parson telah menjadi politisi
konservativ, dan teorinya juga kelihatan sangat konservativ dan hanya
sedikit dalam mengelaborasi skema kategorisasinya. Pada tahun 1980an
yang terjadi ialah kemunduran kecenderungan untuk mengembangkan
teori parson, tidak hanya di amerika tetapi juga di hamper seluruh dunia.
Akan tetapi, kemunduran itu tidak sekedar dipengaruhi karena posisi
teorinya yang konservativ tetapi juga karena munculnya teori-teori baru
neo-marxian1.
D. Fungsionalisme Struktural Talcott Parson
Teori adalah seperangkat pernyataan-pernyataan yang secara
sistematis berhubungan atau sering dikatakan bahwa teori adalah
sekumpulan konsep, definisi, dan proposisi yang saling kait-mengait yang
menghadirkan suatu tinjauan sistematis atau fenomena yang ada dengan
menunjukkan hubungan yang khas diantara variabel-variabel dengan
maksud memberikan eksilorasi dan prediksi. Disamping itu, ada yang
menyatakan bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai
1

Ib.Wirawan. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012). 22-23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

kaitan logis, yang merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai
sifat-sifat suatu kelas, peristiwa atau suatu benda. Teori harus mengandung
konsep, pernyataan, definisi, baik itu definisi teoritis maupun operasional
dan hubungan logis yang bersifat teoritis dan logis antara konsep tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori didalamnya harus
terdapat konsep, defenisi dan proposisi, hubungan logis diantara konsepkonsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat digunakan
untuk eksplorasi dan prediksi.Talcott Parson melahirkan teori fungsional
tentang perubahan.
Dalam teorinya Parson menganalogikan perubahan sosial dalam
masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada makhluk hidup. Komponen
utama pemikiran Parson adalah adanya proses diferensiasi. Parson
berpendapat bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem
yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna
fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat
berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan
yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dapat
dikatakan, Parson termasuk dalam golongan yang memandang optimis
sebuah proses perubahan.
E. Teori

Agil

(Adaptation–Goal

Attainment–Integration–Latent

Maintenance)
Menurut parson (Laurer, 1982) studi mengenai perubahan sosial
harus dimulai dengan studi mengenai struktur sosial terlebih dahulu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Struktur sosial dapat didefinisikan sebagai tatanan atau susunan sosial
yang secara vertical maupun horizontal atau dapat juga didefinisikan
sebagai cara bagaimana suatu masyarakat terorganisir dalam hubungan.
Hubungan yang dapat diprediksi melalui pola prilaku berulang antar
individu dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut.2
Agar seluruh sistem dapat hidup dan berlangsung, maka terdapat
fungsi atau kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi.Dua hal pokok dari
kebutuhan itu ialah yang berhubungan dengan sistem internal atau
kebutuhan ketika

berhubungan dengan

lingkungannya

dan

yang

berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan, serta sarana yang
perlu untuk mencapai tujuan. Dari premis ini, secara deduktif parson
menciptakan empat kebutuhan fungsional, yakni :latent maintenance,
integration, goal attainment, dan adaptation yang kita kenal dengan teori
AGIL Latent maintenance menunjuk pada masalah bagaimana menjamin
kesinambungan tindakan dalam sistem yang sesuai dengan beberapa aturan
atau norma dalam masyarakat. Integration adalah kordinasi atau
kesesuaian bagian-bagian dari sistem sehingga seluruhnya menjadi
fungsional. Goal attainment adalah masalah pemenuhan tujuan itu
tergantung pada prasyarat yang dimiliki. Adaptation menunjuk pada
kemampuan sistem dalam menjamin apa yang dibutuhkannya dari
lingkungan, serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut kedalam
sistem. Dengan pernyataan lain, prasyarat fungsional itu antara lain :
2

Ib.Wirawan. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma, Jakarta, Kencana Prenada Media