HEGEMONI GADGET DI KALANGAN MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

(1)

HEGEMONI

GADGET

DI KALANGAN MAHASISWA UIN

SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Uniersitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) Dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

Muhammad Hasyim NIM. B05212032 Dosen Pembimbing:

MUHAMMAD HASYIM NIM: B05212032

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Muhammad Hasyim

, 2016.

Hegemoni Gadget Dikalangan Mahasiswa

UIN Sunan Ampel Surabaya

. Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Keywords:

Hegemoni,

Gadget

, Mahasiswa

Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap fenomena

gadget

dikalangan mahasiswa, khususnya di UIN Sunan Ampel Surabaya. Fenomena

penggunaan

gadget

menajalar keseluruh kampus dan merubah kebudayaan

mahasiswa saat ini. dari fenomena tersebut muncul sebuah bentuk hegemoni yang

membentuk sebuah pola hegemoni dan memebrikan dampak. Oleh karena itu,

masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah Bagaimana Bentuk dan Dampak

Hegemoni

gadget

di kalangan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya?

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif-deskriptif dengan pendekatan teori Hegemoni. Teori

hegemoni Antonio Gramsci berusaha menjelaskan kepemimpinan melalui

intelektual dan moral. Karena itu hegemoni pada hakekatnya adalah upaya untuk

menggiring orang agar menilai dan memandang problematika sosial dalam

kerangka yang ditentukan.. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui:

observasi, wawancara dan studi dokumenter. Data dilakukan pemeriksaan

keabsahannya, lalu dilakukan penyajian sekaligus analisis data sebelum dilakukan

penarikan kesimpulan.

Dari penarikan kesimpulan hasil data yang diperoleh, Ada beberapa

bentuk hegemoni

gadget

dikalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

yang dapat dijelaskan yaitu hegemoni

gadget

, pengontrolan

gadget

, transformasi

mahasiswa, dan ideology

gadget

. Keseluruhan bentuk tersebut membentuk pola

proses hegemoni

gadget

dikalngan mahasiswa. Selain itu hegemoni

gadget

juga

memberikan dampak positif dan negative bagi mahasiswa. Dampak positifnya

yaitu: mempermudah aktivitas mahasiswa, media aspirasi mahasiswa, dan

menjadi sarana perpustakaan. Dampak positifnya yaitu: hilangnya nilai-nilai local,

melupakan realitas, dan hilangnya daya kritis


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

PENGESAHAN ...iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penelitian Terdahulu ... 5

F. Definisi Konseptual ... 9

G. Kerangka Teoretik ... 11

H. Metode Penelitian... 14

1. Pendekatan dan Jenis Penellitian ... 14

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3. Pemilihan Subjek Penelitian ... 16

4. Tahap Tahap Penelitian ... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ... 22

6. Teknik Analisis Data ... 25

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 28


(7)

BAB II: HEGEMONI DAN TEKNOLOGI ... 31

A. Kajian Pustaka ... 31

1. Hegemoni... 31

2. Bentuk-bentuk Baru Pengontrolan ... 34

3. Teknologi (gadget) ... 38

4. Transformasi Menuju Masyarakat Industri ... 40

B. Kajian Teoritik ... 44

BAB III: HEGEMONI GADGET ... 47

A. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian ... 47

1. UIN Sunan Ampel Surabaya ... 47

2. Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya ... 53

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

1. Bentuk Hegemoni Gadget ... 54

a. Hegemoni Gadget ... 55

b. Pengontrolan Gadget ... 59

c. Transformasi Mahasiswa ... 63

d. Ideologi Gadget ... 66

2. Dampak Hegemoni Gadget ... 70

a. Dampak Postif Hegemoni Gadget ... 70

b. Dampak Negatif Hegemoni Gadget ...75

C. Analisis Data ... 78

1. Analisa Hegemoni Gadget Dikalangan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya ... 79

2. Hegemoni Gadget Dikalangan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya: Tinjauan Teori Hegemoni Antonio Gramsci... 83

BAB IV: PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perguruan tinggi merupakan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari pada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Perguruan Tinggi di sini adalah tingkatan universitas yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu.

Perguruan tinggi berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki perilaku, nilai dan norma sesuai sistem yang berlaku sehingga mewujudkan totalitas manusia yang utuh dan mandiri sesuai tata cara hidup bangsa.

Dewasa ini perguruan tinggi mengembangkan kemajuan teknologi sebagai instrument pengembangan bakat mahasiswa. Semakin berkembangnya teknologi, semakin meningkatnya kebutuhan manusia terutama mahasiswa yang membutuhkannya untuk mencaribahan-bahan atau tugas dan juga yang lainnya. Sehingga mahasiswa membutuhkan teknologi sebagai penunjang pembelajaran. Mahasiswa saat ini rata-rata menggunakan teknologi yang disebut sebagai gadget. Gadget merupakan salah satu teknologi yang banyak digunakan oleh kebanyakan mahasiswa. Karena dianggap praktis dan dinamis.


(9)

Sebagian besar mahasiswa sekarang telah menggantungkan hidup mereka pada alat-alat elektronik seperti smartphone, tablet, ipad, laptop atau lebih biasa disebut dengan gadget. Mereka menggunakan gadget dengan berbagai alasan seperti membantu mengerjakan tugas, mencari ilmu pengetahuan, mencari sumber bacaan, mengikuti perkembangan, dll. Namun tanpa mereka sadari, ketergantungan terhadap gadget yang mereka anggap sebagai penunjang studi mereka ataupun sebagai pengikut perkembangan mereka malah dapat menjadi penghambat bagi studi mereka jika tidak digunakan sesuai dengan fungsi yang sebenarnya dan dengan bijaksana.

Penggunaan gadget dalam kehidupan kampus tidak terlepas dari kaitannya dengan era globalisasi, tugas-tugas yang diberikan oleh kampus tersebut, dengan berbagai bentuk pemahaman makna yang beragam. Namun, dari berbagai makna yang terangkum dalam pengertian globalisasi ini, setidaknya ada satu point yang dipahami oleh setiap orang. Point tersebut adalah sebuah pandangan bahwa semua manusia di dalam dunia ini saling terkait satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, walaupun ada rentang jarak yang secara fisik membentang.

Mahasiswa seakan terjebak dalam suatu dimensi gadget yang mengikat mereka. Saat ini yang terjadi bukanlah mahasiswa menindas mahasiswa lainnya, golongan tertentu menindas golongan lainnya. Tak ada lagi orang atau golongan yang ditunjuk sebagai penindas. Melainkan terdapat suatu sistem totaliter yang menguasai semua orang, seluruh


(10)

realitas alamiah dan sosial. Tak ada orang yang dapat memengaruhi sistem anonim itu.Sistem yang tampak dalam segala bidang ini.

Dominasi gadget menyebar seperti virus di kalangan mahasiswa. Seakan gadget telah menguasai dan mendominasi atas nilai-nilai kehidupan, norma, maupun kebudayaan di kalangan mahasiswa. Dominasi tersebut menjadi doktrin terhadap kalangan mahasiswa lainnya secara sadar mengikutinya. Hal ini menjadi masalah yang serius bila dibiarkan begitu saja.

Bentuk-bentuk kontrol sosial yang masih berlaku bersifat teknologis dalam suatu pengertian yang baru. Sudah jelas bahwa struktur dan efisiensi teknis dari peralatan yang bersifat produktif dan destruktif telah menjadi suatu instrumen utama untuk mengontrol penduduk kedalam divisi sosial yang established dari kerja sepanjang periode modern.1

Hal ini menunjukkan betapa hebatnya gadget dapat mempengaruhi manusia. Penggunaaan gadget menjadi hal yang biasa setiap harinya. Manusia lupa akan dampaka yang akan diberikan oleh teknologi tersebut.

Banyak orang kini percaya bahwa teknologi itu satu sisi yang lain dari mata uang yang dinamakan modernisasi. Jika tidak memakai teknologi modern, maka tidak ikut dalam modernisasi.2 Secara sadar maupun tak sadar mahasiswa telah didominasi oleh gadget yang merupakan produk masyarakat industri.

Demikian menjadi realitas masyarakat modern, penghambaan terhadap ekonomi sebagai akibat dari kapitalisme global menjadi pilar utama manusia terbawa arus pada kepentingan semu. Benar apa yang

1

Herbert Marcuse, Manusia Satu Dimensi, Yogyakarta: YAYASAN BENTANG BUDAYA, 2000. Hal 14

2


(11)

diutarakan oleh Herbert Marcuse, manusia modern terbius oleh kebutuhan palsu yang sengaja dikemas seolah-olah manusia sangat membutuhkannya.3

Keunikan penelitian ini terletak pada penggunaan yang berlebihan mahasiswa terhadap gadget yang menjadi kebiasaan mereka, sehingga membuat mereka membutuhkan gadegt yang saat ini mendominasi seluruh sitem belajar mahasiswa. Gadget yang seharusnya menjadi alat pendamping dalam memperoleh informasi secara lebih luas kini beralih fungsi sebagai alat yang mendominasi budaya mahasiswa. Sehingga penelitian ini akan memberikan gambaran tentang bentuk dan dampak hegemoni gadget di kalangan mahasiswa dan memberikan wawasan baru tentang gadget.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian, yaitu: Bagaimana Bentuk dan Dampak Hegemoni gadget di kalangan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dibuat untuk mengetahui apa yang hendak dicapai dari sebuah penelitian. Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah Mendeskripsikan Bentuk dan Dampak Hegemoni Gadgetdi kalangan Mahasiswa UIN sunan Ampel Surabaya.

3


(12)

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikann manfaat khususnya bagi diri sendiri dan masyarakat pada umumnya, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemahaman dan inormasi kepada seluruh mahasiswa tentang hegemoni gadget, sehingga berkat penelitian ini kita tahu bagaimana cara yang baik menyikapinya. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan konstribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya perkembangan teori sosiologi.

2. Manfaat Praktis

Memahami realita mahasiswa tentang hegemoni gadget agar dapat dijadikan acuan dalam menyikapi dampak gadget serta bentuk-bentuk hegemoni gadget dan mampu membaca perubahan terkait gadget di kampus.

E. Penelitian Terdahulu

Dari beberapa judul penelitian yang pernah di lakukan terdapat keterkaitan dengan judul penelitian “Hegemoni Gadget Di Kalangan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya” adalah sebagai berikut:

1. Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang diambil peneliti adalah skripsi yang berjudul “Pudarnya Lagu Anaka-anak ditengah


(13)

hegemoni lagu-lagu dimasyarakat (Studi Masyarakat: Di Kelurahan Kapas Madya baru Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya)”4 yang ditulis oleh Nur Rakhmat, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2014. Isi dalam pembahasan skripsi tersebut adalah Pudarnya lagu anak-anak dikarenakan hegemoni lagu-lagu dimasyarakat. Sehingga masyarakat di keluran kapas madya baru kecamatan tambaksari kota surabaya lebih senang lagu-lagu pop, K-pop, dangdut, rock reggae daripada lagu anak-anak.

Dari beberapa aliran musik tersebut, rata-rata mengangkat tema tentang percintaan, pemberontakan, sex, gaya hhidup bebas, patah hati, kritik sosial dan lain-lain. Jika lagu-lagu tersebut dikonsumsi oleh anak-anak, tentunya akan berakibat fatal bagi pertumbuhan motorik anak, karena lagu-lagu yang berkembang dimasyarakat saat ini hanya memperhatikan apakah lagu ini laku dimasyarat? Bukan, apakah lagu ini baik dikonsumsi untuk masyarakat khususnya anak-anak?.menghegemoninya lagu-lagu populer dimasyarakat ini terjadi bukan secara tiba-tiba, melainkan adanya beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal yang saling berkaitan dan memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi.

2. Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang diambil peneliti adalah skripsi yang berjudul “Pengaruh Gadget Internet Terhadap

4

Nur Rahmat, Pudarnya Lagu Anaka-anak ditengah hegemoni lagu-lagu dimasyarakat (Studi Masyarakat: Di Kelurahan Kapas Madya baru Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya),(SH.Skrip, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2014)


(14)

Pengembangan Pengetahuan Agama Bagi Mahasiswa di IAIN Sunan Ampel Surabaya”5 yang ditulis oleh Moch yusuf Wibisono Jurusan Perbandingan Agama Fakulats Ushuludin Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Pembahasan dalam skripsi tersebut adalah bagaimana pemanfaatan gadget internet di kalangan mahasiswa IAIN dan sejauh mana pemanfaatan gadget internet bagi mahasiswa IAIN dalam pengembangan pengetahuan agama dan apa saja kendala yang dihadapi.

Internet, bila dimanfaatkan dengan tepat dan maksimal, maka mahasiswa akan mendapatkan informasi yang sangat luas, yang akan menambah wawasan dan penegetahuan mahasiswa khususnya dalam pengetahuan agama.

3. Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang diambil peneliti adalah skripsi yang berjudul “Hegemoni Ekonomi Budaya "santet" Dalam Masyarakat Desa Randu Alas Kecamatan Kare Kabupaten Madiun”6 yang ditulis oleh Abd. Aziz Program Studi Sosiologi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

5

Moch Yusuf Wibisono, Pengaruh Gadget Internet Terhadap Pengembangan Pengetahuan Agama Bagi Mahasiswa di IAIN Sunan Ampel Surabaya, (SH.Skrip, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2003)

6

Abd. Aziz, Hegemoni Ekonomi Budaya "santet" Dalam Masyarakat Desa Randu AlasKecamatan Kare Kabupaten Madiun, (SH.Skrip, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2011)


(15)

Pembahasan dalam penelitian ini membahas tentang , perkembangan budaya modern membawa efek segala-galanya bagi kelanjutan hidup manusia. Perkembangan sains dan teknologi memberi kemudahan sekaligus menyuguhkan kemelut yang berkepanjangan. Bagaimana tidak, dunia seolah ada digenggaman, untuk menjalin silaturrahmi tidak perlu repot-repot menempuh jarak yang tidak` terkira, hanya cukup menggunakan fasilitas komunikasi, jarak yang jauh sudah bisa terjangkau, sementara kondisi demikian sudah merongrong nilai-nilai tradisi silaturrahmi. Kenyataan lain yang harus disadari, secara tersirat kemajuan tersebut menggiring pada munculnya kebiasaan baru, dimana manusia diupayakan memiliki ketergantungan terhadap fasilitas kemajuan teknologi. Ini artinya lambat laun hegemoni teknologi yang dibarengi kungkungan ekonomi global menemukan lahannya.Demikian menjadi realitas masyarakat modern, penghambaan terhadap ekonomi sebagai akibat dari kapitalisme global menjadi pilar utama manusia terbawa arus pada kepentingan semu. Benar apa yang diutarakan oleh Herbert Marcuse, manusia modern terbius oleh kebutuhan palsu yang sengaja dikemas seolah-olah manusia sangat membutuhkannya.

Dari penelitian terdahulu di atas memeberikan pandangan lebih lanjut terhadap penelitian ini. Penelitian hegemoni gadget ini memiliki pandangan yang berbeda dengan penelitian terdahulu diatas. Penelitian ini lebih fokus pada penggiringan ideologi teknologi yang merupakan proses


(16)

pemasukan doktrin-doktrin budaya masa kini berupa kebutuhan terhadap teknologi. Sehingga penelitian ini memberikan pandangan lebih lanjut terhadap perkembangan teknologi masa kini, khususnya di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

F. Definisi Konseptual

Konsep adalah unsur pokok dari pada penelitian. 7 masalah dan kerangka teoritis mengacu pada konsep hegemoni gadget. Gejala-gejala yang menjadi pokok penelitian dan konsep sebenaranya adalah definisi singkat dari fakta dan gejala itu sendiri.

Sehubungan dengan hal di atas, maka dalam pembahasan perlulah kiranya peneliti membatasi jumlah konsep yang diajukan dalam penelitian yang berjudul Hegemoni Gadget Di Kalangan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, yaitu:

1. Hegemoni

Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus ketimbang melalui penindasan terhadap kelas sosial lainnya. ada berbagai cara yang dipakai, misalnya melalui institusi yang ada di masyarakat yang menentukan secara langsung atau tidak langsung struktur-struktur kognitif dari masyarakat. Karena itu hegemoni pada hakekatnya adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan.8

Hegemoni merupakan upaya untuk menggiring masyarakat dalam kerangka yang ditentukan. Penggiringan tersebut dapat melalui

7

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal. 140. 8

Nezar patria dan andi arief, Antonio Gramsci Negara & Hegemoni, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1999), hal 121


(17)

struktur kognitif masyarakat atau kesadaran masyarakat itu sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung.

Hegemoni suatu proses yang melaluinya ideologi dominan disampaikan, kesadarn dibentuk, seta kuasa sosial dijalankan. Dominasi antara satu masyarakat atau ideologi pada masyarakat atau ideologi lain.9

Hegemoni yang dimaksud adalah penggiringan ideologi dan dominasi yang dilakukan secara sadar atau tak sadar, serta diarahkan pada sistem tertentu yang telah ditentukan.

2. Gadget

Gadget menurut Desy10 adalah alat atau perlengkapan. Menurut Gayatri11 gadget adalah sebuah istilah dari bahasa Inggris yang bermakna alat atau piranti elektronik berukuran kecil memiliki fungsi khusus dan praktis. Gadget yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu teknologi yang menjadi kebutuhan mahasiswa saat ini. Kebanyakan mahasiswa menggunakan gadget untuk mempermudah proses pembelajaran dan sebagainya.

3. Mahasiswa

Mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia12 adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa dalam konteks penelitian

9

Akhyar Yusuf Lubis, Postmodernisme Teori dan Metode, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), hal. 205.

10

Desy Anwar, Kamus Lengkap 1 Milliard, (Surabaya: Amelia, 2015), hal. 163 11

Gayatri, WOMEN’S GUIDE buku cerdas untuk perempuan aktif, (Jakarta: GagasMedia, 2011), hal. 298.

12

Tim Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 696.


(18)

ini adalah mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Orang yang belajar di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya.

G. Kerangka Teoritik

Dalam penelitian ini menggunakan teori Hegemoni yang di gagas oleh Antonio Gramsci. Antonio Gramsci menyoroti persoalan baru yang sebelumnya tidak dipikirkan oleh pemikir Marxisme sebelumnya. Integritas intelektual kaum filsuf adalah persoalan yang muncul secara orisinal dalam pengalaman politik di italia di bawah rezim fasis Mussolini. Dalam karya terpentingnya, Prison Notebooks (1929-1933), Gramsci mematahkan tesis utama Marxisme bahwa dominasi kekuasaan tidak selamanya berakar pada kepentingan ekonomis belaka, melainkan juga karena akar-akar kebudayaan dan politis. Dalam sistem kekuasaan yang fasistis, suatu rezim akan memakai dua jalan penguasaan. Yang pertama adalah penguasaan kesadaran melalui jalan pemaksaan dan kekerasan (coercive). Kedua adalah penguasaan lewat jalan hegemoni, yaitu kepatuhan dan kesadaran para elemen masyarakat. Yang menjadi fokus analisis Gramsci adalah bagaimana mematahkan rantai hegmoni ini.13 Dalam pengertian di jaman ini, hegemoni menunjukkan sebuah kepemimpinan dari suatu negara tertentu yang bukan hanya sebuah negara kota terhadap negara-negara lain yang berhubungan secara longgar maupun secara ketat terintegrasi dalam negara “pemimpin”. Dalam konteks politik internasional, misalnya, pada periode perang dingin,

13

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto, Teori-teori Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hal. 30


(19)

pertarungan pengaruh antara negara adikuasa seperti Amerika Serikat dan mantan Uni Sovyet, pada masa perang dingin, biasanya disebut sebagai perang untuk menjadi kekuatan hegemonik dunia.

Konsep hegemoni Gramsci sebenarnya dapat dielaborasi melalui penjelasannya tentang basis dari supremasi klas:

(supremasi sebuah kelompok mewujudkan diri dalam dua cara, sebagai “dominasi” dan sebagai ‘kepemimpinan intelektual dan moral’. Dan di satu pihak, sebuah kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok oposisi untuk “menghancurkan” atau menundukkan mereka, bahkan mungkin dengan menggunakan kekuatan bersenjata; di lain pihak, kelompok sosial memimpin kelompok-kelompok kerabat dan sekutu mereka. Sebuah kelompok sosial dapat dan bahkan harus sudah

menerapkan “kepemimpinan” sebelum memenangkan kekuasaan

pemerintahan (kepemimpinan tersebut merupakan salah satu dari syarat-syarat utama untuk memnangkan kekuasaan semacam itu). Kelompok sosial tersebut kemudian menjadi dominan ketika dia mempraktekkan kekuasaan, tapi bahkan bila dia telah memegang kekuasaan penuh ditangannya, dia masih harus terus “memimpin”juga”. (Gramsci, 1976;57 -58).

Kutipan itu jelas menunjukkan suatu totalitas yang didukung oleh kesatuan dua konsep: kepemimpinan (direction) dan dominasi (dominance). Hubungan kedua konsep ini menyiratkan tiga hal. Pertama, dominasi dijalankan atas seluruh musuh, dan kepemimpinan dilakukan kepada segenap sekutu-sekutu. Kedua, kepemimpinan adalah suatu prakondisi untuk menaklukan aparatus Negara, atau dalam pengertian


(20)

sempit kekuasaan Negara dapat dicapai, dua aspek supremasi klas ini, baik pengarahan ataupun dominasi, terus berlanjut.14

Suatu konsep sentral dalam hal perjuangan untuk mendapatkan hegemoni adalah konsep bangsa-hegemoni berarti kepemimpinan orang-orang dai semua kelas dalam negara-bangsa tertentu. Menurut Gramsci, hal ini tidak akan pernah dapat dicapai oleh tindakan-tindakan korporasi-ekonomi yang sempit dari orang-orang yang berkuasa dalam sistem negara tersebut. Penekanan tersebut tidak diizinkan untuk mengaburkan proses-proses yang dapat ditempuh oleh suatu “kumpulan orang” untuk membentuk diri mereka masing-masing, terlepas dari usaha pengarahan orang-orang dari luar sebagai anggota dari “masyarakat” (people) yang sama.15

Teori hegemoni oleh peneliti diarahkan untuk menganalisis data dan fenomena terkait hegemoni gadget. Sehingga data yang disajikan dapat menjelaskan rumusan masalah yang telah dipaparkan. Oleh karena itu teori hegemoni menjadi sangat penting dalam penelitian ini. Karena, teori hegemoni membahas tentang penggiringan ideologi dan dan dominasi.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian yang di ambil dalam penelitian ini adalah: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan penelitian 14

Nezar Patria & Andi Arief, Antonio Gramsci Negara & Hegemoni, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999).hal.116

15

Robert Bocock, Pengantar Komprehensif Untuk memahami HEGEMONI, (Yogyakarta:Jalasutra, 2007), hal. 38.


(21)

Pada umumnya sebuah penelitian menggunakan dua model metode penelitian, yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif (qualitative research). Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor16 sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dalam mengumpulkan, mengungkapkan berbagai masalah dan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi analisis deskriptif. Menurut Sugiyono 17 bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci.

Sementara Nawawi dan Martini18 mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya

16

Lexy. J. Moleong, Metdologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi., (Bandung: Pemaja Rosdakarya, 2011), hal. 4.

17

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2008) hal. 15.

18

H. Nawawi dan M. Martini, Penelitian Terapan, (yogyakarta: Gajah Mada University Press,1994), hal. 74.


(22)

pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tertentu.

Penelitian ini diajukan untuk menganalisis dan mengungkap fenomena Hegemoni Gadget di kalangan mahasiswa serta mengungkap bentuk dan dampak Hegemoni Gadget tersebut. Oleh karena itu pendekatan teori yang relevan dalam penelitian ini adalah teori Hegemoni Antonio Gramsci.

b. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian fenomenologi. Fenomenologi adalah bagian dari metodologi kualitatif namun yang mengandung nilai sejarah dalam perkembangannya.19 Husserl misalnya, memandang fenomenologi sebagai pengkajian terhadap cara manusia memberikan benda-benda dan hal-hal disekitar dan mengalami melalui indera-inderanya. Hanya dengan memeberikan persepsi dan makna yang menggugah kesadaran kita, maka kita dapat mengenali apa yang dialami.20

Adapun fenomena yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya adalah hegemoni gadget yang menjadi ideologi baru. Sehingga

19

Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial¸(Yogyakarta: Tiara wacana Yogya, 2001) hal. 102.

20

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: berbagai alternatif pendekatan,(Jakarta: kencana 2010) hal 178


(23)

mahasiswa bergantung dan membutuhkan gadget seebagai alat praktis. Oleh karena itu mahasiswa terlepas dari peran sebenarnya.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian ini adalah: a. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Alasan dipilihnya tempat penelitian tersebut karena di kampus tersebut terjadi fenomena maraknya penggunaan gadgetdi kalangan mahasiswa.

b. Waktu Penelitian

Adapun Waktu penelitian ini kurang lebih selama lima bulan terhitung dari bulan November 2015 - Maret 2016. Sehingga data yang didapat lebih beragam dan valid.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Dalam penelitian Kulitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “sosial situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sossial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya.21

Penelitian kualitatif deskriptif memerlukan informan kunci yang akan mendukung data peneliti. Menurut Spradley22Informan kunci (key

21

Sugiyono, Meteode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (Metode Penelitian dan Pengembangan), (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 215.

22

Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006), hal. 121.


(24)

informant) adalah orang atau sekelompok orang yang memiliki informasi pokok pada budaya tertentu. Informasi kunci akan menjadi sumber fenomena budaya.

Menurut Nasution dalam penelitian Kualitatif yang dijadikan informan hanyalah sumber yang dapat memeberikan informasi. Informan dapat berupa peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering informan dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Berdasarkan paparan diatass, subjek penelitian ini adalah sumber yang dapat memeberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan purpuse atau tujuan tertentu. Subjek yang akan diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan peneliti. Sedangkan besarnya jumlah responden tidak ditentukan oleh pertimbangan responden. Dalam pengumpulan data didasarkan pada kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka itu sudah dianggap cukup untuk proses pengumpulan data yangdiperlukan sehingga tidak perlu meminta keterangan dari responden berikutnya. Dari hasil observasi pra penelitian peneliti menyimpulkan bahwa subjek penelitian ini adalah mahasiswa yang berada di UIN Sunan Ampel Surabaya.


(25)

Informan yang menjadi konsentrasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang terdiri dari tiga Fakultas dan berhasil peneliti temui, yakni 1 mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2 mahasiswa dari Fakultas Psikologi dan Kesehatan, dan 3 mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta 1 Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Para informan ini yang telah memberikan informasi serta pemikirannya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

a. Informan Utama x Hoiron Kasir

Hoiron Kasir adalah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manejemen Dakwah semester 7. Hoiron adalah seorang aktivis organisasi di Fakultas Dakwah.

x Ahmada Rizqi

Ahmada Rizqi adalah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Konseling Islam semester 5. Ahmada merupakan mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan BKI.

x Taufiqur Rohman

Taufiqur Rohman adalah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan Ilmu Komunikasi semester 7, selain itu Taufiq aktif di Dakwah TV.


(26)

Dimas Herdian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesehatan jurusan Psikologi semester 7. Dimas adalah ketua Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

x M. Asrori/ PJ

M. Asrori adalah mahasiswa Fakultas Psikologi dan kesehatan jurusan Psikologi semester 5. Asrosri aktif di LDF (Left Democratic Force) salah satu organisasi di Surabaya.

x Afif Ghulam Irfani

Afif Ghulam Irfani adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Politik semester 3. Afif adalah aktivis di PMII Rayon FISIP.

b. Informan Pendukung

x Husnul Muttaqin, S. Sos, M. S.i

Bapak Husnul Muttaqin adalah salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Prodi Sosiologi, focus mata kuliah sosiologi budaya.

Untuk mempermudah pemahaman, berikut adalah penyajian gambaran umum para informan dalam penelitian ini dirangkum dalam bentuk tabel:


(27)

Tabel 1.1

Daftar Informan Penelitian

No. Nama Fakultas Status

1. Hoiron Kasir Dakwah dan Komunikasi

Mahasiswa 2. Ahmada Rizqi Dakwah dan

Komunikasi Mahasiswa 3. Taufiqur Rohman Dakwah dan Komunikasi Mahasiswa 4. Dimas Herdian Psikologi dan

Kesehatan

Mahasiswa 5. M. Asrosi/PJ Psikologi dan

Kesehatan

Mahasiswa 6. Afif Ghulam

Irfani

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Mahasiswa 7. Husnul Muttaqin Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik

Dosen Sumber: Hasil Pengolahan Sendiri

4. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

a. Tahap Pra Lapangan

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Dalam konteks ini, peneliti terlebih dahulu memmbuat rumusan permasalahan yang akan dijadikan obyek penelitian, untuk kemudian membuat matrik usulan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat proposal penelitian. 2) Memilih Lapangan Penelitian

Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori


(28)

substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan.

3) Mengurus Perizinan

Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk proposal, peneliti mengurus izin kepada atasan peneliti sendiri, ketua jurusan, dekan fakultas, kepala instansi seperti pusat dan lain-lain.23

b. Tahap Orientasi

Pada tahap ini, peneliti akan mengadakan pengumpulan data secara umum, melakukan observasi dan wawancara mendalam untuk memperoleh informasi luas mengenai hal-hal yang umum dari obyek penelitian. Informasi dari sejumlah responden dianalisis untuk memperoleh hal-hal yang menonjol, menarik, penting dan berguna bagi penelitian selanjutnya secara mendalam. Informasi secara itulah yang selanjutnya digunakan sebagai fokus penelitian. c. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini, fokus penelitian lebih jelas sehingga dapat dikumpulkan data yang lebih terarah dn spesifik. Observasi ditujukan pada hal-hal yang dianggap ada hubungannya dengan fokus. Wawancara lebih berstruktur dan mendalam (Dept

23

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi., (Bandung: Pemaja Rosdakarya, 2011),hal. 86.


(29)

interview) sehingga informasi yang mendalam yang bermakna dapat diperoleh.24

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian Kualitatif teknik pengumpulan data sangat diperlukan guna mendapatkan data dalam sebuah penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data sesuai dengan apa yang diharapkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan (observasi), wawancara mendalam (in dept interview) dan studi dokumentasi. Adapun lebih jelasnya sebagai berikut:

a. Observasi

Pengamatan atau observasi merupakan suatu unsur penting dalam penelitian kualitatif, observasi dalam konsep yang sederhana adalah sebuah proses atau kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk bisa mengetahu kondisi realitas lapangan penelitian. Menurut Black dan Champion25 observasi adalah mengamati dan mendengar perilaku seseorng selama beberapa waktu, tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan ke dalam tindakan analisis. Sedangkan menurut Sanapiah Faisal26

24

Cik Hasan Bisri dan Eva Rufaida, Model Penelitian Agama dan Dinamika Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 224

25

Jamaes A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2009) hal. 286.

26

Burhan Bungin, Analisis data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filososfis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 65.


(30)

bahwa metode obseervasi menjadi amat penting dalam tradisi penelitian kualitatif karena melalui observasi itulah dikenali berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang mempola dari hari ke hari di tengah masyarakat.

Terkait dengan penelitian ini observasi dilakukan secara spontan terus-menerus di UIN Sunan Ampel Surabaya. Setiap hari aktif mahasiswa di lingkungan kampus dan di luar lingkungan kampus.

b. Wawancara

Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian kualitatif sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai informan secara langsung. Penelitian kualitatif sangat memungkinkan untuk penyatuan teknik observasi dengan wawancara. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nasution27 bahwa dalam sebuah penelitian kualitaif ibservasi saja, belum memadai itu sebabnya observasi darus dilengkapi dengan wawancara.

Sementara itu wawancara dalam sebuah penenlitian sebagaimana yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba28 adalah : mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntunan, kepedulian dan lain-lain kebulatan;

27

S. Nasution, Metododlogi Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2003), hal. 69 28

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi., (Bandung: Pemaja Rosdakarya, 2011),hal.186


(31)

merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang di alami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa akan datang; memverivikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lai, baik manusia maupun bukan manusia (trianggulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas proses konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Dalam penelitian ini wawancara sangat diperlukan untuk mengungkap bentuk dan dampak Hegemoni Teknologi di Kalangan Mahasiswa. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada informan utama sebagai aktor atau orang yang terhegemoni. Untuk memperkuat data wawancara juga dilakukan kepada satu informan pendukung yaitu Dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya.

c. Studi Dokumentasi

Studi documenter merupakan suatu metode atau teknik yang digunakan dalam penelitian kulitatif untuk mengungkapkan, atau mencari berbagai informasi dari sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sejalan dengan itu menurut Arikunto29 studi documenter merupakan suatu teknik yang digunakan dalam mencari data mengenai hal-hal, catatan-catatan buku-buku, surat kabar, prasasti, kajian kurikulum dan sebagainya.

29


(32)

Dokumentasi dalam penelitian ini, merupakan hal yang sangat penting sebagai pelengkap metode observasi dan wawancara catatan lapangan. Selain untuk mendapatkan data tentang hegemoni gadget di kalangan mahasiswa. Adapun studi documenter yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berbagai referensi berupa buku-buku, surat kabar, gambar, tulisan serta cerita-cerita terkait gadget.

6. Teknik Analisis Data

Pada tahap analisis data terdapat tiga langkah untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan (Salim, 2006: 22-23), yaitu:

a. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan studi.

Dalam penelitian ini,aspek-aspek yang direduksi adalah hasil-hasil observasi maupun wawancara yang terkait dengan hegemoni gadget. Pemenuhan aspek-aspek dimaksud memudahkan dalam melakukan penyajian data dan berujung pada penarikan kesimpulan dari hasil penelitian.

b. Penyajian data (data display) yaitu deskripsi dalam bentuk teks naratif berdasarkan kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Menurut Nasution30 bahwa data yang

30


(33)

bertumpuk dan laporan yang tebal akan sulit dipahami, oleh karena itu agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matriks, uraian singkat, networks,charts dan grafik. c. Penyajian data dalam penelitian ini tidaklah terpisah dari analisis

data. Hal pertama yang dilakukan dalam proses penyajian data pada penelitian ini adalah penggambaran secara umum hasil penelitian dari lokasi penelitian yaitu Kota Surabaya yang tergambar melalui aktivitas sosial, dan kemudian dilanjutkan dengan realitas yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya. Setelah penyajian data dambaran umum lokasi penelitian dimaksud, maka selanjutnya menyajikan atau mendeskripsikan hegemoni gadget.

Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification), penarikan kesimpulan dan verivikasi adalah tahapan terakhir dalam teknik analisis data pada penelitian kualitatif sebagaimana model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman31.

Dari proses pengumpulan data, peneliti mulai mencatat semua fenomena yang muncul dalam kehidupan mahasiwa dan melihat sebab akibat yang terjadi sesuai dengan masalah penelitian ini. Dari berbagai aktivitas dimaksud, peneliti membuat kesimpulan

31

Burhan Bungin, Analisis data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filososfis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 69


(34)

berdasarkan data-data awal yang ditemukan yang bersiat sementara. Penarikan kesimpulan ini berubah menjadi kesimpulan akhir yang akurat karena proses pengumpulan data terdapat bukti-bukti yang kuat, valid dan konsisten.

Tiga langkah analisis data tersebut memudahkan peneliti untuk menganalisis data dari informan. Peneliti juga menggunakan kategorisasi untuk mengklasifikasikan data-data kunci sehingga bisa lebih mudah untuk menarik kesimpulan hasil penelitian. Data juga dianalisis dengan menggunakan teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teori Hegemoni Antonio Gramsci.

Dengan demikian reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan satu kesatuan atau unsur penting dalam analisis hasil penelitian kualitatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Maka dari itu analisis dalam penelitian ini merupakan sebuah proses untuk mencari serta menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi hingga akhir dengan kesimpulan yang mudah dipahami.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitati sangat diperlukan untuk menguji ataupun memeriksa akurasi data yang telah dikumpulkan dari proses penelitian ini. Menurut Nasution32

32


(35)

pemerikasaan keabsahan data diperlukan untuk membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai dengan sebenarnya ada atau kejadiannya. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data penelitian ini adalah teknik triangulasi (triangulate).

Triangulasi merupakan proses pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai sumber dan teknik pengumpulan data yang sudah ada. Menurut Stainback33 bahwa teknik triangulasi dalam penelitian kualitatif bertujuan bukan untuk mencari kebenaran tentang fenomena tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan kebenaran data yang dimaksud valid atau tidak maka harus dibandingkan dengan data lainyang diperoleh dari sumber lain.

I. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan dilaporkan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, definisi konsep dan sistematika pembahasan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Menjelaskan tujuan khusu-umum penelitian, dan juga memaparkan penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan

33


(36)

dengan kontrol sosial masyarakatdan juga masalah yang berkaitan dengan kenakalanremaja.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Menjelaskan tentang deskripsi umum obyek penelitian dan juga berisi tentang deskripsi hasil penelitian. Menjelaskan temuan data dan juga konfirmasi temuan dengan teori

BAB IV : PENUTUP


(37)

BAB II

HEGEMONI DAN TEKNOLOGI

A. Kajian Pustaka 1. Hegemoni

Hegemoni berasal dari bahasa yunani kuno yaitu eugemonia (hegemonia), yang berarti memimpin. Roger Simon

menyatakan, “hegemoni bukanlah hubungan dominasi dengan

menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis. Atau bahasa sederhananya, hegemoni adalah sesuatu organisasi consensus”.1

Dalam pengertian di jaman ini, hegemoni menunjukkan sebuah kepemimpinan dari suatu negara tertentu yang bukan hanya sebuah negara kota terhadap negara-negara lain yang berhubungan secara longgar maupun secara ketat terintegrasi dalam negara

“pemimpin”.2 Hegemoni adalah salah satu pandangan yang cukup

dominan bagi Gramsci. Karenanya, karya Gramsci sebagai marxis Italia, menjadi penting dalam perkembangan teori sosial oleh para marxis dan juga kaum yang menamakan dirinya post-Marxist dewasa ini. Hegemoni merupakan ide sentral, orisinil dalam teori sosial dan filsafat Gramsci.

1

Roger Simon, Gagasan-gagasan Politik Gramsci, Yogyakarta : Pustaka Pelajar dan Insist, 1999, Hal. 19-20

2

Nezar Patria dan Andi Arief, Antonio Gramsci Negara dan Hegemoni, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003, Hal. 115-116


(38)

Konsep hegemoni sendiri ditemukan awalnya ketika Gramsci mencari sebuah pola dalam kelas sosial baru yang saat itu lebih banyak melihat fenomena pada sejarah gereja Roma. Dia terlihat kagum melihat kekuatan ideologi kristen gereja Roma yang berhasil menekan Gap yang berlebihan berkembang antara agama yangterpelajar dan rakyat sederhana. Gramsci mengatakan bahwa hubungan tersebut memang terjadi secara “mekanikal”, namun dia menyadari bahwa gereja Roma telah sangat berhasil dalam perjuangan memperebutkan dan menguasai hati nurani para pengikutnya.3

Secara umum konsepsi hegemoni yang lahir dari Gramsci, sesungguhnya diambil secara dialektis lewat dikotomi tradisional karakteristik pemikiran politik Italia dari Machiavelli sampai Pareto dan beberapa bagian lainnya dari Lenin. Dari Machiavelli hingga Pareto, konsepsi yang diambil adalah tentang kekuatan dan persetujuan. Bagi Gramsci, klas sosial akan memperoleh keunggulan (supremasi) melalui dua cara yaitu melalui cara dominasi atau paksaan dan yang kedua adalah melalui kepemimpinan intelektual dan moral. Cara terakhir inilah yang kemudian disebut oleh Gramsci sebagai hegemoni.

Menurut Gramsci, dalam sebuah formasi sosial, sang pangeran akan dihadapkan pada tarik menarik antara dua kelompok

3

Agus Afandi, Belenggu Budaya Santetan Di Desa Randu Alas Kecamatan Kare Kabupaten Madiun (Analisis Teori Hegemoni Antonio Gramsci), Jurnal Transformasi Lpm Iain Mataram (Volume, 7, No. 1 Januari-Juni 2011), Hal. 4-5


(39)

sosial yaitu bangsawan dan rakyat. Kelompok bangsawan pasti memiliki keinginan untuk memerintah dan mendominasi. Sementara rakyat, justru berkeinginan untuk tidak diperintah dan tidak didominasi. Gramsci, mengakui bahwa dalam masyarakat memang selalu ada yang memerintah dan yang diperintah. Bertolak dari kondisi ini, Gramsci melihat jika pangeran akan memerintah dengan efektif, maka jalan yang dipilih adalah meminimalisir resistensi rakyat dan bersamaan dengan itu pangeran harus menciptakan ketaatan yang spontan dari yang memerintah. Secara ringkas, Gramsci memformulasikan dalam sebuah kalimat, ”bagaimana caranya menciptakan hegemoni”.

Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus ketimbang melalui penindasan terhadap klas sosial lainnya. Hegemoni juga merujuk pada kedudukan ideologi satu atau lebih kelompok atau klas dalam masyarakat sipil yang lebih tinggi dari lainnya.4

Dalam hal ini Hegemoni dapat disimpulkan sebagai penggiringan ideologi masyarakat yang telah terkonsep matang oleh pihak tertentu (kaum kapitalis) yang memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat memperoleh keuntungan. Masyarakat dikonsep agar membutuhkan

4

Nezar Patria dan Andi Arief, Antonio Gramsci Negara dan Hegemoni, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003, Hal. 119-121


(40)

teknologi sebagai ideologi mereka. Secara tidak sadar masyarakat mengalami penindasan yang tidak mereka rasakan.

Penindasan yang telah terkonsep ini menjalar ke segala bidang seperti ekonomi, politik, sosial dan pendidikan. Hal ini sangat memprihatinkan, terutama dalam bidang pendidikan. Proses pembelajaran saat ini bersifat teknologis. Pelajar/ mahasiswa setiap harinya hidup didampingi oleh teknologi. Sehingga membuat mereka menjadi kecanduan terhadap teknologi.

Hegemoni gadget menjadi kunci utama perubahan budaya di kalangan mahasiswa. Doktrinasi teknologi berhasil merubah proses belajar mahasiswa. Oleh karena itu perlu adanya kajian lebih mendalam terkait hegemoni yang merupakan cara masyarakatindustri mendominasi seluruh sistem masyarakat.

2. Bentuk-bentuk Baru Pengontrolan

Suatu ketidakbebasan yang menyenangkan, lembut, masuk akal dan demokratis berlaku di dalam peradaban industri maju, hal ini merupakan tanda adanya kemajuan teknis. Sesungguhnya, apa yang bisa lebih rasional daripada himpitan terhadap individualitas di dalam mekanisasi kinerja (performance) yang secara sosial perlu tapi menyakitkan; konsentrasi usaha-usaha individu di dalam korporasi yang lebih efektif dan produktif, peraturan kompetisi bebas antarsubjek-subjek ekonomi yang dilengkapi secara tidak seimbang pembatasan kedaulatan prerogatif dan nasional yang


(41)

menghalangi organisasi-organisasi internasional perihal sumber daya alam. Begitulah, tatanan teknologi yang juga melibatkan koordinasi politik dan intelektual ini bisa menjadi suatu perkembangan yang disesalkan, namun bisa pula menjanjikan.

Hak dan kebebasan merupakan factor-faktor yang begitu vital pada permulaan dan pada tingkat yang lebih awal dari suatu masyarakat industri menghasilkan suatu tingkat yang lebih tinggi dari masyarakat ini; hak dan kebebasan itu kehilangan dasar pemikiran dan kandungan tradisionalnya. Kebebasan berfikir, berbicara dan kehendak hati seperti usaha-usaha bebas, yang berperan dalam meningkatkan dan melindungi secara esensial merupakan pemikiran-pemikiran kritis yang didesain untuk menggantikan suatu kebudayaan material dan intelektual yang telah usang dengan suatu kebudayaan yang lebih produktif. Ketika dilembagakan, hak-hak dan kebebasan ini berbagi keberuntangan dalam masyarakat di aman hak-hak dan kebebasan tadi telah menjadi suatu bagian integral. Pencapaian ini menghapuskan premis-premisnya.

Pada suatu tingkat yang diharapkan akan menjadi suatu kemungkinan nyata, kebebasan yang berhubungan dengan suatu keadaan produktivitas yang lebih rendah sedang kehilangan kandungan yang ada sebelumnya. Kemerdekaan berfikir, otonomi, dan hak untuk mengadakan oposisi politik sedang dicabut dari


(42)

fungsi kritis mendasarnya di dalam masyarakat yang tampaknya semakin mampu untuk memuaskan kebutuhan kebutuhan individu melalui cara-cara bagaimana hal itu dikelola.

Inilah sebuah tujuan yang terkadang dalam keandalan peradaban industri maju, yakni “tujuan” dari rasionalitas teknologi.

Namun demikian, di dalam kenyataan aktual, kecenderungan yang berlawanan bekerja: suatu peralatan memaksakan persyarakatan politik dan ekonomi demi pertahanan dan ekspansi terhadap waktu kerja dan waktu senggang, terhadap kebudayaan material dan intelektual. Berkat keunggulan suatu cara mengelola dasar teknologinya, masyarakat industri kontemporer cenderung bersifat totalitarian. Hal ini karena “totalitarian” bukanlah sekedar

koordinasi politik teroristis dari suatu masyarakat, namun juga merupakan koordinasi politis nonteroristis yang bekerja melalui manipulasi kebutuhan-kebutuhan akibat adanay vested interest. Oleh karena itu, hal ini bisa mencegah munculnya suatu oposisi yang efektif terhadap keseluruhannya. Tidak hanya suatu bentuk spesifik dari pemerintah ataupun peraturan partai yang dapat membuat totalitarianisme, tetapi juga suatu sistem spesifik dari produksi dan disstribusiyang bisa bersaing dengan suatu

“pluralisme” dari partai-partai, Koran-koran, “kekuatan-kekuatan


(43)

Sekarang ini, kekuasaan politik menyatakan dirinya sendiri melalui kekuasaanya terhadap proses mesin dan terhadap organisasi teknis dari suatu peralatan. Pemerintah dari masyarakat yang sudah maju atau masyarakat yang sedang mengalami kemajuan dapat memepertahankan dan mengamankan dirinya hanya ketika pemerintah itu berhasil dalam menggerakkan, mengorganisasi dan mnegeksploitasi produktivitas teknis, ilmiah dan mekanis yang telah tersedia bagi peradaban industri. Prodduktivitas ini bisa menggerakkan masyarakat secara keseluruhan, di atas dan di luar kepentingan individu dan kelompok apa saja. Adanya fakta kasar bahwa kekuasaan fisik dari mesin seperti instrument politik yang paling efektif di dalam masyarakat apa saja yang organisasi dasarnya adalah sama dengan organisasi mesin. Akan tetapi, kecenderungan politik bisa terjadi sebaliknya; secara esensial kekuasaan mesin hanyalah merupakan kekuasaan manusia yang dikunmpulkan dan diproyekkan. Pada tingkat tertentu di mana dunia kerja terdiri dari mesin dan dimekanisasi dengan semestinya, maka hal itu akan menjadi dasar potensial dari kebebasan baru bagi manusia.5

Manusia saat ini bukan dikontrol oleh manusia itu sendiri. Teknologi telah mengambil alih peran tersebut sebagai pengontrol kekuasaan saat ini. Manusia saat ini menjadi tumbal produknya

5


(44)

sendiri. Menjadikan mesin/teknologi sebagai penguasa yang telah mengendalikan sistem sosial masyarakat. Masyarakat secara sadar menggunakan teknologi sebagai alat. Namun, tanpa sadar manusia telah diperalat oleh teknologi itu sendiri. Hal ini merupakan desain kaum feodal untuk membuat konsumen (masyarakat) menjadi kecanduan terhadap produknya.

3. Teknologi (gadget)

Teknologi yang hadir dalam peradaban kehidupan manusia, sebetulnya memiliki dua sisi yang hadir sekaligus, yaitu sisi perangkat keras (hard ware) dan sisi perangkat lunak (soft ware). Negara berkembang untuk membangun dirinya membutuhkan teknologi yang masih harus dibeli dari Negara maju. Teknologi berguna untuk membantu mengekpliyasi sumber daya alam, transportasi atau komunikasi masyarakat yang akan memperlancar hubungan sosial dalam arti luas.

Kehadiran teknologi tampaknya sangat beragam meliputi hamper semua sektor kehidupan dalam proses pembangunan masyarakat. Dibidang komunikasi dan informasi, hadirnya jaringan layanan digital telephone telah mengatasi jarak, waktu guna mempercepat komunikasi, akses terhadap bidang perbankan (on-line), pemakaian jejaring jagad jembar (internet), dll.

Tampaknya dari beberapa penyebaran aktivitas pengembangan teknologi dibutuhkan beberapa karakteristik


(45)

teknologi yang memiliki relevansi tinggi terhadap maslah-masalah pembangunan di tanah air. Karena beberapa pembaharuan (inovasi) dalam bidang teknologi pasti akan menimbulkan berbagai implikasi yang ada di masyarakat.

Banyak fenomena sosial tentang perubahan masyarakat yang terjadi dengan cepat akibat pemanfaatan teknologi pada hampir disemua sektor kehidupan. Dampak dari penggunaan teknologi ini, terutama pada perubahan konsep hubungan manusia, kehidupan kelembagaan yang kemudian berimplikasi pada keadaan yang sangat luas.

Dalam pandangan ketiga tokoh sosiologi, teknologi memiliki posisi yang cukup berbeda. (1) Marx menyatakan bahwa teknologi adalah alat, dalam pandangan materialisme teknologi hanyalah (sejumlah) alat yang dapat dipakai menusia untuk mencapai kesejahteraannya. (2) Weber, menyatakan bahwa teknologi adalah idea atau pikiran manusia itu sendiri, yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia itu sendiri (bisa baik atau bisa buruk). (3) Durkheim, merupakan pandangan yang mewakili golongan materi yang melihat teknologi sebagai alat mekanik. Teknologi adalah collective counciousness, yang bahkan diprediksikan bisa menggantikan kedudukan agama dalam suatu masyarakat.6

6


(46)

Gadget adalah sebuah istilah dari bahasa Inggris yang bermakna alat atau piranti elektronik berukuran kecil memiliki fungsi khusus dan praktis. Gadget juga sering diasosiasikan sebagai sebuah inovasi baru dengan desain yang lebih canggih dan kemampuan lebih pintar dibandingkan teknologi serupa pada masa penemuannya.

Secara umum, gadget terbagi menjadi tiga kelompok , yaitu gadget mekanik (jam,sepeda, thermometer); gadget elektronik (radio, transistor, televisi, telepon seluler, arloji); gadget aplikasi (JavaScript, Symbian, form input).7

4. Trasnformasi Menuju Masyarakat Industri

Teknologi modern sebenaranya merupakan suatu faktor yang bebas nilai. Artinya, dapat dipergunakan untuk apa saja, untuk mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan, seperti halnya kanker, tetapi dapat juga untuk merusak, seperti untuk kejahatan. Maka teknologi sangat tergantung kepada siapa yang mempergunakannya, apakah akan digunakan untuk kebaikan ataukah untuk keperluan yang merugikan masyarakat.

Memang dapat juga terjadi, bahwa teknologi mempengaruhi ideologi (Dalam dalam hal ini ideologi yang kami maksudkan adalah cara memberikan interpretasi terhadap situasi, berdasarkan atas suatu filsafat tertentu). Maka seharusnya ideologi

7

Gayatri, WOMEN’S GUIDE buku cerdas untuk perempuan aktif, (Jakarta: GagasMedia, 2011), hal. 298.


(47)

yang mempegaruhi teknologi, ideologilah yang memberikan interpretasi teknologi, akan digunakan untuk keperluan apa. Kalau ideolgi dipengaruhi teknologi, berarti ada sesuatu yang tidak memenushi syarat, ada sesuatu yang kurang. Dapat kita umpamakan badan yang sehat, seharusnya pikiran yang mempengaruhi badan, tetapi kalau badan sedang sakit, maka terjadilah sebaliknya: badan akan mempengaruhi pikiran. Maka jika di dalam masyarakat teknologi mempengaruhi ideologi, berarti suatu pertanda, bahwa masyarakat itu sedang sakit.

Dari contoh di atas dapat diketahui, bahwa teknologi merupakan alat untuk melayani masyarakat dan bukan masyarakat yang melayani teknologi. Persoalannya ialah, bagaimana teknologi dapat mempengaruhi ideologi. Seperti telah dibicarakan diatas, ideologi merupakan suatu kerangka pemikiran yang dipergunakan dalam mengarahkan hidup manusia. Tanpa ideologi, kehidupan masyarakat tidak terarah. Jika teknologi mempengaruhi manusia dan ideologinya berarti, bahwa manusia diperalat oleh teknologi.8

Salah satu ciri utama yang sekaligus merupakan penentu pertumbuhan peradaban modern ini menurut Lynn Thorndike (1948) adalah kemajuan luar biasa dibidang (kebudayaan) materiel. Inilah hasil maksimal kebudayaan positivistik. Kebudayaan yang semakin jauh dari nilai-nilai universal-transendental. Bertrand

8

Soedjito, Transformasi Sosial Menuju masyarakat industri,(Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1986), hal. 73-76


(48)

Russell (Runes, 1959) misalnya, sebagai filsuf agnostis, antara lain menyatakan bahwa filsafat yang bermanfaat bagi kemanusiaan adalah yang peduli terhdapap ilmu-ilmu alam dan bukan teologi atau etik.

Perkembangan ilmu membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Charles W. Williams, Direktur Staf Riset Tujuan Nasional Gedung Putih, pada tahun 1972 pernah mengatakan bahwa perubahan selama 30 tahun mendatang mungkin sama dengan lingkup perubahan dua atau tiga abad lampau.

Max Ways, Editor Majalah Fortune, pada tahun 1959 telah memperkirakan bahwa kecepatan perubahan mungkin 50 kali lebih besar daripada perubahan pada abad sebelumnya. Begitu pula teolog dari Universitas Chicago pada tahun 1961 menegaskan bahwa manusia memerlukan suatu ukuran ketertiban dan stabilitas dan manusia mengalami dehumanisasi karena perubahan besar-besaran. Inilah yang disebut Ways sebagai era Perubahan Radikal, atau yang oleh Platt dinamakn krisis berlipat ganda, atau bahwkan bagi sejarawan dinyatakan sebagai “superkrisis” atau “megakrisis” (Cornish, 1977). Pada era ini Tuhan dinyatakan telah “mati” atau

“tidak mau melibatkan diri dengan persoalan manusia”. atau seperti

dikatakan Tribe (1975) agama dipandang berlebihan tidak memiliki arti baik dibidang sosial, intelektual atau politik, melainkan dalam


(49)

arti arsitektonis. Sedangkan Mumfrord (1934) menjulukinya sebagai “era mesin”. Pada saat ini pula manusia mengalami

penyakit stress computer (Brod, 1984).

Inilah era yang disebut Raymond Aron sebagai masyarakat Industri (Ellul, 1964 dan 1980). Masyarakat bercirikan otomatisme, self-augmentasi dan monism, rasional dan artifisial. Bahkan baru-baru ini Toffler (1986) menamakannya sebagai Gelombang Ketiga. Masyarakat demikian menurut Martindale (1962) sebagaimana yang terjadi di Dunia Barat akan ditandai oleh konflik laten antar kaum saintisdan kaum humanis.9

Perubahan masyarakat tradisional menjadi masyarakat industri memberikan dampak terhadap ideolgi yang mereka pegang. Ideologi yang memiliki kemampuan interpretasi saat ini dapat tergantikan oleh teknologi. Perubahan pesat tersebut dapat berdampak buruk terhadap proses perubahan. Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengisyaratkan pergantian era di mana teknologi akan menjadi penguasa. Teknologi akan mempengaruhi ideologi masyarakat. Sehingga masyarakat akan kehilangan daya kritis.

B. Kajian Teoritik

Penelitian ini perlu dianalisis menggunakan teori yang relevan agar penelitian ini dapat teruji kebenarannya. Maka dari itu, untuk memperkuat

9

Karim, Rusli, Agama dan Masyarakat Industri Modern, (Yogyakarta: Media Widya Mandala, 1992), hal. 122-123


(50)

masalah yang akan diteliti maka peneliti mengadakan pengkajian pustaka dengan cara mencari dan menemukan teori-teori yang akan di jadikan landasan penelitian, adapun teori yang digunakan peneliti disini yaitu: Teori Hegemoni menurut Antonio Gramsci. Sosiolog Antonio Gramsci mengajukan teori hegemoni untuk menjelaskan fenomena usaha untuk mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa dan kelas kapitalis.10

Antonio Gramsci menyoroti persoalan baru yang sebelumnya tidak dipikirkan oleh pemikir Marxisme sebelumnya. Integritas intelektual kaum filsuf adalah persoalan yang muncul secara orisinal dalam pengalaman politik di italia di bawah rezim fasis Mussolini. Dalam karya terpentingnya, Prison Notebooks (1929-1933), Gramsci mematahkan tesis utama Marxisme bahwa dominasi kekuasaan tidak selamanya berakar pada kepentingan ekonomis belaka, melainkan juga karena akar-akar kebudayaan dan politis. Dalam sistem kekuasaan yang fasistis, suatu rezim akan memakai dua jalan penguasaan. Yang pertama adalah penguasaan kesadaran melalui jalan pemaksaan dan kekerasan (coercive). Kedua adalah penguasaan lewat jalan hegemoni, yaitu kepatuhan dan kesadaran para elemen masyarakat. Yang menjadi fokus analisis Gramsci adalah bagaimana mematahkan rantai hegmoni ini.11

Suatu konsep sentral dalam hal perjuangan untuk mendapatkan hegemoni adalah konsep bangsa-hegemoni berarti kepemimpinan

10

Nur Syam,Model Analisis Teori Sosial, Surabaya : PMN, 2009, Hal. 311

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto, Teori-teori Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hal. 30


(51)

orang dai semua kelas dalam negara-bangsa tertentu. Menurut Gramsci, hal ini tidak akan pernah dapat dicapai oleh tindakan-tindakan korporasi-ekonomi yang sempit dari orang-orang yang berkuasa dalam sistem negara tersebut. Penekanan tersebut tidak diizinkan untuk mengaburkan proses-proses yang dapat ditempuh oleh suatu “kumpulan orang” untuk

membentuk diri mereka masing-masing, terlepas dari usaha pengarahan orang-orang dari luar sebagai anggota dari “masyarakat” (people) yang sama.12 Gramsci mendefinisikan hegemoni sebagai kepemimpinan kultural yang dilaksanakan oleh kelas penguasa. Ia membedakan hegemoni dari pengunaan paksaan yang digunakan oleh kekuasaan legislatif dan eksekutif atau yang diwujudkan melalui intervensi kebijakan.13

Secara sederhana, konsep hegemoni Gramsci adalah suatu kondisi ketika kelas-kelas subordinat dipimpin oleh blok historis‟ yang berkuasa menjalankan otoritas sosial melalui kombinasi antara kekuatan dan juga konsensus.14 Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa hegemoni merupakan penundukan melalui ide, nilai, pemikiran dan sebagainya. Sehingga apa yang dimaksud Gramsci dengan hegemoni menunjuk pada konsep penundukan pada pangkal State Of Mind seseorang atau warga negara. Atau dalam titik awal pandangannya menjelaskan bahwa suatu

12

Robert Bocock, Pengantar Komprehensif Untuk memahami HEGEMONI, (Yogyakarta: Jalasutra, 2007), hal. 38.

13

George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011, Hal. 176

14


(52)

kelas dan anggotanya menjelaskan kekuasaan terhadap kelas-kelas dibawahnya dengan cara kekerasan dan persuasif.

Dalam karya terpenting Antonio Gramsci, Prison Notebooks (1929-1933) menunjukkan bahwa Gramsci adalah seorang Marxis Italia. Tetapi ia menunjukkan penolakan pandangan yang naif dari Marxis-Ortodoks bahwa revolusi itu akan datang dengan sendirinya (taken for granted) seperti hujan turun dilangit. Pemikiran Gramsci lebih tepat dikategorikan sebagai corak analisis yang lebih bersifat praktis, yaitu bagaimana perspektif Marxisme dapat direalisasikan secara strategis tanpa meninggalkan basis teoritisnya. Bagi Gramsci, dominasi kekuasaan tidak selamanya berakar pada kepentingan ekonomi belaka, melainkan juga karena akar-akar kebudayaan dan politis.15

Hegemoni akan menjelaskan konsep dominasi dalam ranah ideologi pada masyarakat. Dominasi tersebut menggunakan teknologi yang telah didesain sebagai produk perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat relevan dengan judul penelitian ini. Hegemoni akan digunakan sebagai kunci analisis penelitian ini.

15


(53)

BAB III

HEGEMONI GADGET

A. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian 1. UIN Sunan Ampel Surabaya

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel disingkat UIN Sunan Ampel adalah salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya yang menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman multidispliner serta sains dan teknologi. UIN Surabaya diberi nama Sunan Ampel, adalah nama salah seorang Walisongo, tokoh penyebar Islam di Indonesia. Berubahnya IAIN Sunan Ampel menjadi UINSA Surabaya agar fakultas-fakultas di UINSA lebih luas namun tidak luput dari pengetahuan agama. Karena pada dasarnya UINSA adalah universitas dengan basic islam. Dengan perubahan IAIN menjadi UINSA, maka banyak sekali yang sangat signifikan meskipun masih dalam proses, diantaranya: pertambahan fakultas dan meluasnya dunia pembelajaran, salah satunya adalah fakultas ilmu sosial dan ilmu politik. Keberadaan kampus UIN Sunan Ampel di wilayah Surabaya bagian selatan Jl. Ahmad Yani No. 117 Surabaya tepatnya di selatan JX international dan di depan Mapolda Jawa Timur.

Pada akhir dekade 1950, beberapa tokoh masyarakat Muslim Jawa Timur mengajukan gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi agama Islam yang bernaung di bawah Departemen Agama. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, mereka menyelenggarakan pertemuan


(54)

di Jombang pada tahun 1961. Dalam Dalam pertemuan itu, Profesor Soenarjo (Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga), hadir sebagai nara sumber untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran yang diperlukan sebagai landasan berdirinya perguruan tinggi agama Islam dimaksud. Dalam sesi akhir pertemuan bersejarah tersebut, forum mengesahkan beberapa keputusan penting yaitu: (1) Membentuk Panitia Pendirian IAIN, (2) Mendirikan Fakultas Syariah di Surabaya, dan (3) Mendirikan Fakultas Tarbiyah di Malang. Selanjutnya, pada tanggal 9 Oktober 1961, dibentuk Yayasan Badan Wakaf Kesejahteraan Fakultas Syariah dan Fakultas Tarbiyah yang menyusun rencana kerja sebagai berikut:

1. Mengadakan persiapan pendirian UIN Sunan Ampel yang terdiri dari Fakultas Syariah di Surabaya dan Fakultas Tarbiyah di Malang.

2. Menyediakan tanah untuk pembangunan Kampus UIN Sunan Ampel seluas 8 (delapan) Hektar yang terletak di Jalan A. Yani No. 117 Surabaya.

3. Menyediakan rumah dinas bagi para Guru Besar.

Pada tanggal 28 Oktober 1961, Menteri Agama menerbitkan SK No. 17/1961, untuk mengesahkan pendirian Fakultas Syariah di Surabaya dan Fakultas Tarbiyah di Malang. Kemudian pada tanggal 01 Oktober 1964, Fakultas Ushuluddin di Kediri diresmikan berdasarkan SK Menteri Agama No. 66/1964.


(55)

Berawal dari 3 (tiga) fakultas tersebut, Menteri Agama memandang perlu untuk menerbitkan SK Nomor 20/1965 tentang Pendirian UIN Sunan Ampel yang berkedudukan di Surabaya, seperti dijelaskan di atas. Sejarah mencatat bahwa tanpa membutuhkan waktu yang panjang, UIN Sunan Ampel ternyata mampu berkembang dengan pesat. Dalam rentang waktu antara 1966-1970, UIN Sunan Ampel telah memiliki 18 (delapan belas) fakultas yang tersebar di 3 (tiga) propinsi: Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Namun demikian, ketika akreditasi fakultas di lingkungan UIN diterapkan, 5 (lima) dari 18 (delapan belas) fakultas tersebut ditutup untuk digabungkan ke fakultas lain yang terakreditasi dan berdekatan lokasinya. Selanjutnya dengan adanya peraturan pemerintah nomor 33 tahun 1985, Fakultas Tarbiyah Samarinda dilepas dan diserahkan pengelolaannya ke IAIN Antasari Banjarmasin. Disamping itu, fakultas Tarbiyah Bojonegoro dipindahkan ke Surabaya dan statusnya berubah menjadi fakultas Tarbiyah UIN Surabaya. Dalam pertumbuhan selanjutnya, UIN Sunan Ampel memiliki 12 (dua belas) fakultas yang tersebar di seluruh Jawa Timur dan 1 (satu) fakultas di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kini, UIN Sunan Ampel terkonsentrasi hanya pada 5 (lima) fakultas induk yang semuanya berlokasi di kampus Surabaya.


(56)

Terhitung mulai tanggal 1 oktober 2013, IAIN Sunan Ampel berubah menjadi UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 65 Tahun 2013.

UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya memiliki 9 fakultas:

a. Fakultas Adab dan Humaniora

b. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi c. Fakultas Syariah dan Hukum

d. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

e. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam f. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik g. Fakultas Psikologi dan Kesehatan h. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam i. Fakultas Sains dan Teknologi

Seperti halnya kampus negeri yang lain, UINSA juga membuka program pasca sarjana untuk program Magister (S2) dan Doktor (S3). Program Magister (S2) di kampus ini membuka untuk beberapa jurusan, diantaranaya Pemikiran Islam, Ekonomi Islam, Tafsir Hadits, Dakwah, Pendidikan Bahasa Arab, Syri’ah dan Pendidikan Islam.

Sedangkan untuk program Doktor (S3) UIN Sunan Ampel mempunyai al-Dirasat dan al-Islamiyah (bidang islamic studies) yang mengkaji tentang keislaman dengan pengkajian empirik dan non


(57)

empirik, menganalisis dan menggali fakta kontemporer dalam masyarakat islam (utamanya di indonesia).1

Gambar 3.1

Struktur Organisasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Sumber: Rektorat UIN Sunan Ampel Surabaya

1

Panduan Penyelenggaraan Program Strata Satu (S1) Dan Program Magister (S2) UIN Sunan Ampel Surabaya, (Surabaya: UIN Sunan Ampel: 2013), hlm. 1


(58)

Gambar 3.2

Rekapitulasi Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya


(59)

2. Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Dengan adanya perkembangan zaman, pasti ada yang namanya perubahan, begitulah perubahan IAIN Sunan Ampel yang berubah menjadi UIN Sunan Ampel. Dengan bertambahnya beberapa Fakultas baru pastinya membuat UIN Sunan Ampel lebih dipandang oleh masyarakat. Setidaknya akan bertambah jumlah mahasiswa tiap tahunnya.

Perubahan IAIN Sunan Ampel menjadi UIN Sunan Ampel pastinya akan merubah seluruh infrastruktur dan sarana prasarana di UIN Sunan Ampel Surabaya. Salah satunya seperti penambahan teknologi-teknologi modern.

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya saat ini hampir keseluruhan menggunakan teknologi yang dinamakan gadget. Penggunaan gadget telah dilakukan mahasiswa setiap hari di kampus. baik untuk belajar maupun untuk hiburan dan lain-lain. Hal ini memunculkan pandangan baru di kalangan mahasiswa, pandangan tersebut ialah meyakini gadget merupakan syarat utama mahasiswa modern.

Hampir keseluruhan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya menggunakan gadget. Penggunaan gadget tidak melihat tempat dan


(60)

waktu. Bisa dilakukan dimana saja, karena gadget merupakan alat yang praktis. Perhatikan gambar berikut:

Gambar 3.3

Mahasiswa menggunakan gadget di area UIN Sunan Ampel Surabaya

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Bentuk Hegemoni Gadget

Sebelum diuraikan tentang Hegemoni Gadget di kalangan mahasiswa, berikut peneliti paparpakan terkait hal pokok yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini, yaitu bentuk hegemoni dan dampak hegemoni gadget di kalangan mahasiswa. Hegemoni gadget merupakan penggiringan ideologi manusia agar selalu membutuhkan gadget, sehingga manusia akan senantiasa menggunakan gadget disetiap aktivitas. Berikut kami paparan proses hegemoni gadget di kalangan mahasiswa:


(61)

a. Hegemoni Gadget

Hegemoni dalam arti berbeda dapat diartikan sebagai dominasi yang berarti penguasaan oleh pihak yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah. Penguasaan ini dapat diterapkan secara langsung atau tidak langsung. Hegemoni dalam hal ini merupakan penguasaan terhadap ideologi manusia secara tidak langsung/tidak sadar. Gadget merupakan alat yang menjadi perantara berhasilnya hegemoni tersebut.

Mahasiswa merupakan generasi muda yang belajar di perguruan tinggi.2 Kegiatan utama mahasiswa adalah menimba ilmu dan mencari banyak pengalaman selama mereka berada di Perguruan Tinggi. Pola pikir mahasiswa saat ini terkonstruk oleh teknologi modern. Mereka terbawa dan terbuai oleh arus modernisasi mengeikuti masyarakat yang bertransformasi menuju masyarakat industri. Hal ini yang melahirkan budaya baru penggunaan gadget di kalangan mahasiswa.

Mahasiswa telah terhegemoni oleh produk masyarakat industri yang menamakan dirinya sebagai masyarakat modern. Mahasiswa menjadi tumbal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka menikmati produk masyarakat industri yang sebenarnya memanfaatkan mereka.

2

Tim Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 696.


(62)

Kenyataan ini tidak dapat dipungkri lagi. Mahasiswa saat ini sangat membutuhkan gadget yang merupakan produk masyarakat industri. Sebab saat ini adalah era modernisasi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hoiron mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi:

“Saya sangat membutuhkan gadget, saya membutuhkannya untuk mencari informasi. Kalau menggunakan gadget itu dapat mempermudah saya mnecari informasi. Tinggal nyambung ke internet, informasi apapun dapat saya cari. saya menggunakannya karena tuntutan zaman, sekarang kan era modernisasi. Karena saya juga tidak mau ketinggalan informasi. Nanti dibilang kudet (kurang update).”3

Gadget menjadikan penggunanya dapat melacak segala informasi yang berada didunia maya. Hoiron memaparkan bahwa saat ini era mdernisasi, dia tidak mau ketinggalan informasi sekecil apanu. Dia selalu mengupdate berita melalui gadgetnya. Sebab dia tidak mau dibilang kurang update (kudet). Hal ini merupakan sebuah paksaan arus modernisasi yang memaksa mahasiswa seperti Hoiron menggunakan gadget.

Arus modernisasi seakan menyihir seluruh mahasiswa agar menggunakan teknologi informasi seperti gadget. Hal tersebut merupakan budaya baru di kalangan mahasiswa saat ini. Penggunaan gadget dapat mempermudah penggunanya untuk mencari informasi. Budaya lama mahasiswa telah tergantikan oleh kecanggihan teknologi. Dahulu mahasiswa mencari informasi menggunakan surat

3


(63)

kabar, artikel dan lain-lain. Namun saat ini hal itu seakan pudar. Mahasiswa lebih memilih menggunakan gadget untuk mencari informasi. Karena gadgetdapat mempermudah mencari informasi.

“…Saya termasuk orang yang kurang mampu jika membeli gadget. Keluarga saya termasuk keluarga yang kurang mampu. Saya menggunakan gadget ini hanya untuk BBM (BlackBerry Messenger), WA (Whats App) bermain Game dan mencari informasi aja.”4

Penggunaan gadget di kalangan mahasiswa tidak mengenal status kaya atau miskin, tidak mengenal mampu atau tidak mampu, tidak mengenal pintar atau bodoh. Sebab hal terpenting bagi mahasiswa saat ini yaitu dapat menggunakan gadget tersebut untuk kebutuhannya. Penggunaan gadget memeberi kemudahan bagi penggunanya. Pengguna seperti Hoiron dapat menggunakan beberapa aplikasi yang telah disediakan oleh gadget itu sendiri seperti yang telah dipaparkan oleh Hoiron.

Dalam hal ini Hegemoni gadget dapat disebut sebagai doktrinasi teknologi terhadap mahasiswa. Mahasiswa telah dikonsep agar membutuhkan teknologi sebagai ideologi mereka. Secara tidak sadar mahasiswa mengalami penindasan yang tidak mereka rasakan.

Perkembangan teknologi gadget ini membawa dampak yang sangat tak disangka-sangka. Gadget telah menjelma menjadi kebutuhan primer (pokok) dan kebutuhan sekunder mahasiswa.

4


(64)

Sebagaimana yang dipaparkan oleh Ahmada Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi:

“Gadget ini menjadi kebutuhan saya pribadi, ada kebutuhan primer dan ada kebutuhan skundernya, untuk kebutuhan primer seperti SMS dan Telfon. Untuk kebutuhan sekundernya itu tak buat catatan. Soalnya alikasi yang ada digadget ini menyidiakan aplikasi yang saya perlukan seperti Microsoft Word, Excel dan PowerPoint. Jadi ketika saya kuliah, saya tidak membawa buku. Cukup bawa gadget ini aja sudah lengkap.”5

Kebutuhan mahasiswa dapat terpenuhi ketika mereka memiliki gadget. Mereka dengan dapat melakukan kegiatan belajar mereka dengan ditemani gadget. Mahasiswa saat ini menjadikan gadget sebagai kebutuhan mereka. Ada dua kebutuhan mahasiswa menggunakan gadget yang diungkapkan oleh ahmada yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah penggunaan gadget untuk hal-hal yang penting seperti SMS dan Telepon. Kebutuhan Sekundernya hanya digunakan untuk menyimpan catatan.

Hegemoni gadget merubah pola pikir mahasiswa saat ini. Perubahan tersebut dapat dilihat dari perilaku mahasiswa yang mulai berpikir instan. Hal itu dapat terlihat ketika mahasiswa saat ini lebih memilih menggunakan gadget sebagai tempat menyimpan catatan ketimbang menggunakan buku tulis. Mahasiswa memanfaatkan kecanggihan gadget yang dapat berubah menjadi buku catatan elektronik.

5


(65)

b. Pengontrolan Gadget

Sekarang ini, kekuasaan politik menyatakan dirinya sendiri melalui kekuasaanya terhadap proses mesin dan terhadap organisasi teknis dari suatu peralatan. Pemerintah dari masyarakat yang sudah maju atau masyarakat yang sedang mengalami kemajuan dapat memepertahankan dan mengamankan dirinya hanya ketika pemerintah itu berhasil dalam menggerakkan, mengorganisasi dan mnegeksploitasi produktivitas teknis, ilmiah dan mekanis yang telah tersedia bagi peradaban industri. Produktivitas ini bisa menggerakkan masyarakat secara keseluruhan, di atas dan di luar kepentingan individu dan kelompok apa saja.

Adanya fakta kasar bahwa kekuasaan fisik dari mesin seperti instrument politik yang paling efektif di dalam masyarakat apa saja yang organisasi dasarnya adalah sama dengan organisasi mesin. Akan tetapi, kecenderungan politik bisa terjadi sebaliknya; secara esensial kekuasaan mesin hanyalah merupakan kekuasaan manusia yang dikumpulkan dan diproyekkan. Pada tingkat tertentu di mana dunia kerja terdiri dari mesin dan dimekanisasi dengan semestinya, maka hal itu akan menjadi dasar potensial dari kebebasan baru bagi manusia.6

Kekuasaan teknologi kini telah menyatakan dirinya sebagai kekuasaan terhadap mesin. Alat utamannya adalah teknologi itu

6


(1)

menjadi sarana perpustakaan pengganti, jadi mahasiswa dapat mencari refrensi dengan mudah.

Gadget juga mempunyai dampak negatif, seperti hilangnya

nilai-nilai lokal mahasiswa. Dengan adanya gadget nilai-nilai tradisional juga dapat terhapus. Kedua, mahasiswa dapat melupakan realitasnya sendiri, mahasiswa akan asyik berada di realitas buatan. Ketiga, mahasiswa akan kehilangan daya kritisnya, dengan dimanjakan oleh kecanggihan gadget.

2. Hegemoni Gadget Di kalangan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya: Tinjauan Teori Hegemoni Antonio Gramsci

Berdasarkan penyajian data, jika dikorelasikan dengan teori Hegemoni, akan didapatkan sebuah konsep tentang hegemoni gadget di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

Hegemoni merupakan rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus ketimbang melalui penindasan terhadap kelas sosial. Hegemoni berusaha menjelaskan kepemimpinan melalui intelektual dan moral. Karena itu hegemoni pada hakekatnya adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan.

Fenomena gadget di kalangan mahasiswa menggambarkan

sebuah nilai yang mendominasi seluruh unsur mahasiswa dengan sebuah kerangka yang ditentukan, hal ini merupakan sebuah


(2)

konsensus yang menjadi gagasan serta wawasan mahasiswa.

Gadget menjadi sumber informasi mahasiswa yang mendominasi

pengalaman mahasiswa. Kebutuhan akan gadget menimbulkan

kecendrungan penggunaan gadget dalam hal apapun.

Upaya penggiringan mahasiswa agar memandang gadget sebagai kebutuhan merupakan hegemoni yang telah dilakukan pihak tertentu (kaum kapitalis, feodal,). Hal ini merupakan sebuah rantai kemenangan yang disepakati oleh mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan pihak tertentu tersebut. Karena itu ada sebuah proses penyamaan persepsi dalam memahami gadget.

Secara tidak langsung mahasiswa telah digiring dalam sebuah kerangka yang telah ditentukan. Penggiringan tersebut

dimulai dari penggunaan gadget hingga ketergantungan akan

gadget. Hal ini merupakan dominasi dalam hal ideologi, mahasiswa tidak dikuasai secara sadar, namun dikuasai secara tidak sadar melalui intelektual dan moralnya.


(3)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa

penggunaan gadget di kalangan mahasiswa bukanlah tanpa sebab, hal

tersebut karena adanya kebutuhan bagi mahasiswa itu sendiri. Ada

beberapa bentuk hegemoni gadget di kalangan mahasiswa UIN Sunan

Ampel Surabaya yang dapat dijelaskan yaitu hegemoni gadget,

pengontrolan gadget, transformasi mahasiswa, dan ideologi gadget.

Keseluruhan bentuk tersebut membentuk pola proses hegemoni gadget dikalngan mahasiswa.

Proses hegemoni yang dilakukan oleh kaum kapitalis terhadap masyarakat pada umumnya, dan mahasiswa pada khususnya agar

membutuhkan gadget sebagai kebutuhan sehari-hari. Tentunya hal

tersebut sudah terangkai dan tersusun rapi. Hanya perlu proses untuk menguasai masyarakat dan menggiringnya sesuai pola yang diinginkan. Hegemoni yang dilakukan dalam kesadaran masyarakat, sehingga masyarakat atau mahasiswa tidak merasa terhegemoni oleh kaum yang mempunyai kepeningan.

Selain itu hegemoni gadget juga memberikan dampak positif dan negatif bagi mahasiswa. Dampak positifnya yaitu: mempermudah aktivitas mahasiswa, media aspirasi mahasiswa, dan menjadi sarana perpustakaan.


(4)

Dampak negatifnya yaitu: hilangnya nilai-nilai lokal, melupakan realitas, dan hilangnya daya kritis.

Proses hegemoni menjadikan gadget sebagai kebutuhan

mahasiswa. Hal ini merupakan sebuah rantai kemenangan yang disepakati oleh mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan pihak tertentu tersebut. Karena itu ada sebuah peoses penyamaan persepsi dalam memahami gadget.

Mahasiswa telah terkonstruk pemikirannya oleh kecanggihan teknologi gadget. Mahasiswa telah digiring oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan. Pada intinya mahasiswa telah dikendalikan secara tidak sadar oleh teknologi itu sendiri. Saat ini dapat disimpulkan bahwa bukan manusia yang memberikan interpretasi terhadap teknologi, namun teknologi yang mendominasi pemikiran manusia.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan beberapa saran terkait fenomena gadget di kalangan mahasiswa agar dalam menggunakan dan memahami gadget.

x Gunakanlah gadget seperlunya, jadi jangan terlalu berlebihan

dalam menggunakan gadget.

x Pahamilah bahwa realitas yang dberikan oleh gadget adalah

buatan, bukan realitas riil.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Desy. 2015. Kamus Lengkap 1 Milliard. Surabaya: Amelia. Arikunto, Saharsami. 1998. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Barker. 2004. Cultural Studies Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Bisri, Cik Hasan dan Rufaida, Eva. 2002. Model Penelitian Agama dan Dinamika

Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Black, Jamaes A. dan Champion, Dean J. 2009. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Bocock, Robert. 2007. Pengantar Komprehensif Untuk memahami HEGEMONI, Yogyakarta: Jalasutra.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filososfis

dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan TERJEMAHNYA. Bandung: CV

PENERBIT J-ART.

Endraswara, Suwardi.2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi Modern. Jakarta :

Kencana Prenada Media Group.

Hardiman, F. Budi. 2009.Kritik Ideologi.Yogyakarta: Kanisius.

Karim, Rusli, 1992. Agama dan Masyarakat Industri Modern, (Yogyakarta: Media Widya Mandala

Lubis, Akhyar Yusuf . 2014. Postmodernisme Teori dan Metode. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Lubis, Mochtar. 2012. Manusia Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Marcuse, Herbert. 2000. Manusia Satu Dimensi. Yogyakarta: YAYASAN BENTANG BUDAYA.

Moleong, Lexy. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi., Bandung: Pemaja Rosdakarya.

Nasution, S. 2003. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.


(6)

Nawawi, H. dan Martini, M. 1994.Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Patria, Nezar dan Arief, Andi. 1999. Antonio Gramsci Negara & Hegemoni.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara wacana Yogya.

Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya. Simon, Roger. 1999. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar dan Insist.

Soedjito. 1986. Transformasi Sosial Menuju masyarakat industri. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Meteode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (Metode Penelitian dan Pengembangan), .Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, Mudji dan Putranto, Hendar. 2005. Teori-teori Kebudayaan,

Yogyakarta: Kanisius.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2010. Metode Penelitian Sosial: berbagai alternative pendekatan. Jakarta: kencana.

Syam, Nur. 2009. Model Analisis Teori Sosial. Surabaya: PMN

Tim Penyusun Kamus Pusat.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.