SEJARAH PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM NAUNGAN YAYASAN MADDRASAH ISLAMIYAH SENNATUNNUR (MIS) KECAMATAN SENORI, KABUPATEN TUBAN (1929-2005).

(1)

KECAMATAN SENORI, KABUPATEN TUBAN (1929-2005)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh : Lailatul Latifah NIM: A52212120

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAKS

Skripsi ini berjudul “Sejarah Perkembangan Lembaga pendidikan dalam Naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori Tuban Tahun 1929-2005”. Adapun fokus penelitian yang dibahas dalam skripsi adalah (1) Bagaimana Sejarahberdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Tuban? (2) Bagaimana Perkembangan lembaga pendidikan Islam dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Senori, Tuban (1929-2005)? (3) Apa Peranan dan sumbangsi para para pendiri Lembaga pendidikan Islam yang berada dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur terhadap masyarakat umum?.

Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan historis. Metode sejarah digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Pendekatan historis digunakan untuk mencari informasi tentang masa lampau dengan mengunakan cara sistematis mengenai perkembangan lembaga pendidikan dalam naungan Yayasan Madrassah Islamiyah Sunnatunnur Senori (1929-2005). Untuk menganalisa perkembangan lembaga pendidikan Sunnatunnur digunakan teori yang merupakan kontribusi yang relevan dari pandangan Max Weber, yang membedakan manusia menjadi tiga otoritas, yaitu: Pertama, otoritas kharismatik, yang mendasarkan pengaruh dan kewibawaan pribadi. Kedua, otoritas tradisional, yang mendasarkan pengaruh yang dimiliki berdasarkan perwarisan. Ketiga, otoritas legal-rasional yang mendasarkan pengaruh yang dimiliki berdasarkan jabatan dan kemampuan yang dimiliki.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa (1) Lembaga pendidikan formal pertama didirikan pada 1929, yang dipelopori oleh KH. Masyhuri, KH. Munawwar, KH. Abul Fadlol, KH. Maskur. Setelah berkembang, didirikanlah Yayasan Islamiyah Sunnatunnur pada 1997, yang diketuai oleh KH. Muhammad Muhyiddin Munawwar, untuk menaunggi lembaga pendidikan didalamnya. (2) Dalam perkembangannya telah berdiri beberapa lembaga pendidikan di Yayasan Sunnatunnur, MI Banin (1929), MI Banat (1937), MTs Banin (1958), MTs Banat (1965), RA (1966), MA (1971), SMAI (2002), STAI (2005). (3) Peranan dan sumbangsi yang telah diberikan para pendiri dan perintis yang telah diberikan kepada masyarakat setempat adalah memperjuangakan kemajuan pendidikan di Senori, adapun sumbangsinya, yakni ilmu pengetahuan, dan karya kitab untuk mempermudah para anak didiknya dalam memahami pengajaran yang disampaikan.


(6)

ABSTRACT

The title of tesis is “ the history of development in education of Institute foundation Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori Tuban's 1929-2005 ”. This reasearch focus in 3 spesific as like (1) The history of forming Foundation Madrasah Islamiyah Sunnatunnur-Tuban, (2) the developings Islamic education in Foundation Madrasah Islamiyah Sunnatunnur's, senori, Tuban (1929 - 2005), (3) The Role and gift of founder Education institute foundation Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori Tuban's 1929-2005 for social society .

In this research use history method with historical approaching. the History method use to describe happened in the past. The histories approximation method use to search information in the past, to the appoximation method use histories the sistematic method in corcerning development education Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori Tuban (1929-2005). To the reseach development education Sunnatunnur in use theris the consitute contribution of relevant according Max Weber, the defferent people there are 3 authority such as. First, charismatic authority, the influence and the authority of person. Second, traditional authority, the influence of the metters partaining to inheritance. Third, legal- rational authority, the influenceof the function and ability.

The result reseach to conclution (1) institute of formal education first, there are at 1929, such as Madrasah Islamiyah Sunnatunnur the crusade KH. Masyhuri, KH. Munawwar, KH. Abul Fadlol, KH. Maskur. (2) Madrasah Islamiyah Sunnatunnur in Senori, Tuban, MI Banin (1929), MI Banat (1937), MTs Banin (1958), MTs Banat (1965), RA (1966), MA (1971), SMAI (2002), STAI (2005) , whithough there are many callege and hindrance from the condition politic or condition social society. (3) There are many of founder Education institute foundation Madrasah Islamiyah Sunnatunnur to social society use us the developings Islamic education in Senori, such as scholarshi, and book composition to facilitate student’s in understand from intruction teaching that delivered.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERSETUJUAN PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAKS ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Kegunaan Penelitian ... 9

E.Pendekatan dan Kerangka Teori ... 10

F. Penelitian Terdahulu ... 12

G.Metode Penelitian ... 13

H.Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II : YAYASAN MADRASAH ISLAMIYAH SUNNATUNNUR A.Letak Georafis Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur .. 19


(8)

2.Visi-Misi dan tujuan berdirinya Yayasan Madrasah

Islamiyah Sunnatunnur. ... 19

B.Bentuk dan Sistem Pendidikan. ... 22

1.Bentuk dan Sistem Pendidikan.... ... ... 22

2.Kode Etik Guru Madrasah Islamiyah Sunnatunnur. ... 22

C.Sejarah berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur ... 23

1. Sejarah berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Senori, Tuban. ... 23

2. Pendirian Madrasah Formal. ... 28

a. Susunan Kepengurusan Madrasah Islamiyah Tahun 1994/1995. ... 36

b. Susunan Struktur Organisasi Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur. ... 37

c. Susunan Pengurus Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori, Tuban 1997-2001. ... 38

d. Susunan Pengurus Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori, Tuban 2001-2014. ... 39

BAB III : PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM YAYASAN MADRASAH ISLAMIYAH SUNNATUNNUR A.Perkembangan Lembaga Pendidikan dalam Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur... 40


(9)

2. Periode II tahun 1958-1997 ... 45

3. Periode III tahun 1997-2005 ... 51

4. Kondisi fisik 1929-2005 ... 58

B.Aktifitas dan Kelembagaan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatnnur ... 60

BAB IV : PERANAN DAN SUMBANGSI PARA PENDIRI MADRASAH ISLAMIYAH TERHADAP PENDIDIKAN MASYARAKAT SENORI A.Peranan para perintis dalam mendirikan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur ... 65

1. KH. Masyhuri (1901-1994) ... 66

2. KH. Munawwar (1887-1972) ... 69

3. KH. Abul Fadlol (1916-1991) ... 72

4. KH. Maskur (1912-1983) ... 78

B.Peranan Yayasan Sunnatunnur terhadap Masyarakat Senori... ... 82

1. Dibidang Sosial ... 83

2. Dibidang Kemanusiaan ... 84

3. Dibidang Keagamaan ... 84

BAB V : PENUTUP A.Kesimpulan ... 85

B.Saran ... 86


(10)

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Agama Islam merupakan suatu tahapan untuk mengembangkan serta melatih diri manusia untuk menjadi seorang individu yang mempunyai suatu kepribadian yang sempurna dan sesuai dengan norma serta nilai kehidupan yang ada dan diatur oleh Islam. Dengan mengenyam pendidikan sejak dini, manusia dapat mengembangkan kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam kehidupannya, sehingga menjadikannya seseorang yang memiliki nilai dalam masyarakat. Dari situlah pendidikan amat sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pola pikir maupun kepribadian seorang indovidu. Pendidikan Agama memiliki kedudukan dan peranan yang penting dalam pembangunan nasional, karena pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.1

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan pemikiran manusia. Dengan pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, A Hasymy merumuskan tujuan dari pendidikan adalah membina manusia yang memiliki keinginan dan sanggup menjalankan ajaran Islam.2 Dalam pendidikan tidak akan terlepas dengan proses belajar dan mengajar yang pada umumnya dilakukan pada suatu lembaga pendidikan. Belajar merupakan suatu

1

Abu Ahmadi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta Bumi Aksara, 1991), 1.

2


(12)

usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melakukan perubahan lebih baik dalam diri manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam menuntut ilmu.3

Dalam proses belajar dan mengajar, sekolah atau madrasah sangatlah berperan bagi masyarakat. Kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang pokok dalam suatu lembaga pendidikan. Dalam hal ini kita akan membahas mengenai lembaga pendidikan yang ada didalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatuur, yang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Kabupaten Tuban. Lembaga pendidikan Islam ini berdiri 16 tahun sebelum Indonesia merdeka, yaitu tahun 1929 mulai berdiri lembaga pendidikan pertama Madrasah Ibtidaiyah.

Lembaga pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang berdasarkan ajaran Islam dan berfungsi untuk memberikan pedoman pada masyarakat muslim mengenai tatalaku dan sikap dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam masyarakat, dan memberikan pengarahan dalam melakukan pengendalian sosial.4 Dalam suatu lembaga biasanya dikelola oleh sebuah yayasan, yang mana didalamnya terdiri dari kepengurusan yayasan yang berfungsi untuk menjalankan yayasan tersebut. Fungsi dari yayasan sendiri bukan hannya tempat untuk bermusyawarah. Yayasan dapat digunakan sebagai naungan dari berbagai lembaga pendidikan didalamnya, untuk memahami sebuah ilmu pengetahuan.

3

Makmun Khairi, Psikologi Belajar (YogjakartaAswaja Presindo, 2014), 3-5.

4


(13)

Salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Kabupaten Tuban, khususnya di kecamatan Senori yang masih tetap berdiri sampai saat ini adalah lembaga pendidikan Islam yang berada dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur atau dikenal dengan singkatan MIS, kecamatan Senori, Kabupaten Tuban. Lembaga Pendidikan Islam ini mulai ada ditengah-tengah masyarakat sejak tahun 1929, dengan dipelopori oleh beberapa Ulama’ ternama di Kecamatan tersebut. Salah satu ulama’ yang dikenal dikalangan umum bahkan di Nusantara adalah KH. Abul Fadhol pendiri PP. Darul Ulum, yang mana beliau adalah salah satu penyebar agama Islam dan memiliki manuskrip tertua di Senori. Dalam perkembangannya kiai Syahid merupakan pelopor pertama dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Senori. Kiai Syahid mengkader beberapa ulama di luar Senori untuk ikut dalam mema jukan pendidikan di daerah tersebut. Para alim ulama itu adalah KH. Masyhuri, KH. Munawwar, KH. Maskur dan KH. Shodiq. Karena kegigihan Kiai Syahid dalam memajukan pendidikan di Senori, berdirilah pondok pesantren yang diasuh oleh setiap alim ulama yang telah beliau kader.

Pelopor utama pendirian lembaga formal di Senori adalah KH. Masyhuri, beliau merasa bahawa pendidikan di dalam pondok pesantren masih memiliki kekurangan dan membutuhkan lembaga formal untuk menyempurnakan pendidikan masyarakat setempat, dengan dibantu oleh kiai lainnya pada tahun 1929 mulai dirintis dan didirikan Madrasah Ibtidaiyah dan selalu mengalami perkembangan, yang pada akhirnya terbentuk sebuah Yayasan Madrasah


(14)

Islamiyah Sunnatunnur Senori pada 1997, oleh kader penerus. Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur terletak di jalan K. Djoned Jatisari Senori Tuban, Email: mas.sunnatunnur@gmail.com.

Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS), merupakan salah satu yayasan Islam terbesar di kecamatan Senori, kabupaten Tuban. Pada awal berdiri, Yayasan ini hanya berbentuk sebuah tempat pembelajaran agama Islam bagi semua kalangan masyarakat guna memperdalam ilmu keislaman saja, namun seiring berkembangnya waktu yayasan ini mulai berkembang dan menjadi naungan atas beberapa lembaga pendidikan formal yang telah berdiri. Sebelum resmi menjadi sebuah yayasan, lembaga pendidikan ini bernamakan Madrasah Islamiyah dan pembelajaran yang disampaikan masih kental akan pembelajaran Islam. Madrasah Islamiyah dirintis oleh para alim Ulama’ yang diketuai oleh KH. Masyhuri dan dibantu oleh ulama lainnya.5

Madrasah Islamiyah mulai berkembang dengan bukti sudah memiliki beberapa lembaga pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut: Madrasah Ibtida’iyah Islamiyah Banin (1929), Madrasah Ibtida’iyah Islamiyah Banat (1937), Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Banin(1958) dan Banat (1965), Raudlotul Athfal ( 1966), Madrasah Aliyah (1970), SMAI (2002), STAI (2005), SMK (2012).6

5

Mudjamik, Wawancara, Tuban, 16 Oktober 2015.

6


(15)

Pada puncaknya, Madrasah Islamiyah telah diresmikan menjadi sebuah Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, pada tahun 1997 oleh pemerintah pusat, namun Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur mulai dirintis oleh para Ulama’ dan mendirikan suatu lembaga pendidikan Madrasah Formal pada tahun 1929, 16 tahun sebelum Indonesia Merdeka. Terbentuknya lembaga pendidikan ini dipelopori oleh sekelompok Ulama’ yang bertempat tinggal di Desa Jatisari Kecamatan Senori Kabupaten Tuban, yang dipimpin oleh KH. Masyhuri dari Lasem Rembang, Jawa Tengah dan dikembangkan serta dikoordinasikan oleh para Ulama’ Senori, diantaranya:

1. KH. Masyhuri 2. KH. Munawwar 3. KH. Maskur 4. KH. Shidiq 5. KH. Djoned 6. KH. NurSyam 7. KH. Nur Salim 8. KH. Abul Fadhol.7

Pada 17 Juli 1929 yayasan madrasah Islamiyah Sunnatunnur, mulai mendirikan sebuah lembaga pendidikan jenjang Madrasah Ibtidaiyah Banin (MI)

7

Dokumen Pendirian MI. Islamiyah Banin, Jatisari Senori Tuban, Sepintas Kilas Berdirinya MI.Islamiyah Banin, 1994, 1.


(16)

atau sekarang setara dengan tingkat sekolah dasar (SD).8 Lembaga pendidikan ini diberi nama Islamiyah dengan tujuan, supaya anak didik yang telah menyelesaikan tingkat pedidikannya dapat meneruskan perjuangan dalam penyebarkan agama Islam khususya di wilayah Senori. Para Ulama pendiri lembaga pendidikan ini memiliki keinginan untuk menjadikan anak didiknya sebagai kaum muslim yang beriman dan bertaqwa, yang memiliki akhlakul kharimah dan berpengetahuan luas.9

Pada tahun 1929 Pelaksanaan pendidikan masih menggunakan sistem ala pesantren yakni memiliki dua sistem pembelajaran, Bandungan dan Sorogan.10 Dalam belajar mengajar dilakukan dengan cara peserta didik menghadap guru satu persatu dengan menggunakan kitab kuning. Hal ini dilakukan karena belum dikeluarkannya SKB 3 Menteri yaitu, Menteri Agama, Menteri P dan K dan Menteri Dalam Negeri.11 Sistem belajar ini daapat mempermudah para pengajar untuk membedakan para anak didiknya dan mengklasifikasikan anak didiknya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, bukan di klasifikasikan sesuai umur 8 Ibid. 9 Ibid. 10

Bandungan: seorang santri yang tidak menetap di pondok pesantren, namun mereka mengikuti mengaji di pondok pesantren dengan cara pulang pergi atau ketika waktu mengaji mereka berada dipondok dan ketika waktu mengaji selesai mereka kembali kerumah membantu orang tua mereka di rumah.

Sorogan: suatu metode pembelajaran yang dilakukan oleh santri dengan cara maju satu persatu dan membaca kitab kuning yang disemak langsung oleh kyainya, dan metode ini sampai sekarang masih

digunakan di pondok pesantren yang ada. Dadan Rusmana, “Sorogan dan Bandungan Sistem Klasik Pendidikan di Pesantren”,dalam

http://dadanrusmana.blogspot.co.id/2012/05/sorogan-dan-bandungan-sistem-klasik.html (30 MEI 2012).

11

Dokumen Pendirian MI. Islamiyah Banin, Jatisari Senori Tuban, Sepintas Kilas Berdirinya MI.Islamiyah Banin, 1994, 1.


(17)

seperti saat ini.12 Metode ini masih digunakan hingga saat ini, karena metode ini dianggap metode yang paling efektif dalam pembelajaran di pondok pesantren.

Tahap pendidikan di lembaga pendidikan Islamiyah banyak mengutamakan pelajaran akhlak atau adab Islamiyah untuk diajarkan kepada anak didiknya. Banyak kitab-kitab yang membahas tentang akhlak antara lain Akhlakul Banat, Akhlakul Banin, Wasoya, Adab Islamiyah dan banyak lain sebagainya. Kitab-kitab tersebut membahas tentang adab atau tata cara dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Kitab-kitab tersebut menggunakan bahasa arab yang merupakan kitab gundulan atau kitab yang tidak memiliki kharakat, dan semua pembahasannya berdasarkan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Dilihat dari tujuan didirikannya Lembaga madrasah Islamiyah, yaitu mencetak siswa-siswinya menjadi manusia yang berakhlakul karimah, maka dapat dilihat bahwa mata pelajaran yang diajarkan banyak menyangkut tentang akhlak dan Adab Islam untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat memajukan pendidikan moral pada masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Senori. Hal ini dikarenakan pada saat itu bangsa Indonesia berada pada kemerosotan moral. Pengajaran sopan santun diatur sangat mendetail oleh agama Islam, bahkan pribadi masing-masing individu juga diatur dalam Islam.13

12

Mudjamik, Wawancara, Tuban, 5 November 2015.

13


(18)

Keberadaan para kiai dalam lembaga pendidikan ini juga memudahkan perkembangan sistem belajar mengajar dalam suatu masyarakat. Peran para ulama dalam pendirian lembaga pendidikan Yayasan Islamiyah Sunnatunnur memberikan inspirasi dan motivasi sehingga terbentuklah suatu lembaga pendidikan Islam. Seorang kiai biasa dipandang sebagai sesepuh, oleh karena itu, beliau berperan sebagai pemberi nasehat dalam berbagai aspek dan persoalan kehidupan. Karismatik seorang kiai sangatlah berpengaruh dalam perkembangan lembaga pendidikan di Yayasan Islamiyah Sunnatunnur.

Dari berbagai penjelasan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang Sejarah Perkembangan Berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur serta lembaga yang ada didalamnya, dengan hal ini penulis melakukan penelitian serta pencarian data dengan judul:

Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dalam Naungan

Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS) Kecamatan Senori Kabupaten Tuban (1929-2005)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Kecamatan Senori Kabupaten Tuban?

2. Bagaimana Perkembangan lembaga pendidikan Islam dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Senori, Tuban?


(19)

3. Apa peranan dan sumbangsi para pendiri Madrasah Islamiyah terhadap masyarakat umum?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tentang Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS), Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban tahun 1929-2005, serta pengaruhnya terhadap masyarakat umum. Spesifikasi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis sejarah berdirinya Yayasan Madrasah

Islamiyah Sunnatunnur (MIS), Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban.

2. Memberikan pengetahuan mengenai perkembangan lembaga pendidikan Islam yang berada dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur tahun 1929-2005.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dan sumbangsi para pendiri lembaga pendidikan terhadap kemajuan pendidikan masyarakat umum.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian sendiri adalah dibagi menjadi 2 bagian yaitu: 1. Kegunaan Teoritis

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai kajian bersejarah, yang mana harus kita jaga dan kita ketahui serta kita lestarikan. diharapkan kajian ini dijadikan dokumentasi sebuah lembaga pendidikan


(20)

terhadap Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dalam Naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Senori, Tuban 1929-2005.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi jurusan Sejarah dan Kebudayaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pembelajaran mengenai sejarah yang masih ada hingga saat ini, khususnya di daerah Tuban.

b. Bagi mahasiswa peneliti, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadikan wacana untuk memperluas pengetahuan, serta diharapkan penulis dan semua pihak yang berkepentingan dapat melihat secara jelas, bahwa disekitar kita masih terdapat sejarah yang perlu diungkap kebenarannya yang harus diketahui.

c. Bagi masyarakat dan keluarga, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan dokumentasi bagi perpustakaan sekolah, serta sebagai refleksi sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dalam Naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur 1929-2005. Diharapkan juga bagi orang yang membaca penelitian ini dapat mengetahui sejarah yang ada dalam perkembangan lembaga pendidikan yang terjadi saat ini, terutama masyarakat Tuban sendiri.

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Inti dari penelitan ini adalah Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dalam Naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur. Banyak masyarakat yang merespon dan membantu akan perkembangan suatu lembaga


(21)

pendidikan ini. Namun karena Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur ini berdiri 16 tahun sebelum Indonesia merdeka, maka sejarah perkembangannya pernah terhambat oleh konflik konflik yang ada. Penelitian ini mempelajari tentang perkembangan yang ada pada saat itu.

Para pendiri lembaga pendidikan ini banyak dari kalangan ulama’ besar di daerah tersebut, yang mana beliau berperan serta memiliki daya tarik terendiri bagi masyarakat umum. Para alim ulama’ merupakan tokoh yang kharismatik dan sangat dihormati serta dihargai oleh semua kalangan masyarakat, hal ini dikarenakan Ilmu keagamaan yang dimilikinya, sikap dalam memajukan pendidikan di daerah Senori, Tuban, dan budi pekerti dalam bergaul serta kerendahan hati dalam menyikapi permasalahan yang terjadi saat itu. Perjuangan para ulama Senori dalam memajukan pendidikan didaerah ini menghasilkan hasil yang memuaskan, karena lembaga pendidikan dalam naungan Yayasan Islamiyah ini berkembang pesat sampai saat ini.

Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan historis. Pendekatan dalam kamus besar memiliki pengertian usaha dalam melakukan penelitian untuk menghadirkan hubungan dengan orang yang diteliti.14 Pendekatan historis merupakan pendekatan yang mencari informasi tentang masa lampau dengan mengunakan cara sistematis.15

14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: DPKRI, 1998), 192.

15

Syamsudin Serero,“Pendekatan Historis dalam Islam“, dalam


(22)

Kerangka teori yang digunakan disini merupakan kontribusi yang relevan dari pandangan Max Weber, yang mana membedakan manusia menjadi tiga otoritas, yaitu: Pertama, otoritas kharismatik, yang mana mendasarkan pengaruh dan kewibawaan pribadi. Kedua, otoritas tradisional, yang mana mendasarkan pengaruh yang dimiliki berdasarkan perwarisan. Ketiga, otoritas legal-rasional yang mendasarkan pengaruh yang dimiliki berdasarkan jabatan dan kemampuan yang dimiliki. Dalam hal ini posisi para ulama pendiri Yayasan Islamiyah Sunnatunnur adalah seorang ulama kharismatik yang sangat dihormati dan dihargai oleh semua kalangan, hal ini dikarenakan ilmu yang dimiliknya baik ilmu kebatinan dan ilmu agamanya.

F. Penelitian Terdahulu

1. Naili Fikriyah. Urgensi mata pelajaran Adab Islamiyah dalam membangun akhlak siswa di MA Islamiyah Senori Tuban.

Penelitian ini memfokuskan bahasanya pada pentingnya mata pelajaran Adab Islamiyah sebagai mata pelajaran akhlak. Penulis juga memaparkan sedikit mengenai sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Senori pada tahun 1981, yang berada dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur. Dalam penelitian ini penulis memaparkan beberapa mata


(23)

pelajaran yang dibahas dalam proses belajar mengajar terutama mata pelajaran yang bersangkutan dengan akhlak.

Penulis memaparkan secara jelas mengenai tahun berdirinya Madrasah Islamiyah sampai madrasah ini memiliki akreditasi A. Penulis juga menjelaskan bagaimana pengaruh pembelajaran Adab Islam terhadap perkembangan mental anak didiknya.

2. Siti Anisah. Teknik Speed Reading dalam Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs. Islamiyah Banat Jatisari Senori Tuban.

Penelitian ini membahas tentang bagaimana pentingnya suatu lembaga pendidikan Islam pada perkembangan anak. Penulis juga memaparkan gambaran umum obyek penelitian yang meliputi sejarah, struktur organisasi, dan tenaga pengajar, data prestasi siswa, penyajian data dan analisis data yang ada di lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Senori, Tuban. 3. Rochim. Upaya Kepala Madrasah dalam meningkatkan Profesionalitas Guru

di MTs Islamiyah Banin Jatisari, Senori, Tuban.

Penelitian ini membahas tentang profesionalitas dan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru, didalamnya juga menyantumkan tentang profil serta perkembangan pembelajaran yang ada di MTs Banin, Jatisari, Senori, Tuban.

Dari ketiga penelitian tersebut dapat dilihat perbedaan antara penelitian yang ada dengan penelitian yang akan dibahas dalam penulisan


(24)

Skripsi ini. Penelitian yang berjudul “Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dalam Naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Kecamatan Senori Kabupaten Tuban (1929-2005)”, lebih memfokuskan pada sejarah perkembangan yang terjadi dari lembaga pendidikan Yayasan Islamiyah Sunnatunnur. Perkembangan lembaga pendidikan ini dibagi menjadi tiga periode yakni, periode I tahun 1929-1958, Periode II tahun 1958-1997, Periode III tahun 1997-2005. Dalam penelitian ini juga membahas mengenai peranan para ulama dalam yayasan terhadap masyarakat umum.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yang bertujuan untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dalam Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban (1929-2005). Instrumen utama yang digunakan adalah penelitian pribadi.

Metode penelitian sejarah adalah suatu prosedur dari sejarah untuk mengambarkan suatu kejadian masa lampau yang pernah terjadi, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mencari data, meneliti data, dan menulis secara sistematis.16

Data yang dikumpulkan adalah berupa arsip tentang berdirinya Yayasan dan terbentuknya suatu lembaga pendidikan Islam (1929-2005), lisan atau

16

Nugroho Notosusanto, Norma-Norma Dasar Penelitian Sejarah (Jakarta: Penerbit Sej ABRI, 1971) 72.


(25)

wawancara. Seluruh data tersebut kemudian dianalisis secara induktif sehingga menghasilkan data yang aktual dan dapat dipertanggung jawabakan. Untuk memperoleh data tersebut dilakukan, teknik pengumpulan data.

Dalam sebuah penelitian sejarah dibutuhkan langkah-langkah dalam proses penelitian, diantaranya:

1. Heuristik atau pengumpulan data yaitu, suatu tahap baik dalam bentuk tertulis dan lisan yang diperlukan untuk kelengkapan penelitian. Terkait dengan judul proposal diatas, maka dibutuhkan studi pustaka untuk mendapatkan literatur dan sumber-sumber. Dalam melakukan kegiatan heuristik, peneliti lebih memperioritaskan pengalian data dengan mengunjungi kantor pusat yayasan dan kantor-kantor pada setiap tingkatan lembaga pendidikan, yang mana didalamnya menyimpan surat-surat penting, sertifikat dan buku yang berkaitan dengan judul yang diangkat. Adapun data yang dapat menunjang akan kebenaran judul yang diangkat sebagai berikut, Buku Panduan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Akte Notaris: Nurul Yakin, SH. No: 52/1997, Dokumen Pendirian MI. Islamiyah Banin, Jatisari Senori Tuban, 10 Juni 1994, History Of Madrasah Aliyah Islamiyah (Tampak Lautan Senori), Identitas Madrasah Islamiyah Jatisai Senori Tuban. 2003, Wawancara pribadi. Wawancara, merupakan suatu metode yang dilakukan peneliti untuk


(26)

mendapatkan informasi secara langsung maupun tidak langsung, dengan memberikan pertanyaan pada responden.17

2. Kritik Sumber, adalah meneliti sumber yang digunakan peneliti untuk memperoleh kejelasan mengenai kebenaran sumber tersebut.18 Data atau sumber yang telah terkumpul pada tahap heurustik, diuji kembali kebenarannya mengunakan kritik sumber guna memperoleh keontentikan suatu sumber. Untuk menguji suatu keabsahan atau keontentikan suatu sember, dilakukan kritik intern dan eksteren dalam melakukan penelitian.19 Kritik intern dilakukan dengan berusaha membuktikan bahwa kesaksian yang diberikan oleh sumber dapat dipercaya. Kritik intern dilakukan dengan serangkaian langkah oleh para sejarawan dalam melihat keabsahan suatu sumber. Kritik Ekstern juga dilakukan dalam penulisan penelitian ini. Kritik Ekstern membahas tentang autentik atau tidaknya suatu sumber yang berhubungan dengan isi, gaya, bahasa, dan tulisan tangan.20

3. Interprestasi, dilakukan pada sumber yang didapatkan oleh peneliti, yang kemudian dibentuk menjadi sebuah laporan dan dilakukan analisis data. Analisis data merupakan usaha dalam mencari dan menyusun secara sistematis dari hasil observasi dan pencarian data yang dilakukan, dengan

17

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 143-145.

18Lilik Zulaicha, “Metodologi Sejarah I”,

(Laporan Penelitian , IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2005), 16.

19

Hasan Ustman, Metodologi Penelitian Sejarah, Terj. Mu’in Umar (Jakarta: Proyek Pembinaan

Prasaranadan sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, 1986) 77-79.

20Lilik Zulaicha, “Metodologi Sejarah I”, 27


(27)

tujuan untuk meningkatkan pemahaman penulis terhadap masalah yang diteliti.

4. Historiografi, merupakan langkah penyusunan deskripsi secara kronologis, sehingga menghasilkan karya sejarah yang utuh. Historiografi merupakan tahap terakhir dalam penelitian, yang mana penulis memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Historiografi merupakan kegiatan menyusun suatu fakta sejarah yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap sumber sejarah yang berbentuk tertulis.21

H. Sistematika Pembahasan

Bab pertama penulis memaparkan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, Tujuan, Kegunaan, Kerangka Teori, Penelitian terdahulu, Metode penelitian dan Sistematika pembahasan. Pembahasan dalam bab ini merupakan uraian pokok dari pembahasan selanjutnya.

Bab dua penulis membahas tentang lokasi, visi-misi dan tujuan Yayasan Islamiyah Sunnatuur, dalam bab ini juga membahas tentang bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, dari pengurus madrasah sampai terbentuknya suatu yayasan. Awal mula perintisan lembaga pendidikan Islam ini pada tahun 1929 oleh para alim Ulama’ penyebar Islam di Senori yang dipelopori oleh KH. Masyhuri dan dibantu oleh Ulama’-ulama’ lainnya dari desa Jatisari, Senori, Tuban. Pada 17 Juli 1929 sebelum Indonesia merdeka, lembaga

21


(28)

pendidikan ibtidaiyah Islamiyah senori telah dibuka, pendirian lembaga pendidikan ini dimaksutkan guna melengkapi pendidikan pesantren yang sudah ada disekitar lembaga pendidikan Islamiyah.. Pada tahun 1937 juga didirikan Madrasah Islamiyah khusus wanita, dilanjut pembangunan MTS Banin dan Banat, Aliyah dan Perguruan Tinggi agama Islam serta pendirian RA. Semua lembaga tersebut berada dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur.

Dalam bab tiga, penulis membahas tentang perkembangan lembaga pendidikan dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Senori, Tuban dari tahun 1929-2005, dalam hal ini penulis membagi perkembangan Yayasan Islamiyah Sunnatunnur menjadi tiga periode yakni: Periode I tahun 1929-1958, Periode II tahun 1958-1997, Periode III tahun 1997-2005. Bab ini juga membahas tentang Struktur kepengurusan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur.

Bab keempat, merupakan pembahasan yang membahas tentang peranan para pendiri madrasah Islamiyah Sunnatunnur terhadap pendidikan masyarakat. Adapun para peendiri yang ikut berperan serta dalam perkembangan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur adalah KH. Masyhuri, KH. Munawar Pengasuh PP Mansyaul Huda Senori, Tuban, KH. Abul Fadhol Pengasuh PP. Darul Ulum Senori, Tuban, KH. Maskur Pengasuh PP. AL-Hidayah Senori, Tuban.


(29)

Bab kelima, penulis menjelaskan tentang kesimpulan akhir dalam menulis penelitian. Dalam bab ini diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dan menjadi pertimbangan dalam penelitian selanjutnya


(30)

BAB II

LATAR BELAKANG BERDIRINYA YAYASAN MADRASAH ISLAMIYAH SUNNATUNNUR, SENORI, TUBAN. A. Letak Geografis Yayasan Islamiyah Sunnatunnur (MIS)

1. Lokasi Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS).

Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS) terletak sekitar 60 km, dari arah selatan kabupaten Tuban, dan 35 km dari kabupaten Bojonegoro atau perbatasan Tuban-Bojonegoro, tepatnya di desa Jatisari, kecamatan Senori. Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur terletak 5 kilometer dari kaki gunung Gong Banyuurip, kecamatan Senori, atau 50 kilometer dari arah barat daya kota kabupaten Tuban Jawa Timur, tepatnya dijalan K. Djoened, Jatisari Senori Tuban.

Letak Yayasan Islamiyah Sunnatunnr sangatlah strategis, karena bertepatan di tengah tengah kecamatan, oleh karena itu banyak para siswa siswi yang berasal dari dalam maupun luar daerah melakukan proses belajar mengajar dalam lembaga pendidikan yang ada dalam naungan Yayasan Islamiyah Sunnatunnur Senori. Adapun letak dan batasannya : Batas Lokasi Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur

a. Sebelah Utara : Desa Lajukidul kecamatan Singgahan, Tuban dan Desa Weden kecamatan Bangilan, Tuban.


(31)

c. Sebelah Selatan : Desa Wanglu Kulon kecamatan Senori, Tuban dan Wanglu Wetan kecamatan Senori, Tuban. d. Sebelah Barat : Desa Jatisari kecamatan Senori, Tuban dan

Medalem kecamatan Senori, Tuban.

Adapun perbatasan lokasi Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur dengan kecamatan sekitar adalah:

a. Batas Sebelah Timur : Kecamatan Parengan b. Batas Sebelah Barat : Kecamatan Bangilan c. Batas Sebelah Utara : Kecamatan Singgahan

d. Batas Sebelah Selatan : Kecamatan Malo dan Kasiman Bojonegoro

Dilihat dari letak geografisnya, lembaga Madrasah dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur sangat tepat sebagai tempat untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Lokasi lembaga madrasah ini sangat mudah dijangkau oleh para masyarakat luas, karena terletak di dekat perempatan jalan Senori.

2. Visi-Misi dan tujuan berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS).

a. Visi

Mewujudkan sumber daya yang berkwalitas tinggi dalam keimanan dan ketaqwaan, berakhlaqul karimah, menguasai ilmu


(32)

pengetahuan dan teknologi serta mampu mengaplikasikannya dalam masyarakat.

b. Misi

1) Menyiapkan calon pemimpin masa depan yang mempunyai landasan imam dan taqwa yang kuat, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai daya juang yang tinggi, kreatif, dan inovatif. 2) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan proposional tenaga

kependidikan diberbagai lembaga pendidikan yang sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.

3) Memiliki ilmu amaliah, amal ilmiyah dan taqwa ilahiah. c. Tujuan

1) Menghasilkan lulusan yang cerdas, terampil dan berakhlakul karimah. 2) Menghasilkan lulusan yang pandai berfikir, berdzikir, dan berikhtiar. 3) Menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat.

4) Menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

5) Membekali siswa dengan ketrampilan hidup yang berorientasi kecakapan hidup.1

1

Identitas Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Desa Jatisari Kecamatan Senori Kabupaten Tuban, Tahun Pelajaran 2010/2011.


(33)

B. Bentuk dan Sistem Pendidikan, Kode etik Guru Madrasah Islamiyah Sunnatunnur.

1. Bentuk dan Sistem

Pendidikan

Bentuk dan Sistem Pendidikan yang ada pada lembaga pendidikan, yang berada dalam naungan Yayasan Islamiyah Sunnatunnur ini disesuaikan dengan harapan masyarakat setempat terhadap kemajuan pembelajaran didaerah tersebut. Ketentuan yang terdapat pada undang-undang pendidikan nasional, yang mana ijazah yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan ini dari tingkat Ibtida’iyah, Tsanawiyah, Aliyah dan SMAI, berstatus Ijazah Negeri, maka pengurus Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur menetapkan kebijakan sebagai berikut:

a. Mata pelajaran yang diajarkan mengikuti kurikulum pemerintah dan ditambah dengan kurikulum muatan local (local contain).

b. Bagi siswa-siswi yang ingin mendalami ilmu pengetahuan agama, Yayasan menyediakan progam tahassus diniyah.

2. Kode Etik Guru Madrasah Islamiyah Sunnatunnur

a. Guru atau tenaga pengajar berpegang teguh pada ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah yang berdasarkan pancasila dan UUD 45.


(34)

b. Guru berkewajiban melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pengurus Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, dalam mengelola pendidikan dan pengajaran.

c. Guru berkewajiban mendidik dan membimbing murid untuk membentuk manusia yang berakhlaqul karimah.

d. Disiplin ilmu prilaku guru sehari-hari, adalah untuk memasyarakatkan “Uswatun Hasanah” sebagai keteladanan dilingkungan murid maupun di tengah-tengah masyarakat.

e. Pengabdian guru pada Madrasah Islamiyah Sunnatunnr, perlu dilandasi semangat dan cita-cita dalam mewujudkan “Izzul Islam Walmuslimin” oleh karenanya perlu dijiwai ikhlas, jujur dan sabar dalam menjalankan tugas pengabdian sebagai tenaga pengajar.2

B. Sejarah berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS) 1. Sejarah berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Senori, Tuban.

Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur terletak di desa Jatisari, kecamatan Senori, kabupaten Tuban. Senori merupakan sebuah kecamatan yang memiliki dua desa yakni Jatisari untuk sebutan kampung timur dan Jatileres untuk sebutan kampung barat. Kedua desa tersebut memiliki sebuah aliran sungai yang disebut dengan sungai Kaligede, yang memisahkan kampung Jatileres dan Jatisari. Penduduk kedua desa tersebut kebanyakan

2Mudjamik, “Buku Panduan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur,” (Akte Notaris:Nurul Yakin,


(35)

memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Di desa ini terdapat seorang pendatang dari Bojonegoro yang bernama carik Kontho dan istrinya, mereka datang dengan tujuan berdakwah dan berdagang di Senori. Carik Kotho dikenal dengan nama Kiai Abdul Mukti, dan beliau dikenal sebagai sosok yang memiliki semangat tinggi dalam bekerja hingga berhasil dalam mengelola pertanian didaerah tersebut.3

Sebelum pendidikan Islam berkembang di daerah Senori, daerah ini merupakan daerah yang dikenal suka dengan perkelahian antar warga. Senori juga dijadikan tempat untuk mengadu kesaktian dan desa Jatisari dikenal dengan sebutan kampung jawara. Pendidikan moral didaerah Senori sangatlah memprihatinkan pada waktu itu. Banyak para pendatang yang sudah beragama Islam namun ilmu keagamaannya belum maksimal dan datang ke Senori, serta suka mengadu kesaktian mereka, hal ini membuat warga asli merasa resah. Kiai Abdul Mukti, sebagai pendatang yang alim berfikiran untuk mendatangkan seorang alim dan memiliki sebuah kesaktian yang berasal dari Sedan, Rembang, Jawa Tengah, beliau adalah Kiai Gusno.4

Kiai Gusno memiliki ilmu yang tinggi, baik dalam ilmu agama, kebatinan, maupun fisik. Kiai Gusno membuktikan kesaktiannya kepada para pendekar yang suka beradu kesaktian di daerah tersebut, dengan alasan untuk menaklukkan mereka. Karena ilmunya yang tinggi Kiai Gusno mendapat

3

Imam Tobroni , Wawancara, Tuban, 14 Oktober 2015.

4A. Musta’in, “History of MAIS SenoriTampak Lautan di Senori”, Gemas Utama

(Januari 2012), 13.


(36)

pengakuan dari para pendekar didaerah tersebut. Kiai Gusno mendapatkan gelar Kiai macan putih di Senori. Ilmu kenuragaan, ilmu keagamaan dan ilmu ketabiban yang dimilikinya digunakan sebagai media untuk mendekatkan dirinya dengan masyarakat dan lingkungan disekitarnya.5

Sepeninggal Kiai Gusno, perjuangannya dalam menyebarkan pendidikan keislaman diteruskan oleh putranya yaitu Kiai Djoned. Kiai Djoned dikenal sebagai kiai yang memiliki riyadhoh dan kenarugaan yang diperoleh dari abahnya yang digunakan untuk membantu masyarakat dalam mengatasi masalah yang ada. Kepandaian dan kehebatan Kiai Djoned sangatlah digunakan dengan baik dalam membantu masyarakat Senori, sehingga nama beliau digunakan oleh pemerintah setempat sebagai nama jalan di daerah Senori, yang mana jalan tersebut terletak di kantor Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, yang berdiri sekarang.6

Kyai Syahid, adalah salah satu menantu dari Kyai Abdul Mukti atau disebut dengan nama Kyai Kontho, bliau juga merasa prihatin terhadap keadaan yang terjadi di Senori. Senori, selain digunakan sebagi tempat untuk mengadu kesaktian, Senori juga merupakan salah satu daerah wilayah Indonesia yang masyarakatnya pernah merasakan pahitnya penindasan dari kolonial Belanda, yang mengakibatkan masyarakat Senori zaman dulu

5

Ibid.

6


(37)

merupakan masyarakat yang buta huruf. Banyak masyarakat pada zaman kolonial Belanda tidak diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan.

Kiai Syahid yang merupakan seorang yang pernah nyantri (mengenyam pendidikan di pondok pesantren) dan pernah mengenyam pendidikan umum, berinisiatif mendirikan sebuah pesantren. Keinginan Kiai Syahid dalam mendirikan sebuah pesantren sangatlah kuat, dan kemudian beliau mengkader putra-putranya sendiri, dan mencari beberapa santri alim dari wilayah lain guna dijadikannya sebagai menantunya, yang kelak dapat membantu Kiai Syahid dalam mewujutkan keinginannya untuk mendirikan sebuah pesantren diwilayah Senori.7

Dari usahanya tersebut beliau berhasil mendapatkan santri alim yakni KH. Shodiq dari Banjarworo, Bangilan, KH. Munawwar dari desa Lajo Kidul, kecamatan Singgahan, dan KH. Masyhuri yang berasal dari Lasem, Jawa tengah. Dari sinilah terlahir beberapa pesantren salaf didaerah Senori, kabupaten Tuban, diantaranya pesantren Al-Hidayah yang diasuh oleh KH. Masykur, pesantren Mansyaul Huda oleh KH. Munawwar, dan pesantren Roudlotul Tholibin yang diasuh oleh KH. Masyhuri.8

Setelah Kiai Syahid wafat, keinginannya dalam memajukan pendidikan di Senori, dilanjutkan oleh menantunya yakni KH Maasyhuri dan dibantu oleh menantunya yang lain. KH. Masyhuri merupakan inisiator dalam

7

Imam Tobroni, Wawancara, Tuban, 14 Oktober 2015.

8


(38)

pembentukan madrasah formal di Senori, selain sebagai inisiator KH. Masyhuri juga seorang kiai yang telah mendirikan pondok pesantren Roudlotul Tholibin pada tahun 1927.9 Pondok Pesantren Roudlitul Tholibin diresmikan pemerintah sebagai lembaga pendidikan Islam pada tanggal 13 Maret 1987.10 Pada saat ini hanya memiliki santri kurang lebih 105.11

KH. Masyhuri dan para perintis pendidikan Islam di Senori saling bahu membahu dalam pembentukan pendidikan di Senori dan mendirikan sebuah lembaga formal, dengan tujuan melengkapi ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan didalam pondok pesantren. Pada tahun 1929, KH. Masyhuri membuka lembaga pendidikan formal yang setara dengan tingkat SD, yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah. Inisiatif mendirikan sebuah lembaga formal ini didapatkan dari kiainya sewaktu beliau masih nyantri di Termas, Jawa Tengah. Perintisan lembaga pendidikan formal ini mendapat dukungan penuh dari masyarakat dan para Kiai pemilik pondok pesantren yang ada di Senori.12

Setelah mengalami perkembangan pesat dalam bidang pendidikan, pada tahun 1997, Yayasan Islamiyah Sunnatunnur diresmikan oleh pemerintahan pusat, yang awalnya hanya pengurus madrasah menjadi pengurus yayasan yang menaungi lembaga pendidikan yang ada didalamnya,

9

Minanurrohman, Wawancara, Tuban, 5 November 2015

10

Akta pengesahan Pondok Pesantren Roudlotul Tholibin, Notaris dan Penjabat Pembuat Akta Tanah, Bazron Human, 13 Maret 1987.

11

Minanurrohman, Wawancara, Tuban, 5 November 2015

12A. Musta’in, “Merintis Madrasah Formal”,


(39)

hal ini dilakukan agar kedepannya pengurus yayasan dapat lebih mudah untuk mengembangkan kualitas pendidikan dan kualitas sarana-prasarana yang dibutuhkan.

Kecamatan Senori, sekarang dikenal dengan sebuah kecamatan yang merupakan salah satu kawasann kota santri yang berada dikabupaten Tuban. Dikawasan Senori, setelah berkembangnya ilmu keagamaan dapat dilihat sekarang kawasan ini memiliki kurang lebih 16 pondok pesantren yang terletak di kecamatan Senori, yang mayoritas santrinya masuk dalam lembaga pendidikan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, baik dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah.

Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur telah melakukan berbagai usaha dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat, terutama masalah keterbelakangan pendidikan dan moral yang pernah terjadi sebelumnya. Upaya memajukan pendidikan hampir mencakup semua komponen pendidikan, misalnya, pembaharuan dalam kurikulum dan proses belajar mengajar yang dilakukan didalamnya, peningkatan kualitas guru, penggandaan buku mata pelajaran dan sarana prasarana belajar yang ada didalamnya.13 Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur telah memberikan perhatian yang amat besar terhadap pembentukan lembaga pendidikan yang ada dilingkungan yayasan, yang ditujukan untuk kemajuan pemikiran

13


(40)

masyarakat setempat, sebab mereka menyadari bahwa pendidikan merupakan tiang dalam kehidupan.

2. Pendirian Madrasah Formal

Jatisari merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan Senori kabupaten Tuban. Di daerah ini ada beberapa tokoh ulama yang di pelopori oleh KH. Masyhuri yang telah bersepakat untuk membentuk sebuah lembaga pendidikan formal bagi masyarakat sekitar. Dengan mengadakan musyawarah dengan para alim ulama lainnya, seperti KH. Abul Fadlol, KH. Munawwar, KH. Nur Salim, KH. Shodiq, KH. Thohir, KH. Masykur, berdirilah pendidikan formal Islam pertama di kecamatan Senori tersebut, tepatnya pada 17 Juli 1929, yang diberi nama Madrasah Islamiyah Senori (MIS).14

Pada 1927, KH. Masyhuri menantu dari Kiai Syahid, mengadakan sebuah perkumpulan dengan para kiai di daerah Senori. Dalam perkumpulan tersebut para alim ulama’ membahas mengenai koordinasi akan adanya pendidikan anak-anak, khususnya diwilayah Senori tersebut. Adapun koordinasi ini diketuai oleh KH. Masyhuri dan dianggotai oleh K. Nursyam, KH. Nur Salim, KH. Djuned, KH.Abul Fadlol, KH. Munawwar dan lain sebagainya. Dalam perencanaan ini banyak masyarakat Senori yang merespon positif terhadap perencanaan pembentukan lembaga pendidikan. Dengan melihat respon yang positif terhadap perencanaan yang telah

14

Departemen Agama Republik Indonesia, Piagam terdaftar Madrasah Ibtida’iyah Banin Nomor: L.m./3/3426/A/1978, 1978.


(41)

dimusyawarahkan oleh para alim ulama di wilayah tersebut, maka dibangunlah madrasah formal tingkah dasar atau ibtidaiyah.15

Pada 17 Juli 1929 Madrasah formal tingkat ibtidaiyah ini didirikan di atas tanah milik kiai Syahid dengan bentuk los (tanpa ada pembatas ruangan), dan berdinding kayu.16 Pendirian madrasah ini digunakan untuk melengkapi pendidikan pesantren yang ada disekitar wilayah Senori. Pengajaran dalam pesantren yang telah ada sebelumnya tidak mengajarkan CALISTUNG (Baca, Tulis, Hitung) kepada santrinya, dalam hal ini dirasa lembaga pendidikan formal dapat melengkapi para santri agar bisa belajar CALISTUNG.17

Dalam pembagian ruangannya para pendiri lembaga pendidikan formal ini mengunakan penyekat yang terbuat dari papan yang dapat digeser, yang dinilai lebih efektif untuk menyesuaikan jumlah siswa yang belajar dari kelas 1-6. Dalam pembagian kelas, para ustadz membagi siswa-siswinya berdasarkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa-siswi yang ada, bukan berdasarkan umur mereka.18

Pada awal berdirinya, di Senori hanya ada satu lembaga pendidikan yakni pendidikan Madrasah Ibtida’iyah dan masih berstatus pengurus madrasah belum pengurus yayasan. Kebutuhan akan perkembangan

15Wakhid, “Perjalanan Panjang Sunnatunnur Mengelola Lembaga Pendidikan Berkembang di Tangan Kader NU dan Pesantren”, Tabloid Nusa LP. Ma’arif NU Tuban ( Juni 2014), 8.

16

Arsip, Lembaga Pendidikan Maarif Wilayah Jawa Timur, Akte Notaris Joenoes E. Maogimon No. 103/1986, Piagam, 1986.

17

Mudjamik, Wawancara, Tuban, 17 Oktober 2015.

18


(42)

pendidikan dan kebutuhan akan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dikalangan masyarakat setempat serta semakin berkembangnya zaman. Para pengurus Madrasah Islamiyah menyepakati akan berdirinya lembaga pendidikan yang lebih tinggi sebagai fasilitas bagi para siswa-siswi dalam memperdalam intelektual mereka.19 Tahun 1958 para pengurus Madrasah Islamiyah sepakat mendirikan lembaga pendidikan jenjang Madrasah Tsanawiyah atau setara dengan SMP.20 Pada 1978 lembaga pendidikan ini baru mendapatkan SK dari kantor wilayah departemen agama Jawa Timur.21

Pada awal berdirinya, Madrasah Tsanawiyah ini terdiri dari siswa putra-putri, namun dari tahun ketahun minat masyarakat untuk melanjutkan tingkat pendidikan putra-putrinya semakin meningkat, hal ini mengharuskan pengurus yayasan untuk menambah kelas pada tingkat lembaga pendidikan MTs. Sarana dan prasana pada lembaga madrasah ini sangatlah terbatas, maka pengurus yayasan memutuskan untuk memisahkan antara siswa putra dan siswi putri di tingkat MTs. Penambahan anak didik bukan hanya dari daerah sendiri, melainkan banyak tambahan anak didik dari daerah luar. Pada 1963 MTs Islamiyah diresmikan dipecah secara administratif dari satu kepala madrasah yang saat itu dikepalai oleh KH. Muwahib Suyuti, dan MTs banin dikepalai oleh KH. Mudjammik. Adapun sistem pembelajarannya, putra

19

Dokumen Pendidikan MI. Islamiyah Banin Jatisari Senori Tuban, 1994, 1-2.

20

Piagam Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Sunnatunnur, Departemen Agama Republik Indonesia Nomor: L.m./3/183/B/1978, 1978.

21


(43)

masuk sekolah pada pagi hari dan putri disiang hari, hal ini dilakukan sampai sekarang.22

Pendirian pendidikan agama di luar pesantren juga mendapat dukungan positif dari para kiai pemilik pesantren di Senori seperti KH. Munawwar (PP. Mansyaul Huda), KH. Shodiq, KH. Masykur (PP. Al Hidayah), KH. Abul Fadlol (PP. Darul Ulum).

Pada 1965 terjadilah letusan Gerakan 30/S PKI, yang mana hal ini menoreh keprihatinan para pendiri madrasah islamiyah untuk lebih membentengi para masyarakat setempat dari komunisme yang terjadi. Pada tahun ini terjadi kemrosotan moral pada masyarakat setempat, karena pengaruh dari kominisme. Para pendiri madrasah Islamiyah memiliki tindakan dalam hal ini, yakni, membentengi para penerus bangsa dengan pendidikan sejak dini. Pada 1 September 1966 didirikanlah lembaga pendidikan Raoudltul Athfal yang setara dengan TK (Taman Kanak-kanak). Gedung lembaga pendidikan ini terletak di bangunan milik K. Masykur di desa Sendang 100 meter dari gedung MI dan MTs Islamiyah sunnatunnur.23

Pada 1970 para pendiri Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur mulai merintis sebuah lembaga pendidikan Madrasah Aliyah yang mana masdrasah ini setara dengan tingkat SMA/SMK, namun sayang Madrasah

22

Mudjamik, Wawancara, Tuban, 17 Oktober 2015.

23Wakhid, “Perjalanan Panjang Sunnatunnur Mengelola Lembaga Pendidikan Berkembang di Tangan Kader NU dan Pesantren”, 8.


(44)

Aliyah periode 1 ini mengalami mati suri setelah beberapa tahun berdiri, hal ini dikarenakan adanya persoalan politik organisasi Islam Nahdlotul Ulama.24 Nahdlotul Ulama’ (NU) merupakan salah satu organisasi politik yang mengikuti pemilu pertama tahun 1971, dan pada saat ini organisasi NU membutuhkan dukungan yang kongret dari para warga Nahdliyin. Organisasi NU dikalangan masyarakat pada saat itu belum mendapatkan respon yang positif dan masyarakat masih menanggapi hal ini dengan sikap yang dingin. Hal ini menarik perhatian para tenaga pengajar pada lembaga pendidikan tingkat Aliyah, yang mana para pengajarnya sebagian besar merupakan kader NU, dan mereka berambisi untuk memperjuangkan partai NU, agar dapat berhasil dalam melakukan pemilu pertama. Para tenaga pengajar Aliyah, pada saat ini ingin lebih memfokuskan diri untuk memperjuangkan partai NU agar bisa menang baik ditingkat ranting, anak cabang, cabang, hingga meraih kemenangan pada wilayah pusat di Jakarta.25

Kehadiran PKI ditengah-tengah masyarakat membuat khawatir para kader NU, karena kehadiran PKI mendapatkan simpati yang besar oleh masyarakat awam, hal ini akan menjadikan PKI sebagai salah satu penguasa parlemen yang ada, dan jika ini terjadi akan menjadi suatu ancaman bagi bangsa Indonesia yang mana mayoritas penduduknya beragama Islam. PKI memiliki sikap tidak simpati terhadap para tokoh agama dan santri, hal ini

24

Muhajar Salim, Wawancara, Tuban 24 September 2015.

25


(45)

mendorong para kader NU yang mana sebagai guru Aliyah Senori, lebih memfokuskan pemikiran mereka pada dunia politik dari pada pendidikan. Madrasah Aliyah periode I hanya bertahan selama 2 tahun, yang kemudian mengalami mati suri selama kurang lebih 10 tahun.26

Pada 1 Juni 1981 Madrasah Aliyah Islamiyah Sunnatunnur periode II mulai melakukan pembaharuan pembelajaran. Madrasah Aliyah Islamiyah Sunnatunnur mulai berdiri kembali dan pengurus yayasan telah membuka pendaftaran bagi siswa-siswi lanjutan dari tingkat MTs.27 Madrasah Aliyah ini diketuai oleh KH. In’am Husnan. Pada tahun 1998 didirikanlah madrasah diniyah, yang mana bertujuan untuk memperdalam pengetahuan bagi siswa-siswi yang mengenyam pendidikan dalam Yayasan Islamiyah sunnatunnur, yang tidak bertempat tinggal dipesantren, pengurus yayasan mulai membuka jenjang diniyah pada 1 Juni 1998, dengan memiliki dua kelas yakni kelas Ula dan Wustho.

Pada 21 Juni 1997, pengurus madrasah Islamiyah yang diketuai oleh KH. Mas’udi, putra dari KH. Shodiq mendatangi notaris Nurul Yakin, SH Tuban untuk mendaftarkan lembaga Madrasah Islamiyah Sunnatunnur menjadi sebuah yayasan, dan berkas diregistrasi dengan nomor 52, dan kemudian berkas tersebut didaftarkan ke panitera pengadilan Negri Tuban pada 24 Juni 1997, untuk mendapatkan legalitas oleh panitera pengadilan

26

Muhajar Salim, Wawancara, Tuban, 24 September 2015.

27


(46)

Negeri Tuban Syaiful Bachri, SH dan berkas tersebut didaftar dengan nomor 11/1997.28 Pada tahun 1997 Yayasan Madrassah Islamiyah Sunnatunnur mulai diresmikan yang dikepalai oleh KH. Muhammad Muhyiddin Munawwar, putra dari KH. Munawwar perintis Madrasah Islamiyah pertama.29

Melihat adanya prospektif pendidikan yang maju di daerah Senori, para pengurus Madrasah periode ke II ini berusaha keras untuk mengupayakan lembaga yang memiliki badan hukum, hal ini ditujukan untuk melegalkan dengan formal dan memiliki kekuatan hukum pada madrasah dalam Yayasan Islamiyah Sunnatunnur, dengan memiliki kekuatan hukum dan memiliki surat perizinan dapat menambah kepercayaan masyarakat dan pemerintah setempat dalam mengelola dana sumbangan yang akan digunakan untuk memajukan sarana-prasarana mengajar didalamnya. Perubahan status pengurus menjadi Yayasan mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat serta badan pemerintahan setempat, dan dengan hal ini pengurus yayasan dapat dengan mudah mencari dana untuk pembangunan dan pengembangan madrasah.30

Adapun struktur organisasi pada Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur sebagai berikut:

28

Akta pendirian Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur No:52 tahun 1997. Notaris Nurul Yakin, SH. 1997.

29

Muhammad Muhyiddin Munawwar, Wawancara, Tuban, 4 November 2015.

30


(47)

1) Susunan Pengurus Madrasah Islamiyah Tahun 1994/1995 Penasehat

1. KH. Abd. Ghofur 2. H. Nur Hadi

Ketua 1. Mas’udi Shodiq, BA

2. H. Abd. Sjakur Sujitno, BA

Sekertaris 1. Hilaluddin Qomar 2. KH. Mudjamik

Bendahara

1. KH. M. Muhyiddin Munawwar

2. H. Masykuri

Anggota 1. Habib Nur Salim 2. H. Shulton 3. H. Fathoni

4. M. In’am Husnan, BA 5. H. Abd. Rochim


(48)

2) Susunan Struktur Organisasi Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur 1997.

Pengasuh Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur

KETUA UMUM

Bendahara Umum

Sekertaris Umum Anggota

Bidang Pendidikan Bidang Keuangan

Bidang Pembangunan Bidang Sosial

Masyarakat

Lembaga Pendidikan

Roudlotul Atfal (RA)

Madrasah Ibtidaiyah Banat

MTs Banat Madrasah Diniyah

SMAI

MTs Banin

Madrassah Ibtidaiyah Banin Madrassah Aliyah

STAI SMK Islamiyah


(49)

3. Susunan Pengurus Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori, Tuban 1997-2001

Penasehat/Pelindung Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Kyai Haji Abdul Ghofur

Haji Nur Hadi Ketua I : KH. Mashudi Shodiq

Ketua II : KH. Muhammad Muchyiddin Munawwar Ketua III : KH. Ahmad Fathoni Thohir

Sekertaris I : Taufiqurrahman Sekertaris II : KH. Sukur Suyitno Bendahara I : Nurhasym Mashuri Bendahara II : H. Masykuri

Anggota : 1. H. Abdurrahim Masykur 2. Sirajuddin Suhaimi 4. M. Rosydi Nursalim 5. Abdul Hamid Masyhudi

Madrasah Ibtidaiyah : Hilaluddin Qomar (Kepala MI Banin) Jouharuddin Khudlori (Kepala MI Banat) Madrasah MTs : KH. Muwahib Suyuti (Kepala MTs Banat)

KH. Mudjammik (Kepala MTs Banin) Madrasah MA : M. In’am Husnan, BA


(50)

(Data kepengurusan dalam akta pengesahan Yayasan Sunnatunnur 1997-2001)

4) Pengurus Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori, Tuban 2001-2014

Ketua Pembina Kholid Ubed

Drs. H. Fajrudl Dhuha, SH. Ketua I : KH. Muhammad Muhyiddin Munawwar Ketua II : Dr. H. Zainur Rofiq

Sekertaris I : H. Mohammad Muhajar Sekertaris II : Taufiqurrahman

Bendahara I : H. Nur Hasyim Bendahara II : H. Abdul Hakam

Pengawas : Mohammad Sirodjuddin Anggota : 1. Narjus Suud

2. Abdul Muiz Kepala Madrasah MI :

Madrasah MTs : Kholilurrohman, S.Pd.I (Kepala MTs Banin) Siti Masripah, S.Pd.I (Kepala MTs Banat) Madrasah MA : KH. Muwahib Suyuti

Diniyah :


(51)

BAB III

LEMBAGA PENDIDIKAN YAYASAN MADRASAH ISLAMIYAH SUNNATUNNUR (MIS)

A. Perkembangan Lembaga Pendidikan dalam Yayasan Madrasah Islamiyah

Sunnatunnur , Senori, Tuban.

Perkembangan suatu lembaga pendidikan merupakan suatu alur perubahan yang ada pada lembaga pendidikan tersebut, hal ini biasa disebut dengan periodisasi sejarah. Periodisasi sejarah merupakan salah satu ciri khas bagi ilmu sejarah. Periodesasi sejarah mengkaji tentang suatu peristiwa dalam konteks waktu maupun tempat, dengan memfokuskan pembahasan dalam satu titik fokus.1

Pada pembahasan ini penulis memfokuskan pembahasanya tentang perkembangan lembaga pendidikan dalam Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, dan periodesasi waktunya. Suatu peristiwa sejarah pasti memiliki masa-masa dalam perkembangannya, dalam hal ini dijelaskan mengenai masa permulaan, yang diawali oleh masa awal berdirinya lembaga pendidikan dalam naungan Yayasan Islamiyah Sunnatunnur tahun 1929-1958, dan masa kedua 1958-1997, merupakan masa terjadinya banyak konflik didalamnya, dan pada masa ketiga 1997-2005 merupakan masa kejayaan lembaga pendidikan dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur.

1


(52)

1. Periode I tahun 1929-1958

Tahun 1929 merupakan masa awal perintisan sebuah lembaga pendidikan formal yang ada di kecamatan Senori, Kabupaten Tuban. Lembaga pendidikan formal ini merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam pertama di kabupaten Tuban. Lembaga pendidikan ini mulai dirintis sejak 1927 oleh kiai Syahid, dan terealisasikan tahun 1929 oleh KH. Masyhuri, beliau merupakan menantu dari Kyai Syahid.2

Pada 1929, berdiri sebuah lembaga pendidikan formal tingkat Madrasah Ibtidaiyah, yang diberi nama Islamiyah. Proses pembelajaran pada waktu itu dilaksanakan di langgar atau sebuah mushala dengan memiliki satu ruangan sederhana yang terbuat dari kayu dan mengunakan pembatas untuk memisahkan para siswa yang menjalankan proses belajar mengajar. Pada saat itu siswa dominan anak laki-laki. Proses belajar mengajar dilakukan seperti halnya belajar dipondok pesantren, yakni mengajarkan tentang baca-tulis Al-Qur’an dan akhlak, namun dalam lembaga pendidikan formal ini ada tambahan pelajaran berhitung dan membaca huruf yang tidak diajarkan di sebuah pondok pesantren. Hal ini dikarenakan pada waktu itu daerah Senori sedang mengalami kemerosotan moral, selain itu lembaga

2


(53)

pendidikan di Senori belum diberikan ketetapan oleh menteri pendidikan dalam proses belajar mengajar.3

Madrasah Ibtidaiyah ini mengalami sedikit perkembangan yang berupa mulai bertingkatnya minat masyarakat untuk mengembangkan pendidikan pada putra-putrinya. Hal ini terlihat dengan bertambahnya siswa-siswi yang mengikuti pembelajaran, pada tahun 1929 Madrasah ini hanya memiliki kurang lebih 48 siswa, dan setelah 8 tahun berjalan yakni pada tahun 1937 memiliki 105 siswa.4

Pada tahun 1937, para pengurus madrasah mendiskusikan untuk menambah ruang kelas yang ada, dan pada 10 Oktober 1937 disepati untuk mendirikan Madrasah Ibtidaiyah khusus wanita.5 Minat masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya mulai muncul dan mulai terlihat pentingnya kiprah muslimat NU dalam masyarakat umum, dengan alasan ini didirikankan madrasah khusus wanita yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Banat.6

Permasalahan yang selalu ada pada saat ini adalah keterbatasan dana untuk melakukan proses belajar mengajar di lembaga pendidikan Islam Madrasah Islamiyah Senori. Para perintis berusaha keras dalam kemajuan lembaga pendidikan Islamiyah, mereka menanggulangi dana pendidikan

3

Mudjamik, Wawancara, Tuban, 15 Oktober 2015.

4

Minanurrahman, Wawancara, Tuban, 6 November 2015.

5

Departemen Agama Republik Indonesia, Piagam Madrasah, Nomor: L.m./3/3425/A/1978.

6Wakhid, “Perjalanan Panjang Sunnatunnur Mengelola Lembaga Pendidikan Berkembang di Tangan Kader NU dan Pesantren”, 8.


(54)

dengan cara patungan. Para perintis hanya bermodal ikhlas dalam mengembangkan dan memajukan pendidikan di wilayah Senori, Kab. Tuban.7 Masyarakat awam pada tahun 1929-1937 masih enggan untuk menyekolahkan para putra-putrinya jika diminta untuk membayar, oleh karena itu para perintis berusaha keras untuk mencari dana sendiri dan mengajar serta mengembangkan kemajuan pendidikan yang ada. Masyarakat setempat hanya memberikan sumbangsi berupa tenaga dalam pembangunan serta melibatkan dirinya dalam proses belajar mengajar.8

Pada tahun 1939-1942 terjadi perang dunia II.9 Perang dunia II ini juga sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar pada lembaga pendidikan yang baru berdiri. Pada masa ini para siswa-siswi merasa takut akan serangan-serangan pada perang dunia II. KH. Muhyiddin Munawwar menyatakan:

“Pada waktu saya baru lahir, saya memiliki kakak KH. Abdul Ghofur almarhum, pada zaman perang dunia II almarhum mengatakan bahwasannya banyak para tentara jerman yang melakukan serangan di Indonesia termasuk di Senori. Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara sembunyi-sembunyi, kadang kala dilakukan pada malam hari dan kadang kala dilakukan

pada siang hari, sesuai dengan situasi yang dianggap aman. Kadang kala ketika di tengah proses belajar mengajar ada beberapa anggota tentara Jerman terlihat disekeliling madrasah, para siswa siswi langsung ketakutan dan bersembunyi ditempat yang aman”.10

7

Mudjamik, Wawancara, Tuban, 15 Oktober 2015.

8

A. Musta’in, “ Merintis Madrasah Formal”, 14.

9

Ahmad Masur Suryanegara, Api Sejarah 2 ( Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2002), 170.

10


(55)

Pada tahun 1942-1945 Madrasah Ibtidaiyah mengalami kefakuman dalam proses belajar mengajar, hal ini terjadi karena pada pemerintahan Jepang masyarakat mengalami tekanan dari jepang dan proses belajar mengajar mulai tersendat-sendat, hal ini mengakibatkan selalu berpidah-pindahnya tempat dalam melakukan belajar-mengajar.11

Pada saat ini sistem belajar mengajar juga mengalami kesulitan, karena keterbatasan tenaga pendidik, yang berjumlah 6 tenaga pendidik dengan siswa-siswi berjumlah 48, pada tahun pertama dan 15 tenaga pendidika pada tahun 1945-an, namun jumlah tenaga pengajar tersebut tidak memiliki waktu tetap dalam mengajar.12 Tugas mengajar dilakukan secara bergantian, dikarenakan setiap tenaga pengajar memiliki aktifitas yang berbeda. Tenaga pendidik Madrasah Ibtidaiyah juga banyak yang masih menjadi murid di salah satu lembaga pendidikan dan pondok pesantren yang ada.13

Sarana prasarana pada tahun 1929-1958, sangatlah sederhana, ruangan untuk proses belajar mengajar belum berupa klasikal, hannya berupa satu ruang dan diberi pembatas untuk membedakan tingkatan kelas. Proses belajar mengajar dilaksanakan denagan bentuk lesehan dalam sebuah ruangan milik KH. Masyhuri (sebagai inisiator pembentukan lembaga pendidikan formal), pada tahun 1933 atas bantuan para alim ulama’ lainnya

11

Mudjamik, Wawancara, Tuban, 14 Oktober 2015.

12

Minanurrahman, Wawancara, Tuban, 6 November 2015.

13


(56)

beserta para pemerintahan desa yakni bapak Suchaimi selaku kepala desa, melakukan kegiatan gotong royong untuk mendirikan bangunan yang berlokasi di sebelah masjid Senori yang berbentuk los dan diberikan satir sebagai pemisah antar kelas.14 Mata pelajaran yang diajarkan dalam belajar mengajar belum berupa mata pelajaran dalam kategori mata pelajaran umum (Matematika, IPA, dan IPS). Mata pelajaran yang diajarkan adalah Faroid sebagai penganti matematika, Falaq sebagai ilmu IPA, dan mata pelajaran akhlaq untuk meningkatkan moral masyarakat.15

2. Periode II tahun 1958-1997

Pada tahun 1958-1997, merupakan periode pertengahan. Pada periode ini banyak kendala yang dihadapi para pengurus untuk memperjuangkan kemajuan pendidikan di wilayah Senori, Kabupaten Tuban. Pada periode ini banyak lembaga pendidikan yang didirikan untuk menunjang kemajuan belajar mengajar diwilayah ini. Pada puncaknya pada tahun 1997 diresmikan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur yang dikepalai oleh KH. Muhammad Muhyiddin Munawwar, putra dari KH. Munawwar yang merupakan perintis pertama berdirinya lembaga pendidikan di Senori.16

Pada 1958 didirikan MTs Islamiyah. Awal mula berdirinya, lembaga pendidikan ini mencampurkan siswa dan siswi dalam satu lembaga, namun

14

Mudjamik, Identitas Madrasah Islamiyah Jatisari Senori Tuban, dalam cerita singkat beliau yang ditulis di buku hariannya, (2 Juli 2003)

15

Mudjamik, Wawancara, Tuban, 16 Oktober 2015.

16


(57)

dalam perkembangannya pada 1963 MTs Islamiyah dipecah menjadi dua yakni Banin khusus untuk murid laki-laki, yang menempuh pendidikan dipagi hari dan MTs Islamiyah Banat, khusus untuk pelajar wanita yang waktu belajarnya dilakukan disiang hari sampai sore hari.17

MTs Islamiyah banin didirikan pada tahun 1958 yang dipelopori oleh KH. Nur Syam dan MTs Banat pada tahun 1963 yang dipelopori oleh Kiai Khundlori.18 Pada 1 Agustus 1978 MTs Islamiyah baru terdaftar pada Departemen Agama Republik Indonesia.19

Ditengah-tengah berdirinya MTs Islamiyah, banyak rintangan yang dihadapi oleh pengurus dan perintis lembaga formal ini. Pada tahun 1963-1965 terjadi letusan G30 SPKI.20 Proses belajar mengajar sering mendapat gangguan dari para PKI, seperti halnya pada waktu itu PKI sering mengadakan pawai besar-besaran, yang mengunakan alat pengeras suara dan mengunakan lantunan lagu yang sangat mengganggu proses belajar mengajar di lembaga pendidikan MTs Islamiyah.21

Pada saat ini, PKI juga membatasi para siswa untuk melakukan pendidikan formal, karena hal inilah pendidikan sempat terhambat. Pada tahun 1965, masyarakat Senori mengalami kemrosotan moral, karena banyak

17Wakhid, “Perjalanan Panjang Sunnatunnur Mengelola Lembaga Pendidikan Berkembang di Tangan Kader NU dan Pesantren”, 8.

18

Mudjamik, Identitas Madrasah Islamiyah Jatisari Senori Tuban.

19

Departemen Agama Republik Indonesia, Piagam Madrasah Tsanawiyah, Nomor: L.m/3/183/B/1978.

20

Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 2, 422.

21


(58)

pengaruh yang dibawa oleh PKI waktu itu. Para anggota PKI tidak menginginkan pendidikan agama Islam meluas dan mereka tidak menginginkan masyarakat dapat menguasai ilmu pengetahuan, karena hal inilah para peritis lembaga pendidikan mulai memikirkan solusi dan akhirnya pada tahun 1966 didirikanlah sekolah sejak dini bertaraf TK, dengan hal ini diharapkan masyarakat dapat menempuh pendidikan sejak dini dan dapat memupuk generasi dengan bekal moral yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Gangguan-gangguan dari PKI tidak menyurutkan para perintis lembaga pendidikan, untuk mengkiprahkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan Islam di wilayah Senori, Tuban.

Pada tahun 1970 didirikanlah Madrasah Aliyah Islamiyah Sunnatunnur, guna menampung para lulusan MTs yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, namun pendirian madrasah Aliyah ini tidak berlangsung lama, hanya berlangsung kurang lebih 2 tahun (1970-1971), dikarenakan ada konflik partai politik pertama yaitu partai politik Nahdlotul Ulama’.22

Pada tahun 1971 terjadilah persoalan politik Nahdlotul Ulama yang mencalokan dirinya menjadi partai Islam pertama di Indonesia, namun pada tahun ini masyarakat sekitar wilayah Senori kabupaten Tuban, lebih memperhatikan kelompok PKI yang telah memberikan janji-janji manis

22Wakhid, “Perjalanan Panjang Sunnatunnur Mengelola Lembag

a Pendidikan Berkembang di Tangan


(59)

kepada msyarakat awam. Para warga Nahdliyin yang sebagian besar merupakan tenaga pengajar di lembaga pendidikan Islamiyah Sunnatunnur, terutama pada lembaga madrasah Aliyah merasa khawatir akan hal ini, karena sikap PKI yang tidak memiliki simpati terhadap para kiai dan santri serta pendidikan keislaman. Kelompok PKI menginginkan penguasaan terhadap bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Hal ini mendorong semangat para kelompok Nahdliyin untuk lebih memfokuskan diri pada dunia perpolitikan daripada dunia pendidikan. Pristiwa yang terjadi pada saat ini berdampak pada pendirian madrasah Aliyah yang baru didirikan dan berjalan selama 2 tahun. Madrasah Aliyah mengalami kefakuman pendidikan selama 10 tahun yakni pada 1971-1981.23 Selain konflik partai politik Islam, sistem belajar mengajar pada tahun 1971 juga mengalami kesulitan, karena pada waktu itu berada pada pengawasan kelompok PKI, pembelajaran dilakukan pada malam hari, dan sangat terbatas para pengajarnya.

Pada tahun 1971-1972, terjadi perselisihan besar-besaran terhadap, warga Nahdliyin yang sebagian besar merupakan tenaga pengajar pada masdrasah Aliyah Islamiyah dengan kondisi masyarakat yang masih sensitif dan bersikap dingin terhadap politik Nahdlotul Ulama. Para pengajar Aliyah banyak yang meningalkan pendidikan karena politik partai yang terjadi, dan

23A. Musta’in, “Hampir 10 Tahun, Aliyah Senori Mati suri”,


(60)

hal ini memicu keretakan antar pengelola Madrasah Aliyah, siswa-siswi Aliyah dan masyarakat setempat. Tindakan para pengajar yang lebih mementingkan politik partai, banyak menimbulkan kekecewaan pada masyarakat dan mereka menganggap persoalan politik praktis dan fanatisme partai merupakan pemicu atas keretakan dan kefakuman pendidikan pada jenjang Aliyah. Para perintis mengupayakan agar hal ini dapat segera diselesaikan. Kefakuman sistem belajar mengajar tingkat Aliyah terjadi pada tahun 1971-1981.

Pada tahun 1981 kesadaran masyarakat akan pendidikan mulai tumbuh kembali dan partai NU dapat menduduki kemenangannya dalam kursi partai politik Islam di Indonesia, para pejuang Nahdliyin Senori, Tuban mulai memfokuskan kembali diri mereka pada perkembangan pendidikan Islam di Senori. Para tenaga pendidik mulai mengawali aktifitas belajar mengajar dan meyakinkan masyarakat setempat akan keutamaan pendidikan.

Pada 1981, tepatnya tanggal 1 Juni 1981 Madrasah Aliyah periode II mulai dirintis kembali yang dikepalai oleh KH. In’am Husanan.24

Lembaga pendidikan Madrasah Aliyah Islamiyah periode dua ini mencoba memasukkan pelajaran kurikulum yang diberikan oleh pemerintah, dengan

24

Arsip, Departemen Agama Republik Indonesia, Piagam Madrasah Aliyah Islamiyah, Nomor: L.m/3_C/355_C/1985.


(61)

tujuan agar siswa-siswi Aliyah dapat mengikuti ujian persamaan dan mendapatkan ijazah formal dari pemerintah pusat.25

Pada tahun ini lembaga pendidikan mengikuti ujian akhir sekolah di sekolah MAN Tuban, yang berada di pusat kabupaten Tuban. Setelah kepala madrasah Aliyah dipercayakan oleh KH. Abd. Syakur Suyitno, tahun 1990, lembaga madraasah Aliyah mulai menyelenggarakan ujian akhir digedungnya sendiri, bahkan gedung madrasah Aliyah Islamiyah Sunnatunnur Senori mendapatkan kepercayaan dari DEPAG (Departemen Agama, nama sebelum beralih menjadi Kementrian Agama) sebagai tempat untuk menyelenggarakan UNAS di kabupaten Tuban Selatan rayon Senori. Banyak sekolah yang bergabung untuk menjalankan UNAS tingkat MTs dan MA, antara lain sekolah dari kecamatan Singgahan, Bangilan, dan Jojogan dan Senori.26

Pada tahun 1997, atas pemikiran dari KH. Mas’udi Shodiq lembaga pendidikan yang berada dalam naungan pengurus MIS atau Madrasah Islamiyah, mulai mengupayakan dirinya untuk mendapatkan naungan hukum dari pusat untuk mengubah sistem kepengurusan menjadi sebuah Yayasan yang menaungi seluruh madrasah yang telah dirintis oleh pengurus Madrasah Islamiyah. Hal ini ditujukan untuk mempermudah para pengurus dalam memajukan tingkat pendidikan maupun fasilitas pendidikan yang ada.

25Wakhid, “Perjalanan Panjang Sunnatunnur Mengelola Lembaga Pendidikan Berkembang di Tangan Kader NU dan Pesantren”, 8.

26A. Musta’in, “Madrasah dengan Segudang Prestasi”,


(62)

Nama Sunnatunnur sendiri diberikan berdassarkan musyaawarah para pengurus madrasah dengan mengadopsi kata Senori. Pada 21 Juni 1997, pengurus madrasah Islamiyah mendaftarkan Lembaga Madarasah Islamiyah menjadi sebuah Yayasan, dan berkas diregistrasi dengan nomor 52.27 Didaftarkan pada panitera pengadilan Negeri Tuban pada 24 Juni 1997, untuk ,mendapatkan legalitas oleh panitera Pengadilan Negeri Tuban Syaiful Bachri, SH, berkas didaftarkan dengan nomor 11/1997. Madrasah Islamiyah Sunnatunnur diresmikan menjadi sebuah Yayasan pada tahun 1997.

Setelah resmi menjadi sebuah Yayasan, mata pelajaran yang diajarkan dalam lembaga pendidikan ini mulai memberikan mata pelajaran umum yang mendominasi sistem belajar mengajar, namun tidak menghilangkan mata pelajaran keislaman salafnya, seperti mengkaji kitab-kitab kuning, jadi pelajaran yang diajarkan dalam lembaga pendidikan dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur ini memiliki dua kali lipat jumlah mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan Islam lainya.28

Status akreditasi pada setiap unit lembaga pendidikan yang ada didalamnya juga memiliki nilai yang bagus dan diakui kualitasnya, namun lembaga pendidikan ini tidak mengubah status hukumnya menjadi sebuah lembaga berstatus negeri. Status swasta tetap dipertahankan oleh pengurus Yayasan, karena mereka menghargai perjuangan para pendiri yayasan yang

27

Arsip, Akta pendirian Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur No:52 tahun 1997. Notaris Nurul Yakin, SH. 1997.

28


(1)

mengajar. Periode kedua tahun 1958-1997, periode ini merupakan periode pertengahan, yang didalamnya banyak terjadi konflik diantaranya, adanya serangan Jepang, PKI, konflik partai pertama yakni tahun 1971 yang mengakibatkan terhambatnya proses belajar mengajar pada Madrasah Islamiyah dan mengalami kefakuman dalam belajar pada tingkat Aliyah. Periode ketiga pada 1997-2005, merupakan periode perkembangan yang ditandai dengan terbentuknya Yayasan untuk menaungi lembaga pendidikan yang telah berdiri, dalam periode ini mengalami pengembangan yang pesat baik dalam fasilitas pendidikan maupun materi pendidikannya.

3. Semua perkembangan yang terjadi pada Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, tidak lepas dari peranan para pendiri lembaga pendidikan. Para pendiri memberikan sumbangsi yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar, beberapa sumbangsi yang dapat dilihat pada saat ini adalah 

a. Keadaan masyarakat yang berpendidikan

b. Karya tulis yang berbentuk kitab, yang digunakan dalam sistem pembelajaran.

c. Bangunan Sekolah Madrasah Islamiyah B. Saran

Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur merupakan salah satu Yayasan Islam tertua di kabupaten Tuban. Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur menaungi lembaga pendidikan dari tingkat RA, MI, MTs, MA, SMAI, dan STAI.


(2)

Banyak peristiwa penting yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, karena kegigihan para pendiri untuk memajukan pendidikan di Senori, berdirilah beberapa lembaga pendidikan Islam dalam naungan yayasan tersebut. Namun hal ini disayangkan karena lembaga pendidikan dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur yang sedemikian penting dan berpengaruh pada perkembangan pendidikan Islam di kabupaten Tuban, masih banyak yang dari kaum muslim yang mengetahui adanya lembaga pendidikan Islam tertua dan berperan dalam kemajuan pendidikan di Tuban terutama di Senori. Oleh karena itu, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan yang berguna bagi masyarakat luas mengenai Lembaga Pendidikan Tertua di Senori, Tuban. Tentunya karya skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca, untuk dapat membangun serta penyempurnaan tulisan ini.


(3)

89

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku, Majalah, Surat kabar

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Daud Ali, M. Lembaga-lembaga Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: DPKRI, 1998.

Ahmadi, Abu.. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Hasan, M. Ali. Kumpulan Tulisan M. Ali Hasan. Jakarta: Siraja, 2003. Hasymy. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang,

1987.

Khairani, Makmun. Psikologi Belajar. Yogjakarta Aswaja Pressindo, 2014.

Kusdiana, Ading. Sejarah Kebudayaan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2013.

M. Lapidus, Ira. A History of Islamic Societies, Terj. Gufron A Mas’adi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Masur Suryanegara, Ahmad. Api Sejarah 2. Bandung: PT Grafindo Media \

Pratama, 2002.

Musta’in. A. Gemas (Gelanggang Ekspresi Madrasah Aliyah Senori) Utama. Januari 2012.

__________. Gemas MA. Islamiyah Prospektif Lulusan Aliyah. November 2010.

Notosusanto, Nugroho. Norma-Norma Dasar Penelitian Sejarah. Jakarta: Penerbit Sej ABRI, 1971.

Qodir Djaelani, Abdul. Peran ulama dan santri dalam perjuangan politik Islam di Indonesia. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990.


(4)

Solahuddin, Muhammad. Napak Tilas Masyayikh Biografi 25 Pendiri Pesantren Tua di Jawa-Madura. Kediri: Nous Pustaka Utama, 2013.

Utsman, Ali. Metodologi Penelitian Sejarah. Terj. Mu’in Umar. Jakarta:Proyek pembinaan Prasarana dan sarana perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN, 1993.

Wachid. Tabloid Ma’arif NU Tuban, Nusa Informasi, Edukasi, Inspirasi Menunggu Kiprah Dewan Asal NU, Juni 2014.

Zulaicha, Lilik. “Metodologi Sejarah I”. Laporan Penelitian , IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2005.

Dokumen

Akta pengesahan Pondok Pesantren Roudlotul Tholibin. Notaris dan Penjabat Pembuat Akta Tanah. Bazron Human, 13 Maret 1987. Arsip, Departemen Agama Republik Indonesia, Piagam terdaftar

Madrasah Ibtida’iyah Islamiyah Banin Nomor: L.m./3/3426/A/1978.

Arsip, Departemen Agama Republik Indonesia, Piagam Madrasah Ibtida’iyah Islamiyah Banat Nomor: L.m./3/3425/A/1978.

Arsip, Piagam Lembaga pendidikan Ma’arif wilayah Jawa Timur, Akte Notaris Joenes E. Maogimon, S.H. No. 103/1986.

Arsip, Akta pendirian Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur No:52 tahun 1997. Notaris Nurul Yakin, SH.

Arsip, Notaris Pembuat Akta Tanah, Miqdarruridho,SH. pendirian Yayasan Sunnatunnur, S.K. Menteri kehakiman RI Tanggal 16 Agustus 1999. Akta pendirian Yayasan Sunnatunnur.

Buku Panduan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Akte Notaris: Nurul Yakin, SH. No: 52/1997.

Dokumen Pendirian MI. Islamiyah Banin, Jatisari Senori Tuban, 1994. Dokumen Pendirian MI. Islamiyah Banin, Jatisari Senori Tuban (Sepintas

Berdiitinya MI. Islamiyah Banin). Jatisari, 1994.

Muta’in, Ahmad. “History Of Madrasah Aliyah Islamiyah (Tampak


(5)

91

Arsip, Departemen Agama Republik Indonesia, Piagam Madrasah Tsanawiyah, Nomor: L.m/3/183/B/1978.

Arsip, Pemerintahan Provinsi Jawa Timur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Piagam (Ijin Penyelenggaraan Sekolah Swasta) Nomor: 421.3/1478/108.02/2002.

Arsip, Departemen Agama Republik Indonesia, Piagam Madrasah Aliyah Islamiyah, Nomor: L.m/3_C/355_C/1985.

Internet

Agus.”Sekilas tentang an Nahw”. Dalam http://agus-nahwu.blogspot.co.id/ (10 Juni 2011) .

E-Dakwahnet.”Kaifiyah Sholat Menurut Imam Syafi’i”. Dalam http://edakwahnet.blogspot.co.id/2011/01/kaifiyah-sholat-menurut-imam-syafii.html (22 Januari 2011).

Rusman, Danan. “Sorogan dan Bandungan Sistem Klasik Pendidikan di Pesantren”.Dalam

http://dadanrusmana.blogspot.co.id/2012/05/sorogan-dan-bandungan-sistem-klasik.html (30 MEI 2012).

Iqbal.” Ilmu Nahwu:Nadhom Imriethie”. Dalam

https://iqbal1.wordpress.com/2009/05/06/ilmu-nahwu-nadhom-imrithie/ (5 Juni 2009).

M.E. Kosasih, Ayi muzayini. “Daftar Nama Pondok Pesantren se Indonesia”. Dalam

http://www.pesantrenbisnis.com/2009/07/daftar-nama-pesantren-unggulan-se.html (08 Juli 2009).

Maulana, Sis. “Syech Abul Fadhol As-Senory At-Tubany”. Dalam http://elnova.blogspot.co.id/2014/09/syech-abul-fadhol-as-senory- at-tubany.html?m:1 (15 September 2014).

Serero, Syamsudin. Pendekatan Historis dalam Islam. Dalam

http://shirotuna.blogspot.co.id/2014/06/pendekatan-historis-dalam- islam.html m:1 (25 Juni 2014).

Al-Find, Zad. “Kegiatan Mukhadloroh”. Dalam

http://ponpesalmusyarrofah.blogspot.co.id/2011/10/kegiatan-muhadhorah.html (13 Oktober 2011).


(6)

Wawancara

Dluha, Fajrudl. Wawancara. Tuban, 16 Oktober 2015.

Minannurrohman. Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Tholibin (Menantu KH. Masyhuri). Wawancara. Senori Tuban, 5 November 2015.

Mudjamik. Sekertaris pertama Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur 1997 dan guru senior Madrasah Islamiyah. Wawancara. Senori Tuban, 16 Oktober 2015.

Muhyiddin Munawwar, Muhammad. Putra KH. Munawwar sekaligus ketua Yayasan 1997-2014. Wawancara. Senori Tuban, 4 November 2015.

Musta’in. A. Kepala Sekolah Madrasah Aliyah. Wawancara. 7 November

2015.

Mufidah, Ainul. Alumni siswi MTs Banat lulusan 2009. Wawancara 16 Desember 2015.

Rochim. TU MTs Banin. Wawancara. Tuban, 16 Oktober 2015.

Salim, Muhajar. Pengurus Yayasan. Wawancara. Senori Tuban, 24 September 2015.

Tobroni, Imam. Pengasuh PP. Al-Hidayah (Menantu KH. Maskur). Wawancara. Senori Tuban, 14 Oktober 2015.