PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA
NOMOR 07 TAHUN 2003
TENTANG
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA
PALANGKA RAYA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PALANGKA RAYA,
Menimbang :
a. bahwa kebakaran hut an dan lahan mengakibat kan berbagai kerusakan lingkungan,
t erganggunya t at a air, musnahnya sumber pl asma nut f ah, berkurangnya keanekaragaman
hayat i, merugikan masyarakat , mengancam keselamat an manusia dan mahluk hidup
lainnya;
b. bahwa dalam rangka mencegah dan menanggulagi ancaman dan bahaya t erhadap f ungsi
hut an dan lahan sert a lingkungan hidup perl u dilakukan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran hut an dan lahan;
c. bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana t ersebut pada huruf a dan b, perlu
dit et apkan dengan Perat uran Daerah Kot a Palangka Raya t ent ang Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran Hut an dan Lahan di Wilayah Kot a Palangka Raya.
Mengingat :
1.


Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 t ent ang Pembent ukan Kot a Praj a Palangka Raya
(LNRI Tahun 1965 Nomor 48, TLNRI Nomor 2753);
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosist emnya (LNRI Tahun 1990 Nomor 49, TLNRI Nomor 3419);
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup (LNRI
Tahun 1997 Nomor 68, TLNRI Nomor 3699);
4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (LNRI Tahun 1999
Nomor 60, TLNRI Nomor 3839);
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan Pemerint ah
Pusat dan Daerah (LNRI Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3848);
6. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (LNRI Tahun 1999 Nomor
167, TLNRI Nomor 3888);
7. Perat uran Pemerint ah Nomor 27 t ent ang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(LNRI Tahun 1999 Nomor 59, TLNRI Nomor 3838);
8. Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Propinsi Sebagai
Daerah Ot onom (LNRI Tahun 2000 Nomor 54, TLNRI Nomor 2952);
9. Perat uran Pemerint ah Nomor 4 Tahun 2001 t ent ang Pengendalian Kerusakan dan at au
Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkait an dengan Kebakaran Hut an dan at au
Lahan (LNRI Tahun 2001 Nomor 10, TLNRI Nomor 4076);

10. Perat uran Pemerint ah Nomor 35 Tahun 2002 t ent ang Dana Reboisasi (LNRI Tahun 2002
Nomor 67, TLNRI Nomor 4207);
11. Perat uran Daerah Kot a Palangka Raya Nomor 10 Tahun 2000 t ent ang Susunan
Organisasi dan Tat a Kerj a Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kot a
Palangka Raya (Lembaran Daerah Kot a Palangka Raya Tahun 2000 Nomor 10).

Dengan Perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTA PALANGKA RAYA
M E M U T U SK A N :

Menet apkan: PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TENTANG PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA
PALANGKA RAYA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah yang lain
sebagai Badan Eksekutif Daerah;
3. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;
4. Badan Teknis adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota
Palangka Raya;
5. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan;
6. Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan yang peruntukannya untuk
usaha dan/atau kegiatan ladang dan/atau kebun bagi masyarakat dan/atau
cadangan untuk pemukiman;
7. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
Pemerintah Kota Palangka Raya;
8. Ladang adalah sehamparan lahan yang dikelola oleh masyarakat untuk
penanaman padi dan palawija berlangsung 1-2 tahun kemudian ditinggalkan
setelah ditanami karet dan buah-buahan, dan kembali dibuka dalam kurun waktu

tertentu;
9. Lahan kebun adalah sehamparan lahan yang dikelola oleh masyarakat untuk
penanaman jenis tanaman tahunan dan/atau palawija dan sayuran secara intensif;
10. Lahan cadangan pemukiman adalah lahan yang terdapat dan terletak di luar
kota/desa atau terletak di kiri-kanan ruas jalan antar kota/desa;
11. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan dimana hutan dan/atau lahan
dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan/atau hasil hutan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan/atau nilai lingkungan;

12. Penertiban adalah upaya atau tindakan yang dilakukan terhadap orang dan atau
badan hukum agar pencegahan dan penanggulangan dalam mencegah kerusakan
dan pencemaran lingkungan hidup akibat pembakaran hutan dan lahan dapat
terwujud;
13. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan adalah upaya dalam
mencegah, memadamkan, mengendalikan, mengevaluasi akibat-akibat
kebakaran dan mempersiapkan tindakan rehabilitasi areal bekas kebakaran
hutan;
14. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan
dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas
dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga;

15. Pemulihan kerusakan hutan adalah upaya untuk mengembalikan fungsi hutan
dan/atau lahan sesuai dengan daya dukungnya;
16. Kerusakan hutan dan/atau lahan akibat kebakaran adalah perubahan langsung
atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan
hutan dan atau lahan tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang
berkelanjutan;
17. Pembakaran terencana adalah pembakaran lahan yang sengaja direncanakan
untuk tujuan tertentu, dan/atau pembakaran lahan/hutan yang sengaja dilakukan
namun tanpa tujuan yang jelas, dan/atau membiarkan lahan lain terbakar akibat
merambat dan areal yang dibakar terencana karena tanpa sekat bakar atau upaya
pemadaman;
18. Pembakaran tidak terencana adalah pembakaran lahan atau hutan yang tidak
sengaja dilakukan akibat kelalaian masyarakat seperti membuang puntung rokok
di ruas jalan, bekas memasak di hutan, dan lain-lain;
19. Biomas adalah bagian batang, dahan, ranting dan daun tanaman/pohon hasil
tebas-tebang baik dalam keadaan kering maupun segar yang tertumpuk dalam
suatu areal;
20. Tim Serbu Api Kelurahan atau disingkat TSAK adalah tim operasional dari
satuan tugas penanggulangan kebakaran hutan dan lahan tingkat Kelurahan Kota
Palangka Raya yang bertugas menanggulangi/memadamkan kebakaran hutan

dan lahan di Wilayah Kota Palangka Raya;
21. Organisasi Tim Serbu Api Kelurahan (TSAK) adalah kelompok orang yang
terbentuk atas koordinasi Camat dan Lurah beranggotakan komponen
masyarakat (TNI/Polisi, Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama, PPL/LSM/Omas,
Pengusaha, dan lain-lain) di Kelurahan yang tujuan dan kegiatannya dalam
rangka penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Wilayah Kota Palangka
Raya.
BAB II
PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN/ ATAU LAHAN
Bagian Pert ama
Pembakaran Hut an dan/ at au Lahan
Pasal 2

Set iap orang dan/ at au Badan Hukum baik sengaj a maupun t idak sengaj a t idak diperkenankan
membakar hut an, dan/ at au melakukan t indakan yang dapat menimbulkan kebakaran hut an.
Pasal 3
Set iap orang dan/ at au Badan Hukum yang membuka lahan, baik lahan milik perorangan,
lembaga maupun lahan milik negara di Wilayah Kot a Palangka Raya, t idak diperkenankan
melakukan pembakaran biomas hasil t ebas t ebang, t anpa memperoleh izin dan t anpa
mengikut i prosedur yang t elah dit et apkan dalam Perat uran Daerah ini.

Pasal 4
Set iap orang dan/ at au Badan Hukum t idak dibenarkan membiarkan lahan miliknya t erbakar
t anpa upaya penanggulangan, sehingga kebakaran menyebar dan meluas ke areal lain.
Pasal 5
Set iap orang dan/ at au Badan Hukum t idak dibenarkan membuang punt ung rokok at au bahan
lainnya di sepanj ang j alan yang dapat menyebabkan veget asi t erbakar dan t erus meluas ke
hut an dan/ at au lahan di sekit arnya.
Pasal 6
Set iap orang dan/ at au Badan Hukum t idak dibenarkan membakar sampah di pekarangannya
pada saat kabut asap t ebal menut upi at mosf ir wilayah Kot a Palangka Raya.
Bagian Kedua
Ij in Pembakaran Hut an dan at au Lahan
Pasal 7
(1)

Pembakaran lahan harus mendapat izin t ert ulis.

(2)

pemberi izin sebagaimana ayat (1) Pasal ini berdasarkan luas lahan yang diberi izin unt uk

membakar biomas adalah:
a. Lahan dengan luas ant ara 0 - 0, 1 ha, oleh Ket ua RT set empat .
b. Lahan dengan luas ant ara 0, 1 - 0, 5 ha, oleh Lurah set empat .
c. Lahan dengan luas ant ara 0, 5 - 2, 5 ha, oleh Camat set empat .
d. Lahan dengan luas lebih dari 2, 5 ha, oleh Walikot a.

(3)

Tat a cara dan syarat -syarat mendapat izin sebagaimana ayat (1) dan (2) Pasal ini
dit et apkan lebih lanj ut dengan Keput usan Walikot a.
Bagian Ket iga
Kewaj iban Dalam Upaya Pencegahan
Pasal 8

(1)

Set iap orang dan/ at au Badan Hukum berkewaj iban mencegah t erj adinya kerusakan
lingkungan yang berkait an dengan kebakaran hut an at au lahan.

(2)


Set iap orang dan/ at au Badan Hukum berkewaj iban mencegah t erj adinya kebakaran di
luar areal lahan yang dibakar t erencana.

Pasal 9
(1)

Set iap orang dan/ at au penanggung j awab sebagaimana dalam Pasal 8 waj ib memiliki
sarana dan prasarana yang memadai unt uk mencegah t erj adinya kebakaran hut an
dan/ at au lahan di luar l okasi usahanya at au lahan yang digarap.

(2)

Set iap orang dan/ at au penanggung j awab sebagaimana dalam Pasal 8 waj ib mengont rol
dan memelihara l ahan miliknya dari bencana kebakaran, t erut ama selama musim
kemarau.
BAB III
PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN/ ATAU LAHAN
Bagian Pert ama
Tat a Cara Pembakaran Lahan

Pasal 10

(1)

Sebelum dilakukan pembakaran, areal lahan yang akan dibakar harus diberi bat as at au
sekat bakar keliling dengan lebar minimal 3 met er dan bersih dari biomas yang
berpeluang sebagai media menj alarkan api ke luar areal.

(2)

Sebelum melakukan pembakaran, agar disediakan alat pemadam api yang memadai,
yait u sepert i air yang dibungkus dengan pl ast ik (BOMTIK), pembuat an sumur bor/ pompa,
penyemprot air dan bambu, pemukul dari pohon kecil at au rant ing berdaun, dan lainlain.

(3)

Tit ik memulai pembakaran, disamping dari sisi arah angin, j uga diharuskan dari sisi yang
berlawanan dengan arah angin.

(4)


Pada saat at mosf ir wilayah kot a dit ut upi oleh kabut asap t ebal, t idak diperkenankan
masyarakat membakar lahan/ ladang dan at au sampah dalam j umlah t ert ent u yang
berpeluang meningkat kan kepekat an asap dan menimbulkan kebakaran lingkungan
permukiman.

(5)

Pada saat pembakaran lahan, harus dit unggu sampai api benar-benar padam.
Bagian Kedua
Wakt u Pelaksanaan Pembakaran Lahan
Pasal 11

(1)

Pembakaran areal ladang unt uk t uj uan penanaman padi dan palawij a, dapat dilakukan
pada menj elang akhir musim kemarau, karena t erkait erat dengan j adwal t anam dan
kebut uhan air berdasarkan curah huj an.

(2)

Pembakaran areal at au lahan kebun (bukan padi/ palawiij a) dapat dilakukan di luar
periode musim kemarau.

(3)

Pembakaran areal at au lahan cadangan pemukiman yang t erdapat di luar kot a/ desa di
kiri-kanan ruas j alan, dapat dilakukan di luar periode musim kemarau.
BAB IV
PENANGGULANGAN DAN PEMULIHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Bagian Pert ama
Penanggulangan
Pasal 12
(1)

Set iap orang at au Badan Hukum berkewaj iban menanggulangi kebakaran hut an dan/ at au
lahan miliknya, apabila t erj adi kebakaran at au t erbakar di luar wakt u pelaksanaan
pembakaran yang t elah dit et apkan pada Pasal 11 Bab III Perat uran Daerah ini.

(2)

Set iap orang at au Badan Hukum berkewaj iban menanggulangi kebakaran hut an at au
lahan yang bersumber dari lahan miliknya dan segera berkoordinasi dengan pemilik lahan
dimaksud.

(3)

Set iap lembaga yang dit unj uk oleh pemerint ah sebagai Penanggulang Bencana,
berkewaj iban penuh menanggulangi kebakaran hut an dan/ at au lahan, baik yang t erj adi
sengaj a dan t idak sengaj a oleh pihak manapun.
Pasal 13

Set iap orang dan/ at au Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 dan Pasal 10
bert anggung j awab dan bert indak dini at as t erj adinya kebakaran lahan di lokasi usaha at au
lahan yang digarap dan kebakaran hut an akibat meluas dari kebakaran lahan miliknya,
sebelum melakukan koordinasi dan mendapat pert olongan dari Lembaga Penanggulangan
Bencana.
Bagian Kedua
Pemulihan
Pasal 14
(1)

Set iap orang dan/ at au Badan Hukum yang melakukan pembakaran biomas yang
mengakibat kan t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan di luar lokasi usahanya at au
lahan yang digarap, waj ib melakukan pemulihan sepert i penanaman/ pemeliharaan
komodit i bernilai ekonomis dan berkelanj ut an.

(2)

Set iap orang dan/ at au Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini waj ib
melaporkan upaya pemulihan yang akan dan/ at au t elah dilakukan kepada Pemerint ah
Kot a Palangka Raya.
BAB V
PENERTIBAN
Bagian Pert ama
Wewenang Walikot a
Pasal 15

Walikot a berwenang unt uk :
a. Melakukan pembinaan dan pengawasan sert a mengambil t indakan t erhadap set iap orang
dan/ at au Badan Hukum yang melakukan pembakaran hut an dan/ at au lahan di luar lokasi
usaha at au lahan yang digarapnya;
b. Mencabut ij in usaha at as pengelolaan hut an dan/ at au lahan.

Bagian Kedua
Wewenang Camat
Pasal 16
Camat berwenang unt uk :
a. Melakukan koordinasi dan membina kerj asama dalam penanggulangan dan pemadaman
kebakaran hut an dan lahan yang dilakukan oleh sat uan pemadam swakarsa dan
masyarakat ;
b. Melakukan pemant auan dan mengevaluasi akibat dan dampak yang berkait an dengan
kebakaran hut an dan at au lahan.
Bagian Ket iga
Wewenang Damang Kepala Adat
Pasal 17
(1)

Dalam melaksanakan t indakan t erhadap pelanggaran yang dilakukan oleh orang at au
badan dengan sengaj a dan/ at au kelalaian yang mengakibat kan kebakaran hut an dan/ at au
lahan sehingga sej umlah pohon dan at au t anaman rusak yang dilindungi oleh Hukum Adat
maka Damang Kepala Adat dapat menet apkan dan memberlakukan sanksi berdasarkan
hukum adat yang berlaku dan t idak bert ent angan dengan Perat uran Perundang-undangan.

(2)

Tat a cara dan ket ent uan lebih lanj ut dalam hal ayat (1) Pasal ini diat ur oleh Keput usan
Walikot a.
Bagian Keempat
Wewenang Lurah
Pasal 18

(1)

Dalam rangka menanggulangi dan memadamkan kebakaran hut an dan lahan, maka Lurah
membent uk organisasi Tim Serbu Api Kelurahan at au disingkat TSAK.

(2)

Tuj uan dan kegiat an TSAK sebagaimana ayat (1) Pasal ini adalah dalam rangka
penanggulangan kebakaran hut an dan lahan di Wilayah Kot a Palangka Raya.

(3)

Akibat dari pembent ukan TSAK sebagaimana ayat (1) Pasal ini dibebankan pada Anggaran
Pendapat an dan Belanj a Daerah (APBD) Kot a Palangka Raya.
Bagian Kelima
Wewenang Ket ua RT
Pasal 19

(1)

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pendelegasian wewenang secara nyat a
dengan melibat kan hak-hak dan kepent ingan masyarakat , maka kepada Ket ua RT unt uk:
a. Membent uk POSKO Kebakaran Hut an dan Lahan di t ingkat RT set empat sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan dini;
b. Membangun dan meningkat kan kepedulian dan kesadaran masyarakat ;

c. Melakukan koordinasi dan kerj asama dengan Tim Serbu Api Kelurahan;
d. Melakukan pengawasan dan mengaj ukan gugat an ke pengadilan dan at au melaporkan
ke penegak hukum t erhadap kerusakan hut an yang merugikan kehidupan masyarakat
akibat t erj adinya kebakaran.
(2)

Selain mengaj ukan gugat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b Pasal ini, Ket ua
RT dapat menawarkan penyelesaian yang dit empuh melalui Damang Kepala Adat unt uk
pelaksanaan sanksi berdasarkan hukum adat yang berlaku dan t idak bert ent angan dengan
Perat uran Perundang-undangan.
BAB VI
GANTI RUGI DAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 20

(1)

Pelanggaran t erhadap ket ent uan Perat uran Daerah ini yang menimbulkan kerugian pada
orang lain at au lingkungan hidup, mewaj ibkan kepada penanggung j awab perbuat an it u
unt uk membayar gant i rugi sesuai dengan t ingkat kerusakan at au akibat yang dit imbulkan
kepada Daerah unt uk biaya rehabilit asi, pemulihan kondisi hut an, at au t indakan lain yang
diperlukan.

(2)

Tat a cara dan penet apan besarnya gant i kerugian sebagaimana dalam ayat (1) Pasal ini
diat ur secara t ersendiri dengan Keput usan Walikot a.

(3)

Pembayaran sej umlah uang gant i rugi dimaksudkan ayat (1) Pasal ini dapat digant i
dengan t indakan langsung oleh penanggung j awab perbuat an dengan melaksanakan sanksi
sosial misalnya berupa kewaj iban penanaman pohon kembali sej umlah t ert ent u
berdasarkan keput usan Walikot a.

(4)

Dalam hal pelanggaran t erhadap ket ent uan Perat uran Daerah ini dilakukan oleh Badan
Hukum at au pemegang izin dikenakan sanksi administ rat if .
BAB VII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 21

(1)

Set iap orang/ at au badan dengan sengaj a at aupun karena kelalaiannya melanggar
ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, 3, 4, 5, 6, 7 ayat (1), 8, 9, 10, 11, 12,
13, dan 14 Perat uran Daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6
(enam) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 5. 000. 000, - (lima j ut a rupiah).

(2)

Tindak pidana sebagaimana ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran.
BAB VIII
PENYIDIKAN
Pasal 22

(1)

Pej abat Pegawai Negeri Sipil t ert ent u di lingkungan Pemerint ah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai penyidik unt uk melakukan penyidikan t indak pidana t erhadap pelanggaran
Perat uran Daerah ini.

(2)

Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan menelit i ket erangan at au laporan berkenaan
dengan t indak pidana;
b. menelit i, mencari dan mengumpulkan ket erangan mengenai orang pribadi at au badan
t ent ang kebenaran;
c. memint a ket erangan dan barang bukt i dari orang pribadi at au badan sehubungan
dengan t indak pidana;
d. memeriksa buku-buku, cat at an-cat at an dan dokumen-dokumen lain berkenaan
dengan t indak pidana;
e. melakukan penggeledahan unt uk mendapat kan barang bukt i pembukuan, pencat at an
dan dokumen-dokumen lain, sert a penyit aan t erhadap barang bukt i t ersebut ;
f . memint a bant uan t enaga ahli dalam rangka pelaksanaan t ugas penyidikan t indak
pidana;
g. menyuruh berhent i, melarang seseorang meninggalkan ruangan at au t empat pada
saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa ident it as orang dan at au
dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ayat (2) Pasal ini;
h. mengambil sidik j ari dan memot ret seseorang yang berkait an dengan t indak pidana;
i. memanggil orang unt uk didengar ket erangannya dan diperiksa sebagai t ersangka at au
saksi;
j . menghent ikan penyidikan set elah mendapat perset uj uan dari Walikot a at as pet unj uk
dari Penyidik POLRI bahwa t idak t erdapat cukup bukt i at au perist iwa t ersebut bukan
merupakan t indak pidana dan selanj ut nya melalui penyidik POLRI memberit ahukan
hal t ersebut kepada penunt ut umum, t ersangka at au keluarganya;
k. melakukan t indakan lain yang dianggap perlu unt uk kelancaran penyidikan t indak
pidana menurut hukum yang dipert anggungj awabkan.

(3)

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberit ahukan dimulainya penyidikan
dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penunt ut Umum, sesuai dengan
ket ent uan yang diat ur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara
Pidana.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23

Hal-hal yang belum diat ur dalam Perat uran Daerah ini akan diat ur lebih lanj ut oleh Walikot a.
Pasal 24
Perat uran Daerah ini mulai berl aku pada t anggal diundangkan.

Agar supaya set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan perundangan Perat uran Daerah
t ent ang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hut an dan Lahan di Wilayah Kot a
Palangka Raya ini dengan penempat annya dalam Lembaran Daerah Kot a Palangka Raya.
Disahkan di Palangka Raya
pada t anggal 7 April 2003
WALIKOTA PALANGKA RAYA,
t t d.
SALUNDIK GOHONG
Diundangkan di Palangka Raya
pada t anggal 7 April 2003
SEKRETARIS DAERAH KOTA PALANGKA RAYA
t t d.
MARTOYO
LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA
TAHUN 2003 NOMOR 07

  

Dokumen yang terkait

Analisis Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Sekolah di Kota Medan Tahun 2014

23 220 103

Implementasi Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : Per-09/MBU/2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Lingkungan Int

3 148 90

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah : Pajak Restoran Di Kabupaten Deli Serdang

24 244 132

Implementasi Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 7 Tahun 2011 tentang Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

6 111 114

Implementasi Perda Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Retribusi Jasa Usaha Angkutan Umum Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Padang Sidempuan)

8 159 109

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

8 145 136

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

13 140 63

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Medan)

1 46 79

Analisis Penerapan Penuh Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual (Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

18 162 123

Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Perusahaan Daerah Pasar Yaahowu Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

6 93 138