Sinergi Pusat Daerah Perencanaan dan Penganggaran_sent Pak Wariki_3 Juli 2013
Wariki Sutikno
Direktur Otonomi Daerah
Disampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD) Implementasi Regulasi
Perencanaan Pembangunan dalam Mewujudkan Sinergitas Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Daerah
Potensi Fragmented Governance
1. Karena multi-actors rules dengan relasi yang
horisontal, maka kebutuhan terhadap
koordinasi dan sinergi semakin besar.
2. Pemerintah akan semakin sulit untuk
mengkoordinasikan aktor governance
(state-civil society-business) jika tidak
mampu mengkoordinasikan dirinya sendiri.
3. Oleh karena itu, koordinasi internal
pemerintah adalah krusial & menentukan.
Potensi Fragmented Government
Fenomena kontemporer pemerintahan Indonesia:
masih menghadapi fragmentasi pemerintah:
1.Fragmentasi di pusat:
pendekatan sektoral yang cenderung terlalu
kuat; masing2 kementerian relatif otonom;
diperparah oleh afiliasi politik Menteri yang
beragam, & koalisi pemerintah yang rapuh.
2.Fragmentasi Pusat turun ke daerah:
Masing-masing kementerian hadir sendiri-sendiri
di daerah.
3.Fragmentasi antar Level Pemerintahan:
Pusat hadir di daerah dengan Dekonsentrasinya,
Provinsi & Kabupaten/Kota dengan otonominya
(produk desentralisasi pusat)
PEMBANGUNAN NASIONAL =
PEMBANGUNAN OLEH PUSAT+PEMBANGUNAN OLEH
DAERAH+ PEMBANGUNAN OLEH SELURUH AKTOR
PEMBANGUNAN LAINNYA
Pembangunan Daerah Sebagai
Penjabaran Pembangunan Nasional
Pembangunan daerah merupakan sinergi
dari 3 elemen pembangunan, yaitu :
Alasan Mengapa Perlu Sinergi
dalam Pembangunan
Untuk
mempercep
at
pencapaian
Target
Pembangun
an
“Sinergi Pusat – Daerah”
dalam RPJMN 2010 - 2014
Buku I Prioritas
Nasional
Buku II Prioritas
Reformasi
Birokrasi;
Bidang
Substansi Inti “Sinergi
antara Pusat dan
Daerah, Kegiatan
Prioritas “Penetapan
& Penerapan Sistem
Indikator Utama
Pelayanan Publik yang
selaras antara
Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
PEMBANGUNAN BERDIMENSI
KEWILAYAHAN
BUKU III RPJMN 2010-2014
Sinergi pusat-daerah dan
antar-daerah dilakukan
dalam seluruh proses
mulai dari perencanaan,
pelaksanaan,
pengendalian dan
evaluasi yang mencakup :
kerangka kebijakan,
regulasi, anggaran,
kelembagaan, dan
pengembangan wilayah.
“Sinergi Pusat – Daerah”
dalam RPJMN 2010 - 2014
Sinergi Perencanaan
Kebijakan
ARAH SINERGI
Strategi: mengoptimalkan penyelenggaraan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) di semua tingkatan pemerintahan
Kaidah Pelaksanaan
Sinergi Pusat - Daerah
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Pemerintah Pusat
& Daerah
Kementerian/Lembag
a wajib melaksanakan
fokus-fokus dan
kegiatan serta
mempertimbangkan
dokumen
perencanaan
pembangunan
nasional
Dalam menyusun
Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Daerah
(RPJMD)
yang merupakan
penjabaran visi, misi,
dan program Kepala
Daerah wajib
mempertimbangkan
dokumen
perencanaan
pembangunan
nasional
Kementerian/Lembag
a beserta pemerintah
daerah wajib menjaga
konsistensi antara
Buku III RPJMN 20102014, Rencana
Strategis (Renstra)
Kementerian/Lembag
a 2010-2014, dan
Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Daerah
(RPJMD).
UPAYA SINERGI NASIONAL DAN DAERAH
DALAM PENCAPAIAN SURPLUS BERAS 10 JT TON
INPUT/
DUKUNGAN
KEGIATAN/
OUTPUT
INDIKATOR
OUTCOME
SASARA
N
ANTARA
SASARAN
UTAMA
Manajemen:
Penyuluhan;
Alsintan;
Pengendalian
HPT
Untuk mensukseskan surplus 10juta ton tahun 2014, peran Pemda sangat
sentral terutama:
(1) Dalam penyediaan lahan; (2) Mendorong terjadinya diversifikasi olahan
Slide - 11
pangan lokal; (3) Memfasilitasi penyuluhan kepada para petani; (4)
mempercepat pembangunan jaringan irigasi sekunder dan tersier.
CONTOH SINERGI
•
•
•
Dalam mencapai sasaran pembangunan dibutuhkan sinergi Pusat dan Daerah
Dalam PP No.38/2007 telah dengan detail membagi kewenangan antara pusat
dan Daerah
Sinergi harus dilaksanakan tepat secara kewenangan dan tidak ada overlap
pendanaan
CONTOH PRIORITAS NASIONAL KETAHANAN PANGAN
PUSAT
SASARAN
PRIORITAS
KETAHANA
N PANGAN
PENINGKATAN
PRODUKSI
PANGAN/THN
•PADI (3,2%)
•JAGUNG
(10,2%)
•KEDELAI
(20,1%)
••GULA
GULA
(12,6%)
•SAPI (7,3%)
DAK
LAHAN
Kementan, BPN
INFRA
Kementan, KKP, Kem.PU
LITBANG
Kementan, KKP, LIPI, BPPT,
KRT
SUBSIDI
Kementan, KKP, Kemenkeu
PANGAN
DAN GIZI
ADAPTASI
PERUBAHA
N IKLIM
BIDANG
DAK
KEGIATAN
PERTANIAN
• Cetak sawah;
• penyediaan sarana dan
prasarana balai
perbenihan/perbibitan
tanaman pangan/
holtikultura/
perkebunan/peternakan;
• Jalan produksi perdesaan
Kementan, KKP, Kemenkes
INFRA.
IRIGASI
Pembangunan/peningkatan/r
ehabilitasi jaringan irigasi
Kementan, KKP, KLH, BMKG
KELAUTAN
DAN
• Sarana dan prasarana12
pelabuhan perikanan kelas
CONTOH SINERGI BIDANG PENANGGULANGAN
KEMISKINAN DAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA
PRIORITAS NASIONAL
BIDANG KESEHATAN:
pendekatan preventif
melalui peningkatan
kesehatan masyarakat dan
lingkungan
PRIORITAS
NASIONAL
BIDANG PANGAN:
Peningkatan
ketahanan
pangan dan
lanjutan
revitalisasi
pertanian dan
perikanan
PRIORITAS NASIONAL
BIDANG PENDIDIKAN:
akses pendidikan
berkualitas,
terjangkau, relevan,
dan efisien
PRIORITAS NASIONAL
BIDANG INFRASTRUKTUR:
Pembangunan
infrastruktur yang
memiliki daya dukung dan
daya gerak terhadap
pertumbuhan ekonomi
dan sosial
Klaster III
UMKM, KUR
Klaster I
PKH
Raskin
SSM
Jamkesmas
KB
Klaster II
PNPM
MANDIRI
PRIORITAS NASIONAL
PENANGGULANGAN
KEMISKINAN
PRIORITAS
NASIONAL BIDANG
DAERAH
TERTINGGAL,
TERDEPAN,
TERLUAR, DAN
PASCA-KONFLIK
PRIORITAS NASIONAL
BIDANG
KESEJAHTERAAN
RAKYAT
13
Contoh Matriks Sinergi Isu Strategis
Provinsi
Kebutuhan Dukungan
Pemerinta
PN
h
BUMN/BU
Isu Strategis Pemerintah Prov/Kab/K MD/Swast Pendana
Provinsi
Pusat
ota
a
an
Target
K/L
Perkuatan Domestic Connectivity
Pembangunan
Diharapka
APBD
APBD Prov
Jalan dari
n
Provinsi
akses
KemenPU
Jatim
PT. Misi
Pusat: ... pembangu
Diisi menjadi
1 catatan
jembatan
nannya
Pembebasa
Pembebasan
dalam kolom
isian
Isu Strategis
suramadu
selesai
n Lahan
Lahan
BUMN/BUMD/Swasta
menuju
tahun
pemb
akses
pembangunan
pelabuhan
2014
ke Pel
akses ke
6 socah
pelabuhan
Penyusunan Socah
socah 750 km AMDAL, FS 2.500 km
(APBN-Balai V) & DED
Daerah:....
Pengaspalan 5 Pembebasa
BUMN/BU
km, lebar 14 n lahan
MD/Swast
m (4 jalur)
pemb
a: ....
Dirinciakses
dalam program dan
Kegiatan APBD
APBN, Nalai V ke Pel
Total: ....
TA
2012
Socah
Kegiatan Strategis -> Dijabarkan lagi dalam rincian: Program, Kegiatan,
10.475
km
Sasaran, Indikator Sasaran,
Lokasi
UPAYA SINERGI NASIONAL DAN DAERAH
DALAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN
1.
Dalam desentralisasi dan otonomi daerah, peran Pemda menjadi sentral untuk:
a.
b.
c.
2.
Peningkatan pro-poor planning and budgeting:
a.
b.
c.
d.
3.
Mengoptimalkan sinergi berbagai program pusat dan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pelayanan
publik, dan daya saing ekonomi lokal.
Mengendalian inflasi daerah sebagai natural protection untuk orang miskin (agar peningkatan pendapatan orang
miskin efektif bagi peningkatan kesejahteraannya).
Mensinergikan kegiatan dan anggaran program sektor dan daerah untuk membuka keterisolasian wilayah,
peningkatan keberdayaan masyarakat, dan revitalisasi perdesaan.
Ketepatan sasaran/penerima program (RT dan wilayah miskin) dengan menyepakati penggunaan unified database
berdasarkan hasil PPLS2011.
Kegiatan-kegiatan yang langsung menangani permasalahan kemiskinan (gizi buruk, putus sekolah, air bersih,
permukiman kumuh, dll).
Meningkatkan pertisipasi masyarakat melalui integrasi perencanaan partisipatif ke dalam perencanaan reguler,
termasuk melaksanakan monevnya.
Koordinasi penyusunan SPKD sebagai dasar penyusunan RPJMD di bidang penanggulangan kemiskinan.
Penguatan kapasitas dan kualitas kelembagaan untuk koordinasi penanggulangan
kemiskinan
a.
b.
c.
d.
Peningkatan kapasitas aparat dalam merespon aspirasi/potensi lokal (berkembangnya sense of urgency terhadap
berbagai masalah kemiskinan)
Membangun kerja sama kemitraan dengan stakeholders (pemerintah, dunia usaha, masyarakat) untuk
mengembangkan ekonomi lokal dan mobilisasi berbagai sumberdaya
Menjaga keberlanjutan kapasitas dan lembaga masyarakat yang terbangun untuk mengoptimalkan/mengawal
implementasi berbagai program dan hasilnya
Penyederhanaan berbagai prosedur -› penyaluran dana, supervisi pelaksanaan program, penanganan pengaduan
masyarakat, audit, dan pengembangan prinsip-prinsip good governance
Slide - 15
Sinergi Kerangka Regulasi
ARAH SINERGI
Strategi :
(1) Konsultasi dan koordinasi dalam penyusunan peraturan
perundangan;
(2) Pembentukan forum koordinasi lintas instansi: baik
penyusunan peraturan baru maupun review atas
peraturan yang sudah ada;
(3) Fasilitasi proses legislasi guna mengurangi jumlah Perda
yang bermasalah.
HARAPAN: HARMONISASI UU 32/2004 DENGAN UU 25/2004
ISU
UU No 25
Tahun 2004
UU No 32 Tahun 2004
Usulan Penyempurnaan
(Catatan Bappenas
Perbedaan
pengesahan
RPJMD.
Ditetapkan
dengan Perkada
Ditetapkan dengan Perda
ISU
UU No 32
Tahun 2004
Draft Revisi UU No 32
Tahun 2004
Peran
BAPPEDA
dalam
Penyusunan
Dokumen
Perencanaan
Pembangunan
(RPJPD, RPJMD
dan RKPD)
Pasal 140 ayat
(2) :
“Perencanaan
Pembangunan
daerah disusun
oleh
pemerintahan
daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota
sesuai dengan
kewenangannya
yang
dilaksanakan
oleh BAPPEDA”
Pasal 142 ayat (2): “ Rencana
Pembangunan Daerah
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikoordinasikan,
disinergikan dan
diharmonisasikan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan
Daerah”
Pasal ini mereduksi peran
BAPPEDA dalam Penyusunan
Dokumen Perencanaan
Pembangunan Daerah (RPJPD,
RPJMD dan RKPD).
Isi dari Draft Revisi UU No 32 Tahun 2004 pasal
142 ayat (2) diubah menjadi: “ Rencana
Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun, dikoordinasikan,
disinergikan dan diharmonisasikan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah” Hal ini
juga sejalan dengan UU No 25 Tahun 2004 4
tentang SPPN (ditambahkan kata “disusun”)
Tidak adanya
pendekatan
politik dalam
perencanaan
pembangunan
daerah
Tidak diatur
pendekatan
perencanaan
pembangunan
daerah
Pasal 143 ayat (1)
Perencanaan pembangunan
daerah menggunakan
pendekatan teknokratik,
partisipatif, atas-bawah dan
bawah-atas.
(Menurut UU 25/ 2004 ada “
Pendekatan Politik”)
Memasukkan pendekatan politik dalam
perencanaan pembangunan daerah
secara utuh.
Sesuai dengan penjelasan UU No 25 Tahun
2004 bahwa perencanaan pembangunan
menggunakan pendekatan teknokratik,
politik, partisipatif, atas-bawah dan bawah-
Perlu harmonisasi agar tidak terjadi
“kebingungan “di daerah.
Diusulkan paling lama 3 (tiga) bulan pertama
harus ditetapkan dalam Perkada, kemudian 6
(enam) bulan harus disahkan dengan Perda.
Usulan Penyempurnaan
(Catatan Bappenas)
Rekapitulasi Evaluasi Perda
Perda yang Direkomendasikan dibatalkan per provinsi 2010-2011
Sumber: Biro Hukum Kemendagri, 2012
Jumlah Perda yang
Dibatalkan Oleh
Kemendagri,
kebanyakan adalah
Perda yang
menyebabkan high cost
economy
Sinergi Perencanaan dan
Penganggaran Pusat dan Daerah
Sistem berbeda saling
berinteraksi secara tepat
menghasilkan outcome dan
impact yang lebih besar
SINERGI
Dana BUMN/
BUMD/
Swasta
MP3EI, MP3KI,
RAN GRK, DLL
Pr
io
N a ri t a s
s
i
o
na l
STRATEGI SINERGI DALAM KERANGKA
ANGGARAN
Penataan dan Penguatan Kerangka Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah
ALOKASI SUMBERDAYA ANTARWILAYAH
WILAYAH
DANA DEKON +
TP
RATARATA
20052009
(Rp.
Juta)
SUMATERA
JAWA-BALI
KALIMANTAN
SULAWESI
NUSA
TENGGARA
MALUKU
PAPUA
TOTAL
37.213
157.630
11.721
15.950
SHAR
E
(%)
15,65
66,31
4,93
6,71
5.995
2,52
4.278
1,80
4.942
2,08
237.729 100,00
DANA
PERIMBANGAN
RATARATA
20052009
(Rp. Juta)
SHAR
E
(%)
62.138
78.519
30.487
23.811
INVESTASI PMA
RATARATA
20052008
(US $
JUta)
27,65
34,94
13,57
10,60
1.133
8.516
283
76
9.965
4,43
5.889
2,62
13.890
6,18
224.698 100,00
8
7
5
10.030
Sumber: Diolah dari Kementerian Keuangan,
Bank Indonesia dan BKPM
triusi Investasi PMDN (%):
awa-Bali dan Sumatera: 86,78
Kalimantan: 7,19
Sulawesi: 5,26
Maluku dan Nusa Tenggara: 0,08
Papua: 0,70
ibusi Kredit Perbankan (%):
wa-Bali dan Sumatera: 88,22
limantan: 5,18
lawesi: 4,50
aluku dan Nusa Tenggara: 1,21
pua: 0,59
WILAYAH
Distriusi Dana Dekon+TP
(%):
SHAR
E
1. Jawa-Bali dan Sumatera:
(%)
81,69
2. Kalimantan: 4,93
3. Sulawesi: 6,71
11,29
4. Maluku dan Nusa
84,91
Tenggara: 4,32
2,82
5. Papua: 2,08
0,76
Distriusi Dana Perimbangan (%):
1.0,08
Jawa-Bali dan Sumatera: 62,59
2.0,07
Kalimantan: 13,57
3.0,05
Sulawesi: 10,60
4. Maluku dan Nusa Tenggara: 9,30
100,00
5. Papua: 6,18
INVESTASI PMDN
RATARATA
20052008
(Rp.
MIliar)
SHAR
E
(%)
KREDIT
PERBANKAN
RATARATA
20072009
(Rp.
MIliar)
SHAR
E
(%)
KKREDIT MIKRO
KECIL MENENGAH
RATARATA
20072009
(Rp.
MIliar)
SHAR
E
(%)
SUMATERA
8.400
31,52
193.749
15,44
117.393
18,79
JAWA-BALI
14.729
55,26
913.352
72,78
408.768
65,43
1.916
7,19
67.483
5,38
33.704
5,40
1.402
5,26
56.483
4,50
43.281
6,93
21
0,08
12.436
0,99
11.971
1,92
0,3
0,00
4.006
0,32
3.523
21
0,56
185
0,70
7.442
0,59
6.068
0,97
KALIMANTAN
SULAWESI
NUSA
TENGGARA
MALUKU
PAPUA
OPTIMALISASI ALOKASI SUMBER DAYA
ANTARWILAYAH
Dana Dekonsentrasi/TP + Dana
Perimbangan + Dana Otsus +
(+
(+
(+
(+
Pinjaman/Hibah+
Swasta
(+
)
)
)
)
)
Pemda
Pemd
a
Pemda
Pemd
a
Pemd
a
Pengeluaran Pemerintah
(+ Daerah = Penguatan
) Perekonomian daerah
(+
Pembang
unan
(-)
) Pembang
Wilayah
SUMATER
A
54797.00 (minimum)
245594.00
398937.00 (median)
639154.00
1339115.00 (maximum)
unan
Wilayah
(+
)
KALIMANT
AN
Pembang
unan
Wilayah
JAWA-BALI
(-)
(+
)
Pemd
a
(+
)
Pemerintah
Pusat
Pemd
a
(+
)
(+
)
(-)Pemban
gunan
Wilayah
SULAWE
SI
Dampak alokasi
sumberdaya
terhadap
perkonomian
daerah
Pembang
unan
Wilayah
MALUKU
(-)
(-)
Pembang
unan
Wilayah
PAPUA
Pembangun
an Wilayah
NUSA
TENGGARA
Seluruh alokasi sumber daya didorong untuk meningkatkan
kemampuan daerah dalam mengurangi kesenjangan
antarwilayah prioritas wilayah
Alokasi sumber daya K/Lmemperhatikan
22
22
Sinergi dalam Kerangka Kelembagaan
dan Aparatur Daerah
Strategi: Tata Kelola Kelembagaan Pemerintahan Daerah
dan Meningkatkan Kapasitas Aparatur Daerah.
Sinergi dalam Kerangka
Pengembangan Wilayah
Penataan, Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang
PERENCANAAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN,
PEMBANGUNAN,
PERENCANAAN
PERENCANAAN TATA
TATA RUANG
RUANG
DAN
DAN PERENCANAAN
PERENCANAAN SEKTORAL
SEKTORAL
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
PERENCANAAN
TATA RUANG
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJP)
Nasional
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH (RPJMN)
RENCANA KERJA
PEMERINTAH (RKP)
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJPD)
Provinsi
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH (RPJMD)
RENCANA
TATA RUANG
NASIONAL
JARINGAN
INFRASTRUKTUR
ANTARPULAU
DAN ANTARPROVINSI
RENCANA
TATA RUANG
PROVINSI
JARINGAN
INFRASTRUKTUR
ANTARKABUPATEN
ANTARKOTA
RENCANA KERJA
PEMERINTAH (RKPD)
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJPD)
Kabupaten/
RENCANA PEMBANGUNAN
Kota
JANGKA MENENGAH (RPJMD)
RENCANA
TATA RUANG
KABUPATEN/KOTA
RENCANA KERJA
PEMERINTAH (RKPD)
Kecamatan
PERENCANAAN
SEKTORAL
RENCANA
TATA RUAG
KECAMATAN
JARINGAN
INFRASTRUKTUR
ANTARKECAMATAN
JARINGAN
INFRASTRUKTUR
ANTARDESA
25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI (RTRWP)
Ps. 22
Peraturan Daerah Provinsi
Ps. 23 ayat
(6)
ditetapkan
dengan
RTRWN
pedoman bidang
penataan ruang
cu
a
RPJPD
ng
Ps. 22 ayat
me
(1)
disusun dengan
memperhatikan
RTRWP
pe
d
jangka waktu
om
an
memu
at
un
t
uk
20 tahun
Ps. 23 ayat
(3)
Ps. 23 ayat
(2)
ditinjau kembali 1 kali
dalam 5 tahun
Ps. 23 ayat
(4)
Ps. 23 ayat
(5)
ditinjau kembali lebih dari 1 kali
dalam 5 tahun, dalam hal:
perubahan kondisi lingkungan
strategis tertentu yang
berkaitan dengan bencana
alam skala besar; dan/atau
perubahan batas teritorial
negara dan/atau provinsi
BHK-DJPR/Presentasi/DR
Ps. 22 ayat
(2)
perkembangan permasalahan nasional & hasil pengkajian
implikasi penataan ruang provinsi
upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi provinsi
keselarasan aspirasi pembangunan provinsi &
pembangunan kabupaten/kota
daya dukung & daya tampung lingkungan hidup
RPJPD
RTRWP yang berbatasan
RTR kawasan strategis provinsi
RTRWK
Ps. 23 ayat
(1)
penyusunan RPJPD
penyusunan RPJMD
pemanfaatan ruang &
pengendalian pemanfaatan
ruang dalam wilayah provinsi
mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, & keseimbangan
perkembangan antarwilayah
kabupaten/kota, serta
keserasian antarsektor
penetapan lokasi dan fungsi
ruang untuk investasi
penataan ruang kawasan
strategis provinsi
penataan ruang wilayah
kabupaten/kota
tujuan, kebijakan, dan strategi penataan
ruang wilayah provinsi
rencana struktur ruang wilayah provinsi
yang meliputi sistem perkotaan dalam
wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan
perdesaan dalam wilayah pelayanannya &
sistem jaringan prasarana wilayah provinsi
rencana pola ruang wilayah provinsi yang
meliputi kawasan lindung dan kawasan budi
daya yang memiliki nilai strategis provinsi
penetapan kawasan strategis provinsi
arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi
yang berisi indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan
arahan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan
peraturan zonasi sistem provinsi, arahan
perizinan, arahan insentif dan disinsentif,
serta arahan sanksi
APA YANG DIHARAPKAN?
Peraturan Perundang-undangan
Harmonisasi
Peraturan perundang-undangan
Keterkaitan antara dokumen
perencanaan pembangunan
tahunan daerah (RKPD),
dokumen perencanaan
pembangunan lima tahunan
daerah (RPJMD) dan dokumen
perencanaan pembangunan
jangka panjang atau 20 (dua
puluh) tahunan (RPJPD).
Sinergitas
Keterkaitan antara RKPD,
RPJMD, dan RPJPD dengan
dokumen perencanaan lainnya
seperti RTRW serta dokumen
penganggaran KUA-PPAS dan
APBD
Konsistensi
Kualitas Dokumen
Indikator-indikator yang
disusun dalam rencana
pembangunan tersebut
Keterkaitan antara rencana
pembangunan yang telah termuat
dalam RKPD, RPJMD, RPJPD, RTRW
dengan implementasinya, serta
keterkaitan rencana pembangunan antar
tahunnya
(SMART).
Kelembagaan/Institusi
Kapasitas Aparatur Pemda
BAGAIMANA MELAKUKAN
SINERGI PUSAT-DAERAH
Review Regulasi
PENGUATAN PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL
PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI
(PP 19 Tahun 2010 jo PP 23 tahun 2011)
Direktur Otonomi Daerah
Disampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD) Implementasi Regulasi
Perencanaan Pembangunan dalam Mewujudkan Sinergitas Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Daerah
Potensi Fragmented Governance
1. Karena multi-actors rules dengan relasi yang
horisontal, maka kebutuhan terhadap
koordinasi dan sinergi semakin besar.
2. Pemerintah akan semakin sulit untuk
mengkoordinasikan aktor governance
(state-civil society-business) jika tidak
mampu mengkoordinasikan dirinya sendiri.
3. Oleh karena itu, koordinasi internal
pemerintah adalah krusial & menentukan.
Potensi Fragmented Government
Fenomena kontemporer pemerintahan Indonesia:
masih menghadapi fragmentasi pemerintah:
1.Fragmentasi di pusat:
pendekatan sektoral yang cenderung terlalu
kuat; masing2 kementerian relatif otonom;
diperparah oleh afiliasi politik Menteri yang
beragam, & koalisi pemerintah yang rapuh.
2.Fragmentasi Pusat turun ke daerah:
Masing-masing kementerian hadir sendiri-sendiri
di daerah.
3.Fragmentasi antar Level Pemerintahan:
Pusat hadir di daerah dengan Dekonsentrasinya,
Provinsi & Kabupaten/Kota dengan otonominya
(produk desentralisasi pusat)
PEMBANGUNAN NASIONAL =
PEMBANGUNAN OLEH PUSAT+PEMBANGUNAN OLEH
DAERAH+ PEMBANGUNAN OLEH SELURUH AKTOR
PEMBANGUNAN LAINNYA
Pembangunan Daerah Sebagai
Penjabaran Pembangunan Nasional
Pembangunan daerah merupakan sinergi
dari 3 elemen pembangunan, yaitu :
Alasan Mengapa Perlu Sinergi
dalam Pembangunan
Untuk
mempercep
at
pencapaian
Target
Pembangun
an
“Sinergi Pusat – Daerah”
dalam RPJMN 2010 - 2014
Buku I Prioritas
Nasional
Buku II Prioritas
Reformasi
Birokrasi;
Bidang
Substansi Inti “Sinergi
antara Pusat dan
Daerah, Kegiatan
Prioritas “Penetapan
& Penerapan Sistem
Indikator Utama
Pelayanan Publik yang
selaras antara
Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
PEMBANGUNAN BERDIMENSI
KEWILAYAHAN
BUKU III RPJMN 2010-2014
Sinergi pusat-daerah dan
antar-daerah dilakukan
dalam seluruh proses
mulai dari perencanaan,
pelaksanaan,
pengendalian dan
evaluasi yang mencakup :
kerangka kebijakan,
regulasi, anggaran,
kelembagaan, dan
pengembangan wilayah.
“Sinergi Pusat – Daerah”
dalam RPJMN 2010 - 2014
Sinergi Perencanaan
Kebijakan
ARAH SINERGI
Strategi: mengoptimalkan penyelenggaraan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) di semua tingkatan pemerintahan
Kaidah Pelaksanaan
Sinergi Pusat - Daerah
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Pemerintah Pusat
& Daerah
Kementerian/Lembag
a wajib melaksanakan
fokus-fokus dan
kegiatan serta
mempertimbangkan
dokumen
perencanaan
pembangunan
nasional
Dalam menyusun
Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Daerah
(RPJMD)
yang merupakan
penjabaran visi, misi,
dan program Kepala
Daerah wajib
mempertimbangkan
dokumen
perencanaan
pembangunan
nasional
Kementerian/Lembag
a beserta pemerintah
daerah wajib menjaga
konsistensi antara
Buku III RPJMN 20102014, Rencana
Strategis (Renstra)
Kementerian/Lembag
a 2010-2014, dan
Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Daerah
(RPJMD).
UPAYA SINERGI NASIONAL DAN DAERAH
DALAM PENCAPAIAN SURPLUS BERAS 10 JT TON
INPUT/
DUKUNGAN
KEGIATAN/
OUTPUT
INDIKATOR
OUTCOME
SASARA
N
ANTARA
SASARAN
UTAMA
Manajemen:
Penyuluhan;
Alsintan;
Pengendalian
HPT
Untuk mensukseskan surplus 10juta ton tahun 2014, peran Pemda sangat
sentral terutama:
(1) Dalam penyediaan lahan; (2) Mendorong terjadinya diversifikasi olahan
Slide - 11
pangan lokal; (3) Memfasilitasi penyuluhan kepada para petani; (4)
mempercepat pembangunan jaringan irigasi sekunder dan tersier.
CONTOH SINERGI
•
•
•
Dalam mencapai sasaran pembangunan dibutuhkan sinergi Pusat dan Daerah
Dalam PP No.38/2007 telah dengan detail membagi kewenangan antara pusat
dan Daerah
Sinergi harus dilaksanakan tepat secara kewenangan dan tidak ada overlap
pendanaan
CONTOH PRIORITAS NASIONAL KETAHANAN PANGAN
PUSAT
SASARAN
PRIORITAS
KETAHANA
N PANGAN
PENINGKATAN
PRODUKSI
PANGAN/THN
•PADI (3,2%)
•JAGUNG
(10,2%)
•KEDELAI
(20,1%)
••GULA
GULA
(12,6%)
•SAPI (7,3%)
DAK
LAHAN
Kementan, BPN
INFRA
Kementan, KKP, Kem.PU
LITBANG
Kementan, KKP, LIPI, BPPT,
KRT
SUBSIDI
Kementan, KKP, Kemenkeu
PANGAN
DAN GIZI
ADAPTASI
PERUBAHA
N IKLIM
BIDANG
DAK
KEGIATAN
PERTANIAN
• Cetak sawah;
• penyediaan sarana dan
prasarana balai
perbenihan/perbibitan
tanaman pangan/
holtikultura/
perkebunan/peternakan;
• Jalan produksi perdesaan
Kementan, KKP, Kemenkes
INFRA.
IRIGASI
Pembangunan/peningkatan/r
ehabilitasi jaringan irigasi
Kementan, KKP, KLH, BMKG
KELAUTAN
DAN
• Sarana dan prasarana12
pelabuhan perikanan kelas
CONTOH SINERGI BIDANG PENANGGULANGAN
KEMISKINAN DAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA
PRIORITAS NASIONAL
BIDANG KESEHATAN:
pendekatan preventif
melalui peningkatan
kesehatan masyarakat dan
lingkungan
PRIORITAS
NASIONAL
BIDANG PANGAN:
Peningkatan
ketahanan
pangan dan
lanjutan
revitalisasi
pertanian dan
perikanan
PRIORITAS NASIONAL
BIDANG PENDIDIKAN:
akses pendidikan
berkualitas,
terjangkau, relevan,
dan efisien
PRIORITAS NASIONAL
BIDANG INFRASTRUKTUR:
Pembangunan
infrastruktur yang
memiliki daya dukung dan
daya gerak terhadap
pertumbuhan ekonomi
dan sosial
Klaster III
UMKM, KUR
Klaster I
PKH
Raskin
SSM
Jamkesmas
KB
Klaster II
PNPM
MANDIRI
PRIORITAS NASIONAL
PENANGGULANGAN
KEMISKINAN
PRIORITAS
NASIONAL BIDANG
DAERAH
TERTINGGAL,
TERDEPAN,
TERLUAR, DAN
PASCA-KONFLIK
PRIORITAS NASIONAL
BIDANG
KESEJAHTERAAN
RAKYAT
13
Contoh Matriks Sinergi Isu Strategis
Provinsi
Kebutuhan Dukungan
Pemerinta
PN
h
BUMN/BU
Isu Strategis Pemerintah Prov/Kab/K MD/Swast Pendana
Provinsi
Pusat
ota
a
an
Target
K/L
Perkuatan Domestic Connectivity
Pembangunan
Diharapka
APBD
APBD Prov
Jalan dari
n
Provinsi
akses
KemenPU
Jatim
PT. Misi
Pusat: ... pembangu
Diisi menjadi
1 catatan
jembatan
nannya
Pembebasa
Pembebasan
dalam kolom
isian
Isu Strategis
suramadu
selesai
n Lahan
Lahan
BUMN/BUMD/Swasta
menuju
tahun
pemb
akses
pembangunan
pelabuhan
2014
ke Pel
akses ke
6 socah
pelabuhan
Penyusunan Socah
socah 750 km AMDAL, FS 2.500 km
(APBN-Balai V) & DED
Daerah:....
Pengaspalan 5 Pembebasa
BUMN/BU
km, lebar 14 n lahan
MD/Swast
m (4 jalur)
pemb
a: ....
Dirinciakses
dalam program dan
Kegiatan APBD
APBN, Nalai V ke Pel
Total: ....
TA
2012
Socah
Kegiatan Strategis -> Dijabarkan lagi dalam rincian: Program, Kegiatan,
10.475
km
Sasaran, Indikator Sasaran,
Lokasi
UPAYA SINERGI NASIONAL DAN DAERAH
DALAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN
1.
Dalam desentralisasi dan otonomi daerah, peran Pemda menjadi sentral untuk:
a.
b.
c.
2.
Peningkatan pro-poor planning and budgeting:
a.
b.
c.
d.
3.
Mengoptimalkan sinergi berbagai program pusat dan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pelayanan
publik, dan daya saing ekonomi lokal.
Mengendalian inflasi daerah sebagai natural protection untuk orang miskin (agar peningkatan pendapatan orang
miskin efektif bagi peningkatan kesejahteraannya).
Mensinergikan kegiatan dan anggaran program sektor dan daerah untuk membuka keterisolasian wilayah,
peningkatan keberdayaan masyarakat, dan revitalisasi perdesaan.
Ketepatan sasaran/penerima program (RT dan wilayah miskin) dengan menyepakati penggunaan unified database
berdasarkan hasil PPLS2011.
Kegiatan-kegiatan yang langsung menangani permasalahan kemiskinan (gizi buruk, putus sekolah, air bersih,
permukiman kumuh, dll).
Meningkatkan pertisipasi masyarakat melalui integrasi perencanaan partisipatif ke dalam perencanaan reguler,
termasuk melaksanakan monevnya.
Koordinasi penyusunan SPKD sebagai dasar penyusunan RPJMD di bidang penanggulangan kemiskinan.
Penguatan kapasitas dan kualitas kelembagaan untuk koordinasi penanggulangan
kemiskinan
a.
b.
c.
d.
Peningkatan kapasitas aparat dalam merespon aspirasi/potensi lokal (berkembangnya sense of urgency terhadap
berbagai masalah kemiskinan)
Membangun kerja sama kemitraan dengan stakeholders (pemerintah, dunia usaha, masyarakat) untuk
mengembangkan ekonomi lokal dan mobilisasi berbagai sumberdaya
Menjaga keberlanjutan kapasitas dan lembaga masyarakat yang terbangun untuk mengoptimalkan/mengawal
implementasi berbagai program dan hasilnya
Penyederhanaan berbagai prosedur -› penyaluran dana, supervisi pelaksanaan program, penanganan pengaduan
masyarakat, audit, dan pengembangan prinsip-prinsip good governance
Slide - 15
Sinergi Kerangka Regulasi
ARAH SINERGI
Strategi :
(1) Konsultasi dan koordinasi dalam penyusunan peraturan
perundangan;
(2) Pembentukan forum koordinasi lintas instansi: baik
penyusunan peraturan baru maupun review atas
peraturan yang sudah ada;
(3) Fasilitasi proses legislasi guna mengurangi jumlah Perda
yang bermasalah.
HARAPAN: HARMONISASI UU 32/2004 DENGAN UU 25/2004
ISU
UU No 25
Tahun 2004
UU No 32 Tahun 2004
Usulan Penyempurnaan
(Catatan Bappenas
Perbedaan
pengesahan
RPJMD.
Ditetapkan
dengan Perkada
Ditetapkan dengan Perda
ISU
UU No 32
Tahun 2004
Draft Revisi UU No 32
Tahun 2004
Peran
BAPPEDA
dalam
Penyusunan
Dokumen
Perencanaan
Pembangunan
(RPJPD, RPJMD
dan RKPD)
Pasal 140 ayat
(2) :
“Perencanaan
Pembangunan
daerah disusun
oleh
pemerintahan
daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota
sesuai dengan
kewenangannya
yang
dilaksanakan
oleh BAPPEDA”
Pasal 142 ayat (2): “ Rencana
Pembangunan Daerah
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikoordinasikan,
disinergikan dan
diharmonisasikan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan
Daerah”
Pasal ini mereduksi peran
BAPPEDA dalam Penyusunan
Dokumen Perencanaan
Pembangunan Daerah (RPJPD,
RPJMD dan RKPD).
Isi dari Draft Revisi UU No 32 Tahun 2004 pasal
142 ayat (2) diubah menjadi: “ Rencana
Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun, dikoordinasikan,
disinergikan dan diharmonisasikan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah” Hal ini
juga sejalan dengan UU No 25 Tahun 2004 4
tentang SPPN (ditambahkan kata “disusun”)
Tidak adanya
pendekatan
politik dalam
perencanaan
pembangunan
daerah
Tidak diatur
pendekatan
perencanaan
pembangunan
daerah
Pasal 143 ayat (1)
Perencanaan pembangunan
daerah menggunakan
pendekatan teknokratik,
partisipatif, atas-bawah dan
bawah-atas.
(Menurut UU 25/ 2004 ada “
Pendekatan Politik”)
Memasukkan pendekatan politik dalam
perencanaan pembangunan daerah
secara utuh.
Sesuai dengan penjelasan UU No 25 Tahun
2004 bahwa perencanaan pembangunan
menggunakan pendekatan teknokratik,
politik, partisipatif, atas-bawah dan bawah-
Perlu harmonisasi agar tidak terjadi
“kebingungan “di daerah.
Diusulkan paling lama 3 (tiga) bulan pertama
harus ditetapkan dalam Perkada, kemudian 6
(enam) bulan harus disahkan dengan Perda.
Usulan Penyempurnaan
(Catatan Bappenas)
Rekapitulasi Evaluasi Perda
Perda yang Direkomendasikan dibatalkan per provinsi 2010-2011
Sumber: Biro Hukum Kemendagri, 2012
Jumlah Perda yang
Dibatalkan Oleh
Kemendagri,
kebanyakan adalah
Perda yang
menyebabkan high cost
economy
Sinergi Perencanaan dan
Penganggaran Pusat dan Daerah
Sistem berbeda saling
berinteraksi secara tepat
menghasilkan outcome dan
impact yang lebih besar
SINERGI
Dana BUMN/
BUMD/
Swasta
MP3EI, MP3KI,
RAN GRK, DLL
Pr
io
N a ri t a s
s
i
o
na l
STRATEGI SINERGI DALAM KERANGKA
ANGGARAN
Penataan dan Penguatan Kerangka Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah
ALOKASI SUMBERDAYA ANTARWILAYAH
WILAYAH
DANA DEKON +
TP
RATARATA
20052009
(Rp.
Juta)
SUMATERA
JAWA-BALI
KALIMANTAN
SULAWESI
NUSA
TENGGARA
MALUKU
PAPUA
TOTAL
37.213
157.630
11.721
15.950
SHAR
E
(%)
15,65
66,31
4,93
6,71
5.995
2,52
4.278
1,80
4.942
2,08
237.729 100,00
DANA
PERIMBANGAN
RATARATA
20052009
(Rp. Juta)
SHAR
E
(%)
62.138
78.519
30.487
23.811
INVESTASI PMA
RATARATA
20052008
(US $
JUta)
27,65
34,94
13,57
10,60
1.133
8.516
283
76
9.965
4,43
5.889
2,62
13.890
6,18
224.698 100,00
8
7
5
10.030
Sumber: Diolah dari Kementerian Keuangan,
Bank Indonesia dan BKPM
triusi Investasi PMDN (%):
awa-Bali dan Sumatera: 86,78
Kalimantan: 7,19
Sulawesi: 5,26
Maluku dan Nusa Tenggara: 0,08
Papua: 0,70
ibusi Kredit Perbankan (%):
wa-Bali dan Sumatera: 88,22
limantan: 5,18
lawesi: 4,50
aluku dan Nusa Tenggara: 1,21
pua: 0,59
WILAYAH
Distriusi Dana Dekon+TP
(%):
SHAR
E
1. Jawa-Bali dan Sumatera:
(%)
81,69
2. Kalimantan: 4,93
3. Sulawesi: 6,71
11,29
4. Maluku dan Nusa
84,91
Tenggara: 4,32
2,82
5. Papua: 2,08
0,76
Distriusi Dana Perimbangan (%):
1.0,08
Jawa-Bali dan Sumatera: 62,59
2.0,07
Kalimantan: 13,57
3.0,05
Sulawesi: 10,60
4. Maluku dan Nusa Tenggara: 9,30
100,00
5. Papua: 6,18
INVESTASI PMDN
RATARATA
20052008
(Rp.
MIliar)
SHAR
E
(%)
KREDIT
PERBANKAN
RATARATA
20072009
(Rp.
MIliar)
SHAR
E
(%)
KKREDIT MIKRO
KECIL MENENGAH
RATARATA
20072009
(Rp.
MIliar)
SHAR
E
(%)
SUMATERA
8.400
31,52
193.749
15,44
117.393
18,79
JAWA-BALI
14.729
55,26
913.352
72,78
408.768
65,43
1.916
7,19
67.483
5,38
33.704
5,40
1.402
5,26
56.483
4,50
43.281
6,93
21
0,08
12.436
0,99
11.971
1,92
0,3
0,00
4.006
0,32
3.523
21
0,56
185
0,70
7.442
0,59
6.068
0,97
KALIMANTAN
SULAWESI
NUSA
TENGGARA
MALUKU
PAPUA
OPTIMALISASI ALOKASI SUMBER DAYA
ANTARWILAYAH
Dana Dekonsentrasi/TP + Dana
Perimbangan + Dana Otsus +
(+
(+
(+
(+
Pinjaman/Hibah+
Swasta
(+
)
)
)
)
)
Pemda
Pemd
a
Pemda
Pemd
a
Pemd
a
Pengeluaran Pemerintah
(+ Daerah = Penguatan
) Perekonomian daerah
(+
Pembang
unan
(-)
) Pembang
Wilayah
SUMATER
A
54797.00 (minimum)
245594.00
398937.00 (median)
639154.00
1339115.00 (maximum)
unan
Wilayah
(+
)
KALIMANT
AN
Pembang
unan
Wilayah
JAWA-BALI
(-)
(+
)
Pemd
a
(+
)
Pemerintah
Pusat
Pemd
a
(+
)
(+
)
(-)Pemban
gunan
Wilayah
SULAWE
SI
Dampak alokasi
sumberdaya
terhadap
perkonomian
daerah
Pembang
unan
Wilayah
MALUKU
(-)
(-)
Pembang
unan
Wilayah
PAPUA
Pembangun
an Wilayah
NUSA
TENGGARA
Seluruh alokasi sumber daya didorong untuk meningkatkan
kemampuan daerah dalam mengurangi kesenjangan
antarwilayah prioritas wilayah
Alokasi sumber daya K/Lmemperhatikan
22
22
Sinergi dalam Kerangka Kelembagaan
dan Aparatur Daerah
Strategi: Tata Kelola Kelembagaan Pemerintahan Daerah
dan Meningkatkan Kapasitas Aparatur Daerah.
Sinergi dalam Kerangka
Pengembangan Wilayah
Penataan, Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang
PERENCANAAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN,
PEMBANGUNAN,
PERENCANAAN
PERENCANAAN TATA
TATA RUANG
RUANG
DAN
DAN PERENCANAAN
PERENCANAAN SEKTORAL
SEKTORAL
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
PERENCANAAN
TATA RUANG
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJP)
Nasional
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH (RPJMN)
RENCANA KERJA
PEMERINTAH (RKP)
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJPD)
Provinsi
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH (RPJMD)
RENCANA
TATA RUANG
NASIONAL
JARINGAN
INFRASTRUKTUR
ANTARPULAU
DAN ANTARPROVINSI
RENCANA
TATA RUANG
PROVINSI
JARINGAN
INFRASTRUKTUR
ANTARKABUPATEN
ANTARKOTA
RENCANA KERJA
PEMERINTAH (RKPD)
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJPD)
Kabupaten/
RENCANA PEMBANGUNAN
Kota
JANGKA MENENGAH (RPJMD)
RENCANA
TATA RUANG
KABUPATEN/KOTA
RENCANA KERJA
PEMERINTAH (RKPD)
Kecamatan
PERENCANAAN
SEKTORAL
RENCANA
TATA RUAG
KECAMATAN
JARINGAN
INFRASTRUKTUR
ANTARKECAMATAN
JARINGAN
INFRASTRUKTUR
ANTARDESA
25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI (RTRWP)
Ps. 22
Peraturan Daerah Provinsi
Ps. 23 ayat
(6)
ditetapkan
dengan
RTRWN
pedoman bidang
penataan ruang
cu
a
RPJPD
ng
Ps. 22 ayat
me
(1)
disusun dengan
memperhatikan
RTRWP
pe
d
jangka waktu
om
an
memu
at
un
t
uk
20 tahun
Ps. 23 ayat
(3)
Ps. 23 ayat
(2)
ditinjau kembali 1 kali
dalam 5 tahun
Ps. 23 ayat
(4)
Ps. 23 ayat
(5)
ditinjau kembali lebih dari 1 kali
dalam 5 tahun, dalam hal:
perubahan kondisi lingkungan
strategis tertentu yang
berkaitan dengan bencana
alam skala besar; dan/atau
perubahan batas teritorial
negara dan/atau provinsi
BHK-DJPR/Presentasi/DR
Ps. 22 ayat
(2)
perkembangan permasalahan nasional & hasil pengkajian
implikasi penataan ruang provinsi
upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi provinsi
keselarasan aspirasi pembangunan provinsi &
pembangunan kabupaten/kota
daya dukung & daya tampung lingkungan hidup
RPJPD
RTRWP yang berbatasan
RTR kawasan strategis provinsi
RTRWK
Ps. 23 ayat
(1)
penyusunan RPJPD
penyusunan RPJMD
pemanfaatan ruang &
pengendalian pemanfaatan
ruang dalam wilayah provinsi
mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, & keseimbangan
perkembangan antarwilayah
kabupaten/kota, serta
keserasian antarsektor
penetapan lokasi dan fungsi
ruang untuk investasi
penataan ruang kawasan
strategis provinsi
penataan ruang wilayah
kabupaten/kota
tujuan, kebijakan, dan strategi penataan
ruang wilayah provinsi
rencana struktur ruang wilayah provinsi
yang meliputi sistem perkotaan dalam
wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan
perdesaan dalam wilayah pelayanannya &
sistem jaringan prasarana wilayah provinsi
rencana pola ruang wilayah provinsi yang
meliputi kawasan lindung dan kawasan budi
daya yang memiliki nilai strategis provinsi
penetapan kawasan strategis provinsi
arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi
yang berisi indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan
arahan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan
peraturan zonasi sistem provinsi, arahan
perizinan, arahan insentif dan disinsentif,
serta arahan sanksi
APA YANG DIHARAPKAN?
Peraturan Perundang-undangan
Harmonisasi
Peraturan perundang-undangan
Keterkaitan antara dokumen
perencanaan pembangunan
tahunan daerah (RKPD),
dokumen perencanaan
pembangunan lima tahunan
daerah (RPJMD) dan dokumen
perencanaan pembangunan
jangka panjang atau 20 (dua
puluh) tahunan (RPJPD).
Sinergitas
Keterkaitan antara RKPD,
RPJMD, dan RPJPD dengan
dokumen perencanaan lainnya
seperti RTRW serta dokumen
penganggaran KUA-PPAS dan
APBD
Konsistensi
Kualitas Dokumen
Indikator-indikator yang
disusun dalam rencana
pembangunan tersebut
Keterkaitan antara rencana
pembangunan yang telah termuat
dalam RKPD, RPJMD, RPJPD, RTRW
dengan implementasinya, serta
keterkaitan rencana pembangunan antar
tahunnya
(SMART).
Kelembagaan/Institusi
Kapasitas Aparatur Pemda
BAGAIMANA MELAKUKAN
SINERGI PUSAT-DAERAH
Review Regulasi
PENGUATAN PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL
PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI
(PP 19 Tahun 2010 jo PP 23 tahun 2011)