1.5 Metode Penelitian
Dalam penulisan sejarah yang ilmiah, pemakaian metode sejarah yang ilmiah sangatlah penting. Metode penelitian sejarah lazim disebut dengan metode sejarah.
Metode itu sendiri berarti cara, jalan, atau petunjuk pelaksana atau petunjuk teknis.
10
Sejumlah sistematika penulisan yang terangkum di dalam metode sejarah sangat membantu setiap penelitian di dalam merekonstruksi kejadiann pada masa yang telah
berlalu. Untuk mendapatkan penulisan sejarah yang deskriptif analitis haruslah
melalui tahapan demi tahapan, yaitu: Tahap pertama heuristik pengumpulan sumber yang sesuai dan mendukung
sumber objek yang diteliti. Dalam hal ini dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Dalam penelitian kepustakaan dilakukan
dengan mengumpulkan beberapa buku, majalah, artikel-artikel, skripsi dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya berkaitan dengan judul yang dikaji. Kemudian
penelitian lapangan akan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terhadap informan-informan yang dianggap mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam penulisan ini. Dalam fase heuristik, selain mengumpulkan bahan- bahan seperti telah disebutkan di atas, juga digunakan ”ilmu-ilmu bantu” yang
relevan dengan fokus penelitian. Ilmu-ilmu bantu yang merupakan pendukung ilmu
10
Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Ar-Ruz Media Group, 2007, hal. 53.
sejarah disebut auxiliary sciences atau sister disciplines,
11
yang penggunaannya tergantung pada pokok atau periode sejarah yang dikaji. Ilmu bantu mempunyai
fungsi-fungsi penting yang digunakan oleh para sejarawan dalam membantu penelitian dan penulisan sejarah, sehingga menjadikan sejarah sebagai suatu karya
ilmiah. Ilmu bantu dalam ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi, antropologi, politikologi, ekonomi, dan lain sebagainya. Konsep-konsep dari ilmu sosial
membantu atau menjadi alat tools untuk kajian sejarah yang analitis-kritis ilmiah.
12
Tahapan kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam tahapan ini kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari kesahihan sumber
tersebut baik dari segi substansial isi yakni dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis misalnya buku-buku atau dokumen yang berkaitan dengan
Perpustakaan Daerah. Kritik ini disebut kritik intern. Mengkritik dari segi materialnya untuk mengetahui keaslian atau palsukah sumber tersebut agar diperoleh
keautentikannya, kritik ini disebut kritik ekstern. Tahapan ketiga adalah interpretasi, dalam tahapan ini data yang diperoleh
dianalisis sehingga melahirkan satu analisis yang baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta
minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan
11
Ibid., hal. 49.
12
Helius Sjamsuddin, Metologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2007, hal. 240-241; 267.