Kondisi Alam dan Geografis

Pada saat itu, timbullah keinginan Thomas untuk meningkatkan pendapatan rakyat Kuria Baringin, supaya cukup untuk keperluan sehari-hari. Muncullah perencanaan pembukaan lahan pertanian pada saat ia menjalankan tugas pada daerah tersebut. Areal pertaniannya cukup luas jika dikelolah dengan baik, dan akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Kuria Baringin. Atas ide dari Thomas tersebut, maka diadakan suatu musyawarah di Sipirok yang disetujui oleh Kepala Kuria Baringin. Dalam keputusan musyawarah tersebut disimpulkan akan diberangkatkan sebanyak 50 Kepala Keluarga ke daerah Silantom dan Danau Riman. Maka dibuatlah suatu acara adat, makan bersama di halaman rumah Tuan Hanstein di Sipirok dengan memotong seekor kerbau. 19 Dengan marhata Horas-Horas sepatah dua kata secara bergiliran sesuai dengan aturan adat yang berlaku agar yang diberangkatkan mendapatkan kesehatan dan berkah di tempat yang akan dituju. Pada saat pengerjaan di lahan yang baru Silantom, masyarakat selalu mengalami kegagalan dan kesulitan dalam pembuatan air irigasi untuk persawahan, dan selalu ada masalah di sepanjang parit yang di gali oleh masyarakat, karena struktur tanah yang berpasir. Sehingga membuat masyarakat menjadi merasa jenuh, yang akhirnya parit tersebut tidak terurus dan terlantar. Maka sebagian masyarakat yang diutus dari Sipirok membuka ladang di tempat lain dan sebagian lagi pulang ke tempat asal Sipirok. 19 Nipleli Pohan, op. cit., hal 2. Pada tahun 1899, Mangaraja Naposo mengarahkan masyarakat yang pulang ke Sipirok untuk bergabung dengan rakyat Baringin yang terlebih dahulu sudah membuat air irigasi yang akan membuat ladang persawahan di huta desa Danau Riman. Sesuai dengan keputusan musyawarah Kuria Baringin dan rakyat yang dijembatani oleh Thomas Gelar Mangaraja Naposo, supaya digantidibayarlah tenaga orang yang telah mengerjakan parit tersebut dengan uang Rp. 25,-. 20 Lalu dibuatlah pengumuman di Kuria Baringin, agar dibuatlah huta atau desa baru berdasarkan satu ekor lembu dan makan bersama di ujung parit itu. Maka didirikanlah pemukiman baru yang berukuran 3x4 meter. Direncanakan akan diberangkatkan 6 keluarga pada tanggal 1 Januari 1900 dari Sipirok menuju tempat baru tersebut Janji Mauli. Pada tanggal 1 Januari 1900 pada pagi hari, dibuatlah acara Tahun Baru dan memberikan sepatah dua patah kata dari penetua-penetua yang ada pada saat itu. Di berangkatkanlah masyarakat berdasarkan firman tuhan 1 Musa 1, dan setelah selesai bersalaman tahun baru di rumah Tuan Hanstein, Tuan Hanstein memberi nasihat, 21 yaitu : “Mansai maol dope patupahon guruhuria di hamu tikkion. Tapi hudokkon do di hamu, angkon ro do hamu tu Sipirok on. Tapi muda nada 20 Ibid., hal. 4. 21 Wawancara dengan Rosiana Simanjuntak, di desa Janji Mauli, 16 Februari 2015 songoni angkon baen hamu do parmingguan di ari minggu di hamu asa janjina angkon parjolo do gereja paulion muna unang bagas muna, ima janjina.” 22 Sesudah selesai acara pemberangkatan ke kampung yang baru, maka kira-kira pukul 14.00 wib, berangkatlah mereka berjalan kaki sebanyak 6 kepala keluarga. Sampailah mereka kira-kira pukul 16.00 wib, pada tanggal 1 Januari 1900 di kampung yang baru, yang sekarang bernama Desa Janji Mauli. 23 Ke-6 kepala keluarga tersebutlah yang menjadi Generasi I pertama di Desa Janji Mauli, yaitu: 1. Mangaradja Laloe Siregar 2. Mangaradja Porkas Siregar 3. Baginda Martua Radja Siregar 4. Baginda Naoeli Siregar 5. Baginda Pangaloan Simatupang 6. Baginda Orang Kaya Pohan Simanjuntak Penduduk yang diberangkatkan ke Janji Mauli ini adalah penduduk dari huta Bagaslombang yang merupakan keturunan dari Ompu Sutan Hatunggal Siregar, di Kerajaan Sipirok. Siregar yang bertempat tinggal di Janji Mauli ini merupakan 22 Arti ya adalah Masih terlalu sulit untuk membentuk guru sekte untuk kalian pada saat ini, tetapi saya mengatakan kepada kalian, kalian harus datang ke Sipirok ini untuk beribadah, tetapi jika tidak begitu harus kalian buat peribadatan setiap hari minggu untuk kalian supaya janjinya harus duluan kalian mendirikan gereja dari pad a ru ah kalia , itulah ja ji ya . 23 Niplely Pohan, op. cit., hal. 3. keluarga dari Thomas Gelar Mangaraja Naposo, mereka adalah kahanggi abang beradik. Desa Janji Mauli merupakan tempat persinggahan para pedagang yang datang dari Sidempuan ke Sipirok, dan juga sebaliknya. Masyarakat dari Sipirok, Baringin, dan Hutaraja sangat mendukung adanya desa ini, karena bisa menjadi tempat berteduh. Desa ini juga menyajikan pemandangan yang indah sebagai tempat persinggahan. Masyarakat membangun sebuah kedai kopi, sebagai tempat peristirahatan para pedagang. Untuk menjaga kedai tersebut, masyarakat menyuruh Ompu Mina untuk berjualan goreng. Penghasilan Ompu Mina sangat besar pada masa itu, karena sangkin banyaknya orang biasa dan para pedagang yang singgah. Dalam waktu seminggu, Ompu Mina menjual pisang kepok pisang goreng dan menghabiskan dua kaleng ember air dalam satu hari. Untuk membuat air yang enak dan wangi, Ompu Mina membakar daun kopi hingga berwarna merah dan mencampurkannya dengan air tersebut. Air yang enak dan wangi itu tidak dijual oleh Ompu Mina, hanya gorenganlah yang dijualnya sebagai penghasilannya setiap hari. 24 Sebelum nama desa Janji Mauli dibuat, desa ini terkenal dengan perpindahan orang Sipirok. Masyarakat membuat namanya sebagai desa Janji Mauli, karena masyarakat telah menepati janjinya kepada seorang pendeta yang telah 24 Niplely Pohan, Op. cit., hal. 4.