Pengaruh Lama Waktu Penimbunan CPO Pada Storage Tank Terhadap Mutu Minyak Sawit Dari Hasil Pengolahan Di PTPN IV PKS Kebun Pabatu–Tebing Tinggi

(1)

PENGARUH LAMA WAKTU PENIMBUNAN CPO PADA STORAGE

TANK TERHADAP MUTU MINYAK SAWIT DARI HASIL

PENGOLAHAN DI PTPN IV PKS KEBUN

PABATU – TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

DWI NURUL IRSAN NASUTION

072409026

PROGRAM STUDI D-III KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENGARUH LAMA WAKTU PENIMBUNAN CPO PADA STORAGE

TANK TERHADAP MUTU MINYAK SAWIT DARI HASIL

PENGOLAHAN DI PTPN IV PKS KEBUN

PABATU – TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

DWI NURUL IRSAN NASUTION

072409026

PROGRAM STUDI DIPLOMA –III KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH LAMA WAKTU PENIMBUNAN CPO

PADA STORAGE TANK TERHADAP MUTU MINYAK SAWIT DARI HASIL PENGOLAHAN DI PTPN IV PKS KEBUN PABATU – TEBING TINGGI

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : DWI NURUL IRSAN NASUTION

Nomor Induk Mahasiswa : 072409026

Program Study : D-III KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2010

Disetujui oleh Departemen Kimia

Ketua Pembimbing

Dr.Rumondang Bulan, MS. Dr.Hamonangan Nainggolan,M.Sc NIP. 195408301985032001 NIP.195606241983031002


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH LAMA WAKTU PENIMBUNAN CPO PADA STORAGE TANK TERHADAP MUTU MINYAK SAWIT DARI HASIL PENGOLAHAN DI PTPN IV

PKS KEBUN PABATU – TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

DWI NURUL IRSAN NASUTION 072409026


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini berjudul “ Pengaruh Lama Waktu Penimbunan CPO pada Storage Tank Terhadap Mutu Minyak Sawit Dari Hasil Pengolahan”. Karya ilmiah ini merupakan syarat untuk melengkapi gelar Ahli Madya pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan Kimia Industri D3 Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak menemukan masalah, namun berkat bantuan dari semua pihak, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala bimbingan dan fasilitas yang telah diberikan baik sebelum atau sesudah PKL dilaksanakan, kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Ir.Irsan Muharram dan Ibunda Rita Amini yang sangat penulis sayangi yang telah memberikan dukungan moril dan materil, serta dukungan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Kakanda penulis, Flory Anita dan adinda Tri Annisa Irsan, serta nenek Rahmawati Nst yang sangat penulis sayangi yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini 3. Bapak Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

4. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU Medan. 5. Ibu Rumondang Bulan Nst, MS sebagai Ketua Departemen Kimia FMIPA

USU.

6. Bapak Prof. Dr. H. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil selaku Ketua Jurusan Kimia Industri FMIPA USU yang telah banyak membimbing dan membantu dalam kelancaran studi penulis.

7. Bapak / Ibu Staff Pengajar khususnya program studi Kimia Industri FMIPA USU yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan. 8. Sahabat penulis Leny, Ai, Novi, Putri, Icad, Ciput (M.Fahriza), Ozy, Lia,

Reny, Parni, Lisik, Hendra, Ewin, dan nak genap KIN’07


(6)

10.Rekan-rekan mahasiswa Kimia Industri ’07 dan para staff di PTPN IV Kebun Pabatu.

11.Pak Kamal dan Ibu Nani yang telah berbaik hati memperbolehkan penulis berada dirumahnya selama PKL.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak memiliki kekurangan dalam materi dan cara penyajian penulisannya, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis berharap karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Medan, Juni 2010


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan studi pengamatan lama waktu penimbunan CPO terhadap mutu minyak sawit di pabrik kelapa sawit PTPN IV Kebun Pabatu. Pengamatan dilakukan langsung di Laboratorium dengan menganalisis contoh minyak sawit mentah (CPO) pada tangki timbun dan mengambil beberapa parametern mutu sebagai objek untuk dianalisa yaitu kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran. Kadar ALB diukur dengan menggunakan metode titrasi asam basa, sedangkan kadar air dan kadar kotoran ditentukan dengan menggunakan metode gravimetri. Hasil nalisa yang diperoleh untuk kadar ALB tertinggi sebesar 3,44%(pada hari ke-6), sedangkan pada hari ke-1 sebesar 2,27%. Untuk kadar air ar 0,16% (pada hari ke-6) sedangkan pada hari ke-1 sebesar 0,08%. Dan untuk kadar kotoran tertinggi sebesar 0,019% (pada hari ke-6) sedangkan pada hari ke-1 sebesar 0,011%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan mutu minyak sawit yaitu kualitas buah yang diolah, sistem pencampuran produksi harian, serta temperatur tangki timbun yang kurang dijaga.


(8)

THE EFFECT OF LONG TIME STORAGE TANK ON CPO HOARDING QUALITY OIL FROM OIL PROCESSING RESULTS IN PTPN IV KEBUN

PABATU

ABSTRACT

Observational studies have been done a long time accumulation of CPO for the quality of palm oil in palm oil mill estates of PTPN IV Kebun Pabatu. Observations were made directly in the laboratory to analyze samples of crude palm oil (CPO) in the storage tank, and take some quality parameters as objects for analysis of free fatty acid content, water content, and degree of soil. FFA levels were measured by using acid-base titration method, whereas the water content and degree of soil is determined by gravimetric method. Analysis results obtained for the highest FFA content of 3.44% (on 6), while on 1 of 2.27%. For the highest water content of 0.16% (on day-6), whereas on day-1 of 0.08%. And for the degree of soil high of 0.019% (at day-day-6), whereas on day-1 of 0.011%. This is due decrease some factor affecting quality of fruit quality oil is processed, mixing system daily products, and temperature off less guarded storage tank.


(9)

DAFTAR ISI

Persetujuan ... iii

Pernyataan ... iv

Penghargaan ... v

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Permasalahan ... 3

1.3.Tujuan ... 3

1.4.Manfaat ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Sejarah Kelapa Sawit ... 4

2.1.1. Varietas Kelapa Sawit ... 4

2.2. Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit... 8

2.2.1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception) ... 8

2.2.2. Stasiun Perebusan (Sterilizer) ... 9

2.2.3. Stasiun Penebahan (Threshing Station) ... 9

2.2.4. Stasiun Kempa (Pressing Station) ... 10

2.2.5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station) ... 11

2.2.6. Stasiun Penimbunan Minyak Kelapa Sawit ... 14

2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit ... 16

2.3.1. Asam Lemak Bebas ... 16


(10)

2.3.3. Kadar Kotoran ... 20

BAB 3. BAHAN DAN METODE ... 22

3.1. Metodologi ... 22

3.1.1. Alat ... 22

3.1.2. Bahan ... 23

3.2. Prosedur Percobaan ... 23

3.2.1. Penentuan Kadar ALB ... 23

3.2.2. Penentuan Kadar Air... 24

3.2.3. Penentuan Kadar Kotoran ... 24

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1. Hasil ... 26

4.2. Perhitungan ... 29

4.3. Pembahasan ... 31

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

5.1. Kesimpulan ... 35

5.2. Saran ... 35

Daftar Pustaka ... 37


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.1. Standar Kematangan Tandan Buah Segar (TBS) ... 7

Tabel 4.1 Data Kadar ALB dalam CPO pada Tangki Timbun ... 26

Tabel 4.2 Data Kadar Air dalam CPO pada Tangki Timbun ... 27

Tabel 4.3 Data Kadar Kotoran dalam CPO pada Tangki Timbun ... 28

Tabel 4.3.1. Lama Waktu Penimbunan CPO Vs Kadar ALB,Air , dan Kotoran ... 33

Tabel 4.3.2. Temperatur di Tangki Timbun Vs Kadar ALB,Kadar Air, dan Kadar Kotoran ... 33


(12)

ABSTRAK

Telah dilakukan studi pengamatan lama waktu penimbunan CPO terhadap mutu minyak sawit di pabrik kelapa sawit PTPN IV Kebun Pabatu. Pengamatan dilakukan langsung di Laboratorium dengan menganalisis contoh minyak sawit mentah (CPO) pada tangki timbun dan mengambil beberapa parametern mutu sebagai objek untuk dianalisa yaitu kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran. Kadar ALB diukur dengan menggunakan metode titrasi asam basa, sedangkan kadar air dan kadar kotoran ditentukan dengan menggunakan metode gravimetri. Hasil nalisa yang diperoleh untuk kadar ALB tertinggi sebesar 3,44%(pada hari ke-6), sedangkan pada hari ke-1 sebesar 2,27%. Untuk kadar air ar 0,16% (pada hari ke-6) sedangkan pada hari ke-1 sebesar 0,08%. Dan untuk kadar kotoran tertinggi sebesar 0,019% (pada hari ke-6) sedangkan pada hari ke-1 sebesar 0,011%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan mutu minyak sawit yaitu kualitas buah yang diolah, sistem pencampuran produksi harian, serta temperatur tangki timbun yang kurang dijaga.


(13)

THE EFFECT OF LONG TIME STORAGE TANK ON CPO HOARDING QUALITY OIL FROM OIL PROCESSING RESULTS IN PTPN IV KEBUN

PABATU

ABSTRACT

Observational studies have been done a long time accumulation of CPO for the quality of palm oil in palm oil mill estates of PTPN IV Kebun Pabatu. Observations were made directly in the laboratory to analyze samples of crude palm oil (CPO) in the storage tank, and take some quality parameters as objects for analysis of free fatty acid content, water content, and degree of soil. FFA levels were measured by using acid-base titration method, whereas the water content and degree of soil is determined by gravimetric method. Analysis results obtained for the highest FFA content of 3.44% (on 6), while on 1 of 2.27%. For the highest water content of 0.16% (on day-6), whereas on day-1 of 0.08%. And for the degree of soil high of 0.019% (at day-day-6), whereas on day-1 of 0.011%. This is due decrease some factor affecting quality of fruit quality oil is processed, mixing system daily products, and temperature off less guarded storage tank.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jacq) merupakan salah satu tanaman golongan palmae yang dapat menghasilkan minyak. Minyak kelapa sawit banyak digunakan dalam industri pangan dan non pangan.

Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang sangat penting disamping migas yang juga memiliki nilai ekspor yang cukup baik. Oleh sebab itu, maka perlu adanya pengawasan untuk menjaga kualitas maupun kuantitas komoditi tersebut. Minyak kelapa sawit yang dihasilkan tersebut haruslah didukung dengan mutu yang baik pula. Dengan mutu yang baik, maka akan lebih mudah memasarkan minyak sawit tersebut kepada konsumen dengan harga yang sesuai dan mampu bersaing dengan minyak sawit lainnya. Disamping itu hasil produksi minyak kelapa sawit harus dapat bertahan lama, sesuai dengan permintaan konsumen. (Iyung.P,1997)

Pabrik kelapa sawit Kebun Pabatu merupakan pabrik yang mengolah dari Tandan Buah Segar (TBS) sampai menjadi minyak sawit mentah (CPO). Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, maka minyak sawit kasar tersebut harus mengalami pengolahan lebih lanjut.


(15)

Adapun proses pengolahan kelapa sawit tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan pengontrolan yang cermat, yaitu dimulai dari pengangkutan TBS ke pabrik, penerimaan buah, perebusan, penebahan, pengepressan, pemurnian sampai di hasilkan minyak sawit mentah dan hasil sampingannya. Setelah melalui proses tersebut, minyak sawit mentah (CPO) disimpan didalam tangki-tangki penampungan / tangki timbun dan siap dipasarkan untuk mengalami proses pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak murni dan hasil olahan lainnya. Minyak sawit mentah pada tangki timbun (storage tank) sebelum diolah pada proses selanjutnya harus dianalisa terlebih dahulu kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotorannya.

Asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung di dalam buah dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja enzim tersebut akan semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan.

Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuatan dan akibat perlakuan di pabrik.

Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi. Dari proses tersebut , kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring. Akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang didalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit.


(16)

1.2. Permasalahan

Kualitas CPO yang menurun akibat lamanya waktu penyimpanan pada tangki timbun.

1.3. Tujuan

- Untuk mengetahui pengaruh lama waktu penimbunan CPO pada storage tank terhadap mutu minyak sawit dari hasil pengolahan

- Untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan mutu CPO

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk memberikan masukan kepada pabrik, khususnya pada stasiun penimbunan minyak (storage tank) tentang lama waktu penimbunan CPO terhadap mutu minyak sawit dari hasil pengolahan.

2. Untuk mendapatkan produk akhir berupa minyak sawit mentah yang kualitasnya sesuai dengan standart mutu yang telah ditentukan.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.

Tanaman kelapa sawit ini dimasukkan pertama kali dari Afrika sebagai sentra plasma nutfah pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritus dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911.

Bagi indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagi sumber perolehan devisa negara. Karena Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit. (Yan Fauzi,2008)


(18)

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensi Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Adapun beberapa varietas tanamn kelapa sawit yang dikenal ialah jenis Dura, Pisifera dan Tenera.

Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan penampangan irisan buah ataupun ketebalan tempurung dan daging buah, yaitu :

1. Dura

Pada varietas Dura, memiliki tempurung yang cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis, yaitu 35-50% terhadap buah. Daging biji (kernel) besar dan memiliki kandungan minyak yang rendah. Sedangkan dalam persilangan, dapat dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Pisifera

Pada varietas ini, ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Jenis Pisifera ini memiliki daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah Jenis Dura, tetapi daging bijinya sangat tipis. Oleh sebab itu tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dan dura akan menghasilkan varietas Tenera.

3. Tenera

Varietas tenera mempunyai sifat-sifat yang sama dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera. Pada varietas tenera memiliki tempurung yang tipis yaitu 0,5 – 4 mm,dan terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurungnya. Persentase daging buah pada tenera sangat tebal yaitu (60-96% dari buah) serta tandan buah lebih banyak, tetapi


(19)

ukurannya relatif lebih kecil. Sehingga rendemen minyak paling tinggi terdapat pada varietas tenera yaitu mencapai 22-24%. (Yan Fauzi,2008)

Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 24-30 bulan setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut Tandan Buah Segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur 3-14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15-25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS pertahun dengan berat 3-40 kg pertandan. Tergantung dari umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000-3.000 brondolan dengan berat brondolan sekitar 10-20 g. (Iyung Pahan,2008)

Cara panen buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal. Panen kelapa sawit didasarkan pada saat kadar minyak mencapai maksimum dan kandungan asam lemak bebas minimum yaitu pada saat buah mencapai tingkat kematangan tertentu. Kriteria kematangan yang tepat ini dapat dilihat dari karena kulit buah dan jumlah buah yang rontok pada setiap tandan. ( Ketaren, 1996 )

Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA). Hal itu tentu akan banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah mejadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak lagipula, buah yang terlalu masak lebih mudah terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan


(20)

juga rendah. Disinilah, pengetahuan mengenai kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh berperan cukup penting dalam menentukan derajat kematangan buah. ( Tim Penulis,1997)

Berdasarkan hal tersebut diatas, dikenal ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk juga kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel.2.1.1. Standar Kematangan Tandan Buah Segar (TBS)

Fraksi Buah Sifat-sifat Fraksi Persyaratan Jumlah Brondolan Fraksi 00 (F-00)

Fraksi 0 (F-0)

Sangat mentah (afkir) Mentah

0.0%

Maksimal 3,0 %

Tidak ada

1-12,5 % buah luar Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3 Kurang matang Matang I Matang II

F1 + F2 + F3 Min 85 %

12,5-25 % buah luar 25-50 % buah luar 50-75 % buah luar Fraksi 4

Fraksi 5

Lewat matang Terlalu matang

Maks 10 % Maks 2,0 %

75 % buah luar

Buah dalam ikut membrondol

Brondolan Tandan Kosong Panjang Tangkai TBS

Maks 9,5 % 0,0 % Maks 2,5 %


(21)

2.2. Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Proses pengolahan TBS menjadi minyak dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dan dapat pula dengan teknologi tinggi yang sudah biasa digunakan oleh perkebunan-perkebunan besar yang menghasilkan minyak sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil) dengan kualitas eksport.

Adapun tahapan proses pengolahan minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut :

2.2.1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception)

Tandan Buah Segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungannya ALB-nya semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengankutan. Alat angkut yang digunakan adalah truk. Setelah TBS sampai di pabrik, segera dilakukan penimbangan yang bertujuan untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja dan penghitungan rendemen minyak sawit.

Setelah penimbangan maka selanjutnya TBS disortasi terlebih dahulu, lalu kemudian dibongkar di Loading Ramp dengan cara menuangkan langsung dari truk. Loading Ramp berfungsi untuk menampung TBS dari kebun, memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil dan sampah yang terikut dalam TBS. Loading Ramp dibuat miring untuk memudahkan pengisian TBS ke pegisian lori perebusan.


(22)

2.2.2. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Buah beserta lori kemudian dimasukkan atau direbus dalam suatu tempat perebusan (sterilizer atau ketel rebus). Sterilizer yang banyak digunakan umumnya yaitu bejana tekan horizontal yang biasa menampung 10 lori perunit (25-27 ton TBS). Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperature 135 ºC dan tekanan 2,0-2,8 kg/cm² selama 80-90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam system tiga puncak (triple peak) tekanan agar diperoleh hasil yang optimal.

Proses perebusan tandan buah segar menentukan kualitas pengolahan pabrik kelapa sawit. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya.

Tujuan perebusan adalah :

- merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB

- mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang

- memperlunak daging buah sehungga memudahkan pada saat proses penebahan

- untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahan minyak

2.2.3. Stasiun Penebahan ( Threshing Station)

TBS berikut lori yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan dituangkan kealat pemipil (thresher) dengan bantuan Hoisting Crane atau Transfer Carriage.


(23)

Proses pemipilan terjadi akibat adanya tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah conveyor lalu diangkat dengan fruit elevator untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Pada proses penebahan hal ini terjadi akibat buah yang masuk ke dalam rotary drum terlalu banyak, sehingga bantingan kurang dari 6 kali janjangan sudah keluar ke empty bunch conveyor.

2.2.4. Stasiun Kempa (Pressing Station)

Berfungsi untuk memeras minyak dari daging buah dari biji dan pada waktu yang bersamaan memecahkan sebanyak mungkin sel-sel minyak. Pemecahan sel-sel minyak ini dapat disempurnakan atau dipercepat dengan memberikan panas selama proses pada temperatur 90oC – 95oC.

a. Digester

Digester adalah untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah terpisah dari biji serta memudahkan pengeluaran minyak pada tahap pengepressan. Digester merupakan alat berbentuk silinder vertikal dengan diameter 1.200 mm dan tinggi 2.800 – 3.000 mm dengan volume 3.200 L. Alat digester ini dilengkapi dengan 4 pisau pengaduk dan 1 set pisau pelempar dengan kecepatan putaran 25 rpm dan berputar berlawanan arah. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90-95 ºC dengan tekanan pada digester 20 barr.


(24)

b. Screw Press

Berfungsi untuk mengepres buah yang sudah diaduk dari digester dengan tekanan hydrolik 45 – 50 kg/cm2, sehingga minyak kasar keluar dari daging buah. Oleh tekanan 2 buah screw press yang berputar berlawanan arah di dalam sebuah silinder. Minyak keluar melalui saringan dan ditampung di Bak Row Oil. Sedangkan serabut dan biji diangkat oleh Cake Breaker Conveyer (CBC) menuju ke pemisah biji dan serabut (depricarper).

Selama proses pengempaan berlangsung ditambahkan air panas kedalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jumlah penambahan air berkisar 10-15 % dari berat TBS yang diolah dengan temperature air sekitar 90-95 ºC.

2.2.5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)

Proses ini bertujuan untuk memperoleh minyak sebanyak-banyaknya dan menghasilkan CPO dengan kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran yang sesuai standard. Dalam proses pemurnian minyak ini digunakan mesin-mesin sebagai berikut :

1. Sand Trap Tank

Sand Trap Tank berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan keayakan, dengan maksud agar ayakan terhindar dari gesekan pasir kasar yang dapat menyebabkan keausan ayakan. Alat ini bekerja berdasarkan grafitasi yaitu mengendapkan padatan. Sand trap tank berbentuk silinder yang dapat bekerja berdasarkan berat jenis antara air dengan minyak dimana berat jenis air lebih tinggi dari minyak


(25)

sehingga dengan mudah minyak yang berada diatas air mengalir masuk kesaringan bergetar. Pada sand trap tank suhu minyak kasar berkisar 90-95 ºC.

2. Saringan Bergetar (Vibrating Screen)

Berfungsi untuk memisahkan benda – benda padat yang terikut dalam minyak kasar. Saringan terdiri dari 2 tingkat dengan luas permukaan masing-masing 2 m2 . Tingkat atas memakai kawat saringan 30 mesh dan bagian bawah 40 mesh. Untuk mempermudah proses pemisahan minyak pada saringan getar, maka pada waktu paenyaringan massa minyak diencerkan dengan air panas yang bersuhu ± 90oC.

3. Crude Oil Tank (COT)

Crude Oil Tank merupakan tangki penampung minyak kasar untuk selanjutnya dikirim ke Continious Setling Tank (CST) untuk proses pemurnian di stasiun minyakan. Crude Oil Tank berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang tidak larut dan lolos dari ayakan getar. Minyak bersih berada pada lapisan atas dipompakan menuju CST sedangkan kotoran minyak dialirkan ke parit untuk dikutip di fat fit. Untuk menjaga agar suhu cairan tetap diberikan penambahan panas dengan menginjeksikan uap.

4. Continius Settling Tank (CST)

Berfungsi untuk memisahkan minyak mentah dari sludge (air dan lumpur) dengan cara pengendapan. Pemisahan sludge terjadi terjadi antara dua fase yaitu fase ringan dan fase berat. Dimana, fase berat akan bergerak ke bawah tank sedangkan fase ringan akan bergerak menuju ke atas. Dalam pemisahan ini kekentalan cairan dan suhu sangat


(26)

keberhasilan pemisahan dan pemurnian minyak di klarifikasi. Suhu cairan dalam tanki harus dipertahankan antara 90-95 ºC sehingga viskositas minyak dapat terjaga.

5. Oil Tank

Minyak yang berada dilapisan atas crude oil tank dipompakan ke oil tank untuk diendapkan. Proses pengedapan inu dapat berlangsung sempurna apabila suhu minyak dapat dipertahankan pada suhu 90 ºC. Pada suhu ini kekentalan minyak lebih rendah sehingga fraksi-fraksi yang berat jenisnya lebih berat akan mengendap di bagian bawah tanki. Campuran minyak yang terdapat dalam oil tank terdiri dari tiga lapisan yaitu, lapisan minyak, lapisan sludge dan lapisan lumpur.

6. Sludge Separator

Tujuan dari proses ini adalah untuk memisahkan minyak dari air dan kotoran, dengan kata lain memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenisnya 1. Fraksi ringan dikembalikan ke oil settling tank. Temperatur minyak dalam sludge separator dipertahankan pada suhu diatas 90oC , yang dapat dibantu dengan pemberian uap panas. Cairan yang telah dibebaskan dari pasir-pasir halus dipompakan lagi ke oil settling tank. Keberhasilan pemakaian sludge separator sangat menetukan terhadap persentase kehilangan minyak.

7. Oil Purifier

Alat ini sering disebut sebagai oil centrifuge, yang berfungsi memurnikan minyak dari kotoran-kotoran. Di dalam oil purifier minyak dipisahkan dengan gaya sentrifugal dan prinsip perbedaan berat jenis. Akibat gaya sentrifugal yang terjadi maka minyak yang


(27)

mempunyai berat jenis lebih kecil bergerak kearah poros sedangkan kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar terdorong ke arah dinding. Minyak hasil proses sentrifusi yang baik, kadar air berkisar antara 0,30% - 0,40% dan kadar kotoran 0,01% - 0,13%. Minyak murni dari oil purifier dialirkan ke vacuum dryer untuk dimurnikan kembali sebelum dimasukkan ke tanki penimbunan. Suhu minyak di oil purifier harus dipertahankan pada suhu 90-95 °C.

8. Pengering Minyak (Vacuum Dryer)

Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air, maka perlu dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standar. Alat ini terdiri dari tabung yang berdiri tegak yang dihubungkan dengan steam injector atau vacuum pump untuk menurunkan tekanan dalam minyak hingga 50 torr. Pengeringan minyak dengan alat ini dilakukan dengan cara kehampaan udara yang bergantung dari kemampuan steam injector atau pompa vacuum, juga dipengaruhi fluktuasi debit minyak masuk. Vacuum dryer dikatakan baik bila suhu diatas 90 °C. Setelah dilakukan pemurnian dan pengeringan minyak, selanjutnya minyak dipompakan ke dalam tanki timbun (storage tank).

2.2.6. Stasiun Penimbunan Minyak Kelapa Sawit

Penyimpanan dan penanganan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga akan menurunkan kualitas minyak sawit.

Pengawasan mutu minyak selama penyimpanan, transpotasi, dan penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu minyak sawit.


(28)

Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat standarisasi prosedur penyimpanan, transportasi darat, dan penimbunan minyak sawit. Standarisasi ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan punurunan kualitas minyak sawit.

Minyak produksi sebelum diangkut ketempat konsumen ditimbun dalam tangki timbun (storage tank). Untuk mencegah terjadinya kristalisasi minyak sawit serta untuk menyeragamkan minyak pada waktu pengiriman, tangki penyimpanan perlu dilengkapi dengan pemanas. Pemanasan dapat dilakukan dengan uap tekan 1,5-3 kg/cm² yang

dialirkan kedalam pipa pemanas yang terbuat dari baja lunak berdiameter 2˝ dengan

ketinggian ½ feet dari dasar tangki. Suhu minyak pada waktu pemuatan ke dalam tangki angkut adalah 50-55 °C.

Tangki penimbunan minyak sawit memiliki kapasitas antara 500-3000 ton. Selama penyimpanan atau penimbunan minyak sawit dapat terjadi kerusakan mutu minyak, baik peningkatan ALB, kadar air, ataupun kadar kotoran.

Adapun persyaratan penimbunan yang baik adalah :

1. Kebersihan tangki harus dijaga, khususnya terhadap kotoran dan air.

2. Jangan mencampur minyak berkadar ALB tinggi atau minyak kotor dengan minyak berkadar ALB rendah atau bersih.

3. Membersihkan tangki dan memeriksa pipa-pipa uap pemanas, tutup tangki, dan alat-alat pengukur.


(29)

5. Pipa pemasukan minyak harus terbenam ujungnya di bawah permukaan minyak.

6. Melapisi dinding tangki dengan damar epoksi (hanya untuk minyak sawit bermutu tinggi. (Mangoensoekarjo,2003)

2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pasca panen atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus pencegahannya, serta standar mutu minyak sawit yang dikehendaki konsumen atau pasar.

2.3.1. Asam Lemak Bebas (ALB)

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.

Kenaikan kadar asam lemak bebas ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan kadar ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan adannya faktor-faktor yaitu panas, air,


(30)

keasaman, dam katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.

O

CH2 _ O _ C _ R CH2 _ OH

O panas,air O

CH _ O _ C _ R CH _ OH + R _ C _ OH O asam, enzim

CH2_ O _ C _ R CH2 _ OH

Minyak sawit Gliserol ALB

Gambar. Reaksi Hidrolisis Trigliserida

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) yang relative tinggi dalam minyak sawit antara lain :

- Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

- Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah

- Adanya mikroorganisme (jamur dan bakteri tertentu), yang dapat hidup pada suhu dibawah 50 °C

- Terjadinya reaksi oksidasi, akibat terjadinya kontak langsung antara minyak dan udara


(31)

- Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik. (Tim Penulis PS,1997)

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya diatas, maka tindakan pencegahan dan pemucatannya dapat lebih mudah dilakukan.

Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Selain itu juga perlu dijamin bahwa hanya buah yang cukup matang yang harus dipanen. Kandungan ALB buah sawit yang baru dipanen biasanya kurang dari 0,3 %. Peningkatan ALB terjadi karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan.

Pemetikan buah sawit disaat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum sempurna) menghasilkan gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Sedangkan, pemetikan setelah batas panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan menstimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah, pemanenan TBS harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi.

Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengangkutan TBS. Sistem yang dianggap cukup efektif adalah dengan memasukkan TBS secara langsung kedalam keranjang buah. Dengan cara tersebut akan lebih mengefisiensikan waktu yang digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, penumpukan buah sawit yang terlalu lama. Dengan


(32)

demikian, pembentukan ALB selama pemetikan, pengumpulan, penimbunan, dan pengangkutan buah dapat dikurangi.

Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahantetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan suhu 90 °C. Sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan untuk ALB ditetapkan sebesar 5%. (Yan Fauzi,2008)

2.3.2. Kadar Air

Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengering. Kadar air yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tergantung pada efektivitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah yang terlalu matang akan mengandung air yang lebih banyak. Untuk itu perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna

Air dalam minyak kelapa sawit hanya dalam sejumlah kecil, hal ini terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta pengaruh penimbunan. Pada proses hidrolisa minyak dipabrik digunakan adanya air, jika air yang terbentuk pada proses ini besar maka akan menyebabkan kenaikan asam lemak bebas pada minyak sawit. Kadar asam lemak bebas dan air yang tinggi akan menyebabkan


(33)

kerusakan minyak yang berupa bau tengik pada minyak tersebut. Agar minyak yang dihasilkan memiliki mutu yang baik maka kadar air dan asam lemak bebas pada minyak harus seminimal mungkin.

Minyak kelapa sawit yang yang mempunyai kadar air yang sangat besar (0,15%) akan memberikan kerugian mutu minyak, dimana ada tingkat kadar air yang deminian kecil akan memudahkan terjadinya proses oksidasi dari minyak itu sendiri. Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen diudara baik pada suhu kamar dan selama proses pengolahan rasa bau yang tidak enak (ketengikan). Akibatnya mutu minyak menjadi turun.

2.3.3. Kadar kotoran

Pada ummnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi. Dengan proses tersebut, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring. Akan tetapi kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Padahal, alat sentrifufgasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip kerja yang berdasarkan perbedaan berat jenis. Walaupun bahan baku minyak sawit selalu dibersihkan sebelum digunakan pada industri-industri yang bersangkutan, namun banyak yang beranggapan dan menuntut bahwa kebersihan serta kemurnian minyak sawit merupakan tanggung jawab sepenuhnya pihak produsen.


(34)

Meskipun kadar ALB dalam minyak kcil, tetapi hal itu belum menjamin mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara membuang kotoran dan zat menguap. Hal ini dilakukan dengan peralatan pemurnian yang modern.

Dari hasil pengempaan, minyak sawit kasar dipompa dan dialirkan kedalam tangki pemisah melalui pipa. Kurang lebih 30 menit kemudian, minyak sawit kasar telah dapat dijernihkan dan menghasilkan sekitar 80 % minyak jernih. Hasil endapan berupa minyak kasar kosong yang dikeluarkan dari tangki pemisah sama air panas yang bersuhu 95 °C dengan perbandingan 1 : 1, diolah pada sludge centrifuge. Sedangkan minyak yang jernih diolah pada purifier centrifuge. Dari hasil pengolahan didapat minyak sawit bersih dengan kadar zat menguap sebesar 0,3% dan kadar kotoran 0,0005%. Dalam kondisi diatas, minyak sawit sudah dianggap mempunyai daya tahan yang mantap. Akan tetapi, untuk lebih meyakinkan dan mencegah terjadinya proses hidrolisa, perlu dilakukan pengeringan pada kondisi fisik hampa sehingga minyak sawit tersebut hanya mengandung kadar zat menguap sebesar 0,1%. (Tim Penulis PS,1997)


(35)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Metodologi

Sampel CPO diambil dari tangki timbun (storage tank) dalam tiga bagian yaitu bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah, lalu digabungkan untuk mewakili sifat keseluruhan sampel.

3.1.1. Alat-alat

- Gelas Erlenmeyer 250 ml

- Gelas ukur 50 ml

- Buret 25 ml

- Oven

- Desikator

- Statif dan klem

- Corong

- Neraca Analitik 4 desimal

- Beaker Glass 100 ml


(36)

- Kertas saring whatman No.1

3.1.2. Bahan

- Sampel CPO

- Larutan Standar KOH 0,0995 N

- Alkohol 96 %

- Indikator Phenolpthalein 1 %

- N-heksan

3.2. Prosedur Percobaan

3.2.1. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

Penentuan kadar ALB dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa

- Sampel CPO dipanaskan pada suhu 45-50 °C dan diaduk homogen

- Ditimbang CPO sebanyak 4,0 gram ke dalam gelas Erlenmeyer 250 ml yang bersih dan kering yang telah diakui berat kosongnya.

- Ditambahkan larutan Alkohol 96% sebanyak 75 ml ke dalam gelas erlenmeyer dan ditambahkan indikator phenolpthalein 1% sebanyak 3 tetes.

- Lalu dititrasi dengan larutan standar KOH 0,0995 N dan diamati sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah lembayung.


(37)

- Dihitung % kadar asam lemak bebasnya

K.ALB (%) = . . . x100%

sampel berat KOH V x Palmitat Asam BM x KOH N

3.2.2. Penentuan Kadar Air

Penentuan kadar air dilakukan dengan menguapkan air pada minyak pada suhu 105 °C

- Ditimbang cawan petridis kosong

- Ditimbang sample CPO sebanyak 20 gram lalu dimasukkan kedalam cawan petridis yang telah diketahui berat kosongnya

- Dikeringkan dalam oven selama 3 jam pada suhu 105 °C

- Diangkat dan didinginkan di dalam desikator selama 15 menit

- Ditimbang (cawan + sample) sampai berat konstan

- Lalu dihitung % kadar airnya

K.Air (%) = ( . . ) ( . . )x100% sampel berat Dioven Sesudah Sampel b Cawan b Dioven Sebelum Sampel b Cawan

b + − +

3.2.3. Penentuan Kadar Kotoran

Penentuan kadar kotoran dilakukan cara menimbang residu kering setelah dipisahkan berat sample dan pelarut


(38)

- Ditimbang sample CPO sebanyak 20 gram kedalam cawan yang telah diketahui berat kosongnya

- Dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105 °C

- Diangkat dan didinginkan di dalam desikator selama 15 menit

- Ditimbang (cawan + sample) sampai mencapai bobot konstan

- Ditimbang kertas saring

- Lalu sampel disaring dengan menggunakan kertas saring tersebut

- Dibilas sisa minyak dengan n-Heksan hingga tidak ada lagi sisa dalam cawan

- Dibilas kertas saring dengan n-Heksan sampai kertas saring berwarna putih bersih sehingga hanya kotoran yang tertinggal pada kertas saring tersebut.

- Dikeringkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 105 °C selama 20 menit

- Diangkat dan didinginkan dalam desikator selama 15 menit

- Ditimbang berat kertas saring

- Dihitung % kadar kotorannya

K.Kotoran (%) = . . x100%

sampel berat

Awal Saring Kertas b

Akhir Saring Kertas


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil analisa yang dilakukan di Laboratorium Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di PTPN IV Kebun Pabatu – Tebing Tinggi, maka diperoleh data-data dalam analisa kadar ALB , kadar air, dan kadar kotoran pada produksi CPO. Data ini diambil langsung dari tangki timbun (storage tank), dan diperoleh data-data sebagai berikut :

Penentuan kadar ALB dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa berdasarkan prosedur 3.2.1. dengan data seperti dibawah ini.

Tabel 4.1. Data Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Dalam CPO Pada Tangki Timbun

No. Hari Ke- Berat Sampel (g)

Normalitas

KOH (N) Volume Titrasi

Kadar ALB(%)

1 1 4,2533 0,0995 3,8 2,27

2 2 4,3945 0,0995 4,2 2,43

3 3 4,1755 0,0995 4,7 2,86

4 4 4,4595 0,0995 5,4 3,08

5 5 4,5984 0,0995 5,8 3,21


(40)

Penentuan kadar air dilakukan dengan cara penguapan berdasarkan prosedur 3.2.2 dengan data seperti table 4.2 dibawah ini :

Tabel 4.2. Data Kadar Air Dalam CPO Pada Tangki Timbun

No Hari Ke-

Berat sampel

(g)

Berat cawan kosong

(g)

B.sampel + B.cawan sebelum dioven

(g)

B.sampel + B.cawan

setelah dioven

(g)

Kadar air (%)

1 1 20,4852 38,3642 58,8494 58,8327 0,08

2 2 20,4625 38,4103 58,8728 58,8519 0,10

3 3 20,2577 38,4290 58,6867 58,6591 0,13

4 4 20,3742 38,3956 58,7698 58,7406 0,14

5 5 20,5686 38,4539 59,0225 58,9900 0,15


(41)

Penentuan kadar kotoran dilakukan dengan metode gravimetri berdasarkan prosedur 3.2.3. dengan data seperti table 4.3. dibawah ini :

Table 4.3. Data Kadar Kotoran Dalam CPO Pada Tangki Timbun

No Hari Ke - Berat Sampel (g)

B. Kertas saring awal

(g)

B. kertas saring akhir

(g)

K. Kotoran (%)

1 1 20,3568 0,4255 0,4232 0,011

2 2 20,2335 0,4097 0,4069 0,013

3 3 20,1895 0,4249 0,4217 0,015

4 4 20,5416 0,4168 0,4133 0,017

5 5 20,4846 0,4227 0,4189 0,018


(42)

4.2. Perhitungan

1. Perhitungan Persentase Kadar ALB

K.ALB (%) = . . . x100%

sampel berat KOH V x Palmitat Asam BM x KOH N

= 100%

2533 , 4 8 , 3 256 0995 , 0 x x x

= 2,27 %

2. Penentuan Persentase Kadar Air

K. Air (%)=( . . ) ( . . )x100%

sampel berat Dioven Sesudah Sampel b Cawan b Dioven Sebelum Sampel b Cawan

b + − +

= 100%

4852 , 20 ) 8327 , 58 3642 , 38 ( ) 8494 , 58 3642 , 38 ( x g g g g

g + − +

= 100%

4852 , 20 1969 , 97 2136 , 97 x g g g

= 100% 4852 , 20 0167 , 0 x g g


(43)

4. Penentuan Persentase Kadar Kotoran

K.Kotoran (%) = . . x100%

sampel berat Akhir Saring Kertas b Awal Saring Kertas b

= 100%

3568 , 20 4232 , 0 4255 , 0 x g g g

= 100% 3568 , 20 0023 , 0 x g g


(44)

4.3. Pembahasan

Minyak dari hasil pemurnian tidak selamanya dapat langsung dikirim untuk dipasarkan. Untuk sementara waktu masih perlu disimpan dalam tangki timbun. Selama penimbunan ini dapat terjadi perusakan mutu, baik peningkatan kadar ALB, kadar air, maupun kadar kotoran.

Penentuan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa, sedangkan penentuan Kadar Air dan Kadar Kotoran dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri. Mutu CPO akan menjadi tinggi bila Kadar Asam Lemak Bebas, Kadar Air, dan Kadar Kotoran didalam CPO itu rendah. Semakin tinggi Kadar Asam Lemak Bebas, Kadar Air, dan Kadar Kotoran didalam CPO maka mutu CPO akan menurun atau akan berkualitas rendah.

Hal tersebut diatas akan mempengaruhi pencampuran ALB di tangki timbun. Mutu CPO pada tangki timbun sangat dipengaruhi pada setiap produksi per hari. Lama penyimpanan CPO sangat dipengaruhi oleh temperature pada tangki timbun, dimana bila ada kerusakan dan pabrik tidak mengolah yang berarti boiler tidak bekerja dan steam tidak hidup sehingga suhu pada tangki timbun mengalami penurunan.

Dari hasil analisa untuk kadar ALB pada hari 1 (pertama) produksi diperoleh 2,27% setelah 6 (enam) hari di tangki timbun kadar ALB-nya menjadi 3,44%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor- faktor yang mempengaruhi penurunan mutu minyak sawit yaitu kualitas buah yang diolah, system pencampuran produksi harian serta temperatur tangki timbun yang kurang dijaga.


(45)

Kandungan air dalam sawit juga merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kualitas dari minyak sawit tersebut. Dari table 4.2 kadar air pada hari 1 (pertama) produksi diperoleh 0,08%, setelah 6 (enam) hari di tangki timbun kadar air-nya menjadi 0,16%. Hal ini disebabkan selama proses pengolahan, partikel halus dan debu yang terdapat pada cairan hydrocyclone akan mempengaruhi berat jenis cairan yang menyebabkan pemisahan inti dan cangkang tidak berlangsung sebagaimana mestinya. Oleh sebab itu perlu dilakukan pergantian air hydrocyclone secara terjadwal dengan dasar viskositas.

Pada table 4.3 dapat dilihat bahwa kadar kotoran pada hari 1 (pertama) produksi diperoleh 0,011%, setelah 6 (enam) hari di tangki timbun kadar kotorannya menjadi 0,019%. Jadi, kadar kotoran tersebut masih sesuai dengan standart (0,02%). Kadar kotoran yang tinggi disebabkan karena pada saat pengepressan, minyak yang diperoleh masih banyak mengandung / terdapat serat serat halus yang tidak dapat tersaring . Kadar air dan kadar kotoran pada tangki timbun juga dapat dipengaruhi oleh kurang bersihnya tangki timbun pada saat penyimpanan atau kurang baiknya proses atau peralatan pengolahan. (Naibaho,1996)

Data yang dianalisa tersebut menunjukkan bahwa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air, dan Kadar Kotoran masih sesuai dengan standart mutu yang telah ditetapkan oleh PKS PTPN IV Kebun Pabatu yaitu untuk Kadar Asam Lemak Bebas sebesar 3,5 %, Kadar Air sebesar 0,15 %, dan Kadar Kotoran sebesar 0,020 %. Dibawah ini adalah tabel perbandingan lama waktu penimbunan CPO pada storage tank terhadap


(46)

mutu minyak dari hasil pengolahan dengan cara menganalisa Kadar ALB, Kadar Air, dan Kadar Kotoran.

Tabel 4.3.1. Lama Waktu Penimbunan CPO Vs Kadar ALB,Kadar Air, dan Kadar Kotoran

No Mutu CPO yang dianalisa

Lama Penimbunan (hari)

1 2 3 4 5 6

1 Kadar ALB 2,27 2,43 2,86 3,08 3,21 3,44

2 Kadar Air 0,08 0,10 0,13 0,14 0,15 0,16

3 Kadar Kotoran 0,011 0,013 0,015 0,017 0,018 0,019

Lama penyimpanan CPO sangat dipengaruhi oleh temperature di tangki timbun. Apabila suhu di tangki timbun menurun maka akan mengakibatkan kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran menjadi tinggi, sehingga mutu minyak akan menurun (rendah). Dibawah ini tabel pengaruh temperature yang menurun terhadap mutu minyak sawit.

Tabel 4.3.2. Temperatur Pada Tangki Timbun Vs Kadar ALB, Kadar Air, dan Kadar Kotoran

No Hari Temperatur Kadar ALB(%) Kadar Air(%) Kadar Kotoran (%)

1 1 50 2,27 0,08 0,011

2 2 50 2,43 0,10 0,013

3 3 49 2,86 0,13 0,015

4 4 45 3,08 0,14 0,017

5 5 40 3,21 0,15 0,018


(47)

Dari table 4.3.2. terlihat pada hari 1 (pertama) temperature di tangki timbun masih dijaga pada suhu 50°C, hal ini terlihat bahwa kadar ALB, kadar air dan kadar kotoran masih rendah. Setelah hari 4 (empat) dan 5 (lima) temperature di tangki timbun menurun, hal ini disebabkan karena pabrik tidak mengolah,sehingga boiler dan steam tidak dapat bekerja dengan baik, dan kadar ALB, kadar air dan kadar kotoran menjadi tinggi. Sedangkan pada hari ke 6 (enam) temperature menjadi normal, karena pabrik telah beroperasi, tetapi kadar ALB, kadar air dan kadar kotoran menjadi tinggi disebabkan pabrik belum berproduksi.


(48)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Pengaruh Lama Waktu Penimbunan CPO pada Storage Tank Terhadap mutu minyak sawit adalah semakin lama waktu penimbunan CPO di tangki timbun maka mutu minyak sawit akan semakin rendah (menurun), dimana kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran akan semakin tinggi (meningkat). Kadar asam lemak bebas diukur dengan menggunakan titrasi asam basa, sedangkan kadar air dan kadar kotoran diukur dengan cara gravimetri.

Minyak sawit (CPO) yang terlalu lama disimpan dalam tangki timbun sangat berpengaruh pada mutu minyak. Dari hasil analisa untuk kadar ALB pada hari 1 (pertama) produksi diperoleh 2,27% setelah 6 (enam) hari di tangki timbun kadar ALB-nya menjadi 3,44%. Untuk kadar air pada hari 1(pertama) produksi diperoleh 0,08% , setelah 6 (enam) hari ditangki timbun kadar air-nya menjadi 0,16%. Dan untuk kadar kotoran pada hari 1 (pertama) produksi diperoleh 0,011% ,setelah 6 (enam) hari di tangki timbun kadar kotorannya menjadi 0,019%.

5.2. Saran

1. Diharapkan TBS yang telah dipanen tidak ditimbun dalam waktu yang cukup lama tetapi dsebaiknya langsung diolah, karena dapat mempengaruhi kualitas rendemen / mutu minyak yang dihasilkan.


(49)

2. Diharapkan agar memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan mutu CPO yang telah dihasilkan seperti temperature.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama.

Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama.

Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.

Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Rondang Tambunan, 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan : Fakultas Tekhnik Universitas Sumatera Utara.

Tim Penulis, PS. 1997. Kelapa Sawit : Usaha Budi Daya dan Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Cetakan Pertama. Jakarata : Penerbar Swadaya.

Yan, F dkk. 2004. Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya.


(51)

L

A

M

P

I

R

A


(52)

Grafik 1. Kadar ALB (%) VS Lama Waktu Penimbunan (hari)

3.44

3.21

3.08

2.86

2.27

2.43

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

1

2

3

4

5

6

K

a

d

a

r

A

LB

(

%

)


(53)

Grafik 2. Kadar Air (%) Vs Lama Waktu Penimbunan (hari)

0.16

0.15

0.14

0.13

0.08

0.1

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

1

2

3

4

5

6

K

a

d

a

r

A

ir

(

%)


(54)

Grafik 3. Kadar Kotoran (%) Vs Lama Waktu Penimbunan (hari)

0.019

0.018

0.017

0.015

0.011

0.013

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

0.035

0.04

0.045

0.05

1

2

3

4

5

6

K

a

d

a

r

K

o

to

ra

n

(

%)


(1)

36

2. Diharapkan agar memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan mutu CPO yang telah dihasilkan seperti temperature.


(2)

37

DAFTAR PUSTAKA

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama.

Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama.

Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.

Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Rondang Tambunan, 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan : Fakultas Tekhnik Universitas Sumatera Utara.

Tim Penulis, PS. 1997. Kelapa Sawit : Usaha Budi Daya dan Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Cetakan Pertama. Jakarata : Penerbar Swadaya.

Yan, F dkk. 2004. Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya.


(3)

L

A

M

P

I

R

A


(4)

Grafik 1. Kadar ALB (%) VS Lama Waktu Penimbunan (hari)

3.44

3.21

3.08

2.86

2.27

2.43

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

1

2

3

4

5

6

K

a

d

a

r

A

LB

(

%

)


(5)

Grafik 2. Kadar Air (%) Vs Lama Waktu Penimbunan (hari)

0.16

0.15

0.14

0.13

0.08

0.1

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

1

2

3

4

5

6

K

a

d

a

r

A

ir

(

%)


(6)

Grafik 3. Kadar Kotoran (%) Vs Lama Waktu Penimbunan (hari)

0.019

0.018

0.017

0.015

0.011

0.013

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

0.035

0.04

0.045

0.05

1

2

3

4

5

6

K

a

d

a

r

K

o

to

ra

n

(

%)