Permasalahan Tujuan Manfaat Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

1.2. Permasalahan

Kualitas CPO yang menurun akibat lamanya waktu penyimpanan pada tangki timbun.

1.3. Tujuan

- Untuk mengetahui pengaruh lama waktu penimbunan CPO pada storage tank terhadap mutu minyak sawit dari hasil pengolahan - Untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan mutu CPO

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah : 1. Untuk memberikan masukan kepada pabrik, khususnya pada stasiun penimbunan minyak storage tank tentang lama waktu penimbunan CPO terhadap mutu minyak sawit dari hasil pengolahan. 2. Untuk mendapatkan produk akhir berupa minyak sawit mentah yang kualitasnya sesuai dengan standart mutu yang telah ditentukan. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit Elaeis Guinensis Jack berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Tanaman kelapa sawit ini dimasukkan pertama kali dari Afrika sebagai sentra plasma nutfah pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritus dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Bagi indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagi sumber perolehan devisa negara. Karena Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit. Yan Fauzi,2008

2.1.1. Varietas Kelapa Sawit

Universitas Sumatera Utara Tanaman kelapa sawit Elaeis Guinensi Jacq merupakan tumbuhan tropis golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Adapun beberapa varietas tanamn kelapa sawit yang dikenal ialah jenis Dura, Pisifera dan Tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan penampangan irisan buah ataupun ketebalan tempurung dan daging buah, yaitu : 1. Dura Pada varietas Dura, memiliki tempurung yang cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis, yaitu 35-50 terhadap buah. Daging biji kernel besar dan memiliki kandungan minyak yang rendah. Sedangkan dalam persilangan, dapat dipakai sebagai pohon induk betina. 2. Pisifera Pada varietas ini, ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Jenis Pisifera ini memiliki daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah Jenis Dura, tetapi daging bijinya sangat tipis. Oleh sebab itu tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dan dura akan menghasilkan varietas Tenera. 3. Tenera Varietas tenera mempunyai sifat-sifat yang sama dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera. Pada varietas tenera memiliki tempurung yang tipis yaitu 0,5 – 4 mm,dan terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurungnya. Persentase daging buah pada tenera sangat tebal yaitu 60-96 dari buah serta tandan buah lebih banyak, tetapi Universitas Sumatera Utara ukurannya relatif lebih kecil. Sehingga rendemen minyak paling tinggi terdapat pada varietas tenera yaitu mencapai 22-24. Yan Fauzi,2008 Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 24-30 bulan setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut Tandan Buah Segar TBS atau fresh fruit bunch FFB. Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur 3-14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15-25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS pertahun dengan berat 3-40 kg pertandan. Tergantung dari umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000-3.000 brondolan dengan berat brondolan sekitar 10-20 g. Iyung Pahan,2008 Cara panen buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal. Panen kelapa sawit didasarkan pada saat kadar minyak mencapai maksimum dan kandungan asam lemak bebas minimum yaitu pada saat buah mencapai tingkat kematangan tertentu. Kriteria kematangan yang tepat ini dapat dilihat dari karena kulit buah dan jumlah buah yang rontok pada setiap tandan. Ketaren, 1996 Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid ALB atau FFA. Hal itu tentu akan banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah mejadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak lagipula, buah yang terlalu masak lebih mudah terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kadar minyak, walaupun ALB-nya rendah,rendemen minyak yang diperoleh Universitas Sumatera Utara juga rendah. Disinilah, pengetahuan mengenai kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh berperan cukup penting dalam menentukan derajat kematangan buah. Tim Penulis,1997 Berdasarkan hal tersebut diatas, dikenal ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk juga kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS yang dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel.2.1.1. Standar Kematangan Tandan Buah Segar TBS Fraksi Buah Sifat-sifat Fraksi Persyaratan Jumlah Brondolan Fraksi 00 F-00 Fraksi 0 F-0 Sangat mentah afkir Mentah 0.0 Maksimal 3,0 Tidak ada 1-12,5 buah luar Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3 Kurang matang Matang I Matang II F1 + F2 + F3 Min 85 12,5-25 buah luar 25-50 buah luar 50-75 buah luar Fraksi 4 Fraksi 5 Lewat matang Terlalu matang Maks 10 Maks 2,0 75 buah luar Buah dalam ikut membrondol Brondolan Tandan Kosong Panjang Tangkai TBS Maks 9,5 0,0 Maks 2,5 Naibaho, 1996 Universitas Sumatera Utara

2.2. Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Proses pengolahan TBS menjadi minyak dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dan dapat pula dengan teknologi tinggi yang sudah biasa digunakan oleh perkebunan-perkebunan besar yang menghasilkan minyak sawit mentah atau CPO Crude Palm Oil dengan kualitas eksport. Adapun tahapan proses pengolahan minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut :

2.2.1. Stasiun Penerimaan Buah Fruit Reception

Tandan Buah Segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungannya ALB-nya semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengankutan. Alat angkut yang digunakan adalah truk. Setelah TBS sampai di pabrik, segera dilakukan penimbangan yang bertujuan untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja dan penghitungan rendemen minyak sawit. Setelah penimbangan maka selanjutnya TBS disortasi terlebih dahulu, lalu kemudian dibongkar di Loading Ramp dengan cara menuangkan langsung dari truk. Loading Ramp berfungsi untuk menampung TBS dari kebun, memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil dan sampah yang terikut dalam TBS. Loading Ramp dibuat miring untuk memudahkan pengisian TBS ke pegisian lori perebusan. Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Stasiun Perebusan Sterilizer

Buah beserta lori kemudian dimasukkan atau direbus dalam suatu tempat perebusan sterilizer atau ketel rebus. Sterilizer yang banyak digunakan umumnya yaitu bejana tekan horizontal yang biasa menampung 10 lori perunit 25-27 ton TBS. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperature 135 ºC dan tekanan 2,0- 2,8 kgcm² selama 80-90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam system tiga puncak triple peak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. Proses perebusan tandan buah segar menentukan kualitas pengolahan pabrik kelapa sawit. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya. Tujuan perebusan adalah : - merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB - mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang - memperlunak daging buah sehungga memudahkan pada saat proses penebahan - untuk mengkoagulasikan mengendapkan protein sehingga memudahkan pemisahan minyak

2.2.3. Stasiun Penebahan Threshing Station

TBS berikut lori yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan dituangkan kealat pemipil thresher dengan bantuan Hoisting Crane atau Transfer Carriage. Universitas Sumatera Utara Proses pemipilan terjadi akibat adanya tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah conveyor lalu diangkat dengan fruit elevator untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Pada proses penebahan hal ini terjadi akibat buah yang masuk ke dalam rotary drum terlalu banyak, sehingga bantingan kurang dari 6 kali janjangan sudah keluar ke empty bunch conveyor.

2.2.4. Stasiun Kempa Pressing Station

Berfungsi untuk memeras minyak dari daging buah dari biji dan pada waktu yang bersamaan memecahkan sebanyak mungkin sel-sel minyak. Pemecahan sel-sel minyak ini dapat disempurnakan atau dipercepat dengan memberikan panas selama proses pada temperatur 90 o C – 95 o C. a. Digester Digester adalah untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah terpisah dari biji serta memudahkan pengeluaran minyak pada tahap pengepressan. Digester merupakan alat berbentuk silinder vertikal dengan diameter 1.200 mm dan tinggi 2.800 – 3.000 mm dengan volume 3.200 L. Alat digester ini dilengkapi dengan 4 pisau pengaduk dan 1 set pisau pelempar dengan kecepatan putaran 25 rpm dan berputar berlawanan arah. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90-95 ºC dengan tekanan pada digester 20 barr. Universitas Sumatera Utara b. Screw Press Berfungsi untuk mengepres buah yang sudah diaduk dari digester dengan tekanan hydrolik 45 – 50 kgcm 2 , sehingga minyak kasar keluar dari daging buah. Oleh tekanan 2 buah screw press yang berputar berlawanan arah di dalam sebuah silinder. Minyak keluar melalui saringan dan ditampung di Bak Row Oil. Sedangkan serabut dan biji diangkat oleh Cake Breaker Conveyer CBC menuju ke pemisah biji dan serabut depricarper. Selama proses pengempaan berlangsung ditambahkan air panas kedalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jumlah penambahan air berkisar 10-15 dari berat TBS yang diolah dengan temperature air sekitar 90-95 ºC.

2.2.5. Stasiun Pemurnian Minyak Clarification Station

Proses ini bertujuan untuk memperoleh minyak sebanyak-banyaknya dan menghasilkan CPO dengan kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran yang sesuai standard. Dalam proses pemurnian minyak ini digunakan mesin-mesin sebagai berikut : 1. Sand Trap Tank Sand Trap Tank berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan keayakan, dengan maksud agar ayakan terhindar dari gesekan pasir kasar yang dapat menyebabkan keausan ayakan. Alat ini bekerja berdasarkan grafitasi yaitu mengendapkan padatan. Sand trap tank berbentuk silinder yang dapat bekerja berdasarkan berat jenis antara air dengan minyak dimana berat jenis air lebih tinggi dari minyak Universitas Sumatera Utara sehingga dengan mudah minyak yang berada diatas air mengalir masuk kesaringan bergetar. Pada sand trap tank suhu minyak kasar berkisar 90-95 ºC. 2. Saringan Bergetar Vibrating Screen Berfungsi untuk memisahkan benda – benda padat yang terikut dalam minyak kasar. Saringan terdiri dari 2 tingkat dengan luas permukaan masing-masing 2 m 2 . Tingkat atas memakai kawat saringan 30 mesh dan bagian bawah 40 mesh. Untuk mempermudah proses pemisahan minyak pada saringan getar, maka pada waktu paenyaringan massa minyak diencerkan dengan air panas yang bersuhu ± 90 o C. 3. Crude Oil Tank COT Crude Oil Tank merupakan tangki penampung minyak kasar untuk selanjutnya dikirim ke Continious Setling Tank CST untuk proses pemurnian di stasiun minyakan. Crude Oil Tank berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang tidak larut dan lolos dari ayakan getar. Minyak bersih berada pada lapisan atas dipompakan menuju CST sedangkan kotoran minyak dialirkan ke parit untuk dikutip di fat fit. Untuk menjaga agar suhu cairan tetap diberikan penambahan panas dengan menginjeksikan uap. 4. Continius Settling Tank CST Berfungsi untuk memisahkan minyak mentah dari sludge air dan lumpur dengan cara pengendapan. Pemisahan sludge terjadi terjadi antara dua fase yaitu fase ringan dan fase berat. Dimana, fase berat akan bergerak ke bawah tank sedangkan fase ringan akan bergerak menuju ke atas. Dalam pemisahan ini kekentalan cairan dan suhu sangat mempengaruhi proses ini, sebab pengenceran dan pemanasan merupakan faktor penentu Universitas Sumatera Utara keberhasilan pemisahan dan pemurnian minyak di klarifikasi. Suhu cairan dalam tanki harus dipertahankan antara 90-95 ºC sehingga viskositas minyak dapat terjaga. 5. Oil Tank Minyak yang berada dilapisan atas crude oil tank dipompakan ke oil tank untuk diendapkan. Proses pengedapan inu dapat berlangsung sempurna apabila suhu minyak dapat dipertahankan pada suhu 90 ºC. Pada suhu ini kekentalan minyak lebih rendah sehingga fraksi-fraksi yang berat jenisnya lebih berat akan mengendap di bagian bawah tanki. Campuran minyak yang terdapat dalam oil tank terdiri dari tiga lapisan yaitu, lapisan minyak, lapisan sludge dan lapisan lumpur. 6. Sludge Separator Tujuan dari proses ini adalah untuk memisahkan minyak dari air dan kotoran, dengan kata lain memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenisnya 1. Fraksi ringan dikembalikan ke oil settling tank. Temperatur minyak dalam sludge separator dipertahankan pada suhu diatas 90 o C , yang dapat dibantu dengan pemberian uap panas. Cairan yang telah dibebaskan dari pasir-pasir halus dipompakan lagi ke oil settling tank. Keberhasilan pemakaian sludge separator sangat menetukan terhadap persentase kehilangan minyak. 7. Oil Purifier Alat ini sering disebut sebagai oil centrifuge, yang berfungsi memurnikan minyak dari kotoran-kotoran. Di dalam oil purifier minyak dipisahkan dengan gaya sentrifugal dan prinsip perbedaan berat jenis. Akibat gaya sentrifugal yang terjadi maka minyak yang Universitas Sumatera Utara mempunyai berat jenis lebih kecil bergerak kearah poros sedangkan kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar terdorong ke arah dinding. Minyak hasil proses sentrifusi yang baik, kadar air berkisar antara 0,30 - 0,40 dan kadar kotoran 0,01 - 0,13. Minyak murni dari oil purifier dialirkan ke vacuum dryer untuk dimurnikan kembali sebelum dimasukkan ke tanki penimbunan. Suhu minyak di oil purifier harus dipertahankan pada suhu 90-95 °C. 8. Pengering Minyak Vacuum Dryer Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air, maka perlu dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standar. Alat ini terdiri dari tabung yang berdiri tegak yang dihubungkan dengan steam injector atau vacuum pump untuk menurunkan tekanan dalam minyak hingga 50 torr. Pengeringan minyak dengan alat ini dilakukan dengan cara kehampaan udara yang bergantung dari kemampuan steam injector atau pompa vacuum, juga dipengaruhi fluktuasi debit minyak masuk. Vacuum dryer dikatakan baik bila suhu diatas 90 °C. Setelah dilakukan pemurnian dan pengeringan minyak, selanjutnya minyak dipompakan ke dalam tanki timbun storage tank.

2.2.6. Stasiun Penimbunan Minyak Kelapa Sawit

Penyimpanan dan penanganan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga akan menurunkan kualitas minyak sawit. Pengawasan mutu minyak selama penyimpanan, transpotasi, dan penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu minyak sawit. Universitas Sumatera Utara Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat standarisasi prosedur penyimpanan, transportasi darat, dan penimbunan minyak sawit. Standarisasi ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan punurunan kualitas minyak sawit. Minyak produksi sebelum diangkut ketempat konsumen ditimbun dalam tangki timbun storage tank. Untuk mencegah terjadinya kristalisasi minyak sawit serta untuk menyeragamkan minyak pada waktu pengiriman, tangki penyimpanan perlu dilengkapi dengan pemanas. Pemanasan dapat dilakukan dengan uap tekan 1,5-3 kgcm² yang dialirkan kedalam pipa pemanas yang terbuat dari baja lunak berdiameter 2˝ dengan ketinggian ½ feet dari dasar tangki. Suhu minyak pada waktu pemuatan ke dalam tangki angkut adalah 50-55 °C. Tangki penimbunan minyak sawit memiliki kapasitas antara 500-3000 ton. Selama penyimpanan atau penimbunan minyak sawit dapat terjadi kerusakan mutu minyak, baik peningkatan ALB, kadar air, ataupun kadar kotoran. Adapun persyaratan penimbunan yang baik adalah : 1. Kebersihan tangki harus dijaga, khususnya terhadap kotoran dan air. 2. Jangan mencampur minyak berkadar ALB tinggi atau minyak kotor dengan minyak berkadar ALB rendah atau bersih. 3. Membersihkan tangki dan memeriksa pipa-pipa uap pemanas, tutup tangki, dan alat-alat pengukur. 4. Memelihara suhu sekitar 50 °C Universitas Sumatera Utara 5. Pipa pemasukan minyak harus terbenam ujungnya di bawah permukaan minyak. 6. Melapisi dinding tangki dengan damar epoksi hanya untuk minyak sawit bermutu tinggi. Mangoensoekarjo,2003

2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor- faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pasca panen atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus pencegahannya, serta standar mutu minyak sawit yang dikehendaki konsumen atau pasar. 2.3.1. Asam Lemak Bebas ALB Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan kadar asam lemak bebas ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan kadar ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan adannya faktor-faktor yaitu panas, air, Universitas Sumatera Utara keasaman, dam katalis enzim. Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk. O CH 2 _ O _ C _ R CH 2 _ OH O panas,air O CH _ O _ C _ R CH _ OH + R _ C _ OH O asam, enzim CH 2 _ O _ C _ R CH 2 _ OH Minyak sawit Gliserol ALB Gambar. Reaksi Hidrolisis Trigliserida Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar Asam Lemak Bebas ALB yang relative tinggi dalam minyak sawit antara lain : - Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu - Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah - Adanya mikroorganisme jamur dan bakteri tertentu, yang dapat hidup pada suhu dibawah 50 °C - Terjadinya reaksi oksidasi, akibat terjadinya kontak langsung antara minyak dan udara - Pemupukan buah yang terlalu lama, serta Universitas Sumatera Utara - Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik. Tim Penulis PS,1997 Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya diatas, maka tindakan pencegahan dan pemucatannya dapat lebih mudah dilakukan. Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Selain itu juga perlu dijamin bahwa hanya buah yang cukup matang yang harus dipanen. Kandungan ALB buah sawit yang baru dipanen biasanya kurang dari 0,3 . Peningkatan ALB terjadi karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan. Pemetikan buah sawit disaat belum matang saat proses biokimia dalam buah belum sempurna menghasilkan gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Sedangkan, pemetikan setelah batas panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan menstimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah, pemanenan TBS harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi. Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengangkutan TBS. Sistem yang dianggap cukup efektif adalah dengan memasukkan TBS secara langsung kedalam keranjang buah. Dengan cara tersebut akan lebih mengefisiensikan waktu yang digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, penumpukan buah sawit yang terlalu lama. Dengan Universitas Sumatera Utara demikian, pembentukan ALB selama pemetikan, pengumpulan, penimbunan, dan pengangkutan buah dapat dikurangi. Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahantetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan suhu 90 °C. Sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan untuk ALB ditetapkan sebesar 5. Yan Fauzi,2008 2.3.2. Kadar Air Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengering. Kadar air yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tergantung pada efektivitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah yang terlalu matang akan mengandung air yang lebih banyak. Untuk itu perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna Air dalam minyak kelapa sawit hanya dalam sejumlah kecil, hal ini terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta pengaruh penimbunan. Pada proses hidrolisa minyak dipabrik digunakan adanya air, jika air yang terbentuk pada proses ini besar maka akan menyebabkan kenaikan asam lemak bebas pada minyak sawit. Kadar asam lemak bebas dan air yang tinggi akan menyebabkan Universitas Sumatera Utara kerusakan minyak yang berupa bau tengik pada minyak tersebut. Agar minyak yang dihasilkan memiliki mutu yang baik maka kadar air dan asam lemak bebas pada minyak harus seminimal mungkin. Minyak kelapa sawit yang yang mempunyai kadar air yang sangat besar 0,15 akan memberikan kerugian mutu minyak, dimana ada tingkat kadar air yang deminian kecil akan memudahkan terjadinya proses oksidasi dari minyak itu sendiri. Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen diudara baik pada suhu kamar dan selama proses pengolahan rasa bau yang tidak enak ketengikan. Akibatnya mutu minyak menjadi turun. 2.3.3. Kadar kotoran Pada ummnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi. Dengan proses tersebut, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring. Akan tetapi kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang- layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Padahal, alat sentrifufgasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip kerja yang berdasarkan perbedaan berat jenis. Walaupun bahan baku minyak sawit selalu dibersihkan sebelum digunakan pada industri-industri yang bersangkutan, namun banyak yang beranggapan dan menuntut bahwa kebersihan serta kemurnian minyak sawit merupakan tanggung jawab sepenuhnya pihak produsen. Universitas Sumatera Utara Meskipun kadar ALB dalam minyak kcil, tetapi hal itu belum menjamin mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara membuang kotoran dan zat menguap. Hal ini dilakukan dengan peralatan pemurnian yang modern. Dari hasil pengempaan, minyak sawit kasar dipompa dan dialirkan kedalam tangki pemisah melalui pipa. Kurang lebih 30 menit kemudian, minyak sawit kasar telah dapat dijernihkan dan menghasilkan sekitar 80 minyak jernih. Hasil endapan berupa minyak kasar kosong yang dikeluarkan dari tangki pemisah sama air panas yang bersuhu 95 °C dengan perbandingan 1 : 1, diolah pada sludge centrifuge. Sedangkan minyak yang jernih diolah pada purifier centrifuge. Dari hasil pengolahan didapat minyak sawit bersih dengan kadar zat menguap sebesar 0,3 dan kadar kotoran 0,0005. Dalam kondisi diatas, minyak sawit sudah dianggap mempunyai daya tahan yang mantap. Akan tetapi, untuk lebih meyakinkan dan mencegah terjadinya proses hidrolisa, perlu dilakukan pengeringan pada kondisi fisik hampa sehingga minyak sawit tersebut hanya mengandung kadar zat menguap sebesar 0,1. Tim Penulis PS,1997 Universitas Sumatera Utara BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1. Metodologi