a Indeks BBU
− BB normal
≥-2 SD sd ≤ 2 SD −
Kurang ≥-3 SD s.d -2 SD
− Sangat Kurang - 3 SD
b Indeks TBU
− Sangat Tinggi 3 SD
− Normal
≥
-2 SD sd ≤ 3
− Pendek
≥
-3 SD sd -2 SD −
Sangat Pendek -3 SD c
Indeks IMTU −
Sangat Gemuk 3 SD −
Gemuk 2 SD sd ≤ 3 SD
− Normal
≥-2 SD sd ≤ 2 SD −
Kurus -2 sd ≥ -3 SD
− Sangat Kurus - 3 SD
Pengukuran skor simpangan baku Z-skor dapat diperoleh dengan mengurangi nilai individual subjek dengan nilai median baku rujukan pada umur
yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan nilai simpangan baku rujukan, atau dengan rumus perhitungan Z-skor :
2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor-faktor yang menyebabkan kurang gizi telah di perkenalkan UNICEF dan telah digunakan secara internasional. Secara umum faktor yang mempengaruhi
status gizi dibagi manjadi dua bagian, yang pertama penyebab langsung yaitu faktor jukan
nganBakuru NilaiSimpa
an nBakuRujuk
NilaiMedia iduSubjek
NilaiIndiv skor
Z −
= −
Universitas Sumatera Utara
konsumsi dan faktor penyakit infeksi yang mungkin di derita olah si anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena
penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak
cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang panyakit. Kenyataannya baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama mrerupakan
penyebab kurang gizi. Suharjo, 2000 Kedua, penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola
pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memanuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap
anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental,dan sosial, pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana
pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga. Suharjo, 2000 Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan,
dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik
pola pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan
pangan, harga pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Faktor ekonomi merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kualitas dan kuantitas pangan di keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas, besar
kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanan sejumlah yang dibutuhkan oleh tubuh. Setidaknya keanekaragaman kurang bisa dijamin, karena dengan ekonomi
terbatas tidak banyak pilihan. Suhardjo, 2000 Penelitian menunjukkan bahwa tingkatan ekonomi mempunyai hubungan
yang erat dengan perubahan dan perbaikan konsumsi makanan. Keberadaan makanan akan berpengaruh terhadap gizi seseorang, tetapi dengan tingakat pendapatan yang
tinggi belum tentu dapat menjamin keadaan gizi yang baik. Rendahnya tingkat pendapatan merupakan salah satu sebab rendahnya konsumsi pangan dan status gizi.
Khumaidi, 1994 Rendahnya pendapatan menyebabkan keluarga tidak mampu membeli pangan
dalam jumlah yang diperlukan. Ada pula keluarga yang sebenarnya mempunyai penghasilan cukup akan tetapi sebagian anaknya kurang gizi, hal ini di karenakan
cara mengatur belanja keluarga yang kurang baik. Ada juga keluarga yang mampu membeli bahan pangan dalam jumlah yang cukup tetapi kurang pandai memilih jenis
pangan yang dibeli, berakibat kurangnya mutu dan keanekaragaman makanan. Sajogyo, dkk, 1994
Universitas Sumatera Utara
2.9. Kerangka Konsep Penelitian