kecukupan yang dianjurkan. Di dalam mengkonsumsi makanan jika terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi makanan yang masuk dengan penggunaan zat
gizi yang dikeluarkan akan terjadi gangguan pada tubuh seperti tubuh menjadi lesu, lemah dan tidak bergairah.
2.5. Defenisi Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh sebagai zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh Supariasa, dkk,
2002. Sedangkan menurut Almatsier 2003 status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi adalah tanda-tanda
atau penampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan gizi disatu pihak dan pengeluaran oleh organisme di pihak lain.
Status gizi ditentukan oleh dua hal yaitu terpenuhinya semua zat-zat gizi yag diperlukan tubuh dari makanan dan peranan faktor-faktor yang menentukan besarnya
kebutuhan, penyerapan, dan penggunaan zat-zat gizi. Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya. Ada 3 fungsi utama zat giz,i yaitu
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses- proses kehidupan. Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh beberapa hal yaitu
tingkat metabolisme, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik, perbedaaan daya serap dan penghancuran zat gizi tersebut dalam tubuh.
2.6. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dipakai sebagai landasan untuk pengembangan program masyarakat dan nasional dalam membantu mengatasi masalah kurang gizi,
Universitas Sumatera Utara
menyediakan jumlahdan jenis pangan yang diperlukan, dan umumnya mendukung kesehatan penduduk. Untuk menentukan atau menaksir status gizi sesorang, suatu
kelompok penduduk atau suatu masyarakat dilakukan pengukuran-pengukuran untuk menilai berbagai tingkatan kurang gizi yang ada..
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan melalui 2 cara yaitu : penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan melalui penilaian secara, antropometri,
klinis, fisik, dan biokimia. Pengukuran status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui penilaian secara survey konsumsi, data statistik vital, dan faktor
ekologi. Supariasa, 2001
2.6.1. Pengukuran Antropometri
Penilaian status gizi dalam penelitian ini menggunakan cara antropometri, jadi hanya akan dibahas lebih luas mengenai antropometri. Penilaian status gizi secara
antropometri adalah pengukuran status gizi secara langsung yang sering digunakan dalam masyarakat dengan menggunakan dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi Supariasa, dkk, 2001. Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk menilai status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi
yang penting untuk pertumbuhan tubuh. Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi dan komposisi
tubuh. Beberapa pengukuran antropometri utama yang digunakan anatara lain adalah tinggi badan TB, berat badan BB, lingkar lengan dengan komponen lemak bawah
Universitas Sumatera Utara
kulit dan otot tulang dan lipatan lemak bawah kulit. Penilaian status gizi dengan menggunakan antropometri memiliki kelebihan dan keterbatasan. Beberapa kelebihan
dari antropometri adalah : 1.
Relatif Murah 2.
Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar 3.
Objektif 4.
Gradable, dapat dirangking apakah ringan, sedang atau berat 5.
Tidak menimbulkan rasa sakit pada responden. Beberapa keterbatasan dari pengukuran antropometri adalah :
1. Membutuhkan data referensi yang relevan
2. Kesalahan yang muncul seperti pada peralatan belum dikalibrasi, kesalahan
observer pengukuran, pembacaan, pencatatan 3.
Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi,karena kurang energi protein, tidak dapat memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi
mikro.
2.6.2. Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penelitian status gizi. Parametere ini adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Kombinasi dari beberapa parameter disebut
indeks antropometri. Beberapa Indeks antropometri yang sering digunakan yaitu : berat badan menurut umur BBU, tinggi badan menurut umur TBU, dan berat
Universitas Sumatera Utara
badan menurut tinggi badan BBTB. BBU bermanfaat untuk memberikan gambaran status gizi seseorang pada saat ini, TBU memberikan gambaran status gizi
masa lalu, BBTB merupakan indikator yang baik menilai status gizi saat ini. Penilaian antropometri terutama bagi siswa sekolah dasar yang sering digunakan
adalah indeks BBTB dan TBU, sedangkan untuk indeks BBU lebih sesuai untuk BALITA. Perbedaaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran
prevalensi status gizi yang berbeda. Supariasa, dkk, 2001
2.6.3. Indeks Berat Badan Menurut Umur BBU
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang di konsumsi Supariasa, 2001. Berat badan
adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti perkembangan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan,
yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan
sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
current nutritional status. Gibson, 2005
Universitas Sumatera Utara
Indeks BBU mempunyai beberapa kelebihan anatara lain : lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut
atau kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan- perubahan keci, serta dapat mendeteksi kegemukan. Adapun kekurangan indeks
BBU, antara lain: −
Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites
− Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering
ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik −
Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia 5 tahun
− Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau
gerakan anak pada saat penimbangan −
Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Misalnya orang tua tidak mau menimbang anaknya,
Karena dianggap barang dagangan, dan sebagainya.
2.6.4. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur TBU
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Tinggi badan tumbuh seiring dengan pertumbuhan umur pada
keadaan normal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.
Indeks TBU disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi. Keuntungan dari indeks TBU,
antara lain : baik untuk menilai status gizi masa lampau, ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa, sedangkan kelemahan dari indeks TBU adalah
tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga di perlukan dua orang untuk
melakukannya, ketepatan umur sulit di dapat. Supariasa, 2001
.2.6.5. Indeks Massa Tubuh Menurut IMTU
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang
sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran
antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan Supariasa, dkk., 2001.
Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri ukuran-ukuran tubuh digunakan
secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua
dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh
Universitas Sumatera Utara
mencakup komponen lemak tubuh fat mass dan bukan lemak tubuh non-fat mass Riyadi, 2004.
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur IMTU anak
sekolah. Rumus IMT
2.7. Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi status gizi harus didasarkan atas ukuran baku standar reference dan terdapat batasan-batasan yang disebut ambang batas. Untuk menentukan
klasifikasi status gizi digunakan Z-skor standar deviasi. Dalam hal ini standar deviasi untuk Z-skor digunakan untuk meneliti dan memantau pertumbuhan.
Standar deviasi unit ini digunakan untuk mengetahui klasifikasi status gizi seseorang berdasarkan kriteria yang ditetapkan, antara lain berat badan, umur dan tinggi badan.
Status gizi diklasifikasikan berdasarkan standar atau ukuran baku. Baku antropometri yang digunakan adalah baku WHO 2007 yang telah di perkenalkan di
Indonesia oleh WHO melalui Persatuan Ahli Gizi Indonesia PERSAGI pada tahun 2009. Pemakaian standar ini didasarkan pada studi di 6 negara di dunia yaitu Brazil,
Ghana, Norwey, Oman, USA dan India. Standar antropometri WHO 2007 lebih dapat menggambarkan status gizi anak-anak dan remaja di dunia. Klasifikasi status gizi
anak dan remaja menurut WHO 2007 adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a Indeks BBU
− BB normal
≥-2 SD sd ≤ 2 SD −
Kurang ≥-3 SD s.d -2 SD
− Sangat Kurang - 3 SD
b Indeks TBU
− Sangat Tinggi 3 SD
− Normal
≥
-2 SD sd ≤ 3
− Pendek
≥
-3 SD sd -2 SD −
Sangat Pendek -3 SD c
Indeks IMTU −
Sangat Gemuk 3 SD −
Gemuk 2 SD sd ≤ 3 SD
− Normal
≥-2 SD sd ≤ 2 SD −
Kurus -2 sd ≥ -3 SD
− Sangat Kurus - 3 SD
Pengukuran skor simpangan baku Z-skor dapat diperoleh dengan mengurangi nilai individual subjek dengan nilai median baku rujukan pada umur
yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan nilai simpangan baku rujukan, atau dengan rumus perhitungan Z-skor :
2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi