Moluska lebih banyak dibandingkan dua filum lainnya, hal ini sama dengan beberapa penelitian sebelumnya. Menurut Simanjuntak 2010, filum Moluska yang diperoleh
dari Perairan Pulau Sembilan adalah 15 genus dari 19 genus makrozoobentos yang diperoleh. Tobing 2009 menyatakan bahwa hasil penelitiannya tentang
keanekaragaman makrozoobentos di Serang, Banten mendapatkan Moluska sebanyak 13 genus dari 22 genus makrozoobentos yang didapatkan. Menurut Susanna 1998,
Moluska memiliki indeks penyebaran terbesar sehingga dapat dikatakan bahwa Moluska hidup pada berbagai daerah. Moluska memiliki pola sebaran jenis
mengelompok diduga berkaitan dengan kondisi lingkungan, ketersediaan makanan dan tipe substrat. Banyakanya genus dari kelas Gastropoda yang didapatkan di lokasi
penelitian menunjukkan bahwa kondisi fisik-kimia perairan dapat mendukung kehidupannya seperti kandungan substrat organik. Menurut Handayani et al., 2000
dalam Tiorinse 2009, hlm: 62, Gastropoda merupakan organisme yang mempunyai kisaran penyebaran yang luas di substrat berbatu, berpasir maupun berlumpur tetapi
organisme ini cenderung menyukai substrat dasar pasir dan sedikit berlumpur. Menurut Hutchinson 1993, hlm: 130, Gastropoda merupakan hewan yang dapat
hidup dan berkembangbiak dengan baik pada berbagai jenis substrat yang memiliki ketersediaan makanan dan kehidupannya selalu dipengaruhi oleh kondisi fisik kimia
perairan.
3.1.1 Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK Makrozoobentos
Berdasarkan jumlah makrozoobentos yang diperoleh pada setiap lokasi penelitian Lampiran G maka didapatkan nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, dan
frekuensi kehadiran seperti terlihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Kepadatan Populasi indm
2
, Kepadatan Relatif , dan Frekuensi Kehadiran Makrozoobentos di Setiap Lokasi Penelitian
No Genus
Lokasi I Lokasi II
Lokasi III Lokasi IV
K indm
2
KR FK
K indm
2
KR FK
K indm
2
KR FK
K indm
2
KR FK
1 Anodontoides
- -
- 1,48
3,70 13,33
1,48 1,32
13,33 -
- -
2 Boyeria
1,48 4,35
13,33 0,74
1,85 6,66
- -
- -
- -
3 Copelatus
2,22 6,53
20 -
- -
- -
- -
- -
4 Cyrnellus
- -
- -
- -
87,40 78,16
86,66 -
- -
5 Enalagma
0,74 2,17
6,66 0,74
1,85 6,66
- -
- 6
Fusconaia 12,50
36,80 86,60
3,70 9,25
33,33 7,40
6,61 40
3,70 3,81
33,33 7
Gomphus 1,48
4,35 13,33
0,74 1,85
6,66 -
- -
8 Goniobasis
4,44 13
40 2,96
7,40 26,6
3,70 3,30
33,33 -
- -
9 Gyraulus
8,14 23,96
53,33 0,74
1,85 6,66
- -
- -
- -
10 Hellobdella
1,48 4,35
13,33 -
- -
- -
- 0,73
0,76 6,66
11 Hydrobia
- -
- 2,22
5,55 20
3,70 3,30
33,33 4,44
4,57 20
12 Limnodrillus
0,74 2,17
6,66 -
- -
- -
- 13
Melanoides -
- -
5,92 14,81
40 2,22
1,98 13,33
61,48 63,33
86,66 14
Ophiogomphus 0,74
2,17 6,66
- -
- -
- -
- -
- 15
Palaemonetes -
- -
- -
- -
- -
11,85 12,22
40 16
Pila -
- -
- -
- -
- -
3,70 3,81
6,66 17
Pomatiopsis -
- -
2,22 5,55
13,33 1,48
1,32 13,33
- -
- 18
Thiara -
- -
2,22 5,55
20 2,96
2,64 20
5,18 5,33
26,66 19
Tryonia -
- -
16,25 40,70
93,33 1,48
1,32 13,33
- -
- 20
Viviparus -
- -
- -
- -
- -
1,48 1,52
13,33 Total
33,96 99,85
259,9 39,93
99,91 286,56
111,82 99,95
266,64 92,57
95,35 233,3
Keterangan :
Lokasi I : Daerah bebas aktivitas
Lokasi II : Daerah pembuangan pabrik es
Lokasi III : Daerah pembuangan pabrik rokok
Lokasi IV : Daerah pertanian
Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa nilai kepadatan total makrozoobentos yang diperoleh semakin ke hilir semakin tinggi sedangkan keanekaragaman
makrozoobentos semakin rendah. Lokasi I memiliki nilai kepadatan total 33,96 indm
2
dengan jumlah genus 10, lokasi II memiliki nilai kepadatan total 39,93 indm
2
dengan jumlah genus 12, lokasi III memiliki nilai kepadatan total 111,82 indm
2
dengan jumlah genus sembilan, dan lokasi IV memiliki nilai kepadatan 92,57 indm
2
dengan jumlah genus delapan. Hal ini disebabkan lokasi I dan II memiliki ekosistem yang
cenderung stabil sehingga ditemukan keanekaragaman makrozoobentos yang lebih banyak dengan jumlah populasi merata sedangkan lokasi III dan IV memiliki
ekosistem yang cenderung tidak stabil sehingga ditemukan keanekaragaman makrozoobentos yang sedikit dan beberapa genus dijumpai dalam jumlah populasi
yang sangat banyak atau mendominasi karena memiliki daya toleransi yang tinggi
terhadap perubahan faktor fisik kimia perairan seperti genus Cyrnellus pada lokasi III dan Melanoides pada lokasi IV. Nilai kepadatan populasi akan mempengaruhi nilai
kepadatan total populasi makrozoobentos pada setiap lokasi. Keanekaragaman makrozoobentos menurun seiring dengan perubahan variabel abiotik yang meliputi
penurunan pH air, DO, kejenuhan oksigen dan intensitas cahaya serta peningkatan BOD
5
dan COD.
Darmono 2001, hlm: 7 mengatakan bahwa suatu spesies organisme tidak dapat hidup tersebar di mana-mana, karena spesies tersebut mempunyai batas toleransi
tertentu terhadap suatu variasi kondisi fisik kimia tertentu. Pada setiap individu hewan dalam satu populasi dapat terjadi perbedaan toleransi karena adanya perbedaan
genetik, umur, dan status kesehatan. Misalnya, perbedaan daya tahan terhadap panas atau toksik kimiawi satu individu akan berbeda dengan lainnya dalam suatu
ekosistem. Pada suatu kondisi optimum dari faktor abiotik, terdapat sejumlah organisme yang dapat hidup secara normal. Sedikit di bawah atau di atas batas
optimum juga masih ditemukan organisme yang mampu hidup normal walaupun dalam jumlah yang sedikit. Keberadaan atau banyaknya populasi dan distribusi dari
suatu spesies organisme dalam suatu ekosistem bergantung pada daya toleransi spesies tersebut terhadap satu atau beberapa faktor kondisi fisik ataupun kimiawi dalam
ekosistem tersebut. Perubahan faktor abiotik yang melampaui ambang batas toleransi dari komponen biotik dapat mengakibatkan musnahnya suatu spesies biotik yang
hidup dalam lingkungan bersangkutan. Suatu faktor kimia berpengaruh terhadap perubahan faktor fisik dalam ekosistem, begitu juga sebaliknya.
Genus Fusconaia dari kelas Bivalvia memiliki nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, dan frekuensi kehadiran tertinggi pada lokasi I sebesar 12,5 indm
2
, 36,80 , dan 86,60 . Hal ini karena substrat dasar lokasi I berupa batu-batu besar
dan pasir sehingga mendukung pertumbuhan populasi Fusconaia. Menurut Hutchinson 1993, hlm: 131 genus Fusconaia melimpah pada perairan dengan
substrat dasar pasir. Suriani 2008, hlm: 11 mengatakan bahwa keragaman dan kerapatan Fusconaia paling tinggi pada daerah tanpa pemukiman dan lebih rendah
pada daerah pemukiman penduduk. Daerah-daerah yang berpenduduk memiliki daya pencemar yang berlebih sehingga terjadi penurunan jumlah jenis Fusconaia.
Genus Enalagma, Limnodrillus, dan Ophiogomphus memiliki nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, dan frekuensi kehadiran terendah pada lokasi I sebesar
0,74 indm
2
, 2,17 , dan 6,66 . Hal ini disebabkan jumlah yang didapatkan dari lokasi ini sedikit. Kondisi fisik perairan khususnya substrat yang berupa batu-batu
besar dan pasir tidak mendukung pertumbuhan genus-genus tersebut. Kecepatan arus yang cukup tinggi yakni 1,5 ms Tabel 3.5 juga menghambat pertumbuhan genus-
genus tersebut.
Genus Limnodrillus hanya ditemukan pada lokasi I disebabkan pada tepi sungai terdapat bangkai ikan yang sudah membusuk. Limnodrillus menguraikan
bangkai tersebut untuk memperoleh zat-zat organik sebagai nutrisinya. Wargadinata 1995, hlm: 34 menjelaskan bahwa kelas Tubificidae khususnya dari genus
Limnodrillus mempunyai habitat di dasar perairan dengan substrat lumpur dan banyak mengandung bahan-bahan organik. Kelas Tubificidae merupakan organisme dasar
perairan yang bersifat detritus feeder yakni menguraikan bahan-bahan organik yang disuplai oleh lingkungannya. Hasil penguaraian bahan-bahan organik tersebut akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Menurut Budiman 1984 dalam Heryanto 2008, kelas insekta lebih menyukai kondisi lingkungan yang bersih dan belum tercemar untuk proses
perkembangannya, khususnya insekta akuatik. Enalagma dan Ophiogomphus yang termasuk dalam ordo Odonata dragonflies merupakan insekta hemimetabola. Larva
hidup di air dan perilakunya sangat berbeda dengan hewan dewasa. Bentuk dewasa terbang dan terlihat jelas, seringkali dengan warna-warna terang, dan lebih aktif
dibandingkan kebanyakan insekta air yang hidup di darat teresterial. Kondisi ini sebenarnya dipengaruhi banyak hal diantaranya keadaan air, besar kecilnya arus air,
dan faktor-faktor ekologi lain Ward, 1992.
Genus Tryonia memiliki nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, dan frekuensi kehadiran tertinggi pada lokasi II sebesar 16,25 indm
2
, 40,70 , dan 93,33 . Hal ini karena kondisi lingkungan perairan yang sesuai untuk pertumbuhan
Tryonia yaitu substrat berupa lumpur berpasir dengan kandungan organik 3,274
Tabel 3.5. Tugiyono 2007, hlm: 573 menjelaskan bahwa kelas Gastropoda pada genus Tryonia populasinya melimpah pada lokasi yang memiliki kandungan organik
yang tinggi sebagai nutrisi bagi genus tersebut. Menurut Koesbiono 1979, hlm: 27 kadar organik adalah suatu hal yang sangat berpengaruh pada kehidupan
makrozoobentos. Tingginya kadar organik pada suatu perairan umumnya akan mengakibatkan jumlah populasi hewan bentos sebagai organisme dasar meningkat.
Genus Boyeria, Enalagma, Gomphus, dan Gyraulus memiliki nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, dan frekuensi kehadiran terendah pada lokasi II sebesar
0,74 indm
2
, 1,85 , dan 6,66 . Hal ini karena kondisi lingkungan di daerah ini kurang mendukung terhadap kehidupan genus-genus tersebut seperti kandungan
organik substrat yang tinggi yaitu sebesar 3,275 Tabel 3.5 dan didukung oleh faktor persaingan dengan genus-genus lain yang lebih tinggi kepadatannya misalnya
genus Tryonia dan Gyraulus bersaing dalam perebutan makanan dan tempat tinggal. Faktor ini tentu saja dapat menekan jumlah kepadatan makrozoobentos yang tidak
mampu bersaing dengan genus-genus lainnya. Kimbal 1999, hlm: 1038 mengatakan bahwa bila dua atau lebih spesies bergantung pada sumber tertentu dalam
lingkungannya, maka mereka saling bersaing untuk mendapatkan sumber makanan tersebut. Sumber yang paling sering diperebutkan adalah makanan, tetapi dapat pula
hal-hal seperti tempat berlindung, tempat bersarang, sumber air dan tempat yang disinari matahari atau biasa disebut niche.
Genus Cyrnellus memiliki nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, dan frekuensi kehadiran tertinggi pada lokasi III sebesar 87,40 indm
2
, 78,16 , dan 86,66 . Hal ini disebabkan kondisi fisik kimia lokasi III mendukung pertumbuhan
Cyrnellus. Pada lokasi III terdapat substrat seperti batu-batu besar yang permukaannya yang ditumbuhi oleh lumut yang merupakan habitat genus ini. Kandungan substrat
organik yang tinggi sebesar 1,146 Tabel 3.5 juga mendukung kehidupan genus ini sehingga populasinya sangat melimpah pada lokasi III.
Menurut Mahida 1986 dalam Lestari 2008, beberapa jenis larva insekta akuatik membutuhkan nutrisi yang tinggi sebagai pendukung pertumbuhannya. Larva
insekta akuatik seperti Cyrnellus yang memiliki habitat menempel pada tumbuhan air,
lumut, atau pada lubang-lubang batu yang berada pada dasar perairan. Larva Cyrnellus membutuhkan senyawa-senyawa organik sebagai nutrisi yang mendukung
perubahannya menjadi insekta dewasa berlangsung dengan baik. Genus Anodontoides, Pomatiopsis, dan Tryonia memiliki nilai kepadatan
populasi, kepadatan relatif, dan frekuensi kehadiran terendah pada lokasi III sebesar 1,48 indm
2
, 1,32 , dan 13,33 . Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang tidak mendukung kehidupan genus-genus tersebut. Kecepatan arus yang tinggi yakni 2 ms
dan nilai BOD
5
sebesar 0,9 mgl Tabel 3.5 tidak mendukung pertumbuhan genus- genus tersebut.
Menurut Michael 1994, hlm: 168, organisme air yang mempunyai toleransi luas terhadap arus yang tinggi akan melimpah jumlahnya sedangkan yang tidak
toleran akan sedikit jumlahnya. Anodontoides, Pomatiopsis, dan Tryonia termasuk dalam Filum Moluska yang cenderung menyukai perairan dengan arus yang relatif
tenang karena mendukung pergerakannya dan substrat dasar berupa pasir.
Genus Melanoides memiliki nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, dan frekuensi kehadiran tertinggi pada lokasi IV sebesar 61,48 indm
2
, 63,33 , dan 86,66 . Temperatur sebesar 28
o
C Tabel 3.5 mendukung pertumbuhan genus ini. Menurut Hartoto 1986: hlm: 156, genus Melanoides dapat bertahan hidup dan bertumbuh
dengan maksimal pada perairan dengan suhu sekitar 28 – 29
o
C dan relatif menyukai substrat berupa pasir dan batu-batu. Secara umum Melanoides mempunyai toleransi
yang baik terhadap kekeringan dan mampu bertahan pada perairan dengan pH di bawah 7,5.
Genus Hellobdella memiliki nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, dan frekuensi kehadiran terendah pada lokasi IV sebesar 0,73 indm
2
, 0,76 , dan 6,66 . Substrat lokasi IV yang berupa pasir tidak mendukung kehidupan genus ini.
Wargadinata 1995, hlm: 311 menjelaskan bahwa kelas hirudinea khususnya genus Hellobdella mempunyai habitat di perairan yang berbatu-batu dan mempunyai
vegetasi yang banyak sebagai tempat menempel.
Ada beberapa genus makrozoobentos yang terdapat hanya pada satu lokasi misalnya Copelatus, Limnodrillus, dan Ophiogomphus pada lokasi I, Cyrnellus pada
lokasi III, Palaemonetes, Pila, dan Viviparus pada lokasi IV. Hal ini disebabkan kisaran toleransi genus tersebut sangat sempit terhadap kondisi fisik kimia perairan
sehingga hanya dapat hidup pada habitat tertentu yang mendukung kehidupannya.
Desmukh 1992, hlm: 246 menyatakan bahwa dalam komunitas alami biasanya ada beberapa jenis yang melimpah dan banyak jenis yang jarang. Suin 2002,
hlm: 136 menyatakan bahwa daya dukung lingkungan turut menentukan laju populasi. McNaughton 1990, hlm: 64 menjelaskan bahwa kepadatan populasi yang
mantap Steady State Density umunya disebut daya dukung Carrying Capacity lingkungan, secara langsung sebanding dengan jumlah sumber-sumber alam yang
tersedia.
3.1.2 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E