pH Dissolved Oksigen DO Biochemical Oxygen Demand BOD

besar. Brower et al., 1990, hlm : 594 mengatakan bahwa kondisi temperatur perairan dipengaruhi oleh kondisi atmosfir yang mengontrol iklim, musim, dan perubahan cuaca serta keadaan intensitas cahaya matahari pada permukaan air serta faktor kanopi di sekitar perairan. Kisaran temperatur yang optimal untuk pertumbuhan bentos antara 20 o C – 30 o C.

3.2.2 Penetrasi Cahaya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data penetrasi cahaya pada setiap lokasi tidak jauh berbeda yakni berkisar antara 30 – 43 cm. Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penetrasi cahaya pada suatu perairan. Sastrawijaya 1991, hlm: 99 menjelaskan bahwa cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan jika konsentrasi bahan tersuspensi atau terlarut tinggi, akibatnya akan mempengaruhi proses fotosintesis di dalam air dan demikian pula sebaliknya. Bahan organik seperti ganggang, fitoplankton, zooplankton, dan sampah organik lainnya makin tertimbun pada permukaan air. Akibatnya kejernihan air menurun dan menjadi keruh, mula-mula perlahan kemudian relatif makin cepat. Hal ini berarti sinar matahari tidak dapat lagi menembus ke dalam air seperti semula, sehingga proses fotosintetis dalam perairan itu makin lama makin terbatas di sekitar permukaan air saja. Dengan meningkatnya jumlah total kegaitan biologi dalam perairan per unit waktu dan volume air tertentu, produksi sampah organik pun meningkat pula. Sampah ini mula-mula terapung tetapi kemudian tenggelam ke dasar perairan. Ditambah dengan pemasukan bahan dari luar, lama-lama kelamaan danau semakin dangkal oleh penegndapan bahan. Apabila kecepatan aktivitas biologi begitu tinggi dan konsentrasi organisme hidup begitu besar, produksi bahan organik menjadi cukup besar dan airnya pun menjadi sangat keruh. Akibatnya sinar matahari paling dalam hanya dapat menembus air sedalam 1 – 3 meter saja Soeriaatmadja, 1989, hlm: 66.

3.2.3 pH

Berdasarkan Tabel 3.5 dapat dilihat bahwa pH air pada setiap lokasi berkisar 7,4 – 7,8. Nilai pH yang diperoleh dari keempat lokasi penelitian menunjukkan bahwa daerah tersebut masih dapat mendukung kehidupan makrozoobentos. Menurut Barus 2004, hlm: 61, nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umunya terdapat 7 – 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.

3.2.4 Dissolved Oksigen DO

Nilai oksigen terlarut pada lokasi penelitian berkisar 6,1 – 7,3 mgl. Lokasi I memiliki nilai oksigen tertinggi sebesar 7,3 mgl dan lokasi IV memiliki nilai oksigen terlarut terendah sebesar 6,1 mgl. Nilai oksigen terlarut yang tinggi pada lokasi I berkaitan dengan dengan rendahnya temperatur demikian juga sebaliknya pada lokasi IV. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sastrawijaya 1991, hlm: 99 bahwa temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen. Jika suhu naik maka oksigen di dalam air akan menurun. Kehidupan organisme perairan dapat bertahan jika oksigen terlarut sebanyak 5 mgl dan tergantung pada daya tahan organisme tersebut.

3.2.5 Biochemical Oxygen Demand BOD

5 Nilai BOD 5 yang didapat pada keempat lokasi penelitian berkisar antara 0,3 – 1,1 mgl. Lokasi IV memiliki nilai BOD 5 tertinggi sebesar 1,1 mgl dan lokasi I memiliki nilai BOD 5 sebesar 0,3 mgl. Adanya perbedaan nilai BOD 5 di setiap lokasi penelitian disebabkan oleh perbedaan jumlah bahan organik yang terkandung di perairan tersebut yang berhubungan dengan defisit oksigen. Tingginya nilai BOD 5 pada lokasi IV disebabkan banyaknya bahan-bahan organik yang terkandung di lokasi tersebut. Bahan-bahan organik tersebut berasal dari lahan pertanian yang banyak menyumbangkan limbah yang mengandung unsur organik pupuk ke badan perairan. Menurut Wardhana 2004, hlm: 91, bahan buangan limbah organik biasanya berasal dari bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran manusia, kotoran hewan, dan lain sebagainya. Menurut Brower et al., 1990, hlm: 52, nilai konsentrasi BOD rendah menunjukkan kualitas suatu perairan masih baik, diaman apabila komsumsi O 2 selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mgl O 2 maka perairan tersebut tergolong baik. Sebaliknya apabila komsumsi O 2 berkisar antara 10 – 20 mgl menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi. Selanjutnya Wardhana 2004, hlm: 93 menyatakan bahwa peristiwa penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.

3.2.6 Chemical Oxygen Demand COD