UMK Upah Minimum KabupatenKota
produktivitas pekerja, c mengembangkan dan meningkatkan perusahaan dengan cara-cara produksi yang lebih efisien Sumarsono,2003.
Secara sederhana upah minimum mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap penawaran dan permintaan tenaga kerja, adanya perubahan upah akan mempengaruhi besar
kecilnya penawaran tenaga kerja, sesuai dengan hukum penawaran bahwa tingkat upah yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Jika tingkat
upah relatif rendah maka jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan menjadi sedikit
.
Berdasarkan pendapat dari Simanjuntak,1985, terdapat beberapa permasalahan dalam sistem pengupahan, antara lain :
1. Perbedaan persepsi antara pengusaha dan pekerja Dalam hal ini pengusaha atau pemberi kerja dan pekerja pada umumnya memiliki
perbedaan persepsi dan kepentingan dalam hal upah. Bagi pengusaha, upah dianggap sebagai beban, dimana semakin besar upah yang diberikan kepada pekerja maka akan
semakin kecil keuntungan yang didapat oleh pengusaha, selain itu upah tidak hanya dalam bentuk uang tunai, tetapi juga segala sesuatu yang diberikan pengusaha kepada
pekerjanya, seperti tunjangan beras, transportasi, kesehatan, konsumsi yang diberikan ketika pekerja sedang melaksanakan tugas, tunjangan saat libur, cuti dan sakit,
fasilitas rekreasi dan fasilitas lain sebagainya atau bisa disebut dengan natura dan fringe benefits. Sedangkan pekerja menganggap bahwa upah merupakan imbalan yang
diberikan pengusaha kepada pekerja hanya dalam bentuk uang take-home pay. 2. Keanekaragaman sistem pengupahan
Besarnya proporsi upah dalam bentuk natura dan fringe benefits pada tiap-tiap perusahaan tidak sama, sehingga hal ini menyebabkan seringnya terjadi kesulitan
dalam perumusan kebijakan nasional, misalnya seperti dalam penentuan pajak pendapatan, upah minimum, upah lembur dan lain sebagainya
.
3. Rendahnya tingkat upah Pada saat ini, masih banyak terdapat karyawan yang memiliki penghasilan rendah,
bahkan lebih rendah dari kebutuhan fisik minimumnya, sehinga pekerja tidak dapat memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya.
Upah minimum dapat berubah tiap tahunnya, bergantung pada situasi dan kondisi perekonomian nasional dan daerah yang bersangkutan. Prosentasi kenaikan upah minimum
berbeda-beda tiap daerah dengan melihat aspek : kebutuhan hidup minimal, indeks harga konsumen, kemampuan perkembangan dan kelangsungan perusahaan, upah pada
umumnyanyang berlaku di daerah tertentu dan antar daerah, serta kondisi pasar kerja pada tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan perkapita. Berikut upah minimum yang
menggambarkan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 hingga 2014 :
Grafik 4.4
Grafik Upah Minimum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2014
Sumber : BPS Prov. Jawa Tengah
Grafik 4.4 menunjukkan bahwa sampai tahun 2014 tingkat upah minimum di
Provinsi Jawa Tengah terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Pada tahun 2011 tingkat upah minimum sebesar Rp. 675.000 yang naik menjadi Rp. 765.000 pada tahun 2012
dan Rp. 830.000 di tahun 2013. Peningkatan yang paling mencolok atau tertinggi terjadi di tahun 2014 sebesar Rp. 910.000.
675000 765000
830000 910000
2011 2012
2013 2104
Upah Minimum Provinsi
Upah Minimum Provinsi
Teori Solow menjelaskan bahwa petumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga factor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja melalui pertumbuhan
jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan, penambahan modal dan teknologi. Sedangkan salah satu alat untuk mengukur pembangunan kualitas dan kuantitas tenaga kerja adalah
pembangunan manusia. Todaro,2011.