Faktor-faktor Kesuksesan Desentralisasi Pendidikan

Dari 56 studi diterbitkan dari tahun 1990 mencatat bahwa desentralisasi ke tingkat pemerintah yang lebih rendah dalam beberapa kasus dapat meningkat pelayanan tetapi dalam kasus lain pelayanan memburuk. Demikian pula, di survei komprehensif dari 83 studi empiris pada Management Base School mengemukakan bahwa tidak ada bukti dari efek reformasi pada kualitas siswa yang dihasilkan. b. Desentralisasi Pendidikan pada tahun 2000an Sejak tahun 2000-an, sistem telah berkembang menjadi campuran unsur sentralisasi dan desentralisasi. Amandemen ad hoc dan persetujuan yang diberikan telah mengakibatkan inkonsistensi dalam layanan yang telah diserahkan kepada badan-badan lokal di wilayah geografis yang berbeda, dan redundansi antara pemerintah daerah dan sistem dekonsentrasi. Selain itu, alokasi keuangan untuk badan-badan lokal lebih ditentukan oleh keputusan politik daripada transparansi. Kritikus menyoroti isu-isu terkait lingkungan kelembagaan yang miskin, peningkatan kapasitas rendah, korupsi dan partisipasi warga yang lemah. Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut, Kenya Pemerintah Daerah Reformasi Program KLGRP diluncurkan pada tahun 1995 dengan bantuan dari negara donor. Tujuannya adalah untuk merampingkan pengiriman layanan dan meningkatkan sumber daya keuangan yang tersedia untuk pemerintah daerah. Sejak tahun 2000-an, sebanyak 22 dari 34 program telah berhasil dalam memberikan setidaknya beberapa kemandirian finansial kembali ke badan-badan lokal. Namun, masih ada pembatasan tentang bagaimana pemerintah daerah bisa terus meningkatkan sumber dana. Sebuah pendelegasian wewenang untuk daerah pemilihan atau konstituen untuk mengembangkan proyek-proyek lokal untuk penyediaan layanan di bawah anggota parlemen terpilih. Sebuah undang-undang baru pemerintah daerah juga dirancang untuk memperjelas peran badan-badan lokal.

4. Faktor-faktor Kesuksesan Desentralisasi Pendidikan

Desentralisasi pendidikan adalah bentuk reformasi yang populer hampir di semua negara berkembang. Namun bukti yang mengaitkan desentralisasi untuk peningkatan pembelajaran masih terbatas. Hasil evaluasi terhadap negara Argentina, Brasil, Meksiko, Indonesia, dan Filipina menunjukkan bahwa desentralisasi memiliki potensi untuk mengatasi kualitas pendidikan di negara- negara berkembang. 3 Tentu saja, dibutuhkan banyak penelitian empiris yang lanjut terutama penelitian dengan desain yang lebih kuat empiris sehingga didapatkan kesimpulan yang lebih tegas tentang hubungan desentralisasi dan kualitas pendidikan. Penelitian perlu difokuskan pada dua bidang: pertama, bentuk spesifik desentralisasi apa yang dapat bekerja dengan baik dan yang kurang baik; dan kedua, apa prasyarat yang memungkinkan desentralisasi mencapai potensinya dalam meningkatkan pembelajaran. Salah satu faktor penting dari menentukan kualitas pendidikan adalah input. Meskipun konsensus yang berkembang bahwa input saja tidak cukup untuk meningkatkan pembelajaran, tetapi efek dari input pada pembelajaran adalah heterogen. Salah satu input yang paling penting adalah guru. Bukti empiris dari Gambia, El Salvador dan Brasil telah menunjukkan bahwa pelimpahan otoritas atas hal-hal personil dapat memfasilitasi penurunan ketidakhadiran guru. Sebaliknya, penelitian dari negara seperti Meksiko telah menunjukkan bahwa serikat guru dapat memiliki dampak yang signifikan pada isi dan pelaksanaan reformasi. Banyak negara yang telah melakukan desentralisasi pendidikan juga berjuang dengan permasalahan kesenjangan antara perbedaan geografi serta perbedaan latar belakang sosial siswa. Sebagai negara yang memperdalam upaya desentralisasi, diperlukan inisiatif yang dapat mempersempit kesenjangan tersebut sebagai agenda utama tahun 2015. 4

II. PEMBAHASAN