BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 di hilir Sungai Asahan, Kota Tanjung Balai. Sampel diidentifikasi di Laboratorium Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan penentuan titik lokasi pengambilan sampel dengan menggunakan metode “Purposive Sampling” yaitu dengan menentukan 4
stasiun pengambilan sampel. Masing-masing stasiun ditentukan berdasarkan perbedaan aktivitas yang ada di setiap stasiun tersebut.
3.3 Lokasi Penelitian 3.3.1. Stasiun 1
Stasiun ini terletak di Desa Pulau Simardan, Kota Tanjung Balai. Secara geografis terletak pada 02
57’ 35,57” LU dan 99 49’ 24,56” BT. Lokasi ini
merupakan kontrol karena tidak ada aktivitas manusia. Substrat pada lokasi ini berupa lumpur.
Gambar 1. Stasiun 1 Kontrol
Universitas Sumatera Utara
3.3.2. Stasiun 2
Stasiun ini terletak di Desa Esdengki, Kelurahan Kapias Pulau Buaya, Kota Tanjung Balai. Secara geografis terletak pada 02
58’ 20,49” LU dan 99 48’
24,58 ” BT. Aktivitas di lokasi ini adalah pemukiman penduduk dan dimanfaatkan
untuk mandi, cuci, dan kakus. Substrat pada lokasi ini berupa lumpur dan pasir.
Gambar 2. Stasiun 2 Pemukiman Penduduk
3.3.3. Stasiun 3
Stasiun ini terletak di Desa Sei Merbau, Kelurahan Kapias Pulau Buaya, Kota Tanjung Balai. Secara geografis terletak pada 02
59’ 2,98” LU dan 99 48’
23,79 ” BT. Aktivitas di lokasi ini adalah industri kopra. Substrat pada lokasi ini
berupa lumpur.
Gambar 3. Stasiun 3 Industri Kopra
Universitas Sumatera Utara
3.3.4 Stasiun 4
Stasiun penelitian ini terletak di Desa Rintis, Kelurahan Perjuangan, Kota Tanjung Balai. Secara geografis terletak pada 02
59’ 7,40” LU dan 99 48’ 9,04”
BT. Aktivitas di lokasi ini adalah pelelangan ikan. Substrat pada lokasi ini berupa lumpur dan pasir.
Gambar 4. Stasiun 4 Pelelangan ikan
3.4 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah jala, toples kaca, kertas grafik, pH meter, termometer, bola pingpong, stopwatch, keping
sechii, camera digital, pipet tetes, erlenmeyer, jarum suntik, aluminium foil, plastik ukuran 5kg, botol alkohol, bagan kerja DO, GPS, dan buku identifikasi
ikan. Bahan-bahan yang digunakan adalah alkohol 70, MnSO
4
, KOH-KI, H
2
SO
4
, Na
2
S
2
O
3
, dan amilum.
3.5 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel ikan dilakukan bersamaan dengan pengukuran faktor fisik-kimia perairan. Sampel ikan yang diperoleh dimasukkan ke dalam plastik
ukuran 5kg, dilakukan pemotretan terhadap sampel ikan lalu diawetkan dengan alkohol 70 untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium dan diidentifikasi dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Kottelat et al., 1993. Pengambilan ikan dilakukan dengan menggunakan jala dengan luas 7,065m
2
. Cara pengambilan ikan dilakukan dengan menebar jala sebanyak 30 ulangan pada masing- masing
Universitas Sumatera Utara
stasiun. Penebaran jala dilakukan secara acak di setiap lokasi pengambilan sampel.
3.6 Pengukuran Faktor Fisik-Kimia Perairan 3.6.1 Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan alat termometer dengan skala 0-100°C, dimasukkan termometer ke dalam air, biarkan beberapa saat lalu di
baca skala dari termometer tersebut dan di catat hasil yang tertera pada skala termometer.
3.6.2 Kecepatan Arus Sungai
Bola ping pong dimasukkan ke badan sungai bersamaan dengan menghidupkan stopwatch, hingga mencapai jarak 10 meter. Kemudian dimatikan
stopwatch dan dicatat waktunya. Dihitung kecepatan arus sungai dalam satuan mdet.
3.6.3 Penetrasi Cahaya
Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan dengan menggunakan keping Sechii, caranya dengan memasukkan keping Sechii ke dalam perairan sungai,
sampai keping Secii tersebut tidak kelihatan, kemudian diukur panjang talinya.
3.6.4 DO Disolved Oxygen
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan metode Winkler, yaitu dengan memasukkan sampel air ke dalam botol winkler, lalu
ditambahkan masing-masing 1 ml MnSO
4
dan KOH-KI ke dalam botol tersebut dan dihomogenkan. Didiamkan sebentar hingga terbentuk endapan putih,
kemudian ditambahkan 1 ml H
2
SO
4
, dihomogenkan dan didiamkan hingga terbentuk endapan coklat. Sampel diambil 100 ml dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer lalu dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,0125 N hingga berwarna kuning pucat, lalu ditetesi amilum sebanyak 2-3 tetes dan dihomogenkan hingga
terbentuk larutan biru. Kemudian dititrasi menggunakan Na
2
S
2
O
3
0,0125 N hingga terjadi perubahan warna menjadi bening. Dihitung volume Na
2
S
2
O
3
0,0125 N yang terpakai.
Universitas Sumatera Utara
3.6.5 BOD
5
Biochemical Oxygen Demand
Pengukuran BOD
5
dilakukan setelah sampel air yang diambil, diinkubasi selama 5 hari dalam temperatur 20
C, kemudian dengan menggunakan metode Winkler yang memakai reagen-reagen kimia yaitu MnSO
4
, KOH-KI, H
2
SO
4
pekat, Na
2
S
2
O
3
, amilum. Dilakukan dengan memasukkan sampel air ke dalam botol winkler, lalu ditambahkan masing-masing 1 ml MnSO
4
dan KOH-KI ke dalam botol tersebut dan dihomogenkan. Didiamkan sebentar hingga terbentuk
endapan putih, kemudian ditambahkan 1 ml H
2
SO
4
, dihomogenkan dan didiamkan hingga terbentuk endapan coklat. Sampel diambil 100 ml dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,0125 N hingga berwarna kuning pucat, lalu ditetesi amilum sebanyak 2-3 tetes dan
dihomogenkan hingga terbentuk larutan biru. Kemudian dititrasi menggunakan Na
2
S
2
O
3
0,0125 N hingga terjadi perubahan warna menjadi bening. Dihitung volume Na
2
S
2
O
3
0,0125 N yang terpakai. Nilai BOD
5
adalah nilai DO awal dikurang dengan nilai DO akhir.
3.6.6 Kejenuhan Oksigen
Nilai kejenuhan oksigen dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kejenuhan O
2
=
t DO
U DO
x 100 Keterangan:
DO[U] : Nilai konsentrasi oksigen yang diukur mgl DO
[t] : Nilai konsentrasi oksigen pada tabel sesuai besarnya suhu
3.6.7 Nilai pH
Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sebelumnya dikalibrasi dulu pH dengan pH 7, lalu dimasukkan pH meter ke
dalam air, lalu dibaca nilainya dan dicatat hasil yang tertera ada skala pH meter.
Universitas Sumatera Utara
3.6.8. Nitrat dan Pospat
Sampel air diambil dan dimasukkan ke dalam botol alkohol. Lalu diukur kadar nitrat dan pospat di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit
BTKLPP Kelas I Medan.
3.6.9 Kandungan Organik Substrat
Substrat dari masing-masing stasiun diambil dan diukur kadar organik substrat di Laboratorium Instrumen Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.
Tabel 1. Alat dan Satuan Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan
No. Parameter
Satuan Alat
A Parameter Fisika
1. Suhu
C Termometer
2. Kecepatan Arus
mdet Stopwatch
3. Penetrasi Cahaya
m Keping Sechii
4. Kedalaman
m
B Parameter Kimia
5. Oksigen Terlarut DO
mgL Metode Winkler
6. Kejenuhan Oksigen
Tabel DO 7.
Derajat keasaman pH -
pHmeter 8.
BOD
5
mgL Metode Winkler
9. Nitrat NO
3
-N mgL
Spektrofotometer 10.
Pospat PO
4
mgL Spektrofotometer
11. Kadar Organik Substrat
Oven dan tanur
3.7 Analisis Data 3.7.1 Ikan
Data ikan yang diperoleh dihitung nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, frekuensi kehadiran, indeks diversitas Shannon-Weinner, dan indeks
ekuitabilitas dengan persamaan sebagai berikut :
a. Kepadatan Populasi K