asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.
Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan
mengancam kelangsungan hidup organisme aquatik. Sementara pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan
terganggu, dimana kenaikan pH di atas normal akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat toksik Barus, 2004.
2.3.9 Kandungan N dan P
Fosfat merupakan unsur yang sangat esensial sebagai nutrien bagi berbagai organisma akuatik. Fospat merupakan unsur yang penting dalam
aktivitas pertukaran energi dari organisma yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sehingga fospat berperan sebagai faktor pembatas bagi pertumbuhan organisma.
Peningkatan konsentrasi fospat dalam suatu ekosistem perairan akan meningkatkan pertumbuhan algae dan tumbuhan air lainnya secara cepat.
Peningkatan fospat akan menyebabkan timbulnya proses eutrofikasi di suatu ekosistem perairan yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen
terlarut, diikuti dengan timbulnya kondisi anaerob yang menghasilkan berbagai senyawa toksik misalnya methan, nitrit dan belerang Barus, 2004.
2.4 Pencemaran Sungai
Degradasi kualitas air dapat terjadi akibat adanya perubahan parameter kualitas air. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh adanya aktivitas pembuangan
limbah, baik limbah pabrikindustri, pertanian, maupun limbah domestik dari suatu pemukiman penduduk ke dalam badan air suatu perairan. Perairan
merupakan satu kesatuan perpaduan antara komponen-komponen fisika, kimia dan biologi dalam suatu media air pada wilayah tertentu. Ketiga komponen
tersebut saling berinteraksi, jika terjadi perubahan pada salah satu komponen maka akan berpengaruh pula terhadap komponen yang lainnya Basmi, 2000
dalam Rudiyanti 2008.
Universitas Sumatera Utara
Akibat dari berbagai kegiatan manusia, ekosistem air telah mengalami pencemaran misalnya melalui pembuangan berbagai jenis limbah ke dalam badan
air tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pada berbagai komponen lingkungan yang membentuk suatu ekosistem air dan
menyebabkan gangguan pada kehidupan biota air secara keseluruhan. Interaksi dari berbagai komponen lingkungan yang membentuk suatu sistem yang disebut
sebagai sistem ekologi atau ekosistem. Hubungan timbal balik dalam suatu ekosistem memiliki tingkat keserasian dan tingkat keselarasan yang tinggi dalam
perjalanan ruang dan waktu Barus, 2004. Air sungai merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan makhluk
hidup. Apabila keseimbangan kualitas air mulai terganggu maka akan terjadi permasalahan lingkungan yang merugikan bagi kelangsungan hidup organisme
air, baik yang berada di dalam sungai maupun yang tinggal di daerah sekitar aliran sungai. Sungai juga dikenal sebagai media yang efektif untuk melakukan
pembuangan limbah maupun sampah. Hal ini mengakibatkan sungai rentan terhadap pencemaran Wahyudi, 2011 dalam Yuanda et al., 2012
Suatu sungai dikatakan tercemar jika kualitas airnya sudah tidak sesuai dengan peruntukannya. Kualitas air ini didasarkan pada baku mutu kualitas air
sesuai kelas sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air. Sumber
pencemaran yang masuk ke badan perairan dibedakan atas pencemaran yang disebabkan oleh alam polutan alamiah dan pencemaran karena kegiatan manusia
polutan antropogenik Rahmawati, 2011. Lumpur dan partikel-partikel organik atau anorganik akibat buangan
limbah atau banjir dapat merugikan. Lumpur dan partikel-partikel tersebut secara umum akan menyebabkan beberapa kerugian bagi ikan karena: secara langsung
menyebabkan kematian ikan, menurunkan laju pertumbuhannya dan resistensi terhadap penyakit, menghambat perkembangan laju telur sehingga dapat
menyebabkan gagal menetas dan menghambat pertumbuhan larva, memodifikasi gerakan alami dan migrasi ikan, dan menurunkan kemelimpahan pakan terutama
pakan hidup bagi ikan Irianto, 2005.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 di hilir Sungai Asahan, Kota Tanjung Balai. Sampel diidentifikasi di Laboratorium Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan penentuan titik lokasi pengambilan sampel dengan menggunakan metode “Purposive Sampling” yaitu dengan menentukan 4
stasiun pengambilan sampel. Masing-masing stasiun ditentukan berdasarkan perbedaan aktivitas yang ada di setiap stasiun tersebut.
3.3 Lokasi Penelitian 3.3.1. Stasiun 1
Stasiun ini terletak di Desa Pulau Simardan, Kota Tanjung Balai. Secara geografis terletak pada 02
57’ 35,57” LU dan 99 49’ 24,56” BT. Lokasi ini
merupakan kontrol karena tidak ada aktivitas manusia. Substrat pada lokasi ini berupa lumpur.
Gambar 1. Stasiun 1 Kontrol
Universitas Sumatera Utara