Parameter Kimia Faktor Abiotik Lingkungan

Kedalaman sungai juga merupakan salah satu parameter fisika yang diukur. Dari keempat stasiun, stasiun 3 merupakan daerah yang nilai kedalamannya tertinggi sebesar 4 meter. Kedalaman suatu perairan akan mempengaruhi penetrasi cahaya yang masuk ke dalam badan air. Menurut Taqwa 2010, interaksi antara faktor kekeruhan perairan dengan kedalaman perairan akan mempengaruhi penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan, sehingga berpengaruh langsung pada kecerahan, selanjutnya akan mempengaruhi kehidupan fauna.

4.2.2 Parameter Kimia

Tabel 6 menunjukkan nilai parameter kimia perairan yang diukur. Nilai oksigen terlarut berkisar 4,8-6,4 mgl. Nilai DO tertinggi terdapat di stasiun 1 yaitu 6,4 mgl sedangkan nilai DO terendah di stasiun 2 yaitu 4,8 mgl. Nilai DO yang tinggi di stasiun 1 disebabkan karena minimnya aktivitas sehinga limbah yang dihasilkan tidak banyak dan juga karena banyaknya vegetasi yang tumbuh dan melakukan fotosintesis di daerah ini. Tingginya nilai DO di stasiun ini juga mempengaruhi kehadiran ikan sehingga di stasiun ini ditemukan 10 spesies ikan. Nilai DO yang rendah di stasiun 2 dapat diakibatkan karena banyaknya aktivitas masyarakat yang menghasilkan limbah. Hal ini yang menyebabkan kehadiran ikan di stasiun 2 sangat sedikit yaitu hanya 5 spesies ikan yang ditemukan. Oksigen terlarut dalam air sangat penting bagi kehidupan organisme air yang ada di dalamnya. Sumber oksigen di dalam air dapat berasal dari hasil fotosintesis tumbuhan air dan juga dari udara yang ada di permukaan air. Menurut Salmin 2005, oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Menurut Taqwa 2010, oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peran penting sekaligus menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota air. Lebih lanjut dinyatakan bahwa daya larut oksigen dapat berkurang dengan meningkatnya suhu air dan salinitas. Secara ekologis, konsentrasi oksigen terlarut juga menurun dengan adanya penambahan bahan organik, karena bahan organik tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme yang mengkonsumsi Universitas Sumatera Utara oksigen yang tersedia. Pada tingkatan jenis, masing-masing biota mempunyai respon yang berbeda terhadap penurunan oksigen terlarut. Derajat keasaman pH berkisar 6,4-6,8. Nilai tertinggi terdapat di stasiun 1 sebesar 6,8. Menurut Rahmawati 2011, agar memenuhi syarat untuk suatu kehidupan, air harus mempunyai pH sekitar 6,5-7,5. Bila pH 7, maka air bersifat asam, jika pH 7 maka air bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri dapat mengubah pH air sehingga akan mengganggu kehidupan biota akuatik yang sensitif terhadap perubahan pH. Menurut Barus 2004, air yang mempunyai pH antara 6,7-8,6 mendukung populasi ikan. Kondisi perairan yang besifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Sedangkan pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu. Kenaikan pH di atas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi berbagai jenis organisme. Nilai BOD 5 dari keempat stasiun berkisar 1,3-3,2 mgl. Nilai BOD 5 tertinggi terdapat di stasiun 1 yaitu 3,2 mgl. Menurut Barus 2004, nilai BOD menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik yang diukur pada suhu 20 C. Menurut Landau 1992, peningkatan nilai BOD akan mengakibatkan nilai DO turun. Nitrat juga merupakan salah satu parameter yang penting untuk diukur. Kandungan nitrat yang diperoleh hampir sama yaitu 0,5-0,6 mgl. Menurut Barus 2004, nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan nitrit. Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan termasuk alga dan untuk fitoplankton untuk dapat tumbuh dan berkembang. Pospat dari keempat stasiun berkisar 0,03-0,16 mgl. Nilai tertinggi terdapat di stasiun 2 yaitu 0,16 mgl. Fosfat merupakan salah satu zat hara yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme Nybakken, 1992. Menurut Effendi 2003, sumber fosfat berasal dari perairan alami dan antropogenik seperti industri dan domestik. Kandungan organik substrat yang diperoleh tertinggi terdapat di stasiun 3 yaitu 15,17. Hal ini disebabkan stasiun 3 merupakan daerah industri kopra Universitas Sumatera Utara dimana limbahnya langsung dibuang ke dalam air sehingga meningkatkan kandungan bahan organik. Menurut Suin 2002, keadaan substrat dasar badan air juga perlu diketahui. Organisme air yang hidup pada substrat dasar suatu ekosistem air sangat tergantung kepada tipe substrat dan kandungan bahan nutrisi atau bahan organik yang terdapat di dalam substrat tersebut.

4.3 Nilai Analisis Korelasi Pearson