1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kapasitas produksi gula untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia di masa ini tergolong masih rendah. Kementerian Pertanian bahkan
merevisi target produksi gula Indonesia di tahun 2014. Jika sebelumnya pemerintah mematok target produksi gula di tahun 2014 mencapai 5,7 juta ton,
namun melihat kondisi di lapangan, kementerian pertanian hanya berani mematok target produksi gula di tahun 2014 sebesar 3,1 juta ton agroindonesia.co.id,
2012. Penurunan target produksi gula tersebut antara lain dipicu oleh sulitnya
mendapatkan lahan baru untuk perluasan perkebunan tebu. Untuk mencapai target produksi sebesar 5,7 juta ton, dibutuhkan lahan tebu baru seluas 350.000 hektar.
Namun kenyataannya, program ekstensifikasi tersebut tidak berjalan mulus. Lahan yang diperlukan belum juga bisa diperoleh.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia APTRI, Soemitro Samadikun, salah satu permasalahan yang dihadapi dalam industri gula
di Indonesia adalah rendahnya rendemen tebu. Saat ini, kebanyakan pabrik gula di dalam negeri hanya mampu mengolah tebu dengan tingkat rendemen sekitar 7.
Di beberapa negara lain, tingkat rendemennya sudah di atas 10, Bahkan, sebagian diantaranya, seperti Brasil, Kuba dan sejumlah negara produsen
gula utama di dunia, kebanyakan pabrik gulanya sudah bisa mencapai rendemen sekitar 14. Dengan tingkat rendemen 7, Indonesia mampu memproduksi gula
sekitar 2,4 juta ton. Jika saja rendemen bisa ditingkatkan lagi, misalnya menjadi minimal 10, maka produksi gula Indonesia bisa mencapai sekitar 3,5 juta ton.
Apalagi jika rendemen bisa mencapai angka 14, maka target swasembada gula akan bisa diraih agroindonesia.co.id, 2012.
PT Perkebunan Nusantara II Persero yang berkantor pusat di Tanjung Morawa Sumatera Utara memiliki Pabrik Gula Sei Semayang yang terletak di
Universitas Sumatera Utara
2 Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Menurut Direktur Utama
PTPN II Tanjung Morawa Ir. Bhatara Muda Nasution, produktivitas tebu PTPN II diharapkan naik menjadi 85-87 ton per hektar dari realisasi 2011 hanya 79,94 ton
per hektar. Rendemen tebu juga diharapkan bertambah menjadi 7 di tahun 2013 dari rendemen 2011 sebesar 6,38 agroindonesia.co.id, 2012.
Dari paparan ini terlihat jelas bahwa PT Perkebunan Nusantara II Persero tepatnya pada Pabrik Gula Sei Semayang menghadapi masalah yaitu
rendahnya pencapaian rendemen www.kpbptn.co.id
, 2012. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di Pabrik Gula Sei Semayang PGSS ini,
diketahui bahwa pada tahun 2010 PGSS tidak melakukan pengolahan gula karena alat banyak yang mengalami kerusakan.
Dengan adanya perbaikan mesin lama dan penambahan mesin baru yang dimulai tahun 2010, terjadi peningkatan rendemen dimana sebelumnya pada tahun
2009 rendemen yang diperoleh adalah 5,53, setelah dilakukan perbaikan mesin lama dan penambahan mesin baru, rendemen tahun 2011 menjadi 6,38. Dan
naik menjadi 6,70 di tahun 2013, Namun target perusahaan minimal 7 belum terpenuhi.
Dari data diperoleh terdinya kenaikan rendemen dari tahun ke tahun seperti terlihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Tingkat Rendemen di Pabrik Gula Sei Semayang Tahun 2008 – 2013
No. Tahun
Tingkat Rendemen 1
2008 6,29
2 2009
5,53 3
2010 Tidak berproduksi
4 2011
6,38 5
2012 6,50
6 2013
6,70 Pabrik gula ini membukukan pembelian mesin baru dan perbaikan mesin
lama sebesar Rp. 40 Miliar pada tahun 2012. Adapun yang dilakukan PT
Universitas Sumatera Utara
3 Perkebunan Nusantara II persero dalam mentransformasi cara pemakaian mesin
baru dan cara memperbaiki atau pemasangannya adalah dengan melibatkan karyawan PTPN II Persero bersama perusahaan penjual barang tersebut dalam
instalasipemasangan dan diskusi perabaikan mesin baru tersebut. Untuk menaikkan produksi gula, di dua pabrik gula PTPN II Pesero ini,
pihak manajemen mengganggarkan dana untuk pembelian mesin baru, disamping pengadaan mesin-mesin baru pihak manajemen juga menganggarkan dana untuk
perbaikan beberapa mesin lama pabrik dengan investasi sekitar Rp. 200 Miliar dalam beberapa tahunnya, yang digunakan untuk membelimemperbaiki mesin-
mesin penunjang untuk menghasilkan gula yang baik dan diharapkan bisa meningkatkan rendemen gula yang dihasilkan.
Dengan adanya investasi untuk perbaikan mesin lama dan pembelian mesin baru, diharapkan dapat meningkatkan kapasitas rendeman gula. Namun
meskipun perusahaan telah menambah dan memperbaiki mesin produksinya namun hasil yang didapat belum sesuai dengan target.
Karenanya perlu dikaji apakah sudah di optimalkan pemanfaatan teknologi baru dengan adanya mesin-mesin baru itu di pabrik gula ini.
Sehubungan dengan rencana dan kebijakan investasi tersebut, perlu diteliti seberapa efektif masing masing fasilitas yang telah tersedia dan mesin-mesin yang
akan di adakan akan termanfaatkan dalam mendongkrak atau meningkatkan rendemen gula untuk mendekati tingkat yang seharusnya.
1.2 Rumusan Masalah