50
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan
a. Sejarah Singkat Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara IV Persero didirikan di Bah Jambi, Simalungun, Sumatera Utara berdasarkan Akta Pendirian No. 37
tanggal 11 Maret 1866 dari Harun Kamil,S.H., dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No. C2-8332.HT.01.01. Pada tanggal 26 Desember 2002 Anggaran Dasar Perusahaan telah diubah berdasarkan Akta No. 18 dari
Notaris Sri Rahayu H. Prasetyo, S.H., tentang tempat kedudukan Kantor Pusat dari Bah Jambi Kabupaten Simalungun ke Medan dan
Modal Dasar Perusahaan dari 425.000 lembar Saham Prioritas dan 550.000 lembar Saham Biasa yang ditempatkan dan disetor penuh
menjadi 975.000 lembar saham. PT Perkebunan Nusantara IV Persero merupakan Badan Usaha
Milik Negara bidang perkebunan yang berkedudukan di Medan, Propinsi Sumatera Utara. Pada awalnya keberadaan perkebunan ini
merupakan milik Maskapai Belanda yang dinasionalisasikan pada tahun 1959, dan selanjutnya berdasarkan kebijakan pemerintah telah
51 mengalami beberapa kali perubahan organisasi sebelum akhirnya
menjadi PT Perkebunan Nusantara IV Persero. PT Perkebunan Nusantara IV merupakan hasil peleburan dari 3
tiga Perusahaan Perseroan Persero PT Perkebunan VI, Perusahaan Perseroan Persero PT Perkebunan VII, dan Perusahaan Perseroan
Persero PT Perkebunan VIII yang berada di wilayah Sumatera Utara.
b. Profil Perusahaan
1 Maksud dan Tujuan Perusahaan
Maksud dan tujuan perusahaan adalah melakukan usaha di bidang Agro Industri serta optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya
Perseroan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, untuk mendapatkan atau mengejar
keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menetapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
Berdasarkan akta pendirian, maksud dan tujuan perusahaan antara lain:
a Turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di sub sektor pertanian
dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang
sehat.
52 b
Melaksanakan kegiatan usahan antara lain: 1
Mengusahakan budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengolahan lahan pembibitan, penanaman dan
pemeliharaan serta melakukan kegiatan-kegiatan lain yang sehubungan dengan budidaya tanaman tersebut.
2 Produksi meliputi pemungutan hasil tanaman,
pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
3 Perdagangan meliputi penyelenggaraan kegiatan
pemasaran berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil
produksi serta melakukan kegiatan perdagangan barang lainnya yang sehubungan dengan kegiatan usaha
perusahaan. 4
Pengembangan usaha di bidang perkebunan, agro usaha dan agro bisnis.
5 Medirikanmenjalankan perusahaan dan usaha lainnya
yang mempunyai hubungan dengan usaha bidang pertanian baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama dengan badan-badan lainnya sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
53 2
Visi dan Misi Perusahaan Visi dari PT Perkebunan Nusantara IV Persero yaitu “menjadi
pusat keunggulan pengelolaan perusahaan agroindustri kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan
lingkungan”. Misi perusahaan, antara lain:
a Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif.
b Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan
dengan sistem, cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan
produkstivitas dan efisiensi. c
Meningkatkan laba secara berkesinambungan. d
Mengelola usaha secara professional untuk meningkatkan nilai perusahaan yang mempedomani etika bisnis dan tata
kelola perusahaan yang baik Good Coorporate GovernanceGCG.
e Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
f Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program
pemerintah pusatdaerah.
3 Kegiatan dan Usaha Pokok Perusahaan
54 PT Perkebunan Nusantara IV Persero mengelola 2 budidaya
perkebunan yang berupa tanaman kelapa sawit dan teh dengan total 33 unit kebun yang dilengkapi dengan sarana pengolahannya
berupa 16 unit pabrik kelapa sawit, 1 unit pabrik pemurnian minyak sawit, 1 unit pabrik pengolahan inti sawit, 6 unit pabrik
pengolahan teh, 1 unit perbengkelan dan 3 unit rumah sakit. Posisi karyawan per 31 desember 2009 berjumlah 30.153 orang
yang terdiri dari Karyawan Pimpinan Golongan III A sampai dengan IV D, Karyawan Pimpinan Guru golongan III A sampai
dengan III D, karyawan pelaksana golongan IA sampai dengan II D, Tenaga Perwira Pengamanan dan Tenaga Honor dengan
berbagai pendidikan formal dan menempati berbagai posisi jabatan yang terdapat dalam perusahaan.
Kegiatan usaha perusahaan tersebut terletak diatas lahan seluas 175.244 Ha areal konsesi, yang tersebar di 9 sembilan Kabupaten
dan Kota, yaitu Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai, AsahanBatu Bara, Labuhan Batu, Langkat, Toba Samosir,
Tapanuli SelatanPadang Lawas, Mandailing Natal dan Kota Madya Medan. PT Perkebunan Nusantara IV Persero memiliki
beberapa anak perusahan dan perusahaan afiliasi yang mendukung kegiatan utama perusahaan, yaitu:
a PT Pamina Adolina
b PT Sarana Agro Nusantara SAN
55 c
PT Enviromental Synthetic Wood ESW Nusantara Tiga d
PT Padasa Enam Utama e
PT Indoham Hamburg f
PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara PT KPBN g
PT Riset Perkebunan Nusantara PT RPN
2. Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan
Berdasarkan Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Nomor : 04.11Kpts 80 XII2007 Tanggal 27 Desember 2007,
struktur organisasi Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV Persero meliputi: struktur organisasi kantor pusat PT. Perkebunan Nusantara IV
Persero, struktur organisasi grup unit usaha kebun, dan struktur organisasi grup unit usaha rumah sakit. Struktur organisasi lengkap dari
PT Perkebunan Nusantara IV dapat dilihat pada lampiran.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Varians Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara IV
Persero Medan Informasi biaya berdasarkan pembahasan dan teori yang telah
dipaparkan memiliki fungsi untuk mengukur pengorbanan nilai masukan guna menghasilkan informasi bagi manajemen. Informasi biaya digunakan
oleh manajemen sebagai dasar untuk merencanakan alokasi sumber ekonomi yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran. Informasi biaya
56 membantu manajemen melakukan pengelolaan alokasi berbagai sumber
ekonomi untuk menjamin dihasilkannya keluaran output yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai masukan yang
terjadi. PT Perkebunan Nusantara IV memulai tahun buku dari bulan Januari
hingga Desember untuk setiap tahunnya. Anggaran biaya produksi disusun setiap tiga bulan dan akan dilakukan rekapitulasi anggaran dan realisasi
setiap akhir tahun. Laporan anggaran dan realisasi biaya produksi tahun 2007, 2008 dan 2009 secara rinci disajikan pada lampiran kedua.
Berdasarkan laporan biaya produksi yang terlampir, maka biaya produksi pada PT Perkebunan Nusantara IV Persero Medan dapat diklasifikasikan
menjadi 4 unsur yaitu: a.
Biaya tanaman Biaya tanaman adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
mulai dari memelihara tanaman sampai dengan tanaman tersebut diangkut ke pabrik untuk dapat diproduksi. Biaya tanaman terdiri dari
upah karyawan yang bekerja di bagian kebun, pemeliharaan tanaman menghasilkan, panen dan pengumpulan tanaman, serta biaya
pengangkutan tanaman ke pabrik. Pengendalian biaya tanaman dapat dilakukan dengan
membandingkan antara anggaran dengan realisasi biaya tanaman untuk mengetahui besar selisihnya. Pimpinan kemudian dapat menggunakan
57 hasil perbandingan ini untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan
biaya tanaman. Penyimpangan biaya tanaman pada komoditi teh mulai tahun 2007
hingga 2009 dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 4.1
dalam rupiah
S umber: PT Perkebunan Nusantara IV
Selisih sebesar Rp 4.382.891.043 pada tahun 2007 merupakan unfavorable variance. Pada tahun 2007 salah satu penyebab terjadinya
selisih karena adanya kenaikan biaya umum diatas RKAP sebesar Rp 547.756.447 atau sebesar 4,38. Biaya umum yang mengalami
kenaikan disini meliputi biaya Pajak Bumi dan Bangunan PBB yang disebabkan oleh kenaikan Nilai Jual Objek Pajak NJOP karena
peningkatan kelas lahan. PBB pada tahun 2007 meningkat sebesar Rp 398.718.380. Komponen biaya umum lainnya yang realisasinya diatas
jumlah yang telah dianggarkan adalah gaji dari pegawai staf dan non staf. Terdapat kenaikan yang signifikan sebesar Rp 527.888.814,
kenaikan gaji yang paling tinggi terjadi pada kebun Sidamanik yaitu sebesar 109.510.942.
TAHUN ANGGARAN
REALISASI SELISIH
2007 74.796.143.000
79.179.034.043 4.382.891.043
2008 79.071.904.000
86.815.919.130 7.744.015.130
2009 76.213.973.000
82.349.405.254 6.135.432.254
58 Gaji pegawai non staf juga mengalami peningkatan sebesar Rp
133.319.246. Varians pada biaya tanaman juga disebabkan oleh peningkatan biaya pemeliharaan tanaman, panen dan pengangkutan ke
pabrik. Secara spesifik terjadi peningkatan biaya pengangkutan hasil produksi ke kebun Sidamanik dari Sibosur sebesar 68,5 dari
peningkatan biaya pengangkutan, yaitu Rp 525.727.533. Biaya pemeliharaan meningkat karena pada tahun 2007 sedang dilakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan mutu teh, terutama dalam hal pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Selisih biaya tanaman pada tahun 2008 disebabkan oleh adanya peningkatan biaya pemeliharaan tanaman sebesar Rp 1.395.693.276,
terutama disebabkan oleh semakin banyaknya pekerjaan pemeliharaan tanaman yang harus dikerjakan diluar anggaran karena tingginya
intensitas gulma, yang dimaksudkan untuk menjaga konsistensi mutu teh jadi dan untuk mengantisipasi meluasnya serangan hama penyakit,
serta pemeliharaan jalan kebun karena curah hujan yang cukup tinggi di tahun 2008.
Biaya penerangan meningkat cukup signifikan sebesar Rp 226.664.261 karena penggunaan BBM solar untuk genset, yang
disebabkan oleh masih berlanjutnya pemadaman listrik pada tahun 2008. Biaya keamanan juga meningkat cukup signifikan untuk
menjaga tanaman dan mengawasi kecepatan kerja pegawai, sehingga produksi bisa dicapai sesuai atau diatas RKAP.
59 Biaya panen dan pengangkutan yang meningkat sebesar Rp
6.302.930.853 atau 22,09 juga menjadi salah satu faktor penyebab biaya tanaman diatas RKAP. Peningkatan biaya ini dimaksudkan
untuk kegiatan panen diareal yang direncanakan akan dikonversi dan ditanam ulang dan naiknya biaya premi serta penambahan tenaga
panen outsourcing. Varians yang terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp
6.135.432.254 terutama disebabkan oleh kenaikan gaji pegawai staf dan juga terdapat peningkatan pada biaya umum yaitu untuk
meningkatkan keamanan pada kebun. Faktor lain yaitu peningkatan biaya pemupukan, panen serta pengangkutan ke pabrik. Biaya panen
mengalami peningkatan yang disebabkan oleh meningkatnya gaji dari karyawan yang melakukan pemetikan dan gaji dari mandor pengawas
yang memimpin saat pemetikan dilakukan, serta biaya untuk administrasi petik yang dikerjakan oleh petugas khusus yang disebut
krani timbang pucuk. Biaya penerangan mengalami peningkatan seperti tahun lalu, hal
ini masih disebabkan oleh pemadaman listrik yang menyebabkan penggunaan genset untu melaksanakan kegiatan di kebun. Biaya
penerangan juga meningkat untuk mencukupi kebutuhan cahaya pada tanaman teh.
b. Biaya pengolahan
60 Biaya pengolahan adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk memproduksi tanaman, terdiri dari biaya pengolahan tanaman di kebun sendiri atau kebun seinduk. Biaya pengolahan teh terdiri dari:
1 Gaji, tunjangan dan biaya sosial pegawai staf
2 Gaji, tunjangan dan biaya sosial pegawai non-staf
3 Alat-alat dan perkakas kecil
4 Biaya pembangkit tenaga listrik dan air
5 Biaya pemeliharaan mesin
Selisih biaya pengolahan yang terjadi mulai tahun 2007 hingga 2009 diringkas sebagai berikut:
Tabel 4.2 dalam rupiah
Sumber: PT Perkebunan Nusantara IV Peyimpangan sebesar Rp 5.825.702.988 atau 19,42 terjadi pada
biaya pengolahan di tahun 2007. Salah satu akun yang menyebabkan peningkatan biaya sebesar 19,42 adalah peningkatan pada gaji
pegawai staf pengolahan sebesar Rp 629.837.050, kenaikan gaji ini dipengaruhi oleh upaya PTPN IV dalam meningkatkan mutu teh. Akun
biaya pengolahan meningkat signifikan sebesar Rp 5.156.108.314 karena kekurangan pasokan cangkang dari Pabrik Kelapa Sawit PKS
unit kebun kelapa sawit, cangkang ini digunakan sebagai bahan bakar TAHUN
ANGGARAN REALISASI
SELISIH 2007
30.004.858.000 35.830.560.988
5.825.702.988 2008
30.904.437.000 33.980.257.584
3.075.820.584 2009
29.819.439.000 35.430.414.738
5.610.975.738
61 alternatif bagi pabrik teh, sehingga sebagian realisasi pengadaan
cangkang dari pihak ketiga dengan harga Rp 249kg, sementara RKAP menetapkan pasokan cangkang dari unit kebun kelapa sawit dengan
harga Rp 160kg. Biaya pengolahan juga meningkat karena penggunaan BBM Solar
untuk genset, akibat pemadaman listrik oleh PLN yang sebelumnya tidak dianggarkan. Pemadaman listrik secara tiba-tiba sangat
mempengaruhi mesin, terutama mesin penggulungan dan pengeringan sehingga meningkatkan biaya pemeliharaan mesin dan juga gaji dari
pegawai pengolahan. Terdapatnya selisih biaya pengolahan sebesar Rp 3.075.820.584
atau 9,95 dari anggaran yang ditetapkan pada tahun 2008 terutama disebabkan oleh pengadaan cangkang yang lebih banyak dari PKS unit
kebun yang berada di wilayah yang jauh sehingga biaya angkut lebih besar. Selain itu faktor kualitas cangkang yang rendah sehingga
mengharuskan pabrik untuk meningkatkan pemakaian cangkang yang melebihi anggaran yang ditetapkan yaitu dari 1,55 per kg teh jadi
menjadi 1,71 per kg teh jadi. Selisih juga disebabkan oleh kenaikan harga Paper Sach sebesar
24 hingga 32. Biaya pengolahan juga meningkat karena adanya peningkatan penggunaan bahan bakar dan minyak pelumas untuk
kepentingan pengolahan dan biaya pemeliharaan mesin-mesin serta bangunan pabrik
62 Selisih biaya pengolahan pada tahun 2009 disebabkan oleh
peningkatan gaji dari staf pengolahan, biaya pemeliharaan mesin dan peningkatan dalam biaya untuk mengolah teh. Akun yang meningkat
peling besar dalam biaya pengolahan yaitu biaya bahan bakar dan minyak pelumas sebesar Rp 1.212.577.861 yang masih disebabkan
oleh tingginya penggunaan genset. Biaya pemeliharaan juga mengalami peningkatan signifikan karena sering terjadi pemadaman
mendadak, yang sangat mempengaruhi mesin. Biaya pengepakan juga mengalami peningkatan yang signifikan,
hal ini disebabkan untuk menjaga agar pengepakan dilakukan sedemikian rupa sehingga menjaga kualitas dari teh jadi yang telah
diolah.
c. Biaya penyusutan
Biaya penyusutan merupakan biaya-biaya lain yang berkenaan dengan biaya produksi. Penyimpangan biaya penyusutan dari tahun
2007 sampai tahun 2009 diringkas sebagai berikut: Tabel 4.3
dalam rupiah
Sumber: PT Perkebunan Nusantara IV TAHUN
ANGGARAN REALISASI
SELISIH 2007
7.369.501.000 7.558.195.925
188.694.925 2008
7.588.327.000 8.556.023.335
967.696.335 2009
8.060.004.000 12.157.968.669
4.097.964.669
63 Selisih yang terjadi pada biaya penyusutan untuk tahun 2007,
2008, dan 2009 disebabkan oleh semakin meningkatnya hasil teh jadi yaitu dari 2149 kgHa pada tahun 2007, kemudian 2.166 kgHa pada
tahun 2008 dan terakhir meningkat menjadi 2.453 kgHa pada tahun 2009.
d. Biaya pembelian
Biaya pembelian adalah semua biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh daun teh basah dari kebun plasma. Penyimpangan biaya
pembelian selama tahun 2007 hingga 2009 yaitu: 2007
Anggaran biaya pembelian Rp 1.995.525.000
Realisasi biaya pembelian Rp 3.224.239.116
Selisih Rp 1.228.714.116
2008 Anggaran biaya pembelian
Rp 2.036.250.000 Realisasi biaya pembelian
Rp 1.748.907.525 Selisih
Rp 287.342.475
2009 Anggaran biaya pembelian
Rp 1.057.500.000 Realisasi biaya pembelian
Rp 3.763.016.861 Selisih
Rp 2.705.516.861
64
2. Efisiensi Biaya Produksi pada PT Perkebunan Nusantara IV