Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
BAB II PEMAHAMAN MASYARAKAT
A.
Gambaran dan Struktur Pertanahan Kabupaten Samosir
1.Letak dan Geografis Kabupaten Samosir berada pada 2
24’-2 48’ LU dan 99’30’-99’01’ BT
dengan luas wilayah 2.069,05km yang terdiri dari daratan 1.444,25 km dan selebihnya perairan Danau Toba. Wilayah Kabupaten Samosir berada pada daerah
ketinggian 904-2.157m
2
diatas permukaan laut. Kontur tanahnya beraneka ragam yaitu ada yang datar, yang landai, miring dan sebagian lagi terjal. Struktur
tanahnya labil dan beradapada wilayah gempa tektonik dan vulkanik. Keadaan suhu udaranya berkisar 17’ C-29’C dan rata-rata kelembaban udaranya 85,04 .
Topografi berbukit dan bergelombang adalah sebagai berikut : 0-2 datar sekitar 10
2-15 landai sekitar 20 15-40 miring sekitar 55
40 terjal sekitar 15 Kabupaten Samosir terdiri dari 9 Kecamatan dengan 111 Desa dan 6
Kelurahan. Kesembilan Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pangururan, Kecamatan Harian, Kecamatan Sianjurmula-mula, Kecamatan Onan Runggu,
Kecamatan Palipi, Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Simanindo, Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Sitio-tio.
Kabupaten Samosir berbatasan dengan :
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
1. Di sebelah Utara : Kabupaten Karo dan Simalungun 2. Di sebelah Timur : Kabupaten Tobasa
3. Disebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan 4. Di sebelah Barat : Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat
2. Jenis Tanah dan Potensinya Letusan gunung api pada masa geologis silam di wilayah Toba telah
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan tanah dan tingkat kesuburannya. Jenis tanah yang umum ditemukan di daerah ini adalah podzol,
latosol dan endapan-endapan fluviateel. Tanah-tanah podzol tersebar luas di pantai Barat Pulau Samosir. Pada umumnya tanah podzol ini miskin hara
humus, bersifat asam ph tanah rendah, mengandung mineral yang sedikit dan bahan organik yang sedikit dan kapasitas menyimpan air dan ion sangat rendah.
Potensi pertanian tanah yang demikian umumnya sangat rendah, karena itu vegetasi hutan di daerah ini seyogianya harus dilestarikan. Jenis tanah latosol
tersebar di bagian barat Pulau Samosir, daerah Pusuk Buhit atas dan daerah pantai Timur Samosir . Bentuk wilayah tanah latosol ini pada umumnya berbukit-bukit
dan miskin hara. Sedangkan jenis tanah endapan fluviateel dijumpai pada teluk- teluk di dingding kawah Danau Toba, pada kaki Pusuk Buhit. Pada umumnya
tanah ini datar dan bergelombang sedikit. Endapan-endapan ini subur, teksturnya lebih halus dalam struktur dan lebih kaya akan mineral dan menyuguhkan kondisi-
kondisi yang baik untuk menanam hampir setiap jenis tanaman.
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
3. Keadaan Penduduk dan Alamnya Penduduk Kabupaten Samosir berjumlah 130.078 jiwa dengan jumlah
rumah tangga 26.985. Tingkat kepadatan penduduk 91,67 jiwa perkilo meter persegi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK 44
Menhut-II 2005 Tanggal 16 Pebruari 2005 tentang penujukan kawasan hutan di wilayah Propinsi Sumatera Utara dan dalam SK tersebut ditunjuk bahwa kawasan
hutan di wilayah Samosir adalah 96.246,98 ha dengan rincian hutan lindung seluas 79.556,54 ha dan hutan produksi tetap seluas 16.690,44 ha. Hal ini berarti
bahwa kawasan hutan di Kabupaten Samosir adalah berkisar 66,64 dari luas daratan Kabupaten Samosir.
27
27
Profil Kabupaten Samosir, Tanggal 4 Februari 2008
B.Cara Perolehan Bidang Tanah
Hukum adat ada mengatur tentang cara perolehan tanah dan hukum adat sudah lama berakar dan bertumbuh dalam kehidupan masyarakat bangsa
Indonesia, dan hukum adat tersebut dipatuhi masyarakat dan tunduk kepadanya. Berikut ini akan diuraikan cara perolehan tanah ditinjau dari hukum adat orang
Batak di Samosir yaitu : 1.Jual beli
Dalam suatu masyarakat walaupun bagaimana keadaannya, apabila sudah ada uang yang beredar sebagai alat pembayaran yang sah maka persetujuan jual
beli memegang peranan penting di dalam kehidupan masyarakat itu dan jual beli yang kita kenal selama ini adalah jual beli dengan nilai tukar uang.
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
Pada zaman dahulu tingkat perekonomian manusia masih sangat sederhana, diamana pada waktu itu setiap individu berusaha untuk menghasilkan
kebutuhan sendiri dan keluarganya. Akan tetapi oleh karena kenyataan hidup dan kebutuhan setiap individu itu semakin meningkat dan disertai dengan keadaan
alam yang terus berubah serta zaman yang semakin maju, setiap individu tidak lagi dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, maka dengan adanya uang sebagai
alat tukar yang sah, setiap orang dapat memenuhi kebutuhannya dengan jalan jual beli.
Dalam hukum adat, tanah mempunyai kedudukan tersendiri serta mengandung sifat magis religius dibandingkan dengan benda lainnya yang
dimiliki manusia. Pada dasarnya dalam hukum adat tidak mengenal dan memperkenankan tanah diperjualbelikan, namun oleh karena kebutuhan manusia
akan uang semakin mendesak maka dengan terpaksa tanahpun akhirnya diperjualbelikan. Melihat kepada pentingnya tanah untuk kehidupan manusia
maka seseorang yang mempunyai uang ingin memiliki tanah dengan jalan membelinya dari pihak lain yang memiliki tanah.
Jual beli menurut hukum adat adalah suatu perbuatan hukum yang beupa penyerahan sebidang tanah oleh pihak penjual kepada pembeli untuk selamanya
pada saat bersamaan juga pembeli menyerahkan harganya kepada penjual. Dengan dilakukannya jual beli tanah tersebut maka hak milik atas tanah itu telah
beralih kepada sipembeli, dengan demikian pembeli sejak saat itu telah menjadi pemilik yang baru atas tanah tersebut.
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
Jual beli menurut hukum adat adalah bersifat terang dan tunai yang dilakukan dihadapan Kepala Desa Adat yang tidak hanya bertindak sebagai saksi
tetapi juga menanggung bahwa jual beli tersebut tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
Menurut hukum adat Batak Toba, jual beli tanah pada dasrnya tidak dikenal, hal ini disebabkan karena disamping tanah yang bersifat magis religius
juga dalam masyarakat Toba, tanah adalah “tanah marga” atau disebut juga “tanah golat” yaitu tanah yang dimiliki bersama oleh suatu marga, hak atas tanah tersebut
dengan hak golat semacam hak ulayat. Namun dewasa ini tanah milik dari seseorang itu sudah dapat diperjualbelikan untuk memenuhi kebutuhannya.
2.Hibah atas tanah Selain daripada jual beli hak atas tanah untuk mendapatkan hak milik,
juga dikenal hibah atas tanah dan merupakan kebalikan dari harta peninggalan yang tidak dapat dibagi-bagi. Penghibahan adalah penmbagian keseluruhan atau
sebagian daripada harta kekayaan yang pemiliknya masih hidup. Adapun yang menjadi motif dari penghibahan ini adalah merupakan suatu jalan untuk
memberikan harta kekayaannya langsung kepada anak-anaknya, hal mana sesungguhnya merupakan penyimpangan daripada ketentuan hukum adat waris
yang beralaku di daerah-daerah yang bersangkutan atau sistem kekeluargaan disetiap suku di negara kita.
Menurut sistem kekeluargaan patrineal seperti di daerah Batak Toba, hanya anak laki-lakilah yang berhak mewarisi harta peninggalan bapaknya
walaupun anak perempuan dan anak laki-laki sama-sama memakai marga dari
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
bapaknya, akan tetapi yang menyambung silsilah bapaknya hanyalah anak laki- laki sedangkan anak perempuan tidak, karena ia nantinya akan masuk dalam clen
suaminya. Untuk ketentuan-ketentuan ini dalam prakteknya diperlunak dengan penghibahan sawah atau sebidang tanah kepada anak perempuan yang tidak
ataupun yang sudah kawin bahkan juga kepada cucu-cucu yang pertama yaitu sebagai berikut :
a. Pauseang Pauseang adalah pemberian sebidang tanah sawah oleh
seorang ayah kepada anak perempuannya boru. Pemberia tanah ini adalah pada saat pelaksanaan peresmian perkawinan secara adat.
Biasanya tanah ini diberikan baik setelah ditanya terlebih dahulu oleh pihak pengantin laki-laki atau sebelum ditanya, telah disebutkan
terlebih dahulu oleh ayah si gadis. Pemberian ini adalah sebagai imbalan balasan dari sinamot uang jujuran dari pihak laki-laki,
umumnya pauseang ini diberikan oleh orang kaya partano. Adapun fungsi tanah sawah pauseang ini ada 3 tiga yaitu :
1.Sebagai bakal mula-mula bagi putrinya yang kawin agar tidak kekurangan makanan.
2.Sebagai pemberian balik dari pihak perempuan karena telah menerima sinamot mas kawin
3.Agar si gadis boru yang kawin tersebut mendapatkan penghargaan dari keluarga suaminya.
b. Ulos na so ra buruk
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
Ulos na so ra buruk ini juga adalah merupakan pemberian sebidang tanah dari seorang ayah kepada anak perempuannya.
Bedanya dengan pauseang adalah pemberian ini tidak ada kaitannya dengan perkawinan atau kelahiran anak. Latar belakang pemberian ini
adalah jika si anak perempuan borunya merasa tanah yang digarapnya selama ini tidak mencukupi untuk kebutuhannya sehari-
hari. Pemberian ini diberikan setelah si suami dan istri datang kehadapan orang tua si istri dengan mempersembahkan makanan
seremonial dan setelah itu ia mengajukan permohonan tentang maksudnya. Pemberian ini tidak diniatkan untuk dikembalikan, sesuai
dengan namanya “ulos na so ra buruk” kain yang tak pernah usang. c.Indahan arian
Indahan arian ini maksudnya adalah makanan sehari-hari. Sifatnya tidak sekuat hak yang ada pada pauseang atau ulos na so ra
buruk. Karena diisyaratkan bahwa pihak boru yang memperoleh tanah tersebut untuk bersifat hormat kepada pihak hula-hula, atau pandai
mengambil hatinya. Karena jika tidak demikian maka tanah tersebut dapat diminta oleh pihak hula-hula. Tetapi jika ia berlaku hormat
selalu, maka tidak ada alasan bagi hula-hulanya untuk meminta tanah tersebut.
d. Pemberian kepada anak laki-laki Panjaean Kepada anak laki-laki, sang ayah juga dapat memberikan
sebidang tanah sawah yang disebut dengan istilah “panjaean” yang
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
artinya kira-kira usaha untuk berdiri sendiri, lepas dari tanggungan orang tua. Jadi jelasnya panjaean itu adalah pemberian sebidang tanah
sawah oleh sang ayah kepada salah seorang anak laki-lakinya, hal mana pemberian tersebut diberikan setelah putranya tersebut menikah.
Dengan pemberian tersebut diharapkan sang anak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Luas tanah yang diberikan tergantung
kepada kemampuan dari orang tuanya, yakni sebagian dari luas tanah yang dimiliki oleh orang tuanya. Biasanya `tanah yang diberikan
sebagai panjaean adalah merupakan bahagian yang telah ditentukan oleh sang bapak sebagai warisannya apabila si bapak meninggal dunia.
e.Pemberian kepada cucu dondon tua Istilah “dondon tua” dapat diterjemahkan dengan dibebani
dengan nasib baik. Dondon tua ini adalah pemberian khusus yang diberikan oleh si kekek kepada cucunya. Pemberian ini biasanya terdiri
atas sebidang tanah dan khusus diberikan kepada cucunya laki-laki yang tertua dari anak laki-lakinya yang tertua. Dengan lahirnya sang
cucu, si kakek telah mempunyai hak untuk menyandang gelar yang sangat didambakannya. Dalam hal ini ia akan dipanggil “Ompu ni N”
sesuai dengan nama dari cucunya. Melalui pemberian tanah ini diharapkan ada keberuntungan yang pindah kepada sipenerima.
Pemberian ini dinyatakan pada waktu pembagian warisan kepada anak-anaknya.
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
3.Tanah timbul Tanah timbul adalah tanah yang terbentuk karena endapan lumpur yang
terbawa air, baik air sungai, danau atau muntahan pasir, lumpur, batu-batuan suatu gunung sehingga membentuk permukaan baru atau menambah luasnya tanah yang
telah ada dan menyatu menjadi tanah kering dengan areal tanah yang bersebelahan terdekat.
Di daerah Batak Toba, tanah timbul ini disebut dengan tanah pangeahan. Di Pulau Samosir khususnya terjadi, air yang surut dari sekeliling Danau Toba
meninggalkan lidah tanah disekitar pantai Danau Toba. Dan menurut hukum adat masyarakat Batak Toba pemilik tanah yang berbatasan langsung dengan tanah
timbul tersebut menjadi pemiliknya yang disebut dengan istilah “pat ni hauma ku” artinya kaki dari sawah ku. Jadi tanah pangeahan tersebut adalah satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan dengan tanah yang berbatasan dengan tanah timbul tersebut.
4. Menggarap Menggarap artinya mengerjakan sebidang tanah, dimana seseorang untuk
mendapatkan hasil atau untuk memenuhi kebutuhannya adalah dengan jalan menggarap sebidang tanah yang bukan hak miliknya. Dalam hukum adat ternyata
seseorang iitu dapat memperoleh hak milik atas tanah berdasarkan atau dengan jalan menggarap dalam jangka waktu yang sudah lama. Pengertian menggarap
dalam hal ini hampir sama dengan hak membuka tanah, seseorang membuka tanah kembali yang tidak tau atau kurang jelas siapa pemiliknya kemudian
diusahakan terus menerus sampai berganti generasi ke generasi berikutnya, jika
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
terjadi transaksi terhadap tanah tersebut maka dialah sebagai pemilik dan yang mendapat ganti rugi.
5.Pewarisan Yang dimaksud dengan pewarisan adalah suatu proses pemindahan hak
milik pewaris kepada ahli waris. Pewarisan berlangsung karena kematian Pasal 830 BW, tetapi menurut hukum adat, pewarisan dapat dilakukan semasa
hidupnya pewaris atau dimulai waktu ia masih hidup dan diakhiri pada saat ia meninggal. Ketentuan pokok dalam hukum warisan adalah anak laki-laki yang
mewarisi harta peninggalan bapaknya. Jika ada anak laki-laki, maka hanya merekalah yang menjadi ahli waris. Memang dimungkinkan untuk memberikan
sebagian harta tanah peninggalan kepada perempuan, tetapi mereka bukan merupakan ahli waris dari yang meninggal dunia.
Anak sulung sihahaan yang menggantikan bapak dan anak bungsu siampudan mereka menempati kedudukan yang istimewa dalam hukum waris
kalau dibandingkan dengan anak yang ditengah sipaitonga, karena pada umumnya tanah-tanah yang subur diberikan kepada anak yang sulung tanah
sawah dan begitu juga dengan anak yang bungsu . Sedangkan anak yang ditengah memperoleh tanah-tanah yang kurang subur.
6.Paneaon Sesuai dengan prinsip patrilineal yang dianut dalam hukum adat Batak
Toba, maka adalah sangat menyedihkan bila seorang anak meninggal dunia tanpa mempunyai keturunan ataupun kalau mempunyai keturunan, hanya anak
perempuan saja. Dalam hukum adat Batak Toba, orang seperti ini disebut dengan
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
“na mate punu” tidak meninggalkan keturunan. Dalam kasus seperti ini maka tanah dari si mendiang jatuh ke tangan saudara-saudaranya yang laki-laki.
Kalaupun ada anaknya perempuan, namun anak itu tidak berhak memiliki tanah harta peninggalan dari bapaknya. Istilah singkat padat untuk mewarisi secara
kolateral adalah “na punu si teanon”, artinya hak milik orang mati yang tidak meninggalkan keturunan laki-laki mesti jatuh ke alur samping yang sejajar.
Bentuk perolehan hak milik seperti ini diistilahkan “manean” dan orang yang memperolehnya disebut “panean”. Karena itu, anak-anak perempuan yang
ditingga l mati oleh bapak mereka menjadi tanggungan dari saudara-saudara laki- laki dari si mendiang. Karena itu, tanah sawah si mendiang menjadi milik dari
siapa yang menjamin kehidupan si anak perempuan.
28
Pengetahuan hukum masyarakat akan dapat diketahui bila diajukan seperangkat pertanyaan mengenai pengetahuan hukum tertentu. Pertanayaan
dimaksud, dapat dijawab oleh masyarakat dengan benar sehingga kita dapat mengatakan bahwa masyarakat itu sudah mempunyai pengetahuan hukum yang
benar. Sebaliknya, bila pertanyaan-pertanyaan dimaksud tidak dijawab dengan
C.Pemahaman Masyarakat Mengenai Pendaftaran Tanah
Bila suatu peraturan perundang-undangan telah diundangkan dan diterbitkan menurut prosedur yang sah dan resmi, maka secara yuridis peraturan
perundang-undangan itu berlaku, kemudian timbul asumsi bahwa setiap warga masyarakat dianggap mengetahui adanya undang-undang tersebut.
28
Wawancara dengan Op. Manatap, Penetua adat, Pangururan, Tanggal 5 Februari 2008
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
benar, dapat dikatakan masyarakat itu belum atau kurang mempunyai pengetahuan hukum. Namun, apabila pengetahuan hukum saja yang dimiliki oleh
masyarakat, belumlah memadai, masih diperlukan pemahaman atas hukum yang berlaku. Melalui pemahaman hukum, masyarakat diharapkan memahami tujuan
peraturan perundang-undangan serta manfaatnya bagi pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh peraturan perundang-undangan yang dimaksud.
29
Menurut Pasal 1 angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang dimaksud dengan sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat 2 Undang-Undang Pokok Agraria untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak
tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. Sertifikat ini merupakan tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di Sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, untuk menjamin kepastian
hukum, Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria memerintahkan supaya pendaftaran tanah diselenggarakan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Dalam
rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Adapun pendaftaran
yang dimaksud adalah pendaftaran tanah ke Kantor Pertanahan, dimana setelah melalui proses, pihak Badan Pertanahan Nasional akan menerbitkan sertifikat
tanah yang dimohonkan pendaftarannya.
29
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, Hal 66
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.
Secara etimologi, sertifikat berasal dari bahasa Belanda “certificaat” yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu. Jadi
kalau dikatakan sertifiakat tanah adalah surat keterangan yang membuktikan hak seseorang atas sebidang tanah atau dengan kata lain keadaan tersebut menyatakan
bahwa ada seseorang yang memiliki bidang-bidang tanah tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat yang dibuat oleh instansi yang
berwenang.
30
Pasal 19 ayat 2 huruf c tidak berani menyebut bahwa surat-surat bukti sertifikat tanah adalah menjamin hak seseorang, akan tetapi disebutkannya
“surat-surat tanda bukti hak sertifikat adalah alat pembuktian yang kuat”. Dengan demikian pemilik surat bukti hak bisa mempertahankan haknya, sekalipun
ketentuan yang diminta PP Nomor 10 Tahun 1961 tidak diindahkannya.
31
Kemudian disamping sebagai alat bukti, sertifikat juga berguna sebagai jaminan. Baik sebagai jaminan utang kepada orang lain maupun jaminan utang
kepada bank. Maksudnya apabila misalnya seseorang membutuhkan pinjaman uang ke bank maka sebagai jaminan uang yang dipinjam tadi ditahanlah sertifikat
tanah tersebut hipotik. Tentu dalam hal ini keberadaan sertifikat tanah telah Menurut pendapat Muh.Yamin, surat tanda bukti disini bukanlah satu-
satunya bukti namun disebutkan hanyalah sebagai alat pembuktian yang kuat, bukan berarti sertifikat tersebut mutlak sebagai bukti.
30
Muh. Yamin, Op.cit, Hal 132
31
Ibid, Hal 129
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
membantu untuk meningkatkan pendapatan sipemilik tanah yang sekaligus meningkatkan perekonomian secara mikro, sebab ia telah mengaktifkan modal
yang diberikan bank. Dapat disimpulkan bahwa surat tanda bukti hak atau sertifikat tanah tersebut dapat berfungsi menciptakan terti hukum pertanahan serta
membantu mengaktifkan kegiatan perekonomian rakyat.
32
No Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden, dari
pertanyaan nomor 4 : “Denngan cara apa saudara i memperoleh tanah tersebut” diperoleh data sebagai berikut :
N = 200 Jawaban
Frekuensi a
Warisan 112 orang
56 b
Jual beli 27 orang
13,5 c
Pemberian hibah 61 orang
30,5 d
Lain-lain 0 orang
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara langsung dengan responden, diperoleh data bahwa sebahagian besar masyarakat Samosir
memperoleh bidang-bidang tanah yang dikuasainya, dari warisan maupun pemberian hibah. Hal ini disebabkan masih kuatnya hukum adat dan budaya
Batak Toba yang melekat pada kehidupan masyarakat ini. Hukum adat Batak Toba menganut sistem patrilineal sehingga tanah-tanah warisan harta
peninggalan dari orangtuanya hanya diwariskan kepada anak-anaknya yang laki- laki. Hal ini berhubungan dengan pewarisan marga dalam hukum adat masyarakat
Batak Toba yaitu bahwa marga laki-lakilah yang diwariskan kepada anak- anaknya. Yang berarti bahwa laki-lakilah yang meregenerasikan marganya kepada
32
Ibid, Hal 132-133
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
anak-anak yang dilahirkan istrinya. Dengan demikian harta peninggalanpun diwariskan hanya kepada anak laki-laki. Sementara anak perempuan akan
menikah dan bergabung kepada clen laki-laki suaminya dan mendapatkan warisan dari keluarga suaminya tersebut.
Oleh karena hukum adat Batak Toba hanya memperbolehkan bahwa warisan hanya jatuh ke tangan anak laki-laki, maka seseorang orangtua yang
menghendaki supaya anaknya yang perempuan juga memperoleh tanah dari harta kekayaannya, maka ia dapat memberikan bidang tanah kepada anak perempuan
tersebut pada waktu ia masih hidup. Pemberian hibah yang dimaksud sudah diterangkan pada sub bab sebelumnya. Selain melalui warisan dan pemberian
hibah, masyarakat juga memperoleh tanah melalui proses jual beli. Pembelian bidang tanah dilakukan untuk menambah tanah garapan disamping tanah warisan,
supaya tetap dapat mempertahankan hidupnya. Dari wawancara yang dilakukan penulis terhadap responden ketika
responden menjawab pertanyaan nomor 5 : “Apakah bukti tertulis yang saudarai pegang sebagai bukti bahwa tanah tersebut adalah milik saudara i ?” diperoleh
jawaban sebagai berikut : N= 200
No Jawaban Frekuensi
a Surat segel yang dibuat dengan dihadiri saksi-saksi
90 orang 45
b Grand sultan, grand C, kadaster
0 orang c
Sertifikat yang dikeluarkan oleh BPN melalui prosedur
31 orang 15,5
d Surat keterangan dari Kepala Desa Camat Bupati
2 orang 1
e Tidak ada bukti surat
77 orang 38,5
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
Oleh karena tanah-tanah yang dimiliki masyarakat sebahagian besar berasal dari tanah warisan dan pemberian hibah, maka bukti yang dipegang
masyarakat sebagai tanda bahwa seseorang itulah pemilik suatu bidang tanah, hanyalah surat segel yang dibuat dengan tulisan tangan warna hitam diatas putih
yang juga dihadiri dan ditanda tangani kedua belah pihak bersama dengan saksi- saksi. Bahkan ada juga masyarakat pemilik tanah yang tidak memegang suatu
bukti tertulis atas tanahnya. Hal ini disebabkan tanah tersebut adalah tanah warisan dan sejak dari nenek moyangnya tidak pernah ada gangguan dari pihak
lain, dengan kata lain tanah tersebut selama ini aman dari gugatan orang lain, sehingga menurut pemiliknya tidak perlu ada bukti tertulis. Sedangkan
masyarakat pemilik tanah yang sudah mendaftarkan tanahnya ke Badan Pertanahan Nasional masih sangat sedikit, bisa dihitung dengan jari.
Masyarakat yang sudah memegang alat bukti tertulis berupa surat segel berpendapat bahwa sudah cukup bagi mereka untuk menguasai tanah tersebut dan
hanya memegang surat segel sebagai bukti tertulis. Pemahaman mereka adalah bahwa surat segel tersebutlah yang dianggap sebagai surat tanah sertifikat. Surat
segel tersebutlah yang dianggap mereka sebagai bukti tertulis terkuat jika terjadi suatu gugatan sengketa tanah. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian,
menunjukkan pemahaman masyarakat akan pendaftaran tanah sangat minim. Bahkan senahagian besar dari pemilik tanah tersebut tidak mengerti dan belum
pernah mendengarkan istilah pendaftaran tanah maupun sertifikasi tanah. Keadaan ini juga menunjukkan minimnya pemahaman masyarakat akan manfaat dan tujuan
pendaftaran tanah itu. Dari keterangan masyarakat juga diketahui bahwa
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
masyarakat belum pernah mengikuti suatu sosialisasi maupun penyuluhan hukum mengenai pendaftaran tanah. Jadi masyarakat pemilik tanah tidak mengetahui
bahwa suatu bidang tanah harus didaftarkan ke Badan Pertanahan Nasional dan memperoleh sertifikat, sehingga akan menjamin kepastian hukum bagi bidang
tanah yang dikuasainya. Hal tersebut dapat diketahui melalui jawaban responden melalui pertanyaan 6 :
“Pernahkah saudarai mendengar istilah pendaftaran tanah?” : N= 200
No Jawaban Frekuensi
a Pernah
146 orang 73
b Tidak Pernah
54 orang 27
Jadi secara umum gambaran pemahaman masyarakat Kabupaten Samosir mengenai pendaftaran tanah adalah sebahagian besar masyarakat belum
mengetahui dan mengerti mengenai arti penting Pendaftaran Tanah. Dari hal-hal yang diuraikan sebelumnya, mereka menganggap bahwa surat segellah yang
disebut sebagai surat tanah yang sah, hal ini membukt ikan bahwa mereka tidak mengetahui bahwa surat tanah yang berlaku sebagai bukti yang paling otentik
adalah sertifikat. Sebagaimana kita ketahui bahwa sertifikat baru dapat dikeluarkan setelah dilakukan pendaftaran dengan melalui suatu proses yang
diselenggarakan oleh Badan Pertahanan Nasional. Apabila masyarakat sendiri belum mengetahui sertifikat sebagai bukti tertulis yang lebih otentik, berarti
mereka juga tidak mengerti pendaftaran tanah. Selain itu, masyarakat juga belum mengetahui manfaat dari pendaftaran tanah itu sendiri, karena mereka tidak
berpikir jauh kedepan, karena keamanan yang dialami selama ini.
Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
BAB III HAMBATAN-HAMBATAN