Ditinjau Dari Kesadaran hukum masyarakat

Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008. USU Repository © 2009 N= 200 No Jawaban Frekuensi a Pernah b Tidak pernah 200 100 Berbeda dengan masyarakat kota yang setiap saat dapat mengakses internet untuk mencari informasi hukum, maka di pedesaan, jika pemerintah tidak mensosialisasikannya langsung kepada masyarakat, maka masyarakat akan memiliki pengetahuan hukum yang minim.Begitu juga keadaan masyarakat Kabupaten Samosir yang belum mendapatkan sosialisasi hukum mengenai pendaftaran tanah oleh Badan Pertanahan Nasional. Jadi, minimnya pengetahuan hukum masyarakat menjadi salah satu hambatan pendaftaran tanah di Kabupaten Samosir. Dari tabel diatas jelas menggambarkan penyuluhan hukum tentang pendaftaran tanah belum menyentuh masyarakat. Dimana dari 200 responden, tiadak ada seorangpun yang pernah mengikuti penyuluhan hukum.

B. Ditinjau Dari Kesadaran hukum masyarakat

Dari hasil pertanyaan nomor 8 :”Apa yang menjadi hambatan bagi audarai dalam rangka pendaftaran tanah?” diperoleh jawaban sebagai berikut : N= 200 No Jawaban Frekuensi a Faktor sosial ekonomi taraf hidup 87 orang 43,5 b Tidak mengerti tidak memahami arti penting pendaftaran tanah 113 orang 56,5 c Lain-lain 0 orang Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008. USU Repository © 2009 Dari data yang diperoleh, menunjukkan kurangnya pemahaman masyarakat akan arti penting pendaftaran tanah. Masyarakat mengakui bahwa mereka tidak mengerti dan mengetahui bahwa bidang-bidang tanah yang dikuasainya harus didaftarkan. Kurangnya pengetahuan ini secara langsung mengakibatkan kurangnya pemahaman masyarakat. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, apabila masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang suatu peraturan hukum, masyarakat tersebut sudah barang tentu tidak akan memiliki pemahaman akan peraturan hukum dimaksud. Pada hakekatnya, dengan suatu pemahamanlah akan tumbuh suatu kesadaran hukum. Akan tetapi dalam hal ini, masyarakat Kabupaten Samosir yang sama sekali minim pemahamannya akan arti penting pendaftaran tanah, akan menentukan tingkat kesadaran hukumnya. Kesadaran hukum pada dasarnya terletak pada hati nurani manusia itu sendiri. Akan tetapi semakin hari, kesadaran hukum tersebut semakin merosot. Oleh sebab itu, salah satu cara menumbuhkannya kembali adalah dengan memberi penerangan atau sosialisasi hukum dan peraturan perundang-undangan kepada masyarakat. Masyarakat Kabupaten Samosir memiliki pemahaman yang kurang akan arti penting pendaftaran tanah, sementara sosialisasi peraturan perundang- undangan yang mengatur hal tersebutpun tidak pernah disosialisasikan kepada mereka. Akan tetapi berdasarkan keterangan dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Samosir, bahwa pihak Badan Pertanahan Nasional tersebut sudah mengadakan sosialisasi mengenai pendaftaran tanah kepada Kepala Desa dan Kelurahan di seluruh Kabupaten Samosir. Dimana melalui sosialisasi tersebut , Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008. USU Repository © 2009 Kepala Desa-Kepala Desa dan Kelurahan akan mensosialisasikannya kembali kepada masyarakat. Namun masyarakat sendiri mengaku belum mengetahui dan memahami arti penting pendaftaran tanah. Hal ini menunjukkan bahwa mereka juga belum pernah mendapatkan sosialisasi itu dari Kepala Desa atau Lurahnya. Tidak dapat diketahui dengan jelas, apa yang menyebabkan proses sosialisasi ini tidak berjalan, apakah masyarakat yang tidak mau dikumpulkan untuk mengikuti sosialisi ataukah karena tidak ada dan kepada Kepala Desa untuk melakukan sosialisasi. Akibat dari pemahaman yang minim tersebut adalah kurangnya kesadaran hukum masyarakat tersebut untuk mendaftarkan tanahnya. Jadi pemahaman dan kesadaran masyarakat juga menjadi penghambat pelaksanaan pendaftaran tanah. Dengan kata lain bahwa masyarakat yang mengetahui pendaftaran tanah, namun tidak memahami dan mengetahui manfaatnya, pasti mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat yang berdampak pada terhambatnya proses pendaftaran tanah. C. Ditinjau dari Keadaan Ekonomi dan Sosial Budaya Penduduk UUPA tidak menerapkan diskriminasi terhadap warga negara seperti antara pria dan wanita atau antara pribumi dan turunan, namun UUPA tidak menutup mata terhadap masih adanya perbedaan dalam keadaan masyarakat dan keperluan hukum dari golongan-golongan rakyat, yakni antara rakyat kaya dengan rakyat miskin atau antara penduduk kota dan desa. Pasal 11 ayat 2 UUPA menentukan bahwa perbedaan keadaan masyarakat dan keperluan hukum Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008. USU Repository © 2009 golongan rakyat dimana perlu dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional diperhatikan, dengan menjamin perlindungan terhadap kepentingan golongan ekonomi lemah. Hal ini dipertegas dalam penjelasan UUPA tentang dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan hukum dengan menyebut “dijamin perlindungan terhadap kepentingan golongan ekonomi lemah”. Perlindungan terhadap kepentingan golongan ekonomi lemah ini termasuk ketika melakukan usaha penatagunaan tanah yang meliputi peruntukan, penggunaan dan persediaan tanah Pasal 14 UUPA serta kegiatan pemeliharaan tanah, menambah kesuburan dan mencegah kerusakannya Pasal 15 UUPA. Bahkan dalam hal pendaftaran tanah, rakyat yang tidak mampupun, dibebaskan dari pembayaran biaya pengukuran, perpetaan pembukuan, hingga penerbitan tanda bukti haknya Pasal 19 ayat 4 UUPA. Dalam hal ini PRONA yang bertujuan melakukan pensertifikatan tanah secara massal di seluruh wilayah Indonesia dengan mengutamakan golongan ekonomi lemah dan hingga kini masih terus digalakkan, merupakan jawaban pemerintah BPN untuk menjabarkan prinsip UUPA tersebut, karena biaya yang dibebankan kepada pemilik tanah relatif murah. 35 Sebahagian besar penduduk Kabupaten Samosir menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini ditunjukkan oleh hamparan daerah pertanian, khususnya persawahan yang terhampar luas. Akan tetapi masih banyak penduduk yang hanya memiliki bidang tanah yang tidak terlalu luas atau tidak mencukupi untuk diusahai bagi peningkatan taraf hidup. Selain itu, sebagai usaha 35 Muh. Yamin, Op.cit. Hal 39-40 Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008. USU Repository © 2009 rumah tangga, umumnya setiap keluarga mengelola dan mengusahakan usaha peternakan yaitu beternak babi, sapi, kuda, kerbau,kambing, domba dan unggas. Usaha perikanan juga dikelola sebagai usaha rumah tangga, baik sebagai kegiatan, budidaya maupun kegiatan penangkapan ikan. Budidaya perikanan dilakukan di kolam, sawah, jaring apung, kolam air deras dan pembenihan, sedangkan usaha penangkapan dilakukan di danau, sungai dan rawa. Disamping itu, ada juga penduduk yang meningkatkan taraf hidupnya melalui potensi pariwisata dan industri kecil. 36 Dari segi budaya, hukum adat Batak Toba yang menganut sistem patrilineal mengakibatkan warisan harta peninggalan orangtua hanya dapat diwariskan kepada anaknya yang laki-laki. Tanah sebagai salah satu unsur warisan yang sangat berharga dan bernilai religius bagi masyarakat Batak Toba,dibagi oleh anak laki-laki setelah bapaknya meninggal. Akan tetapi hal yang Dari hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa, sebahagian besar penduduk masih sulit untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya,mereka masih berusaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya masing-masing. Dengan kondisi yang demikian, selain mereka tidak mengerti dan tidak memahami arti penting pendaftaran tanah, faktor yang menjadi hambatan bagi mereka adalah taraf hidup ekonomi yang tidak mampu untuk mendaftarkan tanahnya. Hal ini dapat diterima akal, karena bagaimana seseorang dapat mendaftarkan tanahnya dengan mengeluarkan biaya yang cukup besar, sementara kebutuhan primer sehari-haripun belum terpenuhi. 36 Profil Kabupaten Samosir, Op.cit Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008. USU Repository © 2009 sering terjadi adalah setelah orangtua meninggal, anak-anak laki-laki tidak langsung mengadakan pembagian warisan tersebut, sehingga tidak ada seorangpun yang berhak mendaftarkan tanah tersebut, karena pemilik tanah tersebut ada beberapa orang. Bahkan sengketa tanah sering terjadi ketika mengadakan pembagian, karena serng ada pihak-pihak dalam pembagian itu yang merasa tidak adil. Sementara bagi masyarakat yang memperoleh bidang tanah melalui pemberian hibah, hanya dapat mendaftarkan tanah pemberian yang jenisnya adalah “ulos na so ra buruk”, karena hanya pemberian jenis inilah yang diberikan secara permanen menjadi hak milik yang menerima hibah. Sedangkan jenis pemberian hibah diluar jenis ini, tidaklah permanen, karena suatu saat dapat ditarik kembali oleh pihak yang memberi. Jika suatu bidang tanah adalah hasil pemberian yang jenisnya diluar pemberian “ulos na so ra buruk”, maka hal ini menjadi salah satu penghambat bagi masyarakat untuk mendaftarkan bidang tanah tersebut. Kepada pihak yang memberi juga tidak dapat mendaftarkannya karena ia tidak dapat menarik pemberian hibah itu tanpa suatu alasan. Masyarakat Kabupaten Samosir yang secara geografis terpisah dengan daerah-daerah lain, dalam kenyataannya belum begitu banyak berinteraksi dengan hukum adat daerah lain dan tidak banyak bertukar pikiran mengenai pendaftaran tanah maupun konsep-konsep hukum mengenai tanah, sehingga masih banyak dari masyarakat yang menutup diri dari hukum dan bahkan memiliki sifat negatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah. Selain itu, tanah yang dikuasai masyarakat adalah tanah turun temurun dari nenek moyangnya, sebahagian besar dari masyarakat tidak belum pernah Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008. USU Repository © 2009 menghadapi sengketa tanah. Tidak pernah ada gugatan terhadap tanahnya, sehingga ia merasa tanahnya benar-benar aman dan tidak akan ada seorangpun yang akan menggugatnya. Tuti Hautabalian : Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Samosir, 2008. USU Repository © 2009

BAB IV PERANAN DAN UPAYA PEMERINTAH