Ciri Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia SMKMAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X

A. Tujuan Menyimak

Menyimak adalah keterampilan mendengarkan sesuatu dengan sengaja untuk tujuan tertentu.

B. Pemahaman terhadap Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda

Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa, secara umum fonem vokal dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi delapan bunyi ujaran, walaupun penulisannya hanya lima. Delapan bunyi ujaran itu adalah a, i, u, e, ə, ε, o, Tekanan adalah panjang-pendek, tinggi-rendah, atau keras lembutnya pengucapan. Intonasi ialah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat. Jeda adalah penghentian atau kesenyapan yang secara tertulis ditandai oleh spasi, garis miring , tanda koma ,, tanda titik koma ;, tanda titik dua:, tanda hubung -, tanda pisah –.

C. Ciri Bahasa Indonesia Baku

Ciri bahasa Indonesia baku adalah formal, dinamis, cendekia, memiliki kesamaan kaidah, dan pelafalan yang tidak mencerminkan kedaerahan atau asing. RANGKUMAN Bacalah cerpen di bawah ini Kesabaran Berbuah Singa Dalam kitab al–Kabair, Imam adz–Dzahabi meriwayatkan kisah orang shalih yang memiliki saudara. Suatu saat ketika ia berkunjung, ia disambut istri saudaranya itu dengan kasar dan tidak sopan. Tak lama kemudian, orang yang ditunggu–tunggu datang sambil menuntun seekor singa yang di atas punggungnya terdapat seikat kayu bakar. Bahasa Indonesia SMKMAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X Kemudian, ia mempersilakan tamunya masuk sedangkan istrinya masih terus mengomel. Setelah makan, tamunya itu pamit pulang dengan penuh heran atas kesabaran saudaranya pada perlakuan istrinya. Tahun berikutnya ia berkunjung lagi. Ketika mengetuk rumah saudaranya, dari dalam terdengar suara istri saudaranya, “Siapa di luar?” Ia menjawab, “Saya saudara suamimu.” Wanita itu berkata lagi, “ Selamat datang, harap menunggu sebentar, Insya Allah ia akan datang dengan selamat.” Orang itu kagum pada tutur kata istri saudaranya yang lembut dan sopan itu. Tak lama kemudian, saudaranya datang sambil memikul kayu bakar. Bertambah heranlah ia melihat kejadian itu. Setelah mengucapkan salam, pemilik rumah mempersilakan tamunya. Tak lama kemudian, istri saudaranya itu menghidangkan makanan dengan sopan. Ketika akan pulang, ia berkata pada saudaranya, “ Wahai saudaraku, jawab dengan jujur. Setahun lalu ketika aku mengunjungimu, kudengar kata – kata istrimu yang kasar. Lalu aku melihatmu datang dengan seekor singa yang selalu menuruti perintahmu membawakan kayu bakar. Sedang kini kulihat tutur kata istrimu yang sopan, namun aku melihatmu membawa kayu bakar sendirian.” Saudaranya menjawab, “ Wahai saudaraku, istriku yang cerewet itu telah wafat. Dulu ketika kami hidup bersama, aku selalu bersabar dan memaakan segala perilakunya yang buruk padaku. Karena itulah Allah menjinakkan seekor singa agar membantuku membawa kayu bakar. Setelah menikah dengan istri keduaku yang salihah, aku hidup bahagia dan singa itu meninggalkanku.” Dikutip dari Majalah Sabili, September 2005