Pilihan Kata dan Bentukan Kata dalam Konteks atau Topik Pembicaraan

Bahasa Indonesia SMKMAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X 2. Sepak bola : kesebelasan, liga, galatama, copa Amerika, FIFA, striker, pinalti, kiper, hatrik, dan sebagainya. 3. Film : jam tayang, durasi, aktor, aktris, judul, sinetron, layar lebar, piala citra, top rating, dan sebagainya. 4. Musik : group band, konser, musisi, lagu, fans, vokalis, lagu favorit, request, platinum, dan sebagainya. 5. Internet : chating, e-mail, website, browser, situs, home page, neter, dan sebagainya. Pemilihan bentukan kata juga menentukan proses penyampaian maksud. Banyak kata atau bentukan kata yang secara umum memiliki kesamaan arti, tapi sesungguhnya mengandung pengertian khusus yang berbeda. Pilihan dan penggunaan bentukan kata yang tepat menjadikan kalimat lebih cermat dan terarah sehingga terhindar dari salah pengertian, misalnya kata membawa memiliki kata–kata sepadan yang secara khusus maknanya berbeda, yaitu memanggul, menggendong, dan menjinjing. Masing– masing kata ini mempunyai makna dan ciri khusus yang membedakan satu sama lain. Meskipun sama–sama membawa, pengertian memanggul ialah membawa dengan meletakkan barang bawaan di bahu, menggendong ialah membawa dengan kedua tangan sejajar dengan dada, menjinjing ialah membawa dengan tangan menggenggam barang bawaan seperti tas. Contoh dalam kalimat : - Ia terpaksa memanggul karung beras itu sampai ke rumah. - Guru BP menggendong siswa yang pingsan itu ke ruang UKS. - Ibu itu menjinjing belanjaannya yang berisi sayuran. Seseorang dapat memanfaatkan kata bersinonim tersebut untuk lebih menekankan makna kata kepada pengertian yang lebih khusus agar topik pembicaraan lebih terarah. Bahasa Indonesia SMKMAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X

B. Memanfaatkan Kata Bersinonim untuk Menghindari Kata yang Sama dalam KalimatParagraf

Penguasaan kosakata yang tidak banyak, dapat menyulitkan seseorang untuk merangkai kalimat untuk menjelaskan sesuatu baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Kalimat yang dibuat dapat berisi banyak kata yang sama dan diulang-ulang. Kalimat menjadi tidak cermat atau kurang efektif atau berkesan mubazir. Mengurangi penggunaan kata yang berlebihan dan berulang-ulang dalam kalimat dapat diatasi dengan pemakaian kata yang bersinonim. Dengan penggunaan kata yang sepadan, kalimat menjadi tidak kaku serta lebih variatif. Contoh: 1a. Jumlah wisatawan kembali meningkat di Bali pasca tertangkapnya para tersangka peledak, bom Bali yang menghebohkan dunia itu. Para wisatawan merasa tak akan ada lagi aksi terorisme di Pulau Bali tersebut. Sebelumnya kunjungan wisatawan di Bali merosot drastis. 1b. Jumlah wisatawan kembali meningkat di Bali pasca tertangkapnya para tersangka peledak, bom Bali yang menghebohkan dunia itu. Para turis asing merasa tak akan ada lagi aksi terorisme di Pulau Dewata tersebut. Sebelumnya kunjungan wisman di Bali merosot drastis. 2a. Polisi tidak mentoleransi adanya aksi unjuk rasa saat pemilihan umum daerah berlangsung, yang pasti akan mengganggu jalan pemilihan umum daerah tersebut. Setiap aksi unjuk rasa akan ditindak tegas oleh polisi, siapa pun dan dari mana pun unjuk rasa itu berasal. 2b. Aparat keamanan tidak mentolerasi adanya demonstrasi saat pemilihan umum daerah berlangsung yang pasti akan mengganggu jalannya pesta demokrasi tersebut. Setiap aksi demontrasi akan ditindak tegas oleh polisi, siapapun dan dari manapun aksi massa itu berasal. Bahasa Indonesia SMKMAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X

C. Makna Leksikal, Kontekstual, Struktural, dan Makna Metaforis

Pilihan kata juga berkaitan dengan pertimbangan menggunakan kata yang memiliki makna-makna tertentu. Sebuah kata tidak serta-merta hanya memiliki satu makna atau pengertian. Tapi, sebuah kata dapat dimaknai secara leksikal, kontekstual, ataupun struktural. Yang dimaksud dengan makna leksikal ialah makna yang sesuai dengan konsep yang digambarkan pada kata tersebut. Makna leksikal disebut juga makna yang sesuai dengan referensial kata tersebut. Contoh kata kerbau adalah binatang mamalia bertanduk yang makanannya rumput atau sejenis sapi, sedangkan makna kontekstual ialah makna yang muncul sesuai dengan konteks kata tersebut dipergunakan. Artinya, makna tersebut muncul sebagai makna tambahan di samping makna sebenarnya berupa kesan-kesan yang ditimbulkan oleh sebab situasi tertentu, misalnya ungkapan dasar kerbau, kerjaannya makan tidur saja tentu yang dimaksud kerbau bukan binatang bertanduk tapi menunjuk pada manusia. Contoh lain ialah kata kursi, secara leksikal maknanya adalah tempat untuk duduk. Kursi pada kalimat banyak kursi yang nilainya puluhan juta saat pemilu , bermakna jabatan yang diperjualbelikan. Selain makna leksikal dan kontekstual, ada makna struktural atau gramatikal. Makna struktural adalah makna yang muncul akibat kata mengalami proses aiksasi atau penambahan imbuhan serta proses reduplikasi dan proses komposisi. Kata terdengar, misalnya pada kalimat suaranya terdengar sampai ke belakang berarti dapat didengar tapi kata ter- dengar yang memiliki kata dasar sama yaitu dengar, pada kalimat rencana jahatnya terdengar oleh tetangganya berarti tidak sengaja. Demikian pula pada kata buku dengan buku-buku yang mengalami reduplikasi menimbulkan makna jamak yang artinya banyak buku makna yang berbeda juga dapat ditimbulkan oleh akibat komposisi kata. Misalnya, kata sate ayam tidak sama maknanya dengan sate madura yang pertama menunjukkan bahan dan yang kedua menunjukkan tempat. Makna metaforis adalah makna yang ditimbulkan oleh adanya unsur perbandingan di antara dua hal yang memiliki ciri makna yang sama. Contoh kata kaki dengan ungkapan kaki langit, kaki gunung, dan kaki meja. Kaki tetap menunjukkan bagian bawah, namun ungkapan kaki langit bermakna horizon, kaki gunung berarti lembah, dan kaki meja adalah tiang- tiang penyanggah meja. Benda yang ditunjukkan berbeda tetapi memiliki kemiripan keberadaan, yaitu di bagian bawah. Demikian pula dengan kata kepala yang membentuk perbandingan kepala kereta, kepala pemerintahan, dan