Berdasarkan gambaran dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Financial Leverage, dan Kebijakan Dividen terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan
Property Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013”
.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan : apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage,
dan kebijakan dividen berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan property real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan kebijakan dividen terhadap praktik perataan
laba pada perusahaan property real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu : 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pemahaman dan wawasan
peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba
Universitas Sumatera Utara
pada perusahaan property real estate yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi investor maupun calon investor, diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi bahan pertimbangan bagi investor maupun calon
investor yang berkepentingan untuk berinvestasi. 3. Bagi pengetahuan di kalangan umum, hasil penelitian ini dapat menambah
pemahaman dan wawasan untuk mereka yang berminat mempelajari lebih jauh tentang investasi.
4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan bahan perbandingan dan tambahan masukan dalam penelitian yang berkaitan dengan praktik
perataan laba.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses atau siklus akuntansi. Siklus akuntansi terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap pencatatan, meliputi analisis transaksi dan bukti-bukti transaksi, penjurnalan, dan pemindahbukuan posting dari jurnal ke akun-akun.
2. Tahap pengikhtisaran, meliputi pembuatan neraca saldo. 3. Tahap pembuatan laporan keuangan pelaporan, yaitu pembuatan laporan
laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi keuangan, dan laporan arus kas.
Menurut Kieso et al.2007: 2 definisi laporan keuangan adalah sebagai berikut:
Laporan keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan ini
menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan financial statements yang sering disajikan adalah 1
neraca, 2 laporan laba-rugi, 3 laporan arus kas, dan 4 laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan
atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan oleh IAI menurut PSAK No. 1 dalam Ng dkk, 2012: 120 adalah “untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja,
dan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi beragam pengguna laporan dalam membuat keputusan ekonomi”.
Tujuan laporan keuangan menurut A Statement of Basic Accounting Theory ASOBAT dalam Harahap 2012: 126, merumuskan empat tujuan
laporan keuangan sebagai berikut : a. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang
terbatas dan untuk menetapkan tujuan. b. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan
faktor produksi lainnya. c. Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan.
d. Membantu fungsi dan pengawasan sosial.
Menurut APB Statement No. 4 dalam Harahap 2012: 126, tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut:
a. Tujuan Khusus Tujuannya untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha,
dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP.
b. Tujuan Umum Adapun tujuan umum laporan keuangan disebutkan sebagai berikut :
1. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber - sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan dengan maksud :
a. untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan; b. untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya;
c. untuk menilai kemampuannya untuk menyelesaikan utang-
utangnya; d. menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaannya
yang ada untuk pertumbuhan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam
mencari laba dengan maksud : a. memberikan gambaran tentang dividen yang diharapkan
pemegang saham; b. menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban kepada kreditor, supplier, pegawai, pajak, mengumpulkan dana untuk perluasan perusahaan;
c. memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan
pengawasan; d. menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan
mendapatkan laba dalam jangka panjang; 3. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang
perubahan harta dan kewajiban. 5. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan
para pemakai laporan. c. Tujuan Kualitatif
Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statement No. 4 adalah sebagai berikut:
1. Relevance
Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan.
2. Understandability Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting
tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya. 3. Verifiability
Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama.
4. Neutrality Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu saja.
5. Timeliness Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat. 6. Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu
perusahaan maupun perusahaan lain.
7. Completeness Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua
kebutuhan yang layak dari para pemakai.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan
IAI dalam PSAK No. 1 paragraf 10 dalam Ng dkk, 2012: 120 menyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-
komponen berikut ini: a. laporan posisi keuangan neraca pada akhir periode;
b. laporan laba rugi komprehensif; c. laporan perubahan ekuitas;
d. laporan arus kas; e. kebijakan akuntansi beserta catatan atas laporan keuangan;
f. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan
ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan
keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Menurut Warren et al. 2005: 24, laporan keuangan yang utama bagi perusahaan ada empat macam yaitu:
1. Laporan laba rugi 2. Laporan ekuitas pemilik
3. Neraca 4. Laporan arus kas
1. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode
waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep
penandingan. Konsep ini diterapkan dengan menandingkan atau mengaitkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan
bersih. Jika beban melebihi pendapatan, maka disebut rugi bersih. 2. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan ekuitas pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan
ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba
bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demikian juga, laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan
neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di neraca. Oleh karena itu, laporan ekuitas pemilik sering kali dipandang sebagai
penghubung antara laporan laba rugi dengan neraca. 3. Neraca
Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Neraca
melaporkan jumlah aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada akhir bulan atau akhir tahun. Bentuk neraca ada dua macam, yaitu: 1 bentuk akun
account form yang menempatkan aktiva di sebelah kiri, sedangkan kewajiban dan ekuitas pemilik di sebelah kanan, dan 2 bentuk laporan
report form yang menempatkan kewajiban dan ekuitas pemilik di bawah aktiva.
Universitas Sumatera Utara
4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas
selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Arus kas dari aktivitas operasi Bagian ini melaporkan ikhtisar penerimaan dan pembayaran kas yang
menyangkut operasi perusahaan. b. Arus kas dari aktivitas investasi
Bagian ini melaporkan transaksi kas untuk pembelian atau penjualan aktiva tetap atau permanen.
c. Arus kas dari aktivitas pendanaan Bagian ini melaporkan transaksi kas yang berhubungan dengan investasi
pemilik, peminjaman dana, dan pengambilan uang oleh pemilik.
2.1.1.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
FASB dalam SFAC No. 2 dalam Kieso et al., 2007: 36 secara lebih spesifik membagi karakteristik kualitatif laporan keuangan ke dalam dua kategori
sebagai berikut : 1. Kualitas Primer : Relevansi dan Reliabilitas
a. Relevansi Agar relevan, informasi akuntansi harus mampu membuat
perbedaan dalam sebuah keputusan. Jika tidak mempengaruhi keputusan, maka informasi tersebut dikatakan tidak relevan
terhadap keputusan yang diambil. Informasi yang relevan akan membantu pemakai :
i. Membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan masa depan; yaitu memiliki nilai
prediktif predictive value.
Universitas Sumatera Utara
ii. Menjustifikasi atau mengoreksi ekspektasi atau harapan masa lalu; yaitu memiliki nilai umpan balik feedback
value. iii. Mengambil keputusan sebelum informasi tersebut
kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil; yaitu memiliki ketepatan waktu timeliness.
b. Reliabilitas Informasi akuntansi dianggap handal jika dapat diverifikasi,
disajikan secara tepat, serta bebas dari kesalahan dan bias. Reliabilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak
memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.
i. Daya-uji verifiability ditunjukkan ketika pengukur- pengukur independen, dengan menggunakan metode
pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa. ii. Ketepatan penyajian representational faithfulness berarti
bahwa angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang betul-betul ada dan terjadi.
iii. Netralitas neutrality berarti bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu.
Informasi yang disajikan harus faktual, benar, dan tidak bias.
2. Kualitas Sekunder : Komparabilitas dan Konsistensi a. Komparabilitas
Informasi dari berbagai perusahaan dipandang memiliki komparabilitas jika telah diukur dan dilaporkan dengan cara yang
sama. Komparabilitas memungkinkan pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan riil dalam peristiwa ekonomi
antarperusahaan.
b. Konsistensi Apabila sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang
sama untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periode ke periode, maka entitas tersebut dianggap konsisten dalam menggunakan
standar akuntansi. Itu tidak berarti bahwa perusahaan tidak boleh beralih dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya.
Perusahaan dapat mengganti satu metode dengan metode lainnya, tetapi perusahaan harus dapat menunjukkan bahwa metode yang
baru lebih baik daripada metode sebelumnya. Kemudiaan sifat dan pengaruh perubahan akuntansi, serta alasannya, harus diungkapkan
dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan.
2.1.2 Teori Keagenan
Menurut Anthony dan Govindarajan dalam Budiasih, 2007, teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki
Universitas Sumatera Utara
asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.
Keown et al. 2001: 18 menyatakan bahwa, Masalah keagenan agency problem adalah masalah yang berasal dari
konflik kepentingan antara manajer agen dan pemegang saham. Walaupun tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan para
pemegang saham, kenyataannya masalah keagenan dapat terjadi pada saat tujuan ini diimplementasikan. Masalah keagenan timbul akibat dari
pemisahan tugas antara pemegang manajemen perusahaan dengan pemegang saham.
Menurut Brigham Daves dalam Lubis dan Putra, 2014: 11 mengenai
hubungan keagenan adalah sebagai berikut: Hubungan keagenan timbul pada saat seorang atau lebih individu yang
disebut sebagai Principal : 1 menggaji individu lain yang disebut sebagai Agent untuk memberikan jasa kepadanya, 2 kemudian mendelegasikan
otoritas pengambilan keputusan kepada Agent tersebut. Didalam konteks manajemen keuangan, hubungan keagenan tersebut terutama antara : 1
pemegang saham dengan manajer, 2 manajer dengan debitur yang memberikan hutang, dan 3 antara manajer dan para pemegang saham,
dan debitur yang pada suatu waktu akan menyebabkan distress keuangan financial distress.
2.1.3 Manajemen Laba
Manajemen laba dapat didefinisi sebagai intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi
Wild et al., 2005: 120. Stice dan Skousen 2004: 420 menyatakan bahwa terdapat empat alasan
yang menjadi pendorong para manajer untuk memanipulasi laba yang dilaporkan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Memenuhi target internal. 2. Memenuhi harapan eksternal.
3. Meratakan atau memuluskan laba income smoothing. 4. Mendandani laporan keuangan window dressing untuk keperluan
penawaran saham perdana initial public offering-IPO atau untuk memperoleh pinjaman dari bank.
Menurut Wild et al. 2005: 118, manajemen laba dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a. Mengubah metode akuntansi, yang merupakan bentuk manajemen laba yang paling jelas terlihat.
b. Mengubah estimasi dan kebijakan akuntansi yang menentukan angka akuntansi, suatu bentuk manajemen laba yang lebih samar.
Menurut Wild et al. 2005: 120, terdapat tiga jenis strategi manajemen laba antara lain:
1. Manajer meningkatkan laba increasing income periode kini. Salah satu strategi manajemen laba adalah meningkatkan laba yang
dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Cara ini juga memungkinkan peningkatan laba selama
beberapa periode.
2. Manajer melakukan “mandi besar” big bath melalui pengurangan laba periode ini.
Strategi big bath dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan
kinerja yang buruk sering kali pada masa resesi dimana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk atau peristiwa saat terjadi satu
kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi. Strategi big bath juga sering kali dilakukan setelah
strategi peningkatan laba pada periode sebelumnya.
3. Manajer mengurangi fluktuasi laba dengan perataan laba income smoothing.
Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Pada strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan
untuk mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan menciptakan
cadangan atau “bank” laba dan kemudian melaporkan laba ini saat
Universitas Sumatera Utara
periode buruk. Banyak perusahaan menggunakan bentuk manajemen laba ini.
2.1.4 Perataan Laba 2.1.4.1 Pengertian Perataan Laba
Beidleman 1973 yang dikutip oleh Belkaoui 2000: 56 menyatakan bahwa:
Perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisi sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil atau fluktuasi pada tingkat earnings yang
dianggap normal bagi suatu perusahaan. Dalam pengertian ini perataan merepresentasi suatu bagian upaya manajemen perusahaan untuk
mengurangi variasi tidak normal dalam earnings pada tingkat yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.
Koch 1981 dalam Subhekti 2008: 25 mendefinisikan perataan laba sebagai suatu alat yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba
yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi maupun secara riil melalui transaksi.
Menurut Fudenberg dan Tirole 1995 dalam Sugiarto 2003: 351 mendefinisikan perataan laba sebagai berikut: “Perataan laba adalah proses
manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil”.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perataan laba yang dilakukan oleh manajemen bertujuan agar laba yang dilaporkan terlihat stabil, laba
yang stabil akan menarik perhatian investor untuk menanamkan investasinya pada perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2 Klasifikasi dan Dimensi Perataan Laba
Eckel 1981 dalam Dwiatmini dan Nurkholis 2001 menggolongkan perataan laba ke dalam dua tipe, yaitu:
1. Perataan alami natural smoothing Perataan alami adalah perataan laba yang terjadi akibat proses
menghasilkan laba. 2. Perataan yang disengaja intentionally smoothing
Perataan yang disengaja merupakan hasil dari artificial smoothing maupun real smoothing. Artificial smoothing muncul ketika
manajemen memanipulasi waktu pencatatan akuntansi untuk menghasilkan perataan laba. Artificial smoothing merupakan
implementasi prosedur-posedur akuntansi untuk memindahkan beban danatau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain. Real
smoothing muncul ketika manajemen melakukan tindakan untuk mengendalikan kejadian ekonomi tertentu yang mempengaruhi laba
yang akan datang.
Barnea et al. yang dikutip Belkaoui 2000: 59 membagi perataan laba ke dalam tiga dimensi, yaitu:
1. Perataan melalui terjadinya peristiwa danatau pengakuan: manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi sedemikian rupa
sehingga efek transaksi tersebut terhadap income akan cenderung memperkecil variasinya dari waktu ke waktu. Waktu terjadinya
peristiwa yang direncanakan misalnya riset dan pengembangan sebagian besar akan merupakan fungsi dari aturan akuntansi yang
mengatur tentang pengakuan akuntansi terhadap peristiwa tersebut.
2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu: berkaitan dengan terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, manajemen memiliki
kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.
3. Perataan melalui klasifikasi atau disebut perataan klasifikatori: ketika statistik laporan income selain income bersih nilai bersih
semua pendapatan dan biaya merupakan objek perataan, manajemen dapat mengklasifikasikan elemen-elemen dalam laporan income untuk
mengurangi variasi dari waktu ke waktu dalam statistik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.3 Motivasi Manajer Melakukan Praktik Perataan Laba
Dye 1988 dalam Suwito dan Herawaty 2005 menyatakan bahwa perataan laba terjadi karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal,
dengan tujuan: 1. Menjelaskan kondisi yang diperlukan untuk melakukan manajemen
laba. 2. Mengidentifikasikan pengaruh atas permintaan internal dan eksternal
atas manajemen laba pada kebijakan pengumuman laba perusahaan yang optimal.
3. Menjelaskan manfaat dan kerugian bagi pemegang saham akibat dilakukannya manipulasi laba.
Dipandang dari sisi manajemen, Hepworth 1953 dalam Salno dan Baridwan 2000 mengungkapkan bahwa manajer yang termotivasi untuk
melakukan perataan laba penghasilan pada dasarnya ingin mendapat berbagai keuntungan ekonomis dan psikologis, yaitu:
1. mengurangi pajak terhutang; 2. meningkatkan kepercayaan diri manajer, karena penghasilan yang
stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil pula; 3. meningkatkan hubungan antara manajer dengan karyawan, karena
pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah; serta
4. siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan gelombang pesimisme dan optimisme dapat diperlunak.
Brayshaw dan Eldin 1989 dalam Dwiatmini dan Nurkholis 2001 mengungkapkan dua alasan mengapa manajemen diuntungkan dengan adanya
praktik perataan laba: 1. Skema kompensasi manajemen dihubungkan dengan kinerja
perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena itu setiap fluktuasi dalam laba akan berpengaruh langsung
terhadap kompensasinya.
Universitas Sumatera Utara
2. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilalihan
atau penggantian manajemen secara langsung. Ancaman penggantian ini mendorong manajemen untuk membuat laporan kinerja yang yang
sesuai dengan keinginan pemilik.
Sedangkan menurut Belkaoui 2000: 58, ada tiga kendala yang dianggap memotivasi manajer melakukan perataan, yaitu:
1. Mekanisme pasar kompetitif, yang mengurangi pilihan bagi manajemen.
2. Skema kompensasi manajemen, yang secara langsung terkait dengan kinerja perusahaan.
3. Ancaman penggantian manajemen.
2.1.4.4 Tujuan Perataan Laba
Tujuan perataan laba menurut Foster 1986 dalam Dwiatmini dan Nurkholis 2001 adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah.
2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang.
3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis. 4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan
manajemen. 5. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
Menurut Mulfrod dan Comiskey 2002: 4, terdapat rewards dari permainan angka-angka keuangan financial numbers game. Rewards itulah yang
kemungkinan menjadi tujuan dan motivasi manajemen untuk melakukan perataan laba maupun bentuk praktik akuntansi kreatif lainnya. Bentuk-bentuk rewards
tersebut adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Efek harga saham Share-price effect: harga saham yang lebih tinggi, mengurangi volatilitas harga saham, meningkatkan nilai perusahaan,
menurunkan biaya modal cost of equity capital. 2. Efek biaya pinjaman Borrowing cost effect: meningkatkan kualitas
kredit, menaikkan debt rating, menurunkan biaya pinjaman, mengurangi ketatnya perjanjian keuangan, meningkatkan keuntungan
berdasarkan bonus. 3. Efek biaya politik Political cost effect: mengurangi ketatnya
peraturan dan menghindari pajak yang tinggi.
2.1.4.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukannya. Menurut Prasetio dkk. 2002, faktor-faktor yang
mendorong praktik perataan laba merupakan cerminan dari upaya manajemen untuk menghindari konflik dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Faktor-
faktor tersebut terdiri dari: 1. Faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi
Merupakan kondisi yang terpengaruh oleh angka-angka akuntansi, sehingga perubahan akuntansi yang mempengaruhi angka-angka
akuntansi akan mempengaruhi kondisi itu; seperti: pembayaran bonus dan harga saham.
2. Faktor-faktor laba
Universitas Sumatera Utara
Merupakan angka-angka yang dengan sendirinya ikut mendorong perilaku perataan laba, seperti: perbedaan yang signifikan antara laba
yang diharapkan dengan laba yang sesungguhnya. Terdapat banyak penelitian empiris terdahulu yang telah menguji faktor-
faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba dan menunjukkan simpulan yang belum sepakat, karena tidak konsistennya hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Menurut Juniarti dan Corolina 2005, faktor-faktor yang mempengaruhi
perataan laba adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba
No Faktor yang Berpengaruh
Peneliti Tahun
1. 2.
3.
4. 5.
6. 7.
8. 9.
Besaran Perusahaan: Total Aktiva
Profitabilitas Kelompok Usaha
Winnerlosser stocks Kebangsaan
Harga Saham Perbedaan laba aktual dan laba normal
Kebijakan akuntansi mengenai laba Leverage operasi
Moses 1987, Albretch 1990 Archibald 1967, White 1970,
Ashari, dkk. 1994, Carlson dan Chenchuramaiah 1997,
Jatiningrum 2000 Belkaoui dan Picur 1984,
Albretch dan Richardson 1990, Ashari, dkk. 1994
Prasetio et al. 2002 Ashari, dkk. 1994
Ilmainir 1993 Ilmainir 1993
Ilmainir 1993 Zuhroh 1996, Jin dan Machfoez
1998
Sumber: Juniarti dan Corolina 2005 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan praktik perataan laba sebagaimana diuraikan berikut ini dan diikhtisarkan pada tabel 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Ashari et al.1994 melakukan penelitan dengan judul “Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Singapore”. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis statistik deskriptif, univariate test dan analisis logit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas, sektor industri, dan
nationality berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sementara ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Sherlita dan Kurniawan 2013 melakukan penelitian dengan judul “Analysis of Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in
Indonesia”. Metode analisis yang digunakan adalah univariate testing dan multivariate testing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas dan net
profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sementara ukuran perusahaan dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan
laba. Budiasih 2007 melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Praktik Perataan Laba”. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan dividend payout ratio mempunyai pengaruh positif terhadap perataan laba, sedangkan financial leverage tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perataan laba. Juniarti dan Corolina 2005 melakukan penelitian dengan judul “Analisa
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba Income Smoothing pada Perusahaan-Perusahaan Go Public”. Metode analisis yang digunakan adalah
pengujian univariate dan pengujian multivariate. Hasil penelitian menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa faktor besaran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan laba.
Subhekti 2008 melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba Income Smoothing dan Bukan Perataan Laba
Non-Income Smoothing Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2002-2006”. Metode analisis yang digunakan adalah pengujian
univariate Man-Whitney test dan chi-square test serta pengujian multivariate regresi logistik. Hasil pengujian univariate menunjukkan bahwa variabel ukuran
perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dummy sektor industri, dan winnerlosser stock mempunyai perbedaan yang signifikan antara perusahaan
perata laba dan perusahaan bukan perata laba. Hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dummy
sektor industri, dan status winnerlosser stock secara serentak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Hasil pengujian secara parsial
menunjukkan bahwa hanya variabel profitabilitas dan financial leverage yang berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba; sedangkan variabel yang
lainnya tidak berpengaruh secara signifikan. Ayu Siska P S 2014 melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012”.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, profitabilitas berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap praktik perataan laba sedangkan risiko keuangan,
Universitas Sumatera Utara
ukuran perusahaan dan net profit margin berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap praktik perataan laba. Secara simultan, profitabilitas, risiko keuangan,
ukuran perusahaan dan net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.
Penelitian terdahulu di atas dapat diikhtisarkan pada tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti dan Judul
Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Analisis
Hasil Penelitian
Ashari et al.
1994 “Factors
Affecting Income Smoothing
Among Listed Companies in
Singapore” Variabel
Independen : Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas,
Sektor Industri Perusahaan,
dan Nationality Variabel
Dependen : Perataan Laba
Analisis statistik
deskriptif, univariate
test dan analisis
logit Profitabilitas, sektor industri,
dan nationality berpengaruh terhadap praktik perataan
laba, sementara ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap praktik perataan laba.
Sherlita dan Kurniawan
2013 “Analysis of
Factors Affecting Income
Smoothing Among Listed
Companies in Indonesia”
Variabel Independen :
Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Financial
Leverage, dan Net Profit
Margin NPM Variabel
Dependen : Perataan Laba
Univariate testing dan
multivariate testing
Profitabilitas dan net profit margin berpengaruh terhadap
praktik perataan laba, sementara ukuran perusahaan
dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik
perataan laba.
Budiasih 2007 “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Praktik Perataan Laba”
Variabel Independen :
Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Financial
Leverage, dan Analisis
regresi linear
berganda Ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan dividend payout ratio
mempunyai pengaruh positif terhadap
perataan laba, sedangkan financial leverage
tidak mempunyai pengaruh yang
Universitas Sumatera Utara
Dividend Payout Ratio
DPR Variabel
Dependen : Perataan Laba
signifikan terhadap perataan laba.
Juniarti dan Corolina 2005
“Analisa Faktor- Faktor yang
Berpengaruh Terhadap
Perataan Laba Income
Smoothing pada Perusahaan-
Perusahaan
Go Public”
Variabel Independen :
Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Sektor
Industri Variabel
Dependen : Perataan Laba
Pengujian univariate
dan pengujian
multivariate Faktor besaran perusahaan,
profitabilitas, dan sektor industri perusahaan tidak
berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan
laba.
Subhekti 2008 “Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Perataan Laba Income
Smoothing dan Bukan Perataan
Laba Non- Income
Smoothing Studi pada
Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun
2002-2006” Variabel
Independen : Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas,
Financial Leverage,
Dummy Sektor Industri, dan
Status WinnerLosser
Stock Variabel
Dependen : Perataan Laba
Pengujian univariate
Man- Whitney test
dan
chi- square test
serta pengujian
multivariate regresi
logistik Hasil pengujian univariate
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan,
profitabilitas,
financial leverage, dummy sektor
industri, dan winnerlosser stock mempunyai perbedaan
yang signifikan antara perusahaan perata laba dan
perusahaan bukan perata laba. Hasil pengujian multivariate
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas,
financial leverage, dummy sektor industri, dan status
winnerlosser stock secara serentak berpengaruh
signifikan terhadap praktik perataan laba. Hasil
pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya
variabel profitabilitas dan financial
leverage yang
berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan
laba; sedangkan variabel yang lainnya tidak berpengaruh
secara signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Ayu Siska P S 2014
“Analisis Faktor- faktor yang
Mempengaruhi Praktik Perataan
Laba pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
Periode 2009- 2012”
Variabel Independen :
Profitabilitas ROA, Risiko
Keuangan DAR, Ukuran
Perusahaan, Dan Net Profit
Margin NPM Variabel
Dependen : Perataan Laba
Analisis regresi
linear berganda
Secara parsial, profitabilitas berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap praktik perataan laba sedangkan
risiko keuangan, ukuran perusahaan dan net profit
margin berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
praktik perataan laba. Secara simultan, profitabilitas, risiko
keuangan, ukuran perusahaan dan net profit margin tidak
berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan
laba.
Sumber: Diolah Peneliti 2014
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan konsep teori diatas maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Ukuran Perusahaan X
1
Profitabilitas ROA X
2
Financial Leverage DAR X
3
Praktik Perataan Laba Y
Kebijakan Dividen DPR X
4
H
4
H
3
H
2
H
1
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis 2.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya aset yang dimiliki suatu perusahaan. Ukuran perusahaan umumnya dinilai dari total aset yang dimiliki oleh
suatu perusahaan. Ashari et al.1994 menyebutkan bahwa perusahaan yang berukuran besar akan lebih cenderung untuk melakukan praktik perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis, investor, maupun pemerintah
dibandingkan perusahaan kecil. Untuk itu perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba akan
menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan memberikan image yang kurang baik. Oleh karena itu, perusahaan besar
diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba Nasser dan Herlina, 2003. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Budiasih 2007 yang menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba.
Dari uraian tersebut maka hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah :
H
1
: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba
2.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Praktik Perataan Laba
Profitabilitas perusahaan menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau laba. Profitabilitas dalam penelitian ini
diukur dengan return on asset yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aset perusahaan. Profitabilitas merupakan faktor yang diduga dapat
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi perataan laba, karena tingkat keuntungan terkait langsung dengan obyek perataan laba Ashari et al., 1994. Menurut Carlson dan Bathala, dalam
Aji dan Mita 2010, tingkat profitabilitas perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba. Hal ini dikarenakan tingkat profitabilitas
yang semakin tinggi akan mengakibatkan tingginya harapan dari regulator dan masyarakat kepada perusahaan tersebut untuk memberikan kompensasi kepada
mereka berupa pembayaran pajak kepada regulator dan program sosial kepada masyarakat. Laba yang terlalu tinggi akan meningkatkan pajak yang harus
dibayar, sebaliknya penurunan laba yang terlalu rendah akan memperlihatkan bahwa kinerja manajemen tidak bagus. Oleh sebab itu, ada kemungkinan
manajemen membuat laba yang dilaporkan tidak berfluktuasi dengan cara melakukan perataan laba untuk menghindari pembayaran pajak yang tinggi. Hasil
penelitian Ashari et al.1994, Sherlita dan Kurniawan 2013, dan Budiasih 2007 menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh terhadap praktik
perataan laba. Dari uraian tersebut maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah :
H
2
: Profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba
2.4.3 Pengaruh Financial Leverage terhadap Praktik Perataan Laba
Financial leverage diukur dengan perbandingan antara total kewajiban atau utang dengan total aset. Menurut Sartono 2001 dalam Budiasih 2007
financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko
yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang
Universitas Sumatera Utara
semakin tinggi. Dengan menggunakan asumsi bahwa investor atau pihak kreditur adalah risk averse menghindari atau menolak risiko, maka investor atau kreditur
akan enggan menanamkan modal atau meminjamkan dananya bila perusahaan yang bersangkutan memiliki rasio leverage yang besar Narsa dkk, 2003. Dengan
adanya kondisi tersebut, manajemen perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Subhekti 2008 yang
menunjukkan bahwa variabel financial leverage berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Dari uraian tersebut maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah :
H
3
: Financial leverage berpengaruh terhadap praktik perataan laba
2.4.4 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Praktik Perataan Laba
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang. Kebijakan dividen dalam penelitian ini diukur dengan dividend payout ratio
DPR. Dividend payout ratio menunjukkan rasio antara dividen yang dibayarkan
sebuah perusahaan dalam satu tahun buku dibagi dengan keuntungan bersih perusahaan pada tahun buku tersebut. Menurut Sartono 2001 dalam Budiasih
2007 besar kecilnya dividen tergantung oleh besar kecilnya laba yang diperoleh sehingga perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba.
Kebijakan dividen merupakan salah satu faktor yang diduga mempengaruhi praktik perataan laba. Suatu perusahaan yang menerapkan
Universitas Sumatera Utara
kebijakan dividen yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Jika perusahaan bisa membagikan dividen yang tinggi, berarti laba pada
perusahaan tersebut bisa dikatakan besar. Jika dalam kondisi laba yang tinggi tetapi laba yang diperoleh perusahaan tidak stabil, hal ini berarti risiko pada
perusahaan tinggi, maka perusahaan akan melakukan perataan laba Purwanto, 2005. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Budiasih 2007 yang
menunjukkan bahwa variabel dividend payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba.
Dari uraian tersebut maka hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah :
H
4
: Kebijakan dividen berpengaruh terhadap praktik perataan laba
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel atau lebih. Adapun analisis penelitiannya dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan metode statistik yang bertujuan untuk menguji
hipotesis.
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian