tinggi yang lain yang dianggap mempunyai peranan dalam tujuan untuk pendugaan potensi tegakan Sutarahardja 2008.
Jumlah pohon contoh yang diambil diusahakan sebanyak mungkin, misalnya 50 sampai 100 pohon dianggap telah mewakili untuk areal yang tidak
terlalu luas. Dalam pemilihan pohon contoh, perlu diperhatikan juga ketersebaran diameter sehingga mewakili kisaran diameter dari yang terkecil sampai terbesar.
Semakin lebar kisaran diameter dari pohon-pohon contoh tersebut, maka model yang terbentuk nantinya akan semakin leluasa digunakan untuk menduga volume
dari pohon yang berdiameter kecil sampai besar. Selain itu, apabila tinggi pohon akan dijadikan sebagai peubah bebas selain diameter, pengambilan pohon
contoh pun harus mewakili ketersebaran tinggi pohon dalam tegakannya Fahutan IPB 2010.
2.3 Nyatoh Palaquium spp.
Taksonomi nyatoh secara lengkap disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Taksonomi jenis nyatoh
Taksonomi Nyatoh
Kingdom Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Ericales
Famili Sapotaceae
Genus Palaquium
Spesies Palaquium
spp. Menurut SK Menhut No. 163KPTS-112003 terlampir, pohon nyatoh
Palaquium spp. termasuk pohon kelompok jenis meranti atau kelompok komersial satu. Pohon nyatoh dapat tumbuh tinggi mencapai 45 m, panjang
batang bebas cabang 15 – 30 m, diameter 50 – 100 cm. Bergetah putih, bentuk batang lurus dan silindris, kadang-kadang berbanir 2 – 3. Kulit luar berwarna
coklat, kelabu coklat, merah kecoklatan atau merah tua sampai agak hitam. Daerah penyebaran pohon ini seluruh Nusantara.
Warna kayu teras bervariasi dari coklat kekuningan, coklat muda, coklat keunguan, coklat kemerahan sampai coklat atau merah tua. Kayu gubal berwarna
lebih muda, tetapi biasanya hanya sedikit berbeda dari kayu teras, tebal seringkali sampai 10 cm. Tekstur kayu agak halus sampai agak kasar dan merata. Arah serat
lurus sampai agak berpadu. Kesan raba pada kayu ini yaitu, permukaan kayu agak licin dan permukaannya kadang mengkilap. Pori kayu hampir seluruhnya
bergabung 2 – 8 dalam arah radial, hanya sebagian kecil soliter. Jaringan parenkimnya termasuk tipe apotrakeal berbentuk pita-pita halus yang panjang dan
teratur. Jari-jari kayu biasanya hanya dapat dilihat dengan loupe. Berat jenis dan kelas kuat kayu ini berkisar antara 0,48 – 78 dan II – III. Kayu nyatoh secara
umum termasuk kelas awet III dan IV sehingga keterawetan kayu ini sukar untuk diawetkan. Kayu ini juga sukar untuk dikeringkan, mudah menggelinding dan
pecah ujung. Kayu nyatoh dapat dikupas tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut kupas 91º dan menghasilkan venir yang cukup baik. Perekatan venir dengan
urea-formaldehida umumnya menghasilkan kayu lapis yang memenuhi persyaratan standar Jerman Martawijaya et al. 1981.
Kayu nyatoh mempunyai sifat pengerjaan yang bervariasi tergantung pada kandungan silika, tetapi pada umumnya mudah dikerjakan. Kayu dapat diserut
sampai halus dan dapat dipelitur dengan baik, meskipun harus didempul terlebih dahulu. Kayu ini umumnya baik untuk papan perumahan, bahkan bisa dijadikan
tiang, balok atau rusuk. Dapat juga dijadikan kayu perkapalan, papan lantai, panil, dinding pemisah dan alat rumah tangga. Untuk didaerah Jawa Tengah, kayu ini
dipakai untuk membuat gamelan dan mebel halus Martawijaya et al. 1981.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN