Tabel 8. Luas Lahan Tanaman Menghasilkan dan Produksi Kopi Per Desa di Kecamatan Siborong-borong Tahun 2011
No Desa
Luas Lahan TM
Ha Produksi
Produktivitas TonHa
Ton
1 Lumban Tonga 131
50,8 0,38
2 Paniaran 173
130 0,75
3 Bahal Batu III 158
136,9 0,86
4 Bahal Batu II 121
74,7 0,62
5 Bahal Batu I 104
60,3 0,58
6 Sitabo-Tabo 100
43,5 0,44
7 Siborong-borong I 160
135,7 0,85
8 Siaro 85
46,5 0,55
9 Sitampurung 158
125,1 0,79
10 Pasar Siborong-Borong 35
22,5 0,64
11 Pohan Tonga 158
120,6 0,76
12 Lobu Siregar II 185
123 0,66
13 Hutabulu 172
115,4 0,67
14 Lobu Siregar I 122
93,4 0,76
15 Pohan Jae 139
108,9 0,78
16 Pohan Julu 164
135,8 0,83
17 Parik Sabungan 130
91,8 0,71
18 Siborong-borong II 134
123,8 0,93
19 Sigumbang 114
49,8 0,43
20 Sitabo Toruan 95
66,5 0,70
21 Silait-lait 103
70 0,67
Total 2.741
1.925,00 0,70
Sumber: Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Siborong-borong, 2012
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling.
Pengambilan sampel secara random atau acak dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk di
pilih menjadi anggota sampel.
Universitas Sumatera Utara
Dimana dalam menentukan besar sampel, dihitung dengan cara Metode Slovin, dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
� = �
1 + � �²
n = Besar Sampel N = Jumlah Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir atau diinginkan Umar, 2000.
Dengan menggunakan persen kelonggaran sebesar 10 serta jumlah populasi petani kopi Arabika N di Desa Bahal Batu III sebanyak 450 petani maka
berdasarkan rumus Slovin diperoleh besar sampel petani kopi Arabika adalah sebagai berikut :
n =
450 1+450 0,1²
=
82 petani
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan di dalam penelitian ini terdiri atas : 1
Data primer -
Wawancara -
Kuisioner ataupun observasi kepada para petani kopi Arabika, serta eksportir
2 Data Sekunder
- Data volume dan nilai ekspor kopi
Arabika Sumatera Utara tahun 2007-2011 di Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
- Data luas lahan dan produksi kopi Arabika
tahun 2007-2012 di Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara
- Data volume dan nilai ekspor kopi
Arabika Indonesia tahun 2007-2011 di Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia Sumatera
Utara -
Data luas lahan dan produksi kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara tahun 2007-
2011 di Dinas Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara dan instansi terkait
lainnya. -
Data luas lahan dan produksi kopi Arabika di kecamatan Siborong-borong tahun
2007-2011 di Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Siborong-borong.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk menyelesaikan masalah 1, 2 dan 3 yaitu dengan menggunakan Analisis Trend yaitu dengan menggunakan angka indeks akan dapat diketahui
perkembangan produksi, luas areal, produktivitas dan harga jual kopi Arabika apakah meningkat, menurun, atau tetap. Hasil analisis trend dihitung dalam
presentase.
Universitas Sumatera Utara
Angka indeks adalah angka yang diharapkan dapat memberitahukan perubahan- perubahan variabel pada waktu dan tempat yang sama atau berlainan.
Rumus angka indeks: I = Xn-X
X x 100
Keterangan : Xn : Pos pada tahun yang akan dianalisis
Xo : Pos pada tahun dasar Dan untuk menganalisis masalah 4 dan 5 yaitu dengan menggunakan Policy
Analysis Matrix PAM yang dilakukan secara menyeluruh dan sistematis, dimana
output yang keluar merupakan keuntungan privat dan sosial, efisiensi serta
besarnya insentif intervensi pemerintah pada produsen. Analisis daya saing kopi Arabika ini dilakukan berdasarkan beberapa tahap yaitu
sebagai berikut : -
Tahap pertama adalah penentuan input usahatani kopi Arabika. Yang termasuk dalam kategori input adalah bahan, peralatan dan tenaga kerja
yang dalam penggunaannya memerlukan biaya. -
Tahap kedua adalah pengelompokkan input ke dalam komponen tradabale
dan non tradable. Tradable input input yang diperdagangkan di pasar internasional dalam usahatani Kopi Arabika menggunakan pupuk
anorganik Urea, TSP, KCL dan pestisida. Non tradable input input yang diproduksi dalam negeri dan tidak diperdagangkan di pasar internasional
menggunakan bibit kopi Arabika, pupuk kandang, tenaga kerja, peralatan dan pompa air. Selanjutnya ditentukan harga sosial input dan output.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini yang merupakan komponen output adalah biji kopi, sedangkan yang merupakan komponen input adalah sebagai berikut.
Tabel 9. Komponen Input tetap dan input antara
Input Tetap
Input Antara
1. Lahan 1. Bibit
2. Gudang 2. Pupuk
3. Alat Pertanian 3. Pestisida
4. Alat Pemanenan 4. Alat Penggiling Kopi
Sumber : Monke dan Pearson, 1989 Data disajikan dalam bentuk tabulasi deskriptif kemudian dimasukkan dalam
perhitungan PAM pada Tabel 10 yang diolah dengan program komputer Microsoft Excel.
Tabel 10. Policy Anaysis Matrix PAM
Sumber : Monke and Pearson, 1989 Keterangan :
A : Penerimaan Privat G : Biaya Non Tradable Input Sosial B : Biaya Tradable Input Privat H : Keuntungan Sosial
C : Biaya Non tradable Input Privat I : Transfer Output D : Keuntungan Privat J : Transfer Tradable Input
E : Penerimaan Sosial K : Transfer Non tradable Input F : Biaya Tradable Input Sosial L : Transfer Bersih
Uraian Penerimaan
Output Biaya
Input Keuntungan
Tradable Non
Tradable
Harga Privat A
B C
D Harga Sosial
E F
G H
Dampak I
J K
L
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pada Tabel 10 dapat di peroeh sebagai berikut.
Analisis Keuntungan
a. Private Provitability yaitu D = A - B+C
Private Provitability D atau keuntungan privat diperoleh dari hasil pengurangan
nilai penerimaan A dengan harga privat input tradable B dan non tradable C. Dengan kriteria, jika keuntungan Privat , PP 0 Maka sistem produksi kopi
Arabika memperoleh profit diatas normal yang artinya usahatani tersebut layak untuk diteruskan. Sebaliknya jika PP 0 berarti usahatani tersebut mengalami
kerugian dan jika PP= 0 berarti jangka pendek usahatani dapat diteruskan namun tidak dapat dilakukan ekspansi untuk jangka panjang.
b. Social Profitability yaitu H = E – F+G
Social Profitability H atau keuntungan sosial diperoleh dari hasil pengurangan
nilai penerimaan E dengan harga sosial input tradable F dan non tradable G. Dengan kriteria, jika SP 0 maka sistem produksi kopi Arabika telah
berjalan secara efisien dan memiliki keunggulan komparatif, sehingga layak untuk dikembangkan. Semakin tinggi nilai SP semakin tinggi pula nilai
komparatif dari sistem produksi kopi tersebut. Sebaliknya jika SP 0 maka sistem produksi kopi tidak mampu hidup tanpa bantuan.
Efisiensi Finansial dan Efisiensi Ekonomi
a. Private Cost Ratio yaitu PCR = CA-B
Private Cost Ratio PCR atau keuntungan privat diperoleh dari hasil pembagian
Universitas Sumatera Utara
ratio nilai biaya privat input non tradable C dengan selisih penerimaan A dengan biaya privat input tradable B. Nilai PCR menunjukkan berapa banyak
sistem produksi kopi Arabika dapat menghasilkan untuk membayar faktor domestik yang digunakan dan tetap dalam kondisi kompetitif break event.
Sehingga keuntungan maksimal akan diperoleh jika sistem produksi kopi Arabika mampu meminimumkan nilai PCR. Dengan kriteria, jika PCR 1 dan makin
kecil maka sistem komoditi tersebut mampu membiayai faktor domestiknya pada harga privat dan kemampuannya tersebut meningkat. Nilai PCR merupakan
indikator dari keunggulan kompetitif suatu komoditi. b.
Domestic Resource Cost Ratio yaitu DRC = GE-F
Domestic Resource Cost Ratio DRC atau keuntungan sosial diperoleh dari hasil
pembagian ratio nilai biaya sosial input non tradable G dengan selisih penerimaan E dengan biaya sosial input tradable F. Dengan kriteria, jika DRC
1 maka sistem komoditi dinilai tidak mampu bertahan tanpa bantuan pemerintah. Sehingga lebih baik melakukan impor kopi dibandingkan harus
menanam kopi sendiri. Sebaliknya jika DRC 1 maka sistem komoditi semakin efisien dan memiliki daya saing di pasar dunia sehingga dinilai memiliki peluang
ekspor yang makin besar.
Dampak Kebijakan Pemerintah a. Kebijakan
Output
- Output Transfer, I= A-E
Output Transfer atau transfer output I diperoleh dari hasil pengurangan antara
penerimaan output pada harga privat A dengan penerimaan output pada harga
Universitas Sumatera Utara
sosial E. Dengan kriteria, jika nilai OT 0, menunjukkan besarnya transfer dari konsumen kepada produsen. Artinya produsen menerima harga jual yang
lebih tinggi dari harga yang seharusnya. Sehingga konsumen dirugikan dan sebaliknya jika OT 0 menunjukkan konsumen menerima insentif dari
produsen, dan dalam hal ini petani dirugikan. -
Nominal Protection Coefficient on Tradable Output : NPCO = AE Nominal Protection Coefficient on Tradable Output
atau koefisien proteksi output
nominal NPCO diperoleh dari hasil pembagian antara penerimaan output
pada harga privat A dengan penerimaan output pada harga sosial E. Dengan kriteria, jika nilai NPCO 1 maka petani kopi menerima subsidi atas
output dari pemerintah dan jika NPCO 1 maka terjadi pengurangan
penerimaan petani akibat kebijakan output seperti adanya pajak.
b. Kebijakan Input