Prosedur Dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

O L E H

NAMA : SILVIA HANIKA NIM : 072600062

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menamatkan Studi pada Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul “PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM”.

Laporan PKLM ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna baik dalam susunan kata, kalimat maupun pembahasannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun laporan ini kearah yang lebih baik.

Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nst, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs.H.M.H.Thamrin Nst,M.Si selaku Ketua Program D-III Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(3)

3. Ibu Dra. Elita Dewi,M.SP selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan dalam proses penulisan laporan ini. 4. Seluruh Dosen pengajar Prodip D-III Administrasi Perpajakan FISIP USU

yang telah memberi ilmu dan wawasannya selama penulis mengikut i perkuliahan.

5. Seluruh staf dan pegawai di D-III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

6. Bapak Kepala KPP Pratama Lubuk Pakam dan seluruh Pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam yang sangat baik telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Untuk Ayahanda tercinta Sabaruddin dan Ibunda tercinta Suriati, dan adik ku tersayang Aulia Akbar dan Silvani Zakia, yang telah memberikan dukungan moril kepada saya.

8. Untuk Ahmad Reza Fakhlevi, yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis dan selalu menemani penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9. Untuk Sahabatku Vika, Irma, Destri yang telah banyak memberi sumbangan pikiran dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir ini.

10.Untuk seluruh mahasiswa Administrasi Perpajakan FISIP USU khususnya kelas B stambuk 2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih karena kalian semua telah menjadi teman-teman terbaik selama menjalani kuliah di Administrasi Perpajakan Fisip USU.


(4)

Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu lagi, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan hingga terselenggaranya laporan ini. Akhir kata penulis harap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita maupun pihak lain yang memerlukannya.

Medan, Juni 2010


(5)

DAFTAR ISI

Daftar Isi…... i

BAB I PENDAHULUAN………..……. 1

A. Latar Belakang PKLM………...…………... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM………...….…… 4

C. Ruang Lingkup PKLM……….………...…… 6

D. Metode PKLM……….…………...…… 7

E. Metode Pengumpulan Data PKLM…….……… 8

F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM……….….. 9

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM……….………... 11

A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam………… 11

B. Visi dan Misi ………..…….... 13

C. Susunan Organisasi KPP Pratam Lubuk Pakam………..………... 14

BAB III GAMABARAN DATA (PKLM)………... 17

A. Dasar Hukum dan Pengertian Pajak……….... 17

B. Fungsi Pajak……… 17

C. Sistem Pemungut an Pajak………... 18

D. Pengertian dan Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)…….. 19

E. Kewajiban Mendaftarkan Diri Untuk Mendapatkan NPWP…... 21

F. Prosedur Pendaftaran dan Pemberian NPWP/NPPKP……… 22


(6)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI……… 25 A. Dasar Hukum Prosedur dan Tata Cara Pengurusan NPWP…… 25 B. Pembahasan Masalah……….……….. 25

1. Prosedur dan Tata Cara Pengurusan NPWP/NPPKP bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan Di KPP Pratama

Lubuk Pakam……… 25 a. Prosedur dan Tata Cara Pendaftarn NPWP………. 27 b. Prosedur dan Tata Cara Penyelesaian Permohonan

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.………..……. 30 c. Penerbitan NPWP dan atau NPPKP Secara Jabatan……. 34 d. Tata Cara Pendaftaran NPWP Melalui Internet………… 34

2. Tempat Pendaftaran dan Jangka Waktu Pelaporan Pendaftaran NPWP …………...………... 35 a. Tempat Pendaftaran NPWP……… 35 b. Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan NPWP……. 36 3. Sanksi Tidak Mendaftarkan diri Untuk Memperoleh

NPWP/NPPKP……….. 37 C. Perkembangan Jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Lubuk Pakam………..……… 37 D. Kendala-Kendalan yang Dihadapi Fiskus Maupun Wajib Pajak dan

Upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasinya………... 39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN………. 43

A. KESIMPULAN………. 43

B. SARAN……….. 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam rangka menjamin kelangsungan pembangunan nasional diperlukan beberapa faktor pendukung yaitu stabilitas yang mantap dan terjamin. Selain itu faktor yang terpenting lainya adalah dana yang cukup, dana untuk melaksanakan pembangunan berasal dari dalam dan luar negeri. Pada dasarnya dana yang berasal dari luar negeri hanya sebagai pelengkap terlaksananya pembangunan dan diupayakan unyuk memperkecil peranaanya, walaupun sampai sekarang hal tersebut belum tercapai. Bahkan sampai saat ini pun kita masih membutuhkan bantuan dari luar negeri tersebut untuk dapat menstabilkan ekonomi Negara kita. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk lebih mengoptimalkan penerimaan dalam negeri.

Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan dari dalam negeri adalah dengan cara meningkatkan dan menggalakkan penerimaan yang berasal dari non migas, terutama dari bidang perpajakan yang saat ini merupakan sumber utama penerimaan Negara. Karena seperti yang kita ketahui bahwa penerimaan yang berasal dari sektor migas tidak dapat diandalkan lagi disebabkan oleh persediaan migas yang berkurang terus dari tahun ke tahun.

Untuk dapat mengoptimalkan penerimaan Negara dari sektor pajak tersebut diperlukan beberapa faktor-faktor pendukung, seperti adanya aparatur pajak yang berkualitas, bersih dan siap untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para


(8)

Wajib Pajak serta memberikan seluruh kemampuannya dalam penggalian potensi pajak yang masih sangat besar. Selain aparatur pajak,faktor pendukung lainya adalah Wajib Pajak yang patuh dan sadar akan kewajibanya membayar pajak.

Terlebih saat ini dalam system perpajakan nasional dikenal “Self Assesment

System” yaitu suatu system yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk

menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, namun tetap dilakukan pengawasan atas pelaksanaan kewajiban itu (Early Suandy, 2008:86).

Untuk meningkatkan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya, wajib pajak harus memiliki pengetahuan tentang perpajakan yang cukup, selain itu perlu adanya kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada wajib pajak sehingga dapat menimbulkan kegairahan bagi wajib pajak dalam melaksanakan kewajibanya, seperti adanya Undang-Undang atau peraturan yang meringankan wajib pajak.

Tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan undang-undang perpajakan secara menyeluruh belum mengenai sasaran yakni memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar ini dikarenakan adanya hambatan yang bersifat pasif merupakan hambatan sebagai akibat dari ketidakmengertian sebagian kalangan masyarakat. Wajib Pajak terhadap pelaksanaan undang-undang perpajakan yang baru. Untuk mengatasinya maka diperlukan kesigapan aparat perpajakan untuk memperluas pemahaman undang-undang misalnya melalui penyuluhan sebagai sarana sosialisasi formal maupun informal, media massa seperti surat kabar, majalah ataupun televisi.


(9)

Sebagai acuannya adalah Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut dengan UU KUP) dan peraturan pelaksaanya yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008 tanggal 6 februari 2008.

Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sendiri menurut Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah nomor yang di berikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibanya.

Sehubungan dengan diadakannya program praktik kerja lapangan mandiri ini penulis ingin mengetahui bagaiman sebenarnya NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) tersebut. Hal ini penulis tuangkan dalam laporan yang menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, Fisip USU yang berjudul :

“Prosedur dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam”

PKLM merupakan salah satu mata kuliah yang menjadi bagian dari kurikulum untuk menjembatani antara dunia kampus dan dunia kerja yang sesungguhnya.


(10)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan PKLM

Adapun tujuan yang diharapkan tercapai dari PKLM ini antara lain :

a. Untuk mengetahui tentang Prosedur dan Tata Cara Pendaftaran NPWP bagi wajib pajak orang pribadi dan badan di KPP Pratama Lubuk Pakam. b. Untuk mengetahui perkembangan jumlah wajib pajak berdasarkan NPWP

yang di terbitkan oleh KPP Pratama Lubuk Pakam.

c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi wajib pajak dan fiskus dalam melakukan pengurusan NPWP.

2. Manfaat PKLM 1. Bagi Mahasiswa :

a. Dapat menerapkan teori yang diperoleh dari perkuliahan kedalam permasalahan yang timbul selama melaksanakan PKLM khususnya menyangkut prosedur dan tata cara pengurusan NPWP.

b. Dapat memberikan seperangkat kemampuan pada mahasiswa berkenaan dengan aktifitas nyata pada kantor pelayanan pajak dan dunia usaha.

c. Memberikan gambaran sesungguhnya tentang dunia kerja yang didalamnya terjadi akomodasi berbagai konsep dan teori dengan persoalan-persoalan praktis yang dihadapi serta upaya pemecahannya. PKLM ini harus diikuti mahasiswa dalam bentuk aktifitas belajar di lapangan atau dunia kerja.


(11)

d. Menambah wawasan pengalaman baru, berupa keahlian di bidang perpajakan khususnya mengenai NPWP.

e. Meningkatkan kemampuan berfikir serta daya nalar mahasiswa sehingga dapat melakukan penkajian suatu masalah secara ilmiah

f. Mempersiapkan mahasiswa agar memperoleh pengalaman, dalam menghadapi dunia kerja pada masa yang akan dating khususnya di bidang administrasi perpajakan.

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam :

1. Mempromosikan image (nama baik) KPP Pratama Lubuk Pakam kepada masyarakat khususnya sivitas akademika FISIP USU.

2. Memperoleh masukan berupa ide-ide yang baru dalam upaya peningkatan kinerja profesionalisme.

3. Sebagai bahan masukan KPP Pratama Lubuk Pakam dalam membahas dan menyoroti persoalan pelaksanaan prosedur pendaftaran NPWP.

4. Membuka kerja sama yang baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. 5. Membantu pemerintah dalam mensosialisasikan pajak untuk mewujudkan

masyarakat sadar dan peduli pajak.

3. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

1. Untuk menguji teori yang diberikan dalam pekuliahan sehingga meningkatkan kualitas mahasiswa dalam melaksanakan PKLM.


(12)

2. Mempromosikan sumber daya manusia yang ada di Universitas Sumatera Utara, Khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan kepada KPP Pratama Lubuk Pakam.

3. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dan instansi pemerintah.

4. Mendapat masukan dan saran sebagai evaluasi untuk penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

4. Bagi masyarakat umum :

1. Dapat memberikan informasi serta menambah pengetahuan tentang perpajakan khususnya prosedur dan tata cara pendaftaran NPWP wajib pajak yang benar.

2. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian bagi masyarakat umum agar melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakan.

C. Ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Madiri (PKLM)

PKLM dilaksanakan dalam tiga tahap kegiatan yaitu : Tahapan Pembekalan, Tahap Pelaksanaan Praktek Lapangan dan tahap Pelaporan Hasil Praktek Lapangan. Setelah melaksanakan PKLM tersebut mahasiswa diharuskan menyusun laporan.

Disini penulis akan membahas mengenai NPWP bagi wajib pajak orang pribadi dan badan di KPP Pratama Lubuk Pakam, maka ruang lingkup masalah yang timbul dari uraian diatas adalah sebagai berikut


(13)

1. Prosedur dan Tata Cara Pendaftaran bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan Untuk memperoleh NPWP.

2. Perkembangan jumlah wajib pajak berdasarkan NPWP yang di terbitkan oleh KPP Pratama Lubuk Pakam.

3. Kendala-kendala yang dihadapi Wajib Pajak maupun fiskus dalam melaksanakan prosedur pendaftaran NPWP.

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan megumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan ,aka tahapanya adalah sebagai berikut :

1) TahapPersiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum terjun langsung melakukan PKLM adalah melakukan pengajuan judul, penentuan judul, persetujuan atas judul yang diajukan dan tempat pelaksanaan PKLM. mulai dari penentuan tempat PKLM,mencari bahan untuk menyusun proposal, konsultasi dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan PKLM ini

2) Studi Literatur

yaitu kegiatan studi mencari data-data serta informasi-informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan perpajakan, Peraturan Pemerintah, Surat edaran Dirjen Pajak, keputusan Menteri Keuangan, informasi dari majalah, surat kabar, catatan-catatan maupun bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan PKLM.


(14)

3) Studi Observasi

Yaitu kegiatan studi untuk mencari data-data serta informasi-informasi dengan mengikuti PKLM di KPP serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan di bahas.

4) Pengumpulan Data

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan data melalui tiga cara yaitu sekunder, data dokumentasi serta data pertanyaan, yang bertujuan untuk pengumpulan berbagai data yang berhubungan dengan penyusunan laporan PKLM.

5) Analisis Evaluasi

Yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengelompokkan data-data yang diperoleh selama pelaksanaan PKLM untuk di analisa serta di evaluasi sehinnga memudahkan dalam penarikan kesimpulan secara jelas dan sistematis.

E. Metode Pengumpulan Data Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Dalam PKLM ada tiga metode yang digunakan dalam usahauntuk meningkatkan pengumpulan data, yaitu :

1) Metode Pertanyaan (Interview Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM.


(15)

2) Metode Observasi (Obsevation Guide)

Yaitu kegiatan mngumpulkan data dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati mendengar, dan bila perlu ikut serta dalam mengerjakan tugas yang diberikan pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman kepada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

3) Metode Dokumentasi (Optional Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah di peroleh dari instansi. Dalam tahap ini penulis meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan dengan objek PKLM, yang bersumber dari seksi TPT di KPP Pratama Lubuk Pakam.

F. Sistematika Penulisan Laporan Pratik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Agar penyelesain skripsi minor ini terarah dan sistematis, maka penulis membatasi luas pembahasan yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dan penyusuna laporan, ruang lingkup, tujuan dan manfaat PKLM, metodologi penelitian, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan.


(16)

BAB II GAMBARAN UMUM PKLM

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat KPP Pratama Lubuk Pakam, struktur organisasi, bidang-bidang kerja KPP Pratama Lubuk Pakam dan deskripsi kerja KPP Pratama Lubuk Pakam.

BAB III GAMBARAN DATA NPWP ORANG PRIBADI DAN BADAN Dalam bab ini penulis menguraikan pengertian-pengertian secara teoritis dan teori-teori yang berkaitan dengan NPWP Orang Pribadi dan Badan.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis mengemukakan analisa dan evaluasi terhadap data-data yang berhubungan dengan judul laporan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan merupakan inti sari yang bersumber dari hasil penelitian, dan berdasarkan kesimpulan dapat dibuat rekomendasi yang berisi saran-saran yang dapat di ambil sebagai tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di lokasi penelitian.


(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu ada 2 (dua) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat didalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989 diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligus dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.785/KMK.01/1993 tertanggal 3 agustus 1993 Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 (empat) wilayah kerja yaitu;

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Untuk mengimplentasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi Direktorat


(18)

Jendral Pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan wajib pajak , ketiga jenis kantor pajak yang ada yaitu, Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak(Karipka) dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama).

Adapun Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utarat I (Kanwil Sumut I) akan mengoperasikan delapan unit kantor pelayanan modern yang dijuluki Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Ke delapan KPP Pratama dimaksud yakni enam unit KPP konvensional yang ada saat ini dimodernisasi dan ditambah dua KPP baru. Keenam KPP konvensional yang dijadikan KPP Pratama yakni:

1. KPP Pratama Medan Belawan 2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Polonia 4. KPP Pratama Medan Kota 5. KPP Pratama Medan Timur 6. KPP Pratama Binjai

Dua KPP baru yang dibentuk adalah 1. KPP Pratama Medan Petisah

2. KPP Pratama Lubuk Pakam

KPP Pratama Lubuk Pakam sebelumnya adalah KPPBB Lubuk Pakam yang dimekarkan sekaligus dimasukkan menjadi di bawah organisasi Kanwil Sumut I.


(19)

Sebelumnya KPPBB Lubuk Pakam bergabung di bawah Kanwil Sumut II Pematang Siantar, pasca pemekaran Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara menjadi tiga Kantor Wilayah, yakni Kantor Wilayah Sumatera Utara I Medan, Kantor Wilayah Sumatera Utara II Pematang Siantar dan Kantor Wilayah Nangro Aceh Darusaslam.

Sesuai dengan Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-95/PJ/2008 tanggal 27 mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Sumut I, maka KPP Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 mei 2008. KPP Pratama Lubuk Pakam berada dibawah lingkungan Kanwil DJP Sumut I.

B. Visi dan Misi Pernyataan Visi :

“MENJADI INSTITUSI PEMERINTAH YANG MENYELENGGARAKAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN YANG EFEKTIF, EFISIEN, DAN DIPERCAYA MASYARAKAT DENGAN INTEGRITAS DAN PROFESIONALISME YANG TINGGI”

Pernyataan misi :

“MENGHIMPUN PENERIMAAN PAJAK NEGARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN YANG MAMPU MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PEMBIAYAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA


(20)

NEGARA MELALUI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN.”

C. Susunan Organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam

KPP Pratama Lubuk Pakam adalah instansi vertical Direktorat Jendral Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Kanwil DJP Sumut I.

Susunan organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam adalah sebagi berikut : 1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum terdiri dari 3 bagian: 1. Tata Usaha dan Kepagaiwan

Tugasnya adalah menyelenggarkan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepagawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan surat, pengetikan dan pengadaan , penataan berkas penyusunan arsip, tata usaha kepagawaian dan pengiriman laporan agar dapat menunjang tugas Kantor Pelayanan Pajak

2. Keuangan

Tugasnya adalah merencanakan kebutuhan selama 1 tahun dan melakukan pendanaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.


(21)

3. Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan penyajian informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ektensifikasi wajib pajak dan intensifikasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi SPT dan e-Filing, pelaksanaa i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penertiban produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya,


(22)

penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak serta melakukan kerjasama perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Seksi penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dang angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi perpajakan lainnya. 6. Seksi Ekstensifikasi

Seksi ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III

Seksi pengawasan dan Konsultasi I, Seksi pengawasan konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, mealkukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding.


(23)

BAB II

GAMBARAN DATA PKLM

A. Dasar Hukum dan Pengertian Pajak 1. Dasar Hukum Pajak

Dasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah UndangUndang Nomor 16 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007.

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 1. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

B. Fungsi Pajak

1. Fungsi Penerimaan (budgeteir)

Pajak sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.


(24)

2. Fungsi Mengatur (regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

C. Sistem Pemungutan Pajak

Di dalam peraturan perpajakan, system pemungut pajak terdiri dari : a. Official Assesment System

Adalah suatu system pemungutan yang memeberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) Untuk menentukan besar pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

b. Self assessment System

Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besar pajak yang terutang. Di Indonesia saat ini menggunakan Self Assesment. Wajib Pajak berhak menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c. With Holding System

Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.


(25)

D. Pengertian dan Fungsi NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) 1. Pengertian NPWP

Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 menyebutkan bahwa “ Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya di berikan Nomor Pokok Wajib Pajak”.

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Wajib Pajak ialah Orang Pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.


(26)

Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

Dengan mendapatkan NPWP berarti tidak satu pun Wajib Pajak yang mempunyai tanda pengenal yang sama dengan wajib pajak yang lain. Dengan NPWP berarti Wajib Pajak telah terdaftar di Direktorat Jendral Pajak.

2. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak : a. Untuk mengetahui Identitas Wajib Pajak

b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

c. Untuk keperluan yang menghubungkan dengan dokumen perpajakan, karena yang berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

d. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan misalnya dalam Surat Setoran Pajak (SSP) yang ditetapkan sendiri maupun pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga harus mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

e. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam dokumen-dokumen yang diajukan.


(27)

E. Kewajiban Mendaftarkan Diri Untuk Mendapatkan NPWP a. Wajib Pajak Perseorangan (Orang Pribadi)

Bagi setiap Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), termasuk :

a. Orang Pribadi yang mendapatkan penghasilan dari satu pemberi kerja yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

b. Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah karena : hidup berpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

b. Wajib pajak Badan

Setiap Wajib Pajak Badan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak di tempat badan tersebut berkedudukan.

c. Bentuk Usaha Tetap

Yaitu bentuk usaha yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia oleh badan atau perusahaan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia.

d. Wajib Pajak sebagai pemungut/pemotong pajak

seperti bendaharawan dan badan-badan tertentu yang ditetapkan Menteri Keuangan.


(28)

F. Prosedur Pendaftaran dan Pemberian NPWP/NPPKP

Setiap Warga Negara Indonesia yang mempunyai penghasilan di atas PTKP (penghasilan Kena Pajak) wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk mendapatkan NPWP. Wajib Pajak harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh Kantor Pelayanan Pajak. Wajib Pajak yang ingin mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan NPWP harus datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak dengan melampirkan :

1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Non-Usahawan :

Menyerahkan Fotokopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.

2. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan :

• Fotocopy KTP bagi Penduduk Indonesia atau Fotocopy paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.

• Surat Keterangan tempat kegiatan Usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.

3. Untuk Wajib Pajak Badan :

• Menyerahkan Fotocopy Akte pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap (BUT)


(29)

• Fotocopy KTP bagi Penduduk Indonesia atau Fotocopy paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desabagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif • Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang

minimal Lurah atau Kepala Desa.

4. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/Pemotong • Fotocopy KTP Bendaharawan

• Fotocopy surat penunjukan sebagai bendaharawan

5. Untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak Pemotong/Pemungut : Fotocopy Perjanjian kerja sama sebagai Joint Operation

Fotocopy NPWP masing-masing anggota Joint Operation

• Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau Fotocopy paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi Orang Asing, dari salah seorang pengurus

Joint Operation.

6. Wajib Pajak dengan status Cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta melampirkan fotocopy surat keterangan terdaftar.

7. Apabila permohonan ditandatangani orang lain harus dilengkapi dengan surat kuasa khusus.


(30)

G. Penomoran NPWP atau NPPKP

Setiap Wajib Pajak / Pengusaha Kena Pajak hanya memiliki 1 (satu) NPWP / NPPKP yang mempunyai 12 (dua belas) angka dengan susunan berikut :

a. 8 (delapan) angka Merupakan Nomor Pokok b. 1 (satu) angka merupakan angka pengecekan

c. 3 (tiga) angka merupakan Nomor Pokok Kantor Pelayanan Pajak Contoh dari suatu Nomor Pokok Wajib Pajak adalah 21.027.013.8-122.000

21.027.013 = Nomor Pokok 8 = Nomor Pengecekan

125 = Nomor Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam


(31)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Dasar Hukum Prosedur dan Tata Cara Pengurusan NPWP

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

2. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-161/PJ./2001 tanggal 21 Februari 2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

3. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-37/PJ/2007 tanggal 14 Agustus 2007 tentang Percepatan Jangka Waktu Penyelesaian Layanan Unggulan Direktorat Jendral Pajak

B. Pembahasan Masalah

1. Prosedur dan Tata Cara Pengurusan NPWP/NPPKP bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan di KPP Pratama Lubuk Pakam

Untuk memperoleh NPWP/NPPKP sangatlah mudah, yang harus dilakukan adalah mendatangi Kantor Pelayanan Pajak setempat dimana kita berdomisili. Dalam mengurus NPWP/NPPKP, hendaknya kita jangan mengurus pada orang yang tidak berwenang, banyak para calo-calo yang menawarkan jasanya untuk mengurus NPWP/NPPKP dengan meminta imbalan kepada Subjek Pajak yang akan


(32)

mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak. Disini kita harus waspada jangan menyuruh orang yang belum kita kenal untuk mengurus NPWP/NPPKP kita, dimana Wajib Pajak akan memperoleh kesulitan di kemudian hari.

Maka hendaknya mengurus NPWP/NPPKP jangan segan-segan atau merasa takut untuk mendatangi Kantor Pelayanan Pajak serta meminta saran, petunjuk, dan pelayanan didalam melakukan pengurusan NPWP/NPPKP. Karena sudah merupakan bagian dari tugas meeka untuk memberikan informasi byang seluas-luasnya tentang perpajakan. Dalam hal pengurusan NPWP/NPPKP di Kantor Pelayanan Pajak tidak dikenakan Biaya sepeser pun kepada subjek pajak.

Oleh karena itu sangat diharuskan kepada Wajib Pajak yang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perpajakan agar menggunakan NPWP?NPPKP dengan semestinya, yakni dengan mencantumkan NPWP pada setiap berkas atau dokumen perpajakan di tempat yang telah disediakan.

Manfaat yang diperoleh Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP/NPPKP adalah : Wajib Pajak tersebut sudah memiliki identitas yang jelas karena sudah terdaftar di Direktorat Jendral Pajak dan Wajib Pajak yang telah memperoleh NPWP/NPPKP mendapat pelayanan dari instansi dimana Wajib Pajak melakukan transaksi dan juga merupakan salah satu syarat dalam mengajukan kredit atau untuk mengajukan izin usaha.

Pencantuman NPWP/NPPKP pada setiap dokumen maupun berkas perpajakan akan sangat berguna dalam kelancaran hubungan administrasi antara Wajib Pajak dan Fiskus, dimana Negara kita jumlah Wajib Pajaknya sangat banyak, hal ini sering


(33)

menimbulkan kesalahan-kesalahan berkas Wajib Pajak atau tertukarnya berkas Wajib Pajak.

Prosedur pendaftaran Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP/NPPKP di KPP Pratama Lubuk Pakam umumnya menggunakan system komputer, prosedur dan tata caranya adalah sebagai berikut :

a. Prosedur dan Tata cara Pendaftaran NPWP

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyelesaian permintaan pendaftaran NPWP. Pendaftaran NPWP merupakan Permintaan untuk menjadi Wajib Pajak sebagai identitas dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.

Adapun prosedur pemberian NPWP bagi Waib Pajak Orang Pribadi adalah sebagai berikut :

1. Wajib pajak mengajukan berkas pendaftaran NPWP dengan menggunakan Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak beserta Persyaratannya kepada Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

2. Petugas TPT menerima Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya yang terdiri dari :

a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas (non usahawan):

• Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi Penduduk Indonesia, atau Paspor di tambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi orang asing.


(34)

b. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:

• Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah surat Keterangan dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya dari lurah atau kepala desa.

• Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya dari lurah atau kepala desa.

3. Wajib Pajak mengisi kolom-kolom pada Formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak.

4. Meneliti administrasi Kantor Pelayanan Pajak untuk mengetahui apakah Wajib Pajak sudah terdaftar atau belum.

Catatan :

Dalam hal Wajib Pajak pernah terdaftar, maka kepadanya diberikan NPWP. Khusus untuk WP berstatus cabang orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah hubungan diberikan NPWP dengan aturan sebagai berikut :

• Kode Wajib Pajak sama dengan Kode Wajib Pajak Pusat, Kode Wajib Pajak domisili atau Kode Wajib Pajak suami.

• Kode Administrasi Pepajakan sesuai yang di berikan oleh Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak terdaftar.

5. Pelaksana Seksi Pelayanan merekam berkas pendaftaran Wajib Pajak sesuai dengan cara yang telah ditentukan. Dalam hal berkas pendaftaran belum lengkap,


(35)

dihimbau kepada wajib pajak untuk melengkapinya. Dalam hal berkas pendaftaran sudah lengkap, petugas TPT akan Mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dikumen (LPAD). BPS akan diserahkan Wajib Pajak sedangkan LPAD akan di gabungkan dengan berkas pendaftaran kemudian diteruskan kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.

6. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Keterangan Terdaftar dan Kartu NPWP kemudian menyerahkan ke Kepala Seksi Pelayanan.

7. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar dan Kartu NPWP kepada Wajib Pajak paling lama pada hari keja berikutnya setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

Surat Keterangan Terdaftar dan Kartu NPWP diterbitkan dalam rangkap dua: Lembar ke-1 : Untuk Wajib Pajak

Lembar ke-2 : Untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak

8. Kepala Seksi Pelayanan Menandatangani Surat Keterangan Terdaftar kemudian menyerahkannya lepada Pelaksana Seksi Pelayanan.

9. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah ditandatangani, memberi nomor, memberi stempel kantor, memisahkan dokumen untuk arsip dan dokumen yang akan diserahkan kepada Wajib Pajak.

10.Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan dokumen kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di Kantor Pelayanan Pajak).


(36)

Wajib Pajak yang mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP tidak dikenakan biaya dalam pengurusanya, dengan kata lain pengurusan NPWP gratis. Surat Keterangan Terdaftar dan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak akan diterima oleh Wajib Pajak paling lama pada hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

b. Prosedur dan Tata Cara Penyelesaian Permohonan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak merupakan Permohonan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagai identitas dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.

Adapun prosedur untuk Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah :

1. Wajib Pajak mengajukan berkas permohonan Pengukuhan sebagai PKP dengan menggunakan Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak beserta persyaratannya kepada Petugas Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima berkas permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya yang terdiri dari :


(37)

• Fotocopy akte pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap (BUT).

• Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif.

• NPWP Pimpinan/Penanggung Jawab Badan

• Bukti kepemilikan gedung sebagai tempat usaha atau bukti sewa tempat usaha

• Surat Kuasa apabila Permohonan tidak di tandatangani oleh pemohon. Untuk Bendaharawan Sebagai Pemungut/Pemotong

Fotocopy KTP bendaharawan.

Fotocopy surat penunjukan sebagai bendaharawan.

Untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak Pemotong/Pemungut : Fotocopy perjanjian kerjasama sebagai joint operation.

Fotocopy NPWP masing-masing anggota joint operation.

• Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau Fotocopy paspor di tambah surat keterangan dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus joint


(38)

Catatan :

a. Bagi Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi dengan pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta harus melampirkan fotocopy surat keterangan terdaftar.

b. Apabila permohonan ditandatangani oleh orang lain, harus dilengkapi dengan surat kuasa khusus.

c. Dalam hal formulir dan persyaratannya belum lengkap, dikembalikan kepada Wajib Pajak untuk dilengkapi.

3. Pelaksana Seksi Pelayanan merekam Permohonan Wajib Pajak sesuai dengan cara yang telah ditentukan.

4. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak Konsep Surat Tugas Pembuktian Alamat kemudian menyerahkannya kepada Seksi Pelayanan.

5. Pelaksana Seksi Pelayanan menandatangani Surat Tugas Pembuktian Alamat kemudian mengembalikannya kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.

6. Atas dasar Surat Tugas Pembuktian Alamat, Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan penelitian lapangan kebenaran alamat Wajib Pajak.

7. Berdasarkan hasil penelitian lapangan, Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat kemudian menyerahkannya kepada Kepala Seksi Pelayanan. Dalam hal Wajib Pajak terbukti benar, Pelaksana Seksi Pelayanan kemudian mencetak konsep Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Jika alamat PKP tidak benar, Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Penolakan Pengusaha Kena Pajak. Konsep Surat Pengukuhan Pengusaha


(39)

Kena Pajak atau Konsep Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan pelaporan PKP dicetak rangkap dua, yaitu :

Lembar ke-1 : Untuk Wajib Pajak

Lembar ke-2 : Untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak

8. Pelaksana Seksi Pelayanan menyampaikan konsep Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat dan konsep Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak atau konsep Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan PKP kepada Kepala Seksi Pelayanan.

9. Kepala Seksi Pelayanan menandatangani Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat, Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak atau Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan PKP kemudian menyerahkan kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.

10.Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah ditandatangani, memberi nomor, membeli stempel kantor, memisahkan dokumen untuk arsip dan dokumen yang akan diserahkan kepada Wajib Pajak.

11.Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan dokumen kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Penyampaian Dokumen di Kantor Pelayanan Pajak)


(40)

c. Penerbitan NPWP dan atau Pengukuhan PKP secara Jabatan

Seperti yang tertera pada pasal 2 ayat (4) UU KUP bahwasanya Direktorat Jendral Pajak menerbitkan NPWP secara jabatan apabila : “Orang Pribadi atau Badan yang telah mempunyai syarat sebagai Wajib Pajak / Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak mendaftarkan diridan atau tidak melaporkan usahanya”.

Penetapan atau pemberian NPWP sacara jabatan dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki Direktorat Jendral Pajak ternyata Orang Pribadi atau Badan tersebut memenuhi syarat untuk diberikan NPWP atau dikukuhkan sebagai PKP.

Data yang dimiliki oleh Direktorat Jendral Pajakdapat berupa data masuk yang diperoleh dari instansi lain seperti : Kantor Notaris, Kantor Polisi, dan lain-lain.

Keputusan Direktorat Jendral Pajak dalam menetapkan penerbitan NPWP dan atau pengukuha NPPKP secara jabatan sampai saat ini cukup efektif karena kebanyakan Orang Pribadi atau Badan yang telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak / Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak mendaftarkan diri dan tidak mau melaporkan usahanya, maka dengan adanya keputusan Direktorat Jendral pajak ini maka mereka secara langsung terdaftar sebagai Wajib Pajak.

d. Tata Cara Pendaftaran NPWP Melalui Internet

Wajib Pajak juga dapat mendaftarkan dirinya untuk memperoleh NPWP melalui Internet, adapun caranya adalah sebagai berikut :


(41)

2. Memilih menu sistem e-Registration

3. Membuat Account baru pada sistem e-Registration

4. Login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan password yang telah dibuat

5. Memilih jenis Wajib Pajak yang sesuai (OP,Badan atau Bendaharawan)

6. Mengisi formulir permohonan dengan lengkap dan benar dan kemudian klik tombol “daftar” jika telah selesai diisi dengan benar dan lengkap

7. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap 8. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS)

9. Wajib Pajak dapat mengirim Formulir dan SKTS serta dokumen persyaratan baik secara langsung maupun melalui Pos/Jasa Pengiriman.

10.Menerima SKT, NPWP dan/atau SPPKP dari KPP dimana Wajib Pajak Terdaftar setelah dilakukan validasi

Catatan:

Wajib Pajak dapat menggunakan SKTS untuk melakukan pembayaran, pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain serta tidak dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan di luar bidang perpajakan.

2. Tempat Pendaftaran dan Jangka Waktu Pelaporan Pendaftaran NPWP a. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

Dalam peraturan perundang-undangan perpajakan tentang pendaftaran ditentukan sebagai berikut :


(42)

• Tempat pendaftaran diri Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP adalah di Kantor Direktorat Jendral Pajak ( Kantor Pelayanan Pajak) yang wilayah kerjanya meliputi tempat dinggal (orang pribadi), tempat kedudukan (badan) atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak yang bersangkutan.

• Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak berada dua atau lebih wilayah kerja Kantor Direktorat Jendral Pajak, Direktur Jendral Pajak menetapkan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak.

b. Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan NPWP 1. Wajib Pajak Orang Pribadi

NPWP : Paling alama pada akhir bulan berikutnya apabila sampai dengan satu bulan dalam satu tahun buku memperoleh penghasilan melebihi PTKP.

NPPKP : Sebelum penyerahan BKP/JKP, paling lama akhir bulan berikutnya setelah s/d suatu masa dalam tahun buku nilai peredaran usaha melebihi batasan pengusaha kecil.

2. Wajib Pajak Badan

NPWP : Paling lama 1 (satu) bulan saat usaha mulai dijalankan.

NPPKP : Sebelum penyerahan BKP/JKP, paling lama akhir bulan berikutnya setelah s/d suatu masa dalam tahun buku nilai peredaran usaha melebihi batasan pengusaha kecil.


(43)

3. Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh NPWP/NPPKP

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan di dalam Pasal 39 ayat (1) disebutkan Setiap orang yang dengan sengaja :

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau NPPKP; c. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;

d. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap.

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

C. Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Perkembangan jumlah Wajib Pajak dalam Pemenuhan kewajibannya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, dapat dilihat pada table berikut ini :


(44)

JUMLAH WAJIB PAJAK TERDAFTAR

DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM Per 27 Mei 2008 s/d 31 Mei 2010

Wajib Pajak Terdaftar

Per 27 Mei 2008 Per 31 Desember 2008 Per 31 Desember 2009

Per 31 Mei 2010

Jumlah

WP Orang Pribadi

4.344 4.631 5.237 5.621 19.923

WP Badan 28.408 45.920 82.667 93.211 250.206

WP Bendaharawan

972 1.107 1.448 1.510 5073

JUMLAH WAJIB PAJAK TERDAFTAR 275.166

Dari table diatas diketahui jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi adalah 19.923, Wajib Pajak Badan adalah 250.206, dan Wajib Pajak Bendaharawan adalah 5.073, sehingga Jumlah Wajib Pajak keseluruhan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam sampai dengan 31 Mei 2010 adalah 275.166.

Dari jumlah di atas menunjukkan bahwa jumlah Wajib Pajak yang terdaftar baik itu Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Bendaharawan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat kesadaran Wajib Pajak untuk membayar pajak semakin tinggi setiap tahunnya.

Meningkatnya jumlah Wajib Pajak setiap Tahunnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam disebabkan karena sudah adanya kesadaran dari


(45)

masyarakat untuk mendaftarkan dirinya menjadi Wajib Pajak dan memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

Hal ini terkait dengan pemahaman Wajib Pajak yang mendalam terhadap self

assessment system dalam pelaksanaan perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan

dengan mudah, tertib, efektif, efisien dan terkendali sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Dengan kualitas pelayanan yang diberikan pada Wajib Pajak terbukti dapat mendorong kesadaran membayar pajak dan dimaksud agar masyarakat patuh dan menjalankan kewajiban perpajakannya.

D. Kendala-Kendala yang Dihadapi Fiskus Maupun Wajib Pajak dan Upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasinya

a. Kendala-Kendala yang di hadapi fiskus maupun wajib pajak.

Jika dilihat dari fiskus atau petugas pajak, maka tidak ada kendala dalam pengurusan NPWP. Jika semua persyaratan telah dilengkapi oleh wajib pajak maupun petugas pajak dapat langsung melaksanakan prosedur pengurusan NPWP/NPPKP, dan NPWP/NPPKP dapat diterbitkan peling lama pada hari kerja berikutnya setelah diterimanya formuir pendaftaran.

Jika dilihat dari Wajib Pajak itu sendiri, maka ada beberapa kendala dalam pengurusan NPWP. Kendala-kendala tersebut adalah :

1. Kurangnya Kesadaran Wajib Pajak

Masih banyaknya masyarakat yang kurang sadar untuk mendaftarkan dirinya memperoleh NPWP menjadi salah satu kendala yang paling besar. Setiap Badan


(46)

Usaha atau Orang Pribadi yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak harus memiliki NPWP, tetapi terkadang Wajib Pajak kurang memiliki kesadaran akan kewajibannya untuk mendaftarkan dirinya memperoleh NPWP dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Untuk meningkatkan kesadaran dari Wajib Pajak agar mereka mendaftarkan dirinya memperoleh NPWP, maka petugas pajak perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang arti pentingnya mempayar pajak. Dengan adanya sosialisasi tersebut diharapkan Wajib Pajak yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak menyadari akan kewajibannya untuk mendaftarkan diri memperoleh NPWP dan melaksanakan kewajibannya membayar pajak. 2. Sistem Perpajakan Yang Sulit dipahami.

Peraturan-peraturan tentang perpajakan yang sering berubah-ubah juga membuat masyarakat menjadi bingung. System perpajakan yang sulit di pahami karena masyarakat tidak banyak yang mengetahui tentang perpajakan. Untuk itu perlu adanya sosialisasi atau penyuluhan tentang perpajakan dari petugas pajak agar masyarakat mengetahui system perpajakan dari petugas pajak agar masyarakat mengetahui system perpajakan yang berlaku saat ini sehimgga tidak ada lagi kesulitan dalam pelaksanaannya.

3. Wajib Pajak Tidak Mau Mendaftarkan Diri.

Saat ini masih banyak masyarakat yang belum melaksanakan kewajibannya membayar pajak. Banyak dari masyarakat yang penghasilannya sudah di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak tetapi tidak mau mendaftarkan dirinya menjadi


(47)

Wajib Pajak dan memiliki NPWP, maka mereka harus membayar pajak. Bagi mereka membayar pajakmerupakan suatu beban sehingga mereka tidak mau mendaftarkan dirinya memperoleh NPWP.

b. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Kendala-Kendala yang timbul :

1. Upaya yang dilakukan adalah melakukan ekstensifikasi pajak yaitu dengan jalan penyisiran. Penyisiran dilakukan di daerah-daerah wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Dengan penyisiran ini maka dapat diketahui ada atau tidak masyarakat yang belum memiliki NPWP. Bagi masyarakat yang penghasilannya di bawah Penghasilan Tidak kena Pajak memang tidak diwajibkan memiliki NPWP, tetapi bagi masyarakat yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak dan menurut ketentuan perpajakan sudah harus memiliki NPWP, maka kepadanya akan diberikan NPWP secara Jabatan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam juga melakukan sosialisasi dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang arti pentingnya membayar pajak. Penyuluhan ini dilakukan secara berkala satu bulan sekali ataupun tiga bulan sekali yang dilakukan oleh petugas pajak dan Pemerintah Kota setempat. Selain kepada masyarakat, Petugas pajak juga sering mengadakan penyuluhan di daerah perindustrian.

3. Baru-baru ini Direktorat Jendral Pajak mengoperasikan Mobil Pajak Keliling yang di gunakan untuk mempermudah Pelayanan Pendaftaran NPWP. Mobil


(48)

pajak ini memang tidak besar, hanya sebuah mobil colt diesel. Namun peralatan yang ada di dalamnya cukup lengkap dan canggih, seperti laptop yang terkoneksi dengan internet, sehingga dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak bisa langsung terhubung dengan Kantor Pajak. Mobil ini dilengkapi dengan Printer dan leaflet tentang penyuluhan pajak. Diharapkan jenis pelayanan yang diberikan nantinya tidak hanya NPWP saja, tetapi juga pelayanan penerimaan pelaporan Surat Pemberitahuan (STP) pajak.

Cara yang dilakukan untuk meningkatkan Wajib Pajak dengan cara melakukan ekstensifikasi dan penyuluhan perpajakan, sejauh ini terbukti berhasil. Hal ini dapatdilihat dengan meningkatkanya jumlah Wajib Pajak setiap tahunnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai menyadari akan kewajibannya memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan melaksanakan kewajibannya membayar pajak.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

B. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan antara lain :

1. Prosedur pemberian NPWP/NPPKP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam telah dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001. Tata cara tersebut harus dilakukan secara berurutan sesuai dengan prosedur yang ada.

2. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena sudah adanya kesadaran dari Wajib Pajak untuk mendaftarkan dirinya memperoleh NPWP/NPPKP.

3. Pada dasarnya menurut pihak petugas pajak tidak ada hambatan dalam pengurusan NPWP/NPPKP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, tetapi jika dilihat dari Wajib Pajak maka ada hambatan dalam pengurusan NPWP/NPPKP. Hambatan tersebut karena kurangnya kesadaran Wajib Pajak, system perpajakan yang sulit dipahami, kurang mengertinya Wajib Pajak akan adanya kewajiban perpajakan atas usaha yang dijalankannya dank arena Wajib Pajak tersebut tidak mau mendaftarkan dirinya.


(50)

B. SARAN

Adapun saran penulis adalah :

1. Petugas Pajak diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat/ Wajib Pajak serta memberikan pengarahan atas masalah yang dihadapi oleh Wajib Pajak sehingga menimbulkan kegairahan bagi masyarakat untuk mendaftarkan diri memperoleh NPWP dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam agar memberi himbauan kepada masyarakat yang telah mempunyai penghasilan melebihi Penghasilan Kena Pajak (PTKP) dan memberi penghasilan lebih dari satu pemberi kerja agar mendaftarkan diri kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk mendapatkan NPWP.

3. Kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam agar terus melakukan usaha untuk meningkatkan jumlah wajib pajak dengan cara malakukan ekstensifikasi perpajakan dan memberikan penyuluhan tentang pajak agar masyarakat menyadari tentang arti penting membayar pajak.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2009. Perpajakan, Yogyakarta : Andi

Resmi, Siti, 2007. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi ketiga. Jakarta : Salemba Empat

Sihaloho, Cyrus, 2002. Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Edisi Ketiga, Jakarta : PT. Gramedia

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. tentang Pajak Penghasilan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008. tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-161/PJ./2001. tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-37/PJ/2007. Tentang Percepatan Jangka Waktu Penyelesaian Layanan Unggulan Direktorat Jendral Pajak


(1)

Usaha atau Orang Pribadi yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak harus memiliki NPWP, tetapi terkadang Wajib Pajak kurang memiliki kesadaran akan kewajibannya untuk mendaftarkan dirinya memperoleh NPWP dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Untuk meningkatkan kesadaran dari Wajib Pajak agar mereka mendaftarkan dirinya memperoleh NPWP, maka petugas pajak perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang arti pentingnya mempayar pajak. Dengan adanya sosialisasi tersebut diharapkan Wajib Pajak yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak menyadari akan kewajibannya untuk mendaftarkan diri memperoleh NPWP dan melaksanakan kewajibannya membayar pajak. 2. Sistem Perpajakan Yang Sulit dipahami.

Peraturan-peraturan tentang perpajakan yang sering berubah-ubah juga membuat masyarakat menjadi bingung. System perpajakan yang sulit di pahami karena masyarakat tidak banyak yang mengetahui tentang perpajakan. Untuk itu perlu adanya sosialisasi atau penyuluhan tentang perpajakan dari petugas pajak agar masyarakat mengetahui system perpajakan dari petugas pajak agar masyarakat mengetahui system perpajakan yang berlaku saat ini sehimgga tidak ada lagi kesulitan dalam pelaksanaannya.

3. Wajib Pajak Tidak Mau Mendaftarkan Diri.

Saat ini masih banyak masyarakat yang belum melaksanakan kewajibannya membayar pajak. Banyak dari masyarakat yang penghasilannya sudah di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak tetapi tidak mau mendaftarkan dirinya menjadi


(2)

Wajib Pajak dan memiliki NPWP, maka mereka harus membayar pajak. Bagi mereka membayar pajakmerupakan suatu beban sehingga mereka tidak mau mendaftarkan dirinya memperoleh NPWP.

b. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Kendala-Kendala yang timbul :

1. Upaya yang dilakukan adalah melakukan ekstensifikasi pajak yaitu dengan jalan penyisiran. Penyisiran dilakukan di daerah-daerah wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Dengan penyisiran ini maka dapat diketahui ada atau tidak masyarakat yang belum memiliki NPWP. Bagi masyarakat yang penghasilannya di bawah Penghasilan Tidak kena Pajak memang tidak diwajibkan memiliki NPWP, tetapi bagi masyarakat yang penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak dan menurut ketentuan perpajakan sudah harus memiliki NPWP, maka kepadanya akan diberikan NPWP secara Jabatan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam juga melakukan sosialisasi dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang arti pentingnya membayar pajak. Penyuluhan ini dilakukan secara berkala satu bulan sekali ataupun tiga bulan sekali yang dilakukan oleh petugas pajak dan Pemerintah Kota setempat. Selain kepada masyarakat, Petugas pajak juga sering mengadakan penyuluhan di daerah perindustrian.


(3)

pajak ini memang tidak besar, hanya sebuah mobil colt diesel. Namun peralatan yang ada di dalamnya cukup lengkap dan canggih, seperti laptop yang terkoneksi dengan internet, sehingga dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak bisa langsung terhubung dengan Kantor Pajak. Mobil ini dilengkapi dengan Printer dan leaflet tentang penyuluhan pajak. Diharapkan jenis pelayanan yang diberikan nantinya tidak hanya NPWP saja, tetapi juga pelayanan penerimaan pelaporan Surat Pemberitahuan (STP) pajak.

Cara yang dilakukan untuk meningkatkan Wajib Pajak dengan cara melakukan ekstensifikasi dan penyuluhan perpajakan, sejauh ini terbukti berhasil. Hal ini dapatdilihat dengan meningkatkanya jumlah Wajib Pajak setiap tahunnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai menyadari akan kewajibannya memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan melaksanakan kewajibannya membayar pajak.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

B. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan antara lain :

1. Prosedur pemberian NPWP/NPPKP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam telah dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001. Tata cara tersebut harus dilakukan secara berurutan sesuai dengan prosedur yang ada.

2. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena sudah adanya kesadaran dari Wajib Pajak untuk mendaftarkan dirinya memperoleh NPWP/NPPKP.

3. Pada dasarnya menurut pihak petugas pajak tidak ada hambatan dalam pengurusan NPWP/NPPKP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, tetapi jika dilihat dari Wajib Pajak maka ada hambatan dalam pengurusan NPWP/NPPKP. Hambatan tersebut karena kurangnya kesadaran Wajib Pajak, system perpajakan yang sulit dipahami, kurang mengertinya Wajib Pajak akan adanya kewajiban perpajakan atas usaha yang dijalankannya dank arena Wajib Pajak tersebut tidak mau mendaftarkan dirinya.


(5)

B. SARAN

Adapun saran penulis adalah :

1. Petugas Pajak diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat/ Wajib Pajak serta memberikan pengarahan atas masalah yang dihadapi oleh Wajib Pajak sehingga menimbulkan kegairahan bagi masyarakat untuk mendaftarkan diri memperoleh NPWP dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam agar memberi himbauan kepada masyarakat yang telah mempunyai penghasilan melebihi Penghasilan Kena Pajak (PTKP) dan memberi penghasilan lebih dari satu pemberi kerja agar mendaftarkan diri kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk mendapatkan NPWP.

3. Kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam agar terus melakukan usaha untuk meningkatkan jumlah wajib pajak dengan cara malakukan ekstensifikasi perpajakan dan memberikan penyuluhan tentang pajak agar masyarakat menyadari tentang arti penting membayar pajak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2009. Perpajakan, Yogyakarta : Andi

Resmi, Siti, 2007. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi ketiga. Jakarta : Salemba Empat

Sihaloho, Cyrus, 2002. Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Edisi Ketiga, Jakarta : PT. Gramedia

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. tentang Pajak Penghasilan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008. tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-161/PJ./2001. tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-37/PJ/2007. Tentang Percepatan Jangka Waktu Penyelesaian Layanan Unggulan Direktorat Jendral Pajak