Tanah-tanah Gembur Lama Tanah-tanah Gembur Baru

14 5 Mei. 10 172 11 49 9 229 16 91 6 Juni. 6 50 9 150 14 107 10 103 7 Juli. 10 114 11 109 7 159 3 38 8 Augustus. 17 354 8 77 11 118 13 136 9 September. 15 139 10 211 14 222 14 139 10 October. 19 290 13 174 17 277 19 413 11 November. 17 263 18 367 18 207 16 189 12 December. 20 344 15 257 16 326 16 163 Jaar 131 1826 144 2197 139 1540 Sumber: Natuurkundig Tijjdschrift voor Nederlandsch-Indie Faktor lain yang mendukung ialah tanah yang baik, karena penanaman tembakau Deli menyebabkan adanya pengkajian geologi yang spesifik. Penelitian yang dilakukan J.H. Druif melahirkan suatu daftar inventaris yang rinci mengenai keadaan tanah di Sumatera Timur. salah satunya ialah pembagian tanah-tanah subur dan cocok untuk tanaman tembakau. Tabel 2 Keadaan Tanah di Sumatera Timur Jenis Tanah Harga Gulden f. per 0,5 Kg. Dollar AS per Pon

A. Tanah-tanah Gembur Lama

Debu dan tanah liparistik 0,90 0,45 Tanah gembur dasitik 1,34 0,67 Universitas Sumatera Utara 15 Liparistik-dasitik 1,51 0,75 Lahar dasitik-andesitik 1,70 0,90 Lahar Dasitik 1,99 0,99

B. Tanah-tanah Gembur Baru

Liparistik 1,16 0,58 Dasitik-andesitik 1,81 0,90 Sumber: Karl J. Pelzer, Toean Kebon dan Petani, Politik Kolonil dan Perjuangan Agraria 1868- 1947 , Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hal. 42. Penggolongan tanah di atas sangat penting bagi perusahaan perkebunan karena kualitas dan harga tembakau Deli sangat bergantung pada tanah. Hal ini membuat harga dan produksi tembakau dari tanah dapat berbeda dengan tanah lainnya. Artinya, tanah inilah yang menentukan harga dan kualitas tembakau. Pada tahun 1909 Kebun Bulu Cina mendapat tanah konsesi seluas 11.325 bidang, tetapi lahan yang telah digarap untuk penanaman tembakau hanya seluas 415 m². Tanah yang cukup luas ini yang dimiliki oleh Kebun Bulu Cina dikerjakan oleh para tenaga kerja, yang terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerja kontrak. Sampai pada tahun 1909 jumlah kuli kontrak yang bekerja diperkebunan ini sudah sebanyak 1. 258 orang dan 160 orang adalah kuli tetap. Hasil yang diperoleh dari perkebunan ini ditahun 1910 sebanyak 4350 pikul. 16 Namun pada tahun 1911 hasil produksi tembakau Deli menurun menjadi 4.300 pikul, demikian juga kuli kontrak yang bekerja berkurang hingga 1.094 orang, tetapi kuli tetap Hal ini menggambarkan bahwa sumbangsih perkebunan Bulu Cina cukup besar dalam memproduksi tembakau Deli bagi perusahaan Deli Maatschappij. 16 Satu pikul setara dengan 60,478982 kilogram atau sering disebut dengan membulatkannya menjadi 60,4 kilogram. Universitas Sumatera Utara 16 meningkat sebanyak 196 orang. Menurunnya produksi tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap proses produksi tembakau di perkebunan Bulu Cina, karena di dalam memproduksi tembakau Deli pasti mengalami fluktuasi naik-turunnya hasil produksi. Hal ini mengambarkan bahwa hasil produksi perkebunan Bulu Cina sudah sangat aktif dan produktif dalam memproduksi tembakau Deli, yang pada waktu itu dipimpin oleh administratur yang bernama Sijthof dan J.H. Blumer. 17 Kuli yang dipekerjakan di perkebunan memiliki jam kerja yaitu dari jam 07.00 wib sampai 17.00 wib. Bagi pekerja diberikan tempat tinggal yang disebut “pondok”. Pondok tersebut berupa rumah sederhana yang berdampingan, dan dihuni oleh para kuli yang berkeluarga. Bagi kuli yang belum berkeluarga disatukan dalam satu pondok dan dipisahkan berdasarkan suku masing-masing. Kuli yang bekerja di Bulu Cina terdiri atas Cina, Jawa, dan India. Orang Cina bertugas khusus untuk penanaman tembakau Deli ahli. Mereka sudah sampai di ladang sebelum matahari terbit. Tugas yang mereka lakukan ialah untuk merawat tanaman tembakaunya yang masih muda, menyiram pesemaian, mencari ulat daun tembakau, atau menyiapkan lahan untuk ditanami. Mereka tetap bekerja sampai sesudah matahari terbenam dan hanya beristirahat satu-dua jam pada siang hari. biasanya setiap tuan kebun akan menghargai kinerja orang Cina karena cara bekerja dan prestasi kerja mereka yang luar biasa. Suku Jawa khusus untuk menggarap kebun seperti mencangkul, menyiapkan lahan dan melaksanakan pekerjaan lain di ladang yang tidak memerlukan keahlian. Orang India ditugaskan untuk menarik kereta lembu mengangkut hasil tembakau, baik ke bangsal pengeringan, ke gudang fermentasi, dan membawa tembakau sampai ke pelabuhan. Orang India atau disebut keling juga cocok untuk pekerjaan menggali tanah, tetapi terutama baik untuk menjadi kusirpenarik kereta lembu. Hal 17 Lihat lampiran 5 gambar 6. Universitas Sumatera Utara 17 tersebut karena sebagai orang Hindu mereka selalu memperlakukan hewan penarik kereta itu dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Jadi setiap suku memiliki pekerjaan khusus. Faktor terpenting pembagian pekerjaan menurut bangsa dipertahankan agar tercipta efisiensi kerja yang optimal. 18 Upah yang diterima para kuli sebesar 3 keping 5 sen untuk satu harinya dan diberikan setiap satu bulan sekali. Di samping upah, para kuli juga mendapatkan kebutuhan pokok seperti susu kaleng, minyak goreng, ikan asin setiap satu bulan sekali. Para kuli juga mendapat kain dari pihak perkebunan yang diberi setiap tiga bulan sekali. Selain itu, ada juga fasilitas kesehatan yang diberikan oleh pihak tuan kebun. Setiap buruh ataupun keluarganya yang sakit, maka akan dibawa oleh staf bagian kesehatan kebun ke rumah sakit. Buruh kebun Bulu Cina dikhususkan ke Rumah Sakit Bangkatan yang terletak di Binjai. Fasilitas kesejahteraan untuk pangan, sandang, papan, bahkan kesehatan diberikan oleh pihak kolonial, tetapi fasilitas pendidikan tidak disediakan, sehingga bagi buruh dan keluarganya kurang mendapat pendidikan pada masa pemerintah kolonial. 19 Perkembangan tembakau Deli yang baik di Deli, membuat kawasan Bulu Cina juga berkembang pesat. Pada tahun 1920 dibuka gudang pemeraman tembakau di perkebunan ini. 20 18 Jan Breman, Menjinakkan Sang Kuli Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di Sumatra Timur pada Awal Abad ke-20 , 1997, Jakarta: PT Pusaka Utama Grafiti, hal. 98-99. 19 Hasil wawancara dengan Sumo Prawiro, desa Bulu Cina, tanggal 27 Juni 2013. 20 Lihat lampiran 13 gambar 20 . Sampai sekarang gudang pemeraman tembakau kebun Bulu Cina masih aktif dalam menjalankan proses produksi tembakaunya. Bukan hanya bangunan fisiknya yang dipertahankan, bahkan segala proses produksinya juga tetap dipertahankan sebagaimana awalnya sebagai warisan Universitas Sumatera Utara 18 kolonial terdahulu. 21 Pada saat pemerintahan Jepang berkuasa di Sumatera Timur khususnya, maka administratur dan para asisten Belanda secara terpaksa harus keluar dari perkebunan itu. Bulu Cina pada masa pemerintahan Jepang tetap memproduksi komoditi tembakaunya, disamping itu juga menanam tanaman seperti jagung dan padi. Buruh tetap diberi upah setiap bulannya oleh pemerintah Jepang. Fasilitas kesehatan tetap berjalan sebagaimana mestinya yang diperuntukan bagi para kuli dan keluarganya, namun pembagian seperti susu kaleng, minyak goreng diganti dengan beras. Sandang yang biasa diterima tiga bulan sekali juga tidak diterima oleh para kuli yang bekerja di Bulu Cina. Sejak Jepang memerintah satu per satu kuli Cina dan India tidak bekerja lagi di perkebunan. Pekerja di gudang pemeraman sampai saat ini masih menggunakan pakaian seragam seperti yang pernah diterapkan pada masa pemerintah kolonial. Seragam itu berupa kain kemeja putih pada bagian atas “baju” dan memakai kain sarung pada bagian bawah. Seragam dengan warna terang putih memang sengaja harus dikenakan oleh pegawai gudang pemeraman agar pakaian yang dipakai tidak mempengaruhi warna tembakau yang difermentasikan. Pekerja yang bekerja di gudang pemeraman tembakau terdiri dari pekerja wanita saja, tidak ada pekerja pria, kecuali para pegawai kantornya saja. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan di gudang pemeraman dituntut ketelatenan serta keuletan para pekerja, sehingga cocok bagi buruh wanita. 22 Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa sampai sekarang mayoritas penduduk yang ada di Bulu Cina ialah suku Jawa, orang Cina sebagai minoritas, sedangkan orang India sudah tidak ada lagi yang menetap di Bulu Cina. 23

2.2 Masa Nasionalisasi