merupakan salah satu karotenoid yang berperan dalam perlindungan terhadap stres oksidatif Juergen, 2003. Oksidasi LDL yang terjadi karena stres oksidatif
tergantung dari kandungan antioksidan sebelum terbentuk sejumlah hiperoksida lipid. Bila senyawa antioksidan lipofilik yang terkandung dalam LDL cukup
banyak, maka LDL akan terlindungi dari proses oksidasi Agarwal Rao, 2000.
2.7 Pembentukan Lesi Aterosklerotik
Arterosklerosis adalah penyakit akibat terbentuknya plak di dinding arteri besar, sehingga mempersempit lumen pembuluh darah dan mengakibatkan aliran
darah terganggu dan menurunkan elastisitas pembuluh darah. Plak terdiri dari sel otot polos, jaringan ikat, lemak, dan kotoran yang tertimbun dalam intima dinding
arteri Kumalasari, 2005.
Menurut Japardi 2002 bahwa aterosklerosis dapat mengenai semua pembuluh darah sedang dan besar, namun yang paling sering adalah aorta,
pembuluh koroner dan pembuluh darah otak, sehingga Infark miokard dan Infark otak merupakan dua akibat utama proses ini. Proses aterosklerosis dimulai sejak
usia muda berjalan perlahan dan jika tidak terdapat faktor resiko yang mempercepat proses ini, aterosklerosis tidak akan muncul sebagai penyakit
sampai usia pertengahan atau lebih. Aterosklerosis merupakan penyakit yang menyerang pembuluh darah besar dan sedang. Lesi utamanya berbentuk plaque
menonjol pada tunika intima yang mempunyai inti berupa lemak terutama kolesterol dan ester kolesterol dan ditutupi oleh fibrous cap. Lesi aterosklerosis
awal berupa fatty streak, yaitu penumpukan lemak pada daerah subintima. Lesi ini
Universitas Sumatera Utara
bahkan dijumpai pada bayi usia 3 tahun dan dikatakan pada orang yang mengkonsumsi makanan dengan pola Barat, fatty streak sudah akan terbentuk
sebelum usia 20 tahun. Secara mikroskopis, fatty streak tampak sebagai daerah berwarna kekuningan pada permukaan dalam arteri, pada umumnya berbentuk
bulat dengan θ 1 mm atau berbentuk guratan dengan lebar 1-2 mm dan panjang sampai 1 cm. Secara makroskopis, fatty streak ditandai dengan pengumpulan sel-
sel besar yang disebut sel busa foam cell di daerah subintima. Sel busa ini pada mulanya adalah makrofag yang memakan lemak kemudian mengalami kematian
inti sel. Komposisi tipe lesi mengawali perkembangan lesi aterosklerosis lanjut
dan mekanismenya. Lesi tipe lanjut termasuk disorganisasi intima dan deformitas arteri, terjadinya nekrosis endothelium dan memicu terjadinya trombus. Tahapan
aterosklerosis dimulai dari lesi tipe I yang memperlihatkan perubahan sangat dini berupa penambahan sejumlah makrofag intimal yang telah mati dan berisi ester
kolesterol dan hanya dapat dilihat secara mikroskopis sebagai sel busa. Lesi tipe II terdapat penumpukan sel busa yang mendesak endothelium dan membentuk fatty
streak. Secara makroskopik terlihat dinding arteri sedikit menonjol ke dalam lumen. Pada lesi III terjadi pembentukan ateroma dan masih terlihat tahapan
antara lesi I dan II. Dalam sub intima dijumpai adanya limfosit, sel-sel otot polos dan serat kolagen yang menimbulkan fibrous plaque. Sel endothelium secara
makroskopik tampak terdesak tapi tetap utuh dan terlihat sebagai dungkul Constantinides,1994; Stary,1994.
Universitas Sumatera Utara
Proses kunci pada aterosklerosis adalah penebalan dinding tunika intima dan penimbunan lemak yang menghasilkan ateroma. Lesi aterosklerotik biasanya
hanya mengenai sebagian lingkaran dinding arteri lesi eksentrik dan membentuk bercak-bercak yang tersebar disepanjang pembuluh darah. Lesi
aterosklerotik awalnya bersifat fokal dan tersebar jarang, Namun seiring dengan perkembangan penyakit lesi bertambah banyak dan difus. Pada distribusinya yang
khas pada manusia, plak aterosklerosis biasanya lebih banyak mengenai aorta abdominalis daripada aorta torakalis, dan lesi cenderung lebih mencolok disekitar
ostia cabang besar. Dalam urutan menurun setelah aorta abdominalis bawah pembuluh yang paling banyak terkena adalah arteri koronaria dan pembuluh di
sirkulus Willisi Kumar,2007.
Gambar 2.3 : Mikroskopis pembuluh darah arteri yang aterosklerosis dengan pembesaran 10x, pewarnaan HE
Hiperlipidemi kronik dapat menyebabkan cedera toksik pada sel endotel karena peningkatan LDL yang teroksidasi dan kolesterol. Keadaan hiperlipidemi
kronik ini juga menyebabkan perubahan sel endotel, leukosit yang beredar dalam
Universitas Sumatera Utara
darah dan juga mungkin trombosit. Keadaan hiperkolesterolemi menyebabkan meningkatnya adhesi monosit ke dinding endotel. Monosit yang menempel pada
sel endotel ini kemudian menyusup di antara sel endotel dan mengambil tempat di daerah subendotel untuk kemudian berubah menjadi scavenger cell dan berubah
bentuk menjadi makrofag. Makrofag berfungsi menelan dan membersihkan lemak terutama LDL yang sudah teroksidasi tersebut melalui reseptor khusus yang
disebut reseptor scavenger. Sel scavenger ini kemudian menjadi sel busa yang merupakan cikal bakal fatty streak. Berkumpulnya makrofag di daerah subintima
menyebabkan kerusakan endotel bertambah. Sel-sel ini menghasilkan dan mensekresikan zat-zat yang bersifat toksik dan juga metabolit yang bersifat
oksidatif seperti LDL teroksidasi dan anion superoksida Japardi, 2002.
Gambar 2.4 : Migrasi Monosit menembus Endotel dan berdifferensiasi menjadi Makrofag yang memiliki reseptor terhadap LDL teroksidasi
Suryohudoyo 2000 mengatakan LDL teroksidasi bersifat antigenik sehingga terjadi reaksi pembentukan antibodi yang mengikatnya dan membentuk
kompleks imun, karena banyaknya monosit yang masuk ke sub intima. Kompleks
Endotoxins, LDL teroksidasi, dll
Inflammatory cytokines, chemokines, proteases
Inflammas i
Universitas Sumatera Utara
imun LDL teroksidasi akan difagosit oleh makrofag karena adanya reseptor yang mengikat kompleks imun LDL-oks sehingga fagositosis semakin mudah dan
memicu pembentukan sel busa .
Gambar 2.5: Mikroskopis Sel Busa pada dinding Aorta Abdominalis tikus Kemajuan ilmu biologi molekuler menyebabkan perlu ditambahkan faktor
resiko lain terjadinya aterosklerosis, yaitu kadar antioksidan dalam tubuh yang rendah akan meningkatkan gangguan akibat radikal bebas mengenai lipid,
karbohidrat, maupun protein sehingga terjadi kerusakan sampai kematian sel. Riso et al,1999
Penelitian mekanisme terjadinya aterosklerosis dapat jelas digambarkan dengan studi eksperimental binatang dari spesies yang kebanyakan sensitif
terhadap kolesterol, misalnya kelinci, sampai yang resisten kolesterol, misalnya tikus Constantinides,1994. Pada hewan coba dapat diikuti perubahan arteri serta
pembentukan plak aterosklerosis.Kustiyah Prasetyo, 2003
Universitas Sumatera Utara
2.8. Hewan Percobaan 2.8.1 Karakteristik Utama Hewan Percobaan