Gambar 4.2
: Grafik hasil pemeriksaan kadar LDL mgdl tikus wistar
jantan pada semua kelompok sampel penelitian. Keterangan : Kontrol -, Kontrol +,P1perlakuan 1, P2 perlakuan 2 dan
P3perlakuan 3,
┬ = standar deviasi SD,
a,b,c
p0,05 berbeda nyata.
Pengaruh pemberian kuning telur selama 2 minggu terhadap kadarLDL dapat dilihat dengan membandingkan Kontrol +, P1, P2, dan P3 dengan kontrol
-. Terdapatperbedaan yang nyata p0,05 antara kontrol - dengankontrol +, P1, P2 dan P3.
4.1.3 Jumlah Sel Busa Pada Dinding Aorta Abdominalis Tikus Wistar Jantan
Hasil pengukuran jumlah sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus wistar jantan pada semua kelompok sampel penelitian ditampilkan pada Lampiran
1 dan gambar 4.3diperoleh perbedaan rata-rata jumlah sel busa tiap kelompok
a b
c c
c
Universitas Sumatera Utara
sampel penelitian. Pada ujinormalitas dan homogenitas data, ternyata data jumlah sel busa dinding aorta abdominalis berdistribusi normal dan variansinya homogen,
sehingga tidak perlu dilakukan transformasi data. Data memenuhi syarat pengujian parametrik one way Anova pada level5. Ternyata hasil uji
menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan penelitian p0,05, sehingga dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney yang melihat perbedaan masing-
masing perlakuan.
Gambar 4.3
: Grafik hasil pemeriksaan jumlah sel busa tikus wistar jantan
pada semua kelompok sampel penelitian. Keterangan : Kontrol -, Kontrol +,P1perlakuan 1, P2 perlakuan 2 dan
P3perlakuan 3,
┬ = standar deviasi SD,
a,b,c
p0,05 berbeda nyata.
Pengaruhpemberian jus papaya terhadap jumlah sel busa dapat dilihat dengan membandingkan P1, P2, dan P3 dengan kontrol positif.Terdapatperbedaan yang
nyata p0,05 antara kontrol + dengan P1, P2dan P3.
a b
a a
a
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4
: Gambar Histopatologi sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus wistar jantan semua kelompok sampel penelitian, HE-400x
Keterangan : a K0; terlihat sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus kelompok kontrol
negatif. b K1; terlihat sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus kelompok kontrol
positif. c P1; terlihat sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus kelompok perlakuan
satu. d P2; terlihat sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus kelompok perlakuan
dua. e P3; terlihat sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus kelompok perlakuan
tiga.
4.1.4 Tebal Dinding Aorta Abdominalis Tikus Wistar Jantan
Hasil pengukuran jumlah sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus wistar jantan pada semua kelompok sampel penelitian ditampilkan pada Lampiran
2 dan gambar 4.4 diperoleh perbedaan rata-rata ketebalan dinding aorta abdominalis tiap kelompok sampel penelitian.Pada uji normalitas dan
homogenitas data, ternyata data tebal dinding aorta abdominalis berdistribusi normal
dan tetapivariansidatatidakhomogen,
sehingga perlu
dilakukan transformasi data. Hasiltransfromasi datadidapatkan data berdistribusi normal
tetapitidakhomogen, sehingga data diuji dengan non parametrik Kruskal
a b
c
d e
Universitas Sumatera Utara
Wallispada level 5. Ternyata hasil uji menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan penelitian p0,05, sehinggadilanjutkandenganuji Mann-Whitney yang
melihatperbedaanmasing-masingperlakuan.
Gambar 4.5
: Grafik hasil pengukuran tebal dinding aorta abdominalis µ m
tikus wistar jantan pada semua kelompok sampel penelitian. Keterangan : Kontrol -, Kontrol +,P1perlakuan 1, P2
perlakuan 2 dan P3perlakuan 3,
┬ = standar deviasi SD,
a,b,c
p0,05 berbeda nyata.
Pengaruhpemberian jus papayaterhadaptebaldinding aorta abdominalis dapat dilihat
dengan membandingkan
P1, P2,
dan P3
dengan kontrol
positif.Terdapatperbedaan yang nyata p0,05 antara kontrol + dengan P1, P2dan P3.
a b
d c
d
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 : Gambar Histopatologi ketebalan dinding aorta abdominalis tikus
wistar jantan semua kelompok sampel penelitian, HE-400x Keterangan :
a K0; terlihat sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus kelompok kontrol negatif.
b K1; terlihat sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus kelompok kontrol positif.
c P1; terlihat sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus kelompok perlakuan satu.
d P2; terlihat sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus kelompok perlakuan dua.
e P1; terlihat sel busa pada dinding aorta abdominalis tikus kelompok perlakuan tiga.
4.2 Pembahasan :