Teori Gadai Syariah Rahn

b. Ulama Hanabilah َﺪِﺑ ُﺔَﻘْﯿِﺛَو ْﻮُﻠَﻌْﺠَﯾ يِﺬﱠﻟا ُلﺎَﻤْﻟ ِﮫْﯿَﻠَﻋ َﻮُھ ْﻦﱠﻤِﻣ ِﮫِﺋﺎَﻔْﯿِﺘْﺳِا َرﱠﺬَﻌَﺗ ْنَا ِﮫِﻨَﻤَﺛ ْﻦِﻣ ﻲِﻓْﻮَﺘْﺴَﯾ ٍﻦْﯾ 9 “Suatu benda yang dijadikan kepercayaan suatu utang, untung dipenuhi dari harganya, bila yang berhutang tidak sanggup membayar utangnya.” c. Ulama Malikiyah ٌءْﻲَﺷ ٍمِزﺎَﻟ ٍﻦْﯾَد ﻲِﻓ ِﮫِﺑ ﺎَﻘﱢﺛَﻮُﺗ ِﮫِﻜِﻟﺎَﻣ ْﻦِﻣ ُﺬَﺧْﺆُﯾ ُلﱠﻮَﻤَﺘُﻣ 10 “Suatu yang bernilai harta mutamawwal yang diambil dari pemiliknya untuk dijadikan pemikat atas utangnya yang tetap mengikat.” d. Muhammad Syafi’i Antonio Gadai Syariah rahn adalah menahan salah satu harta milik nasabah rahin sebagai barang jaminan marhun atas utangpinjaman marhun bih yang diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan atau penerima gadai murtahin memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. 11 2. Rukun dan Syarat-Syarat Gadai a. Rukun Gadai Dalam fikih empat mazhab fiqh al-mazahib al-arba’ah di ungkapkan rukun gadai sebagai berikut : 9 Abi Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ibnu Qudamah, Al-Muqhny ‘ala Muqtashar Al- kharqiy , Beirut: Ad-Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1994, jilid 4, h. 234. 10 Wahbah Zuhaily, Al-fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, Beirut: Dar Al-Fikr, 2002, jilid 4, h. 4208. 11 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h. 128. 1. Aqid orang yang berakad Aqid adalah orang yang melakukan akad yang meliputi 2 dua arah, yaitu Rahin orang yang menggadaikan dan Murtahin orang yang berpiutang dan menerima barang gadai. Hal yang di maksud di dasari oleh Sighat, yaitu ucapan berupa ijab qabul serah terima antara panggadai dengan penerima gadai 2. Ma’qud alaih barang yang di akadkan Ma’qud ‘alaih meliputi dua hal, yaitu marhun orang yang digadaikan, marhun bih utang yang karenanya diadakan akad rahn 12 b. Syarat-Syarat Gadai Selain rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi gadai, maka dipersyaratkan juga syarat. Syarat-syarat yang dimaksud, terdiri atas : 1. Shighat Syarat shighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan waktu yang akan datang. Misalnya, orang yang menggadaikan hartanya mempersyaratkan tenggang waktu hutang habis dan hutang belum terbayar, sehingga pihak penggadai dapat diperpanjang satu bulan tenggang waktunya. Kecuali syarat itu mendukung kelancaran akad maka diperbolehkan. 2. Pihak-pihak yang berakad cakap menurut hukum Pihak-pihak yang cakap menurut hukum ditandai dengan : 12 Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh A’la Al-Mazahib,Dar Al-Kutub Al-Islamiyyah h. 294. a. Akil baligh b. Berakal sehat c. Mampu melakukan akad Menurut pengikut ulama Abu Hanifah membolehkan anak-anak yang mumayiz melakukan akad karena dapat membedakan yang baik dan yang buruk. 3. Utang marhun bih Utang marhun bih mempunyai pengertian bahwa : a utang adalah kewajiban bagi pihak yang berhutang untuk membayar kepada pihak yang memberi piutang; b merupakan barang yang dapat dimanfaatkan; c barang tersebut dapat dihiting jumlahnya. 4. Marhun Marhun adalah harta yang dipegang Murtahin penerima gadai atau wakilnya, sebagai jaminan utang. Para ulama menyepakati bahwa syarat yang berlaku pada barang gadai adalah syarat yang berlaku pada barang yang dapat diperjual belikan, yang ketentuannya adalah : 13 a. Agunan itu harus bernilai dan dapat dimanfaatkan menurut ketentuan syariat Islam. b. Agunan itu harus dapat dijual dan nilainya seimbang dengan besarnya utang. 13 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Wacana Ulama dan Cendikiawan, Jakarta: Bank Indonesia dan Tazkia Institute, 2001, h. 21. c. Agunan itu harus jelas dan tertentu harus dapat ditentukan secara spesifik. d. Agunan itu milik sah debitur. e. Agunan itu tidak terkait dengan hak orang lain bukan milik orang lain sebagian maupun seluruhnya. f. Agunan itu harus harta yang utuh. g. Agunan itu diserahkan kepada pihak lain, baik materinya maupun manfaatnya. 3. Dasar Hukum Gadai Syariah 1. Landasan Syariah Dasar hukum yang melandasi gadai syariah adalah ayat-ayat Al-qur’an, hadits nabi Muhammad saw, ijma’ ulama dan fatwa MUI. Dengan penjelasan sebagai berikut : a. Al-qur’an QS. Al-baqarah 2 ayat 283 yang digunakan sebagai dasar dalam membangun konsep gadai adalah sebagai berikut :                                      Artinya : “Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperolah seorang penulis, mka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnyan utangnya dan hendakla ia bertakwa kepada Tuhannya: dan janganlah kamu para saksi menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang gmenyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya: dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” Syaikh Muhammad Ali Asy-Sayis berpendapat, bahwa ayat Al-qur’an di atas adalah petunjuk untuk menerapkan prinsip kehati-hatian bila seseorang hendak melakukan transaksi utang-piutang yang memakai jangka waktu dengan orang lain, dengan cara menjaminkan sebuah barang kepada orang yang berpiutang rahn. 14 Fungsi barang gadai marhun pada ayat diatas adalah untuk menjaga kepercayaan masing-masing pihak, sehingga penerima gadai murtahin meyakini bahwa pemberi gadai rahin beriktikat baik untuk mengembalikan pinjamannya marhun bih dengan cara menggadaikan barang atau benda yang dimilikinya marhun, serta tidak melalaikan jangka waktu pengembalian hutangnya itu. b. Hadits Nabi Muhammad saw Dasar hukum yang kedua untuk dijadikan rujukan dalam membuat rumusan gadai emas adalah hadits nabi Muhammad saw, yang antara lain diungkapkan sebagai berikut : 14 Asy-Syaikh Muhammad ‘Ali As-Sayis, Tafsir Ayat Al-Ahkam, ttp: tp, tt, h. 175. ‘Aisyah ra. Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang berbunyi : َلﺎَﻗ ْمَﺮْﺸَﺣ ْﻦِﺑ ﱡﻲِﻠَﻋَو ﻲِﻠَﻈْﻨَﺤﻟْا ُﻢْﯿِھاَﺮْﺑِإ ْﻦِﺑ ُقﺎَﺤْﺳِإ ﺎَﻨَﺛ ﱠﺪَﺣ : ْﻦَﻋ َﺶَﻤَﻌﻟا ْﻦِﺑ ُﺲُﻧْﻮُﯾ ْﻦِﺑ ﻰَﺴْﯿِﻋ ﺎَﻧَﺮَﺒْﺧَا ْﺖَﻟﺎَﻗ َﺔَﺴِﺋﺎَﻋ ْﻦَﻋِدﻮَﺳَﺄْﻟا ِﻦَﻋ ِﻢْﯿِھاَﺮْﺑِإ : ُلْﻮُﺳَر ىَﺮَﺘْﺷا ٍﺪْﯾِﺪَﺣ ْﻦِﻣ ﺎًﻋْرِد ُﮫُﻨْھَرَو ﺎًﻣﺎَﻌَﻃ ﱟيِدْﻮُﮭَﯾ ْﻦِﻣ ِﮫﱠﻠﻟا ﻢﻠﺴﻣ هاور 15 “Telah diriwayatkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali dan Ali bin Khasyram berkata : keduanya mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus bin ‘Amasy dari Ibrahim dari Aswad dari ‘Aisyah berkata: bahwasanya rasulullah saw membeli makanan dari seorang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya.” HR. Muslim Dari Anas bin Malik ra. yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang berbunyi: ﱠﺪَﺣ ﻲِﻤَﻀْﮭَﺠْﻟا ﱢﻲِﻠَﻋ ُﻦْﺑ ُﺮْﺼَﻧ ﺎَﻨَﺛ ﱠﺪَﺣ َلﺎَﻗ ،ٍﺲَﻧَأ ْﻦَﻋ َةَدﺎَﺘَﻗ ُﻦْﺑ ُمﺎَﺸِھ ﺎَﻨَﺛﱠﺪِﺣ ،ﻲِﺑَأ ﻲِﻨَﺛ : ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َﻦَھَر ْﺪَﻘَﻟ اًﺮْﯿِﻌَﺳ ُﮫْﻨِﻣ ِﮫِﻠْھَﺄِﻟ َﺬَﺧَﺄَﻓ ِﺔَﻨْﯾِﺪَﻤْﻟﺎِﺑ ﱟيِدْﻮُﮭَﯾ َﺪْﻨِﻋ ﺎًﻋْرِد ﺔﺟﺎﻣ ﻦﺑا هاور 16 “Telah meriwayatkan kepada kami Nashr bin Ali Al-Jahdami, ayahku telah meriwayatkan kepadaku, meriwayatkan kepada kami Hisyam bin Qatadah dari Anas berkata: Sungguh Rasulullah saw. Menggadaikan baju besinya kepada seseorang Yahudi di Madinah dan menukarnya dengan gandum untuk keluarganya.” HR. Ibnu Majah Dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari : َا ْﻦَﻋ ﻲِﺒْﻌﱠﺸﻟا ِﻦَﻋ ﺎﱠﯾٍﺮَﻛَز ﺎَﻧَﺮَﺒْﺧَأ ٍكَرﺎَﺒُﻣ ُﻦْﺑ ِﷲا ُﺪْﺒَﻋ ﺎَﻧَﺮَﺒْﺧَأ ٍﻞِﺗ ﺎَﻘُﻣ ُﻦْﺑ ُﺪﱠﻤَﺤُﻣ ﺎَﻨَﺛ ﱠﺪَﺣ ،َلﺎَﻗ َةَﺮْﯾَﺮُھ ْﻲِﺑ ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ : ِﮫِﺘَﻘْﻔَﻨِﺑ ُﺐَﻛْﺮُﯾ ُﺮْﮭﱠﻈﻟا ﺎًﻧْﻮُھْﺮَﻣ َنﺎَﻛ اَذِإ َﮫَﻘَﻔﱠﻨﻟا ُبَﺮْﺸَﯾَو ِراﱢﺪﻟا ُﻦْﺒَﻟَو ﺎًﻧْﻮُھْﺮَﻣ َنﺎَﻛ اَذِإ َﮫَﻘَﻔﱠﻨﻟا ُبَﺮْﺸَﯾَو ُﺐَﻛْﺮَﯾ يِﺬﱠﻟا ﻰَﻠَﻋَو يرﺎﺨﺒﻟا هاور 17 15 Imam Abi Husain Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairy An-Naisaburi, Shahih Muslim, Beirut Dar Al-Fikr, 1993, juz 2, h.51 16 Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwiny, Sunan Ibn Majah, Al-Fikr, 1995, juz 2, h. 18. “Telah meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Muqatil, mengabarkan kepada kami Zakariyya dari Sya’bi dari Abu Hurairah, dari Nabi saw., bahwasanya beliau bersabda: kendaraan dapat digunakan dan hewan ternak dapat pula diambil manfaatnya apabila digadaikan. Pegadaian wajib memberikan nafkah dan penerima gadai boleh mendapatkan manfaatnya”. HR. Bukhari Hadits riwayat Abu Hurairah ra., yang berbunyi : ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ ،َلﺎَﻗ َةَﺮْﯾَﺮُھ ْﻲِﺑَا ْﻦَﻋ : ُﮫُﻣْﺮُﻏ ِﮫْﯿَﻠَﻋَو ُﮫُﻤْﻨُﻏ ُﮫَﻟ ِﮫِﺒِﺣﺎَﺼِﻟ َﻦْھﱠﺮﻟا ُﻖَﻠْﻐَﯾ َﻻ ﻲﻌﻓﺎﺷا هاور ﻲﻨﻄﻘﻟا راﺪﻟا و “Barang gadai tidak boleh disembunyikan dari pemilik yang menggadaikan, baginya risiko dan hasilnya.” HR. Asy-Syafi’i dan Ad- Daruquthni c. Ijma’ Berkaitan dengan pembolehan perjanjian gadai ini, jumhur ulama berpendapat kebolehan status hukum gadai dan mereka tidak pernah berselisih pendapat mengenai hal ini berdasarkan kepada kisah Rasulullah saw yang menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang Yahudi. 2. Landasan Hukum Positif Landasan tataran teknis rahn diatur dalam ketentuan pasal 36 huruf c poin keempat PBI No. 625PBI2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, yang intinya menyatakan bahwa 17 Imam Abi Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiran bin Bardizbah Al-Bukhari Al-Ju’fiy, Shahih Al-Bukhari, Dar Al-Fikr, 1983, juz 3, h. 116. bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usahanya yang meliputi melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad rahn. 3. Fatwa Dewan Syariah Nasional Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI menjadi salah satu rujukan yang berkenaan dengan gadai syariah, diantaranya dikemukakan sebagai berikut 18 : a. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 25DSN- MUIIII2002, tentang Rahn, dengan ketentuan umum sebagai berikut : 1 Murtahin penerima barang mempunyai hak untuk menahan marhun barang sampai semua utang rahn yang menyerahkan barang dilunasi. 2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahn. 3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahn, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahn. 4 Besarnya biaya pembiayaan dan pemeliharaan marun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. 5 Penjualan marhun a Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahn untuk segera melunasi hutangya. 18 Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 8. b Apabila rahn tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka marhun dujual paksadieksekusi melalui lelang sesuai syariah. c Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan. d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahn dan kekurangannya menjadi kewajiban rahn. b. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 26DSN- MUIIII2002, tentang Rahn Emas, dengan ketentuan sebagai berikut : 1 Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip Rahn. 2 Ongkos dan biaya penyimpanan barang marhun ditanggung oleh penggadai rahn. 3 Ongkos penyimpanan basarnya didasarkan kepada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. 4 Biaya penyimpanan barang marhun daliakukan berdasarkan akad ijarah. c. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 09DSN- MUIIII2000, tentang Pembiayaan Ijarah; d. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 10DSN- MUIIII2000, tentang Wakalah; e. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 43DSN- MUIIII2004, tentang Ganti Rugi; 4. Mekanisme pemberian pinjaman, sistem cicilan dan perpanjangan utang 1. Mekanisme pemberian pinjaman 19 Mekanisme penyaluran pinjaman pada pelaksananaan sistem gadai syariah mempunyai prinsip bahwa nasabah hanya dibebani oleh biaya administrasi dan jasa simpan harta benda sebagai jaminan. Selain itu, untuk mendapatkan pinjaman, barang yang dimiliki harus terlebih dahulu ditaksir oleh petugas penaksir. Tujuannya adalah menghitung besarnya jumlah pinjaman yang dapat dipinjamkan oleh tempat melakukan permohonan gadai. Berdasarkan jumlah pinjaman itu, akan ditentukan golongan pinjaman dan berapa tingkat biaya administrasi yang harus ditanggung. Setelah perhitungan itu selesai maka peminjam dapat menerima pembayaran uang pinjaman tanpa potongan apapun, kecuali premi asuransi tetapi tergantung tempat permohonan gadai. Demikian pula bila ingin melunasi pinjaman. Pelunasan tidak harus menunggu jatuh tempo. Artinya, bila jangka waktu pinjaman itu 4empat bulan maka nasabah dapat melunasi walaupun periode pinjaman belum berakhir. Mekanisme pelaksanaan pegadaian syariah merupakan implementasi dari beberapa konsep yang telah ditetapkan oleh beberapa ulama tentang kegiatan pegadaian. 19 Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 45. 2. Sistem Cicilan dan perpanjangan utang Pada dasarnya orang yang menggadaikan rahin hartanya dikantor pegadaian untuk mendapatkan pinjaman uang dapat melunasi pinjamannya kapan saja, tanpa harus menunggu jatuh tempo. Namun, pemberi gadai rahin dapat memberi memilih cara pelunasan sekaligus ataupun mencicil utangnya. Selain itu, perlu diungkapkan bahwa ketentuan jumlah pinjaman didasari oleh kualitas dan kuantitas barang yang digadaikan. Harta benda yang akan digadaikan ditaksir berdasarkan pertimbangan jenis harta, nilai harta dan lain-lain. 5. Proses pelelangan barang gadai marhun Pihak pegadaian akan melakukan pelelangan jika rahin tidak dapat melunasi sampai batas waktu yang telah ditentukan dalam akad. Pelelangan dilakukan oleh pihak pegadaian setelah sebelumnya diberitahukan kepada rahin paling lambat 5 lima hari sebelum tanggal penjualan. Pelelangan dimaksud mempunyai ketentuan sebagai berikut 20 : 1. Ditetapkan harga emas oleh pegadaian pada saat pelelangan dengan margin 2 untuk pembeli. 20 Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 45. 2. Harga penawaran yang dilakukan oleh banyak orang tidak boleh dilakukan karna dapat merugikan bagi rahn.karena itu, pegadaian melakukan pelelangan terbatas. 3. Hasil pelelangan akan digunakan untuk biaya penjualan 1 dari harga jual, biaya pinjaman 4 empat bulan dan sisanya dikembalikan kepada rahin. 4. Sisa kelebihan yang tidak diambil selama setahun, akan diserahkan oleh pihak pegadaian kepada baitul mal. 35

BAB III GAMBARAN UMUM BANK BRI SYARIAH

A. Sejarah Singkat BRI Syariah

Berawal dari akusisi Bank Jasa Arta oleh Bank Rakyat Indonesia, pada tanggal 19 Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan perolehan ijin dari Bank Indonesia untuk mengubah kegiatan usaha Bank Jasa Arta dari bank umum konvensional menjadi bank umum yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 16 Oktober 2008, maka lahirlah Bank umum syariah yang diberi nama PT. Bank Syariah BRI yang kemudian disebut dengan nama BRI Syariah pada tanggal 17 November 2008. Nama BRISyariah dipilih untuk menggambarkan secara langsung hubungan Bank dengan PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, selanjutnya disebut Bank Rakyat Indonesia, yang merupakan salah satu bank terbsesar di Indonesia. BRISyariah merupakan anak perusahaan dari Bank Rakyat Indonesia yang akan melayani kebutuhan perbankan masyarakant Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada tanggal 19 Desember 2008,telah ditanda-tangani akta pemisahan unit usaha syariah. Penandatanganan akta pemisahan telah dilakukan oleh Bp. Sofyan Basir selaku Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia dan Bp. Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama BRISyariah, sebagaimana akta pemisahan No. 27 tanggal 19 Desember 2008 dibuat di hadapan notaris Fathiah Helmi SH di Jakarta. Peleburan unit usaha syariah Bank Rakyat Indonesia ke dalam BRISyariah ini berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Adapun yang menjadi pemegang saham BRISyariah adalah PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, sebesar 99,99967 Yayasan kesejahteraan pekerja BRI sebesar 0,00033.

B. Logo BRI Syariah

C. Visi dan Misi BRI Syariah

Pernyataan Visi BRISyariah yaitu, “Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah,untuk kehidupan yang lebih bermakna”. BRI Syariah menterjemahkan visi menjadi sebuah misi untuk memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial nasabah, menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan prinsip - prinsip Syariah, menyediakan aksesibilitas ternyaman melalui berbagai sarana kapanpun, dimanapun, memungkinkan setiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan ketentraman pikiran.

D. Struktur Organisasi

1. DEWAN KOMISARIS Musthafa Zuhad Mughni Komisaris, Sunarsip Komisaris, Nasrah Mawardi Komisaris,Randi Anto komisaris Utama 2. DEWAN DIREKSI Ventje Rahardjo Direktur Utama, Ari Purwandono Direktur, Eko B. Suharno Direktur, Budi Wisakseno Direktur. 3. DEWAN PENGAWAS Prof.Dr.K.H. Didin Hafidhudin, MSc Anggota, Prof. Drs. Hasjmuni Abdurrachman Ketua, Gunawan Yasni, SE, MM Anggota.

E. Produk dan Jasa

BRISyariah menitikberatkan pada individu dan bisnis wirausaha kecil dan menengah dengan menyediakan serangkaian produk dan jasa perbankan berbasis Syariah bagi kedua segmen tersebut, yang terdiri dari 3 tiga kategori, yaitu :

1. Funding, Produk Penghimpunan Dana terdiri atas :

a. Tabungan BRI Syariah Kemudahan bertransaksi yang penuh nilai kebaikan. Tabungan BRISyariah iB merupakan tabungan dari BRI Syariah bagi nasabah perorangan yang menggunakan prinsip titipan wadiah yad dhamanah, dipersembahkan untuk nasabah yang menginginkan kemudahan dalam