Dewan Kehormatan Pusat Dewan Kehormatan Notaris 1. Dewan Kehormatan Daerah

Dewan Kehormatan Wilayah wajib memberitahukan tentang keputusannya itu kepada Dewan Kehormatan Pusat, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah. Dalam menangani atau menyelesaikan suatu kasus, anggota Dewan Kehormatan Wilayah harus: a. Tetap menghormati dan menjunjung tinggi martabat anggota yang bersangkutan; b. Selalu menjaga suasana kekeluargaan; c. Merahasiakan segala apa yang ditemukannya. Jika keputusan Dewan Kehormatan Wilayah ditolak oleh Dewan Kehormatan Pusat, baik sebagian maupun seluruhnya maka Dewan Kehormatan Wilayah diwajibkan untuk melaksanakan keputusan Dewan Kehormatan Pusat dan memberitahukannya kepada anggota yang bersangkutan dan kepada Dewan Kehormatan Pusat, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah. Dewan Kehormatan Wilayah, Dewan Kehormatan Pusat, Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, dan Pengurus Daerah mengadakan pertemuan berkala, sedikitnya enam bulan sekali atau setiap kali dipandang perlu oleh Pengurus Pusat atau Dewan Kehormatan Pusat atau atas permintaan 2 dua Pengurus Wilayah berikut Dewan Kehormatan Wilayah atau atas permintaan 5 lima Pengurus Daerah berikut Dewan Kehormatan Daerah.

3. Dewan Kehormatan Pusat

T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Pada tingkat terakhir kepengurusan perkumpulan mempunyai Dewan Kehormatan Pusat pada tingkat Pusat Ikatan Notaris Indonesia. Dewan Kehormatan Pusat terdiri dari 5 lima orang anggota, dengan susunan kepengurusan sebagai berikut; Ketua, Wakil ketua, Sekretaris. Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Kehormatan Pusat adalah anggota biasa yang telah menjabat sebagai Notaris sekurang-kurangnya sepuluh tahun dan anggota luar biasa mantan Notaris, yang senantiasa mentaati peraturan perkumpulan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku, berdedikasi tinggi, berjasa dan loyal serta mempunyai rasa kepedulian yang tinggi kepada perkumpulan yang dipilih oleh kongres. Dewan Kehormatan Pusat bertanggung jawab pada kongres atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya, dengan masa jabatan yang sama dengan masa jabatan Pengurus Pusat. Para anggota Dewan Kehormatan Pusat yang masa jabatannya telah berakhir dapat dipilih kembali. Seorang anggota Dewan Kehormatan Pusat tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan Wilayah, Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah, jika selama masa jabatan Dewan Kehormatan Pusat karena suatu hal terjadi jumlah anggota Dewan Kehormatan Pusat kurang dari jumlah yang ditetapkan, maka Dewan Kehormatan Pusat yang ada tetap sah walaupun jumlah anggotanya berkurang. Dewan Kehormatan Pusat merupakan badan yang bersifat otonom di dalam mengambil keputusan-keputusan. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Dewan Kehormatan Pusat mempunyai tugas dan kewajiban untuk memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan dalam pelaksanaan serta pentaatan kode etik oleh para anggota perkumpulan. Dalam rangka menjalankan tugas dan kewajibannya Dewan Kehormatan Pusat berwenang untuk: a Memberikan dan menyampaikan usul serta saran yang ada hubungan dengan kode etik dan pembinaan rasa kebersamaan profesi corpsgeest kepada Pengurus Pusat; b Memberikan peringatan, baik secara tertulis maupun dengan lisan secara langsung kepada para anggota yang melakukan pelanggaran atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kode etik atau bertentangan dengan rasa kebersamaan profesi; c Memberitahukan tentang pelanggaran tersebut kepada Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan Wilayah, Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah; d Mengusulkan kepada pengurus Pusat untuk melakukan pemberhentian sementara schorsing dari anggota perkumpulan yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik; e Menolak atau menerima pengaduan atas pelanggaran kode etik. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, Dewan Kehormatan Pusat dapat mengadakan pertemuan dengan Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan Wilayah, Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Dewan kehormatan Pusat dapat mencari fakta pelanggaran atas prakarsa sendiri atau atas pengaduan secara tertulis dari anggota perkumpulan atau orang lain dengan bukti yang meyakinkan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap kode etik, setelah menemukan fakta-fakta pelanggaran atau setelah menerima pengaduan, Dewan Kehormatan wajib memanggil anggota yang bersangkutan untuk memastikan apakah betul terjadi pelanggaran dan Dewan Kehormatan Pusat diwajibkan untuk memberitahukan tentang adanya pelanggaran tersebut kepada Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan Wilayah, Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah secara tertulis. Dari pertemuan tersebut dibuat risalah yang ditandatangani oleh anggota yang bersangkutan dan Ketua serta seorang anggota Dewan Kehormatan Wilayah. Dewan Kehormatan Pusat wajib memberikan keputusan dalam tingkat banding atas keputusan Dewan Kehormatan Wilayah yang diajukan banding kepadanya oleh anggota yang bersangkutan dalam waktu tiga puluh hari terhitung sejak diterimanya berkas permohonan banding. Keputusan Dewan Kehormatan Pusat dalam tingkat banding tidak dapat diganggu gugat. Dalam menangani atau menyelesaikan suatu kasus, anggota Dewan Kehormatan Pusat harus; a. Tetap menghormati dan menjunjung tinggi martabat anggota yang bersangkutan; b. Selalu menjaga suasana kekeluargaan; c. Merahasiakan segala apa yang ditemukannya. Dewan Kehormatan Pusat, Dewan Kehormatan Wilayah, Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, dan Pengurus Daerah mengadakan T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 pertemuan berkala, sedikitnya enam bulan sekali atau setiap kali dipandang perlu oleh Pengurus Pusat atau Dewan Kehormatan Pusat atau atas permintaan dua Pengurus Wilayah berikut Dewan Kehormatan Wilayah atau atas permintaan lima Pengurus Daerah berikut Dewan Kehormatan Daerah. Dalam menjaga kehormatan dan keluhuran martabat Notaris, kongres Ikatan Notaris Indonesia menetapkan kode etik Notaris yang merupakan kaidah moral yang wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan. Bagi Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik, Dewan Kehormatan berkoordinasi dengan Majelis Pengawas berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran tersebut dan dapat menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya, sanksi yang dikenakan terhadap anggota Ikatan Notaris Indonesia yang melakukan pelanggaran kode etik dapat berupa : a. Teguran; b. Peringatan; c. Schorzing pemecatan sementara dari keanggotaan Perkumpulan; d. Onzetting pemecatan dari keanggotaan Perkumpulan; e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan. Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat pertama Apabila ada anggota yang diduga melakukan pelanggaran terhadap kode etik, baik dugaan tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada Dewan Kehormatan Daerah, maka selambat-lambatnya dalam waktu 7 tujuh hari kerja T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Dewan Kehormatan Daerah wajib segera mengambil tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan terhadap pelanggaran tersebut. Apabila menurut hasil sidang Dewan Kehormatan Daerah ternyata ada dugaan kuat terhadap pelanggaran kode etik, maka dalam waktu 7 tujuh hari kerja setelah tanggal sidang tersebut, Dewan Kehormatan Daerah berkewajiban memanggil anggota yang diduga melanggar tersebut dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi, untuk didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri. Dewan kehormatan daerah baru akan menentukan putusannya mengenai terbukti ada tidaknya pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya apabila terbukti, setelah mendengar keterangan dan pembelaan diri dari anggota yang bersangkutan dalam sidang Dewan Kehormatan Daerah. Penentuan dapat dilakukan oleh Dewan Kehormatan Daerah, baik dalam sidang itu maupun dalam sidang lainnya, sepanjang penentuan keputusan melanggar atau tidak melanggar tersebut, dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu limabelas hari kerja, setelah tanggal sidang Dewan Kehormatan Daerah dimana Notaris tersebut telah didengar keterangan danatau pembelaannya. Bila dalam putusan sidang Dewan Kehormatan Daerah dinyatakan terbukti ada pelanggaran terhadap kode etik, maka sidang sekaligus menentukan sanksi terhadap pelanggarnya. Dalam hal anggota yang dipanggil tidak datang atau tidak memberi kabar apapun dalam waktu tujuh hari kerja setelah dipanggil, maka Dewan Kehormatan Daerah akan mengulangi panggilannya sebanyak dua kali dengan jarak waktu tujuh hari kerja, untuk setiap panggilan. Dalam T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 waktu tujuh hari kerja, setelah panggilan ke tiga ternyata masih juga tidak datang atau tidak memberi kabar dengan alasan apapun, maka Dewan Kehormatan Daerah akan tetap bersidang untuk membicarakan pelanggaran yang diduga dilakukan oleh anggota yang dipanggil itu dan menentukan putusannya. Terhadap sanksi pemberhentian sementara schorsing atau pemecatan onzetting dari keanggotaan perkumpulan diputuskan, Dewan Kehormatan Daerah wajib berkonsultasi terlebih dahulu dengan Pengurus Daerahnya. Putusan sidang Dewan Kehormatan Daerah wajib dikirim oleh Dewan Kehormatan Daerah kepada anggota yang melanggar dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi dan tembusannya kepada Pengurus Daerah, Pengurus Pusat dan Dewan Kehormatan Pusat, semuanya itu dalam waktu tujuh hari kerja, setelah dijatuhkan putusan oleh sidang Dewan Kehormatan Daerah. Apabila pada tingkat kepengurusan daerah belum dibentuk Dewan Kehormatan Daerah, maka Dewan Kehormatan Wilayah berkewajiban dan mempunyai wewenang untuk menjalankan kewajiban serta kewenangan Dewan Kehormatan Daerah dalam rangka penegakan kode etik atau melimpahkan tugas kewajiban dan kewenangan Dewan Kehormatan Daerah kepada kewenangan Dewan Kehormatan Daerah terdekat dari tempat kedudukan atau tempat tinggal anggota yang melanggar kode etik tersebut. Hal tersebut berlaku pula apabila Dewan Kehormatan Daerah tidak sanggup menyelesaikan atau memutuskan permasalahan yang dihadapinya. Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat banding T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara schorsing atau pemecatan onzetting dari keanggotaan perkumpulan dapat diajukandimohonkan banding kepada Dewan Kehormatan Wilayah. Permohonan untuk naik banding wajib dilakukan oleh anggota yang bersangkutan dalam waktu tiga puluh hari kerja, setelah tanggal penerimaan surat putusan penjatuhan sanksi dari Dewan Kehormatan Daerah. Permohonan naik banding dikirim dengan surat tercatat atau dikirim langsung oleh anggota yang bersangkutan kepada Dewan Kehormatan Wilayah dan tembusannya kepada Dewan Kehormatan Pusat, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, dan Pengurus Daerah. Dewan Kehormatan Daerah dalam waktu tujuh hari setelah menerima surat tembusan permohonan banding wajib mengirim semua salinan foto copy berkas pemeriksaan kepada Dewan Kehormatan Pusat. Setelah menerima permohonan banding, Dewan Kehormatan Wilayah wajib memanggil anggota yang naik banding, selambat-lambatnya dalam waktu tujuh hari kerja, setelah menerima permohonan tersebut. Anggota yang mengajukan banding dipanggil untuk didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri dalam sidang Dewan Kehormatan Wilayah. Dewan Kehormatan Wilayah wajib memberi putusan dalam tingkat banding melalui sidangnya, dalam waktu tiga puluh hari kerja, setelah anggota yang bersangkutan dipanggil, didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Apabila anggota yang dipanggil tidak datang dan tidak memberi kabar dengan alasan yang sah melalui surat tercatat, maka sidang Dewan Kehormatan Wilayah, tetap akan memberi putusan dalam waktu yang ditentukan. Dewan Kehormatan Wilayah wajib mengirim putusannya kepada anggota yang minta banding dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi dan tembusannya kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia Pusat, semuanya itu dalam waktu tujuh hari kerja setelah sidang Dewan Kehormatan Wilayah menjatuhkan keputusannya atas banding tersebut. Apabila pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam tingkat pertama telah dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah, berhubung pada tingkat kepengurusan daerah yang bersangkutan belum dibentuk Dewan Kehormatan Daerah, maka keputusan Dewan Kehormatan Wilayah tersebut merupakan keputusan tingkat banding. Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada Tingkat Terakhir Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara schorsing atau pemecatan onzetting dari keanggotaan perkumpulan yang dilakukan oleh putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara schorsing atau pemecatan onzetting dari keanggotaan perkumpulan putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara schorsing atau pemecatan onzetting dari keanggotaan perkumpulan yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah dapat diajukan dimohonkan pemeriksaan pada tingkat terakhir kepada Dewan Kehormatan Pusat. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Permohonan untuk pemeriksaan tingkat terakhir wajib dilakukan oleh anggota yang bersangkutan dalam waktu tiga puluh hari kerja, setelah tanggal penerimaan surat putusan penjatuhan sanksi dari Dewan Kehormatan Wilayah. Permohonan pemeriksaan tingkat terakhir dikirim dengan surat tercatat atau melalui ekspedisi atau oleh anggota yang bersangkutan kepada Dewan Kehormatan Pusat dan tembusannya kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah. Dewan Kehormatan Wilayah dalam waktu tujuh hari kerja, setelah menerima surat tembusan permohonan pemeriksaan tingkat terakhir wajib mengirim semua salinan foto copy berkas pemeriksaan kepada Dewan Kehormatan Pusat. Setelah menerima permohonan pemeriksaan tingkat terakhir, Dewan Kehormatan Pusat wajib memanggil anggota yang meminta pemeriksaan tersebut, selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari kerja, setelah menerima permohonan itu. Anggota yang mengajukan permohonan pemeriksaan tersebut, dipanggil, didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri dalam sidang Dewan Kehormatan Pusat. Dewan kehormatan Pusat wajib memberi putusan dalam pemeriksaan tingkat terakhir melalui sidangnya, dalam waktu tiga puluh hari kerja, setelah anggota yang bersangkutan dipanggil, didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri. Apabila anggota yang dipanggil tidak datang dan tidak memberi kabar dengan alasan yang sah melalui surat tercatat, maka sidang Dewan Kehormatan Pusat tetap akan memberi putusan dan Dewan Kehormatan Pusat wajib mengirim putusannya T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 kepada anggota yang minta pemeriksaan tingkat terakhir dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi dan tembusannya kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat, semuanya dalam waktu tujuh hari kerja, setelah sidang Dewan Kehormatan Pusat menjatuhkan keputusan atas pemeriksaan tingkat terakhir tersebut. Putusan yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Daerah, Dewan Kehormatan Wilayah maupun yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Pusat dilaksanakan oleh Pengurus Daerah. Pengurus Daerah wajib mencatat dalam buku anggota perkumpulan yang ada pada Pengurus Daerah atas setiap keputusan yang telah ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Daerah, Dewan Kehormatan Wilayah danatau Dewan Kehormatan Pusat mengenai kasus kode etik berikut nama anggota yang bersangkutan. selanjutnya nama Notaris tersebut, kasus dan keputusan Dewan Kehormatan Daerah, Dewan Kehormatan Wilayah danatau Dewan Kehormatan Pusat diumumkan dalam media notariat yang terbit setelah pencatatan dalam buku anggota perkumpulan tersebut. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar kode etik disesuaikan dengan kuantitas dan kualitas pelanggaran yang dilakukan anggota tersebut. Seorang anggota Ikatan Notaris Indonesia dapat diberhentikan sementara keanggotaannya oleh Pengurus Pusat atas usul Dewan Kehormatan Pusat, Dewan Kehormatan Wilayah atau Dewan Kehormatan Daerah melalui Dewan Kehormatan Pusat, karena melakukan salah satu atau lebih perbuatan di bawah ini : T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 a. Melakukan perbuatan yang merupakan pelanggaran berat terhadap ketentuan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, kode etik dan keputusan yang sah dari perkumpulan; b. Melakukan perbuatan yang mencemarkan, merugikan atau merendahkan nama baik perkumpulan; c. Menyalah gunakan nama perkumpulan untuk kepentingan pribadi. Apabila anggota yang diberhentikan sementara berdasarkan keputusan kongres dinyatakan bersalah, maka anggota yang bersangkutan dapat dipecat untuk seterusnya dari keanggotaan perkumpulan. Berdasarkan keputusan kongres, Pengurus Pusat membuat keputusan pemecatan bagi anggota yang bersangkutan dan keputusan tersebut dilaporkan oleh Pengurus Pusat kepada menteri yang membidangi jabatan Notaris, majelis pengawas Pusat, majelis pengawas Wilayah dan majelis pengawas daerah serta instansi lainnya yang menurut pertimbangan Pengurus Pusat perlu mendapat laporan. Namun sanksi pemecatan yang diberikan terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik bukanlah berupa pemecatan dari jabatan Notaris melainkan pemecatan dari keanggotaan Ikatan Notaris Indonesia sehingga walaupun Notaris yang bersangkutan telah terbukti melakukan pelanggaran kode etik, Notaris tersebut masih dapat membuat akta dan menjalankan kewenangan lainnya sebagai Notaris, dengan demikian sanksi berupa pemecatan dari keanggotaan perkumpulan tentunya tidak berdampak pada jabatan seorang Notaris yang telah melakukan pelanggaran kode etik, misalnya seorang Notaris diduga melakukan pelanggaran kode etik berupa perbuatan yang merupakan pelanggaran berat terhadap ketentuan T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 anggaran dasar, kode etik dan keputusan yang sah dari perkumpulan, yaitu menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah dipersiapkan oleh pihak lain, kemudian Notaris tersebut dijatuhi sanksi berupa pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Ikatan Notaris Indonesia, Notaris tersebut masih tetap dapat membuat akta dan menjalankan jabatannya sebagai Notaris, karena sanksi tersebut bukanlah berarti secara serta merta Notaris tersebut diberhentikan dari jabatannya, karena hanya menteri yang berwenang untuk memecat Notaris dari jabatannya dengan mendengarkan laporan dari Majelis Pengawas. Contoh lainnya adalah Seorang Notaris yang dijatuhi sanksi pemecatan dari perkumpulan Notaris karena melakukan pelanggaran kode etik dengan mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan Notaris lain, ia masih saja dapat menjalankan jabatannya, sehingga sanksi tersebut terkesan kurang mempunyai daya mengikat bagi Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik, dan semakin tidak efektif jika Notaris tersebut bukan anggota Ikatan Notaris Indonesia, kalaupun Notaris tersebut anggota Ikatan Notaris Indonesia tidak menutup kemungkinan Notaris tersebut berpindah ke perkumpulan Notaris lainnya seperti PERNORI Persatuan Notaris Indonesia atau HNI Himpunan Notaris Indonesia walaupun berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 23 Januari 1995 Nomor C2- 1022.HT.01.06. Tahun 1995 dan telah diumumkan di dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 7 April 1995 Nomor 28 Tambahan Nomor 1P-1995, telah disebutkan bahwa Ikatan Notaris Indonesia adalah satu-satunya wadah bagi Notaris T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 untuk berhimpun, namun di alam demokrasi bukanlah suatu hal yang tidak mungkin bila terjadi perbedaan pandangan untuk berhimpun. Kode etik hendaknya disusun tidak hanya bersumber dari atas pemerintah tetapi lebih bersumber dari hati nurani para Notaris itu sendiri sehingga pelaksanaan kode etik lebih dijiwai oleh semangat para Notaris itu sendiri, sehingga dapat dipatuhi dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran, misalnya saja ada satu ketentuan dalam kewajiban kode etik yang mengharuskan Notaris untuk selalu aktif mengikuti kegiatan Ikatan Notaris Indonesia dan bila tidak dapat aktif maka dianggap sebagai pelanggaran kode etik, hal ini sangat tidak aspiratif. 68 Meskipun kode etik relatif artinya tapi kalau Notaris beritikad baik, pasti tidak akan mengabstraksikan lebih dalam kode etik tersebut melainkan justru mengkongkritkan kode etik tersebut dalam kehidupannya sehingga tidak merugikan teman sejawat. 69 Sebagai pengemban amanat dan kepercayaan masyarakat, Notaris sebagai pejabat umum sudah seharusnya mendapat perlindungan hukum dalam menjalankan jabatannya. Notaris yang diduga melakukan pelanggaran kode etik harus didengar keterangannya terlebih dahulu dan diberi kesempatan untuk membela diri sebelum Dewan Kehormatan Pusat menyampaikan usul pemberhentian sementara kepada Pengurus Pusat. Dalam menangani atau menyelesaikan suatu kasus, anggota Dewan Kehormatan Pusat harus tetap menghormati dan menjunjung tinggi martabat anggota yang bersangkutan, selalu menjaga suasana kekeluargaan dan merahasiakan segala apa yang ditemukannya. Seorang Notaris yang diduga melakukan pelanggaran kode 68 Wawancara dengan Jonas M. Simarmata notaris dimedan tanggal 2 Juni 2008. 69 Alief Latief, “Main Bajak Karyawan Dan Kode Etik Notaris DanPPAT,” Renvoi Juli 2004: 3. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 etik hendaknya diberikan advokasi atau pendampingan oleh perkumpulan dengan tetap menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah. Terhadap penjatuhan sanksi pemberhentian sementara schorshing atau pemecatan onzetting dari keanggotaan perkumpulan, Dewan Kehormatan Daerah Wajib berkonsultasi terlebih dahulu dengan Pengurus Daerahnya dan seorang Notaris yang telah dijatuhi sanksi berupa pemecatan sementara schorsing atau pemecatan onzetting dari keanggotaan perkumpulan dapat mengajukanmemohon banding dengan surat tercatat atau dikirim langsung kepada Dewan Kehormatan Wilayah dan tembusannya kepada Dewan Kehormatan Pusat, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, dan Pengurus Daerah. Setelah permohonan bandingnya diterima, selambat- lambatnya dalam waktu tujuh hari kerja Dewan Kehormatan Wilayah memanggil anggota yang naik banding, untuk didengar keterangannya dan diberi kesempatan membela diri dalam sidang Dewan Kehormatan Wilayah dan dalam waktu tiga puluh hari kerja, Dewan Kehormatan Wilayah memberi putusan dalam tingkat banding melalui sidangnya, walaupun anggota yang dipanggil tidak datang Dewan Kehormatan Wilayah, tetap akan memberi putusan dalam waktu yang ditentukan. Dalam waktu tujuh hari kerja setelah sidang Dewan Kehormatan Wilayah menjatuhkan keputusannya atas banding tersebut, maka anggota yang minta banding berhak menerima putusannya dan Dewan Kehormatan Wilayah wajib mengirim tembusannya kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia Pusat. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara schorsing atau pemecatan onzetting yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah dapat diajukan dimohonkan pemeriksaan pada tingkat terakhir oleh anggota yang bersangkutan dalam waktu tiga puluh hari kerja, kepada Dewan Kehormatan Pusat dan tembusannya wajib disampaikan kepada Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah. Setelah menerima permohonan pemeriksaan tingkat terakhir dalam waktu tiga puluh hari kerja, setelah tanggal penerimaan surat putusan penjatuhan sanksi dari Dewan Kehormatan Wilayah, Dewan Kehormatan Pusat memanggil anggota yang meminta pemeriksaan tersebut, untuk didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri dalam sidang Dewan Kehormatan Pusat dan dalam waktu tiga puluh hari kerja melalui sidangnya Dewan Kehormatan Pusat memberi putusan dalam pemeriksaan tingkat terakhir, dan tembusannya kepada Dewan Kehormatan Daerah, pengurus cabang, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat, semuanya dalam waktu tujuh hari kerja, setelah sidang Dewan Kehormatan Pusat menjatuhkan keputusan atas pemeriksaan tingkat terakhir tersebut, walaupun anggota yang dipanggil tidak datang dan tidak memberi kabar dengan alasan yang sah melalui surat tercatat. Apabila kongres memutuskan anggota yang diberhentikan sementara itu tidak bersalah, maka anggota yang bersangkutan sejak saat keputusan tersebut kembali menjadi anggota perkumpulan dan Pengurus Pusat wajib untuk mengambil tindakan dalam rangka merehabilitasi anggota itu dalam jangka waktu 15 limabelas hari terhitung sejak tanggal kongres berakhir. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 B . Majelis Pengawas Notaris 1. Majelis Pengawas Daerah Wewenang MPD diatur alam UUJN , Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor M.02.PR.08.10 TAHUN 2004 , dan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.39-PW.07.10. Tahun 2004. Dalam Pasal 66 UUJN diatur mengenai Wewenang MPD yang berkaitan dengan : a. Untuk kepentingan proses pengadilan , penyidik , penuntut umum , atau hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang : 1. Mengambil fotokopi Minuta akta dan surat-surat yang dilekatkan pada Minuta akta atau protokol notaris dalam penyimpanan Notaris 2. Memanggil notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris b. Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dibuat berita acara penyerahan. Ketentuan Pasal 66 UUJN ini mutlak kewenangan MPD yang tidak dipunyai oleh MPW maupun MPP . Substansi Pasal 66 UUJN imperative dilakukan oleh penyidik , penuntut umum , atau hakim . Dengan batasan sepanjang berkaitan dengan tugas jabatan notaris dan sesuai dengan kewenangan notaris sebagaimana tersebut dalam pasal 15 UUJN . Ketentuan tersebut berlaku hanya dalam perkara pidana , karena dalam pasal tersebut berkaitan dengan tugas penyidik dan penuntut umum dalam ruang lingkup perkara pidana . Jika seorang notaris digugat perdata , maka izin dari T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 MPD tidak diperlukan , karena hak setiap orang untuk mengajukan gugatan jika ada hak-haknya terlanggar oleh suatu akta notaris . Dalam kaitan ini MPD harus objektif ketika melakukan pemeriksaan atau meminta peradilan , penyidik , penuntut umum , atau hakim , artinya MPD harus menempatkan akta notaris sebagai objek pemeriksaan yang berisi pernyataan atau keterangan para pihak , bukan menempatkan subjek notaris sebagai objek pemeriksaan , sehingga tata cara atau prosedur pembuatan akta harus dijadikan ukuran dalam pemeriksaan tersbut . Dengan demikian diperlukann anggota MPD , baik dari unsur notaris , pemerintah , dan akademis yang memahami akta notaris , baik dari prosedur maupun substansinya . Tanpa ada izin dari MPD penyidik ,penuntut umum dan hakim tidak dapat memanggil atau meminta notaris dalam suatu perkara pidana . Pasal 70 UUJN mengatur wewenang MPD yang berkaitan dengan : a. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran kode etik notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan notaris b. Melakukan pemeriksaan terhadap protokol notaris secara berkala 1 satu kali dalam 1 satu tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu c. Memberikan izin cuti untuk waktu sampai dengan 6 enam bulan d. Menempatkan notaris pengganti dengan memperhatikan usul notaris yang bersangkutan e. Menentukan tempat penyimpan protokol notaris yang pada saat serah terima protokol notaris telah berumur 25 duapuluh lima tahun atau lebih T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 f. Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang sementara protokol notaris yang diangkat sebagai pejabat Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat 4 g. Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran kode etik notaris atau pelanggaran ketentuan dalam undang-undang ini h. Membuat dan menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, hurufc, huruf d, huruf e dan g kepada majelis pengawas wilayah Kemudian pasal 71 UUJN mengatur wewenang MPD yang berkaitan dengan : 1. Mencatat pada buku daftar yang termasuk dalam protokol notaris dengan menyebutkan tanggal pemeriksaan , jumlah akta serta jumlah surat di bawah tangan yang disahkan dan yang dibuat sejak tanggal pemeriksaan terakhir 2. Membuat berita acara pemeriksaaan dan menyampaikannya kepada Majelis Pengawas Wilayah setempat , dengan tembusan kepada notaries yang bersangkutan , organisasi notaris , dan Majelis Pengawas Pusat 3. Merahasiakan isi akta dan hasil pemeriksaaan 4. Menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan daftar lain dari notaris dan merahasiakannya 5. Menerima laporan masyarakat terhadap notaris dan menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut Kepada majelis pengawas wilayah dalam waktu 30 tiga puluh hari , dengan tembusan kepada pihak yang melaporkan , notaris yang bersangkutan , Majelis Pengawas Pusat , dan organisasi notaris 6. Menyampaikan permohonan banding terhadap keputusan penolakan cuti T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Wewenang MPD juga diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 ,seperti dalam pasal 13 ayat 1 dan 2 , yang menegaskan bahwa kewenangan MPD yang bersifat administratif dilaksanakan oleh Ketua, Wakil Ketua , atau salah satu anggota yang diberikan wewenang berdasarkan keputusan rapat MPD , yaitu mengenai : a Memberikan izin cuti untuk jangka waktu sampai dengan 6 enam bulan b Menetapkan notaris pengganti c Menentukan tempat penyimpanan protokol notaris yang pada saat serah terima protokol notaris telah berumur 25 dua puluh lima atau lebih d Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran kode etik notaris atau pelanggaran ketentuan dalam undang-undang e Memberikan paraf dan menanda tangani daftar akta , daftar surat di bawah tangan yang disahkan , daftar surat dibawah tangan yang dibukukan dan daftar surat lain yang diwajibkan undang-undang f Menerima penyampaian secara tertulis salinan dari daftar akta , daftar surat dibawah tangan yang disahkan , dan daftar surat di bawah tangan yang dibukukan yang telah disahkannya , yang dibuat pada bulan sebelumnya paling lambat 15 lima belas hari kalender pada bulan berikutnya , yang memuat sekurang- kurangnya nomor , tanggal dan judul akta Wewenang MPD yang bersifat administratif yang memerlukan keputusan rapat MPD diatur dalam pasal 14 Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 , yang berkaitan dengan : T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 a Menunjuk notaris yang akan bertindak sebagai pemegang protokol notaris yang diangkat sebagai pejabat negara b Menunjuk notaris yang akan bertindak sebagai pemegang protokol notaris yang meninggal dunia c Memberikan persetujuan atas permintaan penyidik , penuntut umum atau hakim untuk proses peradilan d Menyerahkan fotokopi minuta akta danatau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol notaris dalam penyimpanan notaris e Memanggil notaris untu hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol notaris yangberada dalam penyimpanan notaris Wewenang notaris dalam pasal 15 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 , mengatur mengenai pemeriksaan yang dilakukan terhadap notaris , yaitu : a Majelis Pengawas Daerah sebelum melakukan pemeriksaan berkala atau pemeriksaan setiap waktu yang dianggap perlu , dengan terlebih dahulu secara tertulis kepada notaris yang bersangkutan paling lambat 7 tujuh hari kerja , sebelum pemeriksaan dilakukan b Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mencantumkan jam , hari , tanggal , dan nama anggota majelis pengawas daerah yang akan melakukan pemeriksaan c Pada waktu yang ditentukan untuk melakukan pemeriksaan , notaris yang bersangkutan harus berada dikantornya dan menyiapkan protokol notaris . T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Wewenang MPD dalam pasal 16 enam belas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 , mengatur mengenai pemeriksaan terhadap notaris yang dilakukan oleh sebuah tim pemeriksa yaitu : 1 Pemeriksaan secara berkala dilakukan oleh tim pemeriksa yang terdiri atas 3 tiga orang anggota dari masing-masing unsur yang dibentuk oleh majelis pengawas daerah yang dibantu oleh 1 satu orang sekretaris 2 Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 satu wajib menolak untuk memeriksa notaris yang mempunyai hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau kebawah tanpa pembatasan derajat , dan garis lurus kesamping sampai dengan derajat ketiga dengan notaris 3 Dalam hal tim pemeriksa mempunyai hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 , ketua majelis pengawas daerah menunjuk penggantinya Hasil pemeriksaan Tim pemeriksa sebagaimana tersebut diatas wajib dibuat berita acara dan dilaporkan kepada MPW , pengurus organisasi notaris dan MPP , hal ini berdasarkan pasal 17 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 , yaitu : 1 Hasil pemeriksaan Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 dituangkan dalam berita acara pemeriksaan yang ditanda tangani oleh Ketua Tim Pemeriksa dan Notaris yang diperiksa 2 Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 satu disampaikan pada majelis pengawas wilayah setempat dengan tembusan kepada notaris yang T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 bersangkutan , pengurus daerah ikatan notaris indonesia , dan majelis pengawas pusat Wewenang MPD juga diatur dalam keputusan menteri hukum dan hak asasi manusia nomor M.39-PW.07.10. Tahun 2004 , seperti tersebut dalam angka 1 butir 2 mengenai tugas majelis pengawas notaris , yaitu melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 70,71 UUJN, Pasal 12 ayat 2 , Pasal 14, 15, 16, dan 17 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 , dan kewenangan lainnya , yaitu : 1 Menyampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah tanggapan Majelis Pengawas

Dokumen yang terkait

Perbandingan Fungsi Pengawas Notaris Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 (Suatu Penelitian Di Kota Medan)

0 32 143

Perbandingan Fungsi Pengawas Notaris Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang Nomor 30

0 15 2

Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

3 78 167

SKRIPSI Pelaksanaan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Studi: MPD Kota Surakarta).

0 0 14

PENDAHULUAN Pelaksanaan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Studi: MPD Kota Surakarta).

0 0 15

DAFTAR PUSTAKA Pelaksanaan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Studi: MPD Kota Surakarta).

0 0 4

PELAKSANAAN PENGAWASAN NOTARIS OLEH MAJELIS PENGAWAS DAERAH (MPD) BERDASARKAN Pelaksanaan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Studi: MPD Kota Surakarta).

0 3 39

PERANAN MAJELIS PENGAWAS TERHADAP PROFESI NOTARIS DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2OO4 TENTANG JABATAN NOTARIS.

0 1 9

FUNGSI DAN KEDUDUKAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS NOMOR 30 TAHUN 2004.

0 1 12

Pengawasan Terhadap Notaris oleh Majelis Pengawas Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 88