Metode Penelitian Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam Melakukan Pengawasan Setelah Keluarnya Undang-Undang Nomor . 30 Tahun 2004

Agar tidak terjadi perbedaan pengertian tentang konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini , maka perlu diuraikan pengertian-pengertian konsep-konsep yang dipakai , yaitu sebagai berikut : Menteri adalah menteri yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang kenotariatan . Majelis pengawas adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris . Dewan Kehormatan adalah suatu badan yang dibentuk melakukan atas pelaksanaan kode etik notaris yang semata-mata untuk kepentingan notaris sendiri .

G. Metode Penelitian

1. Jenis , Sifat dan pendekatan Penelitian Sifat penelitian dikategorikan penelitian deskriptif dengan analisis yang bersifat kualitatif. Penelitian bersifat deskriptif analisis adalah untuk menggambarkan, menelaah dan menjelaskan serta menganalisa perundang-undangan yang berlaku berdasarkan teori hukum yang bersifat umum 59 yang diaplikasikan pada pengawas Notaris yaitu Pengadilan Negeri Medan, yang mana setelah dikeluarkannya Undang- undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004, Pengawas Notaris bukan lagi Pengadilan Negeri akan tetapi Majelis pengawas yang dibentuk oleh Menteri, berikut dengan pengalamanpraktek penegakan hukum berkaitan dengan pengawasan atas pelaksanaan tugas Notaris. Kemudian setiap data yang diperoleh baik primer maupun sekunder langsung diolah dan dianalisa dengan tujuan untuk memperjelas maksud 59 Bambang Sunggono, Metedologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997 T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 dari penelitian ini. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris karena dilakukan penelitian lapangan akan berlakunya hukum positif mengenai pengawasan Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya yang dilakukan oleh Majelis Pengawas dan persepsi para notaris. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kota Medan, yakni Majelis Pengawas Daerah mengingat Kota Medan merupakan kota yang cukup pesat perkembangannya terutama terhadap kebutuhan akan jasa Notaris bagi masyarakat Medan dan pengawasan terhadap Notaris setelah keluarnya undang-undang jabatan notaris dilakukan oleh majelis pengawas . 3. Sumber Data Penelitian Sumber data penelitian adalah anggota majelis pengawas, dan Notaris Kota Medan. Yang khusus melakukan pengawasan terhadap Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya selama ini sedangkan terhadap Notaris dipilih 30 tigapuluh orang, dengan alasan bahwa pada umumnya untk tahap awal ataupun untuk peneliti pemula, sampel diambil sekitar 10 sepuluh persen dari total individu populasi yang diteliti, 60 yang sejauh ini peneliti ketahui bahwa jumlah Notaris yang ada di Kota Medan ± 300 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Akan tetapi setelah peneliti melakukan penelitian di lapangan hanya 21 orang Notaris 60 Sugiarto Dergibson Siagian, Lasmono Tri Sunaryanto, Deny S Oetomo, 2003, Teknik Sampling, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 10 T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 yang berhasil di jumpai, hal ini disebabkan karena kesibukan dari para Notaris yang tidak bisa membantu peneliti tidak untuk memberikan data demi terlaksananya tesis ini mengingat jadwal penelitian sudah melewati jangka waktu hanya 21 orang Notaris yang dapat memberikan keterangan kepada peneliti. Dengan demikian responden penelitian ini terdiri dari 21 orang Notaris dan 1 orang majelis pengawas sebagai narasumber. Masing-masing sampel yang berhubungan dengan populasi tersebut di atas diambil dan dijadikan sampel non probability. Menurut teori non probability penentuan sampel dapat diperooleh berdasarkan pertimbangan subyektif dari peneliti. 61 Terhadap Notaris dalam hal ini peneliti menentukan sendiri sampel mana yang dianggap dapat mewakili populasi. 4. Cara Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini, maka penulis menggunakan 2 dua metode, yakni : 1. Penelitian Kepustakaan Library Research Penelitian kepustakan in dilakukan dengan mempelajari dan menganalisa seara sistematis buku-buku, majalah , peraturan-peraturan lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam tesis ini dan selanjutnya menganalisa masalah-masalah yang dihadapi untuk menghimpun data sekunder. 61 Joko P. Subagio, Metode penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineke Cipta, Jakarta, 1996, hal 27 T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 2. Penelitian Lapangan Field Research Penelitian lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer sehubungan dengan permasalahan penelitian dengan mewawancarai sejumlah orang yang terkait. 5. Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai berikut : a. Studi dokumen, yaitu mempelaari serta menganalisa bahan pustaka data sekunder b. Wawancara c. Kuisioner Melalui wawancara dan kuesioner diperoleh data primer tentang pengalaman atau pandangan dari para responden. 6. Analisa Data Semua data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan penelitian dan diteliti serta dievaluasi keabsahannya. Setelah itu diseleksi dan diolah lalu dianalisa sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku untuk melihat kecenderungan yang ada. Analisa data termasuk penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif dan deduktif, sehingga diharapkan akan memberikan solusi dan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009

BAB II Pengawasan bagi Notaris dalam pelaksanaan tugasnya sebelum berlakunya

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Notaris sebagai pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum, dalam menjalankan tugas dan jabatannya tersebut berada di bawah pengawasan. Pengawasan terhadap Notaris dilakukan oleh Pengadilan Negeri, yang di dalam daerah hukumnya terletak tempat kedudukannya, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 50 PJN. Pengadilan Negeri dalam mengawasi Notaris berada di bawah naungan Mahkamah Agung dan Departemen Kehakiman. 1 Sejarah Pengawasan Notaris Pra Undang-undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 Notaris sebagai pejabat umum menjalankan suatu fungsi sosial yang sangat penting, yang meliputi kehidupan masyarakat pada umumnya, yang mana masyarakat meminta nasehat-nasehat dari Notaris mengenai isi dari akta-akta yang dibuat oleh Notaris. Notaris juga memberikan nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk sebagaimana dimaksud dari para pihak yang bersangkutan, dengan mengindahkan peraturan- peraturan dalam perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat diwujudkan dengan sebaik-baiknya dan sedapat mungkin menghindarkan terjadinya perselisihan- perselisihan. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Dalam menjalankan tugas dari jabatannya Notaris mempunyai tugas untuk membuat akta otentik bagi masyarakat yang membutuhkan, akta otentik yang dibuat oleh Notaris adalah merupakan suatu pembuktian yang sempurna yang melahirkan suatu kepastian hukum apabila sewaktu-waktu terjadi perselisihan diantara para pihak yang membuat atau membutuhkan akta tersebut. Sebagaimana layaknya seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan keihlafan, maka Notaris juga adalah manusia sehingga Notaris juga bisa saja berbuat kesalahan dalam menjalankan tugas dan jabatannya sebagai seorang pejabat umum. Oleh karena tugasnya dan jabatannya sebagai pejabat umum yang berwenang, untuk membuat akta otentik, dan demi kepentingan masyarakat banyak maka untuk menghindari penyalahgunaan atau penyimpangan tugas dan jabatannya maka bagi Notaris dibentuk suatu Pengawas yang bertugas untuk mengawasi segala pekerjaan yang dilakukan oleh Notaris terutama dalam pembuatan akta agar tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Pasal 32 dari UU No.13 Thn 1965, LN. 1965 No. 70 UU tentang Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan Mahkamah Agung, Ketua Pengadilan Negeri mengawasi pekerjaan Notaris di dalam daerah hukumnya, sedang menurut Pasal 54 dari undang-undang tersebut, pengawasan tertinggi atas Notaris dilakukan oleh Mahkamah Agung dahulu berdasarkan Pasal 3 dari ordonantie buitegerechtelijcke verrichtingen – LN. 1946 No.135- Pengadilan Tinggi melakukan pengawasan terhadap para Notaris, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 140 dari T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Reglement Op de Rechtelijke Organisatie, Pasal 96 dari Reglement buitengewesten dan Pasal 50 PJN 62 Pada awalnya pengawasan Notaris berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan kehakiman juncto undang-undang nomor: 35 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, bahwa Departemen Kehakiman mempunyai otoritas terhadap organisasi, administrasi dan finansial pengadilan, termasuk didalamnya pengawasan terhadap Notaris. Dalam Bab II Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Tahun 1985 dimana disebutkan tentang ruang lingkup pengawasan Notaris, yaitu : Pasal 2 ayat 1 berbunyi : “ Pelaksanaan pengawasan sehari-hari atas para Notaris dan akta-aktanya dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri setempat dan selanjutnya secara hirarkhis dilakukan oleh Ketua Pengadilan Tinggi, Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman”. Ayat 2 berbunyi : “Pengawasan tersebut ayat 1 dilakukan sejajar dengan pengawasan menurut jalur justisial yang telah diatur dalam peraturan Jabatan Notaris dan peraturan perundang- undangan lainnya sepanjang mengenai penyelenggaraan tugas-tugas Notaris. Ayat 3 berbunyi : 62 G.H.S Lumban Tobing, Op. Cit, hal 300 T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 “Pengawasan tersebut ayat 1 bersifat membimbing dan membina yang diantaranya mewujudkan dengan diadakannya pertemuan-pertemuan berkala oleh Ketua Pengadilan Negeri dengan para Notaris atau organisasi profesi Notaris di daerahnya” Ayat 4 berbunyi : “Para Ketua Pengadilan dari lain lingkungan peradilan membantu dalam pengawasan tersebut ayat 1 dengan menyampaikan hal-hal yang perlu kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerahnya hukumnya meliputi tempat kedudukan Notaris yang bersangkutan untuk ditangani. 1. Sejarah Pengawasan Notaris Pasca Undang-undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 Setelah Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang- ndang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, tersebut kemudian dicabut dan digantikan dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang pada intinya bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi, kemudian organisasi, administrasi dan finansial dalam lingkungan peradilan berada dibawah kekuasaan dan kewenangan Mahkamah Agung Dan Organisasi, administrasi finasial Mahkamah Konstitusi berada di bawah kekuasaan dan kewenangan Mahkamah Konstitusi. Maka berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan Kehakiman, Departemen Kehakiman sudah tidak mempunyai otoritas lagi terhadap organisasi, administrasi dan finansial pengadilan. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan Kehakiman yang baru tersebut, secara substansi Departemen Kehakiman q.q Menteri Kehakiman sudah tidak lagi mempunyai otoritas untuk melakukan pengawasan terhadap Notaris. Tapi pengawasan Notaris tersebut menjadi otoritas penuh badan peradilan, hal ini sesuai dengan Pasal 54 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum. Sedangkan Menteri Kehakiman dapat melakukan tindakan terhadap Notaris berdasarkan laporan Ketua Pengadilan Negeri dan setelah mendengar pendapat dari organisasi Notaris. Ketentuan sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 54 tersebut di atas telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi berdasarkan Pasal 91 ayat 4 Undang- undang Jabatan Notaris. Berdasarkan Undang-undang Jabatan Notaris tersebut pengawasan Notaris memasuki babak baru, dimana Pengawasan tidak hanya dari Notaris saja akan tetapi juga dari unsur pemerintah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan akademis bidang hukum. 63 A. Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Notaris Sebelum berlakunya Undang-undang Jabatan Notaris, dalam menjalankan tugas dan jabatannya Notaris diawasi oleh Pengadilan Negeri dibawah naungan Mahkamah Agung dan Departemen Kehakiman, Pengawasan yang dilakukan meliputi empat kedudukan, sarana kantor, protokol, penyimpanan budel minut akta, jumlah akta, pengiriman dubbel repertorium, dan menindak lanjuti kebenaran laporan masyarakat. 63 Sumber : Majalah Renvoi Nomor 10.22 II tanggal 3 Maret 2005, hal 36 T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Mekanisme pengawasan yang dilakukan terhadap pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris adalah bersifat preventif maupun represif. Pengawasan yang dilakukan secara preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum pelaksanaan, yang berarti pengawasan terhadap segala sesuatu yang masih bersifat rencana sedangkan pengawasan yang dilakukan secara represif adalah pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan. Namun dengan berlakunya, undang-undang Jabatan Notaris yang baru, maka pengawasan Notaris dilakukan oleh Menteri yang kemudian membentuk majelis pengawas yang terdiri atas unsur : a. Pemerintah sebanyak 3 tiga orang b. Organisasi Notaris sebanyak 3 tiga orang c. Ahliakademis sebanyak 3 tiga orang Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat Pengawasan yang dialukan setelah keluarnya undang-undang baru. Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja, dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris, adalah kegiatan yang bersifat preventif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas terhadap Notaris. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Hal ini sejalan dengan pendapat para responden mengenai sifat pengawasan Notaris yang dilakukan pengawas selama ini, sebagaimana tampak dalam tabel berikut : Tabel 1. Sifat Pengawasan yang dilakukan Pengawas. n = 21 No Pendapat Responden F 1 Preventif 7 33,3 2 Represif 3 Preventif dan Represif 10 47,7 4 Pendapat lain 4 19 Jumlah 21 100 Berdasarkan tabel 1 di atas, tampak jelas bahwa pengawas telah melaksanakan kewajiban untuk mengawasi Notaris baik bersifat preventif maupun represif, yang dalam hal ini selaras dengan ketentuan Kep.Men.Keh HAM Nomor M- 01.H.T.03.01 Tahun 2003. Dengan pengawasan yang bersifat preventif dan represif yang dilakukan oleh Pengawas selama ini, berdasarkan hasil penelitian kegiatan yang dilakukan oleh pengawas hanyalah melakukan tindakan pengamatan saja terhadap pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris. Pengamatan yang dilakukan oleh Pengawas bagi Notaris adalah terhadap : T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 a. Pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan b. Hasil pekerjaan Notaris c. Dokumen-dokumen dan keterangan lain yang bersangkutan dengan pekerjaan Notaris. Pengawasan yang dilakukan pengawas terhadap Notaris selama ini, berdasarkan hasil penelitian, lebih di titik beratkan pada perilaku Notaris dalam melaksanakan tugasnya, akta-akta yang dibuat Notaris, dan pencegahan penyimpangan akan tugas Notaris. Dalam melaksanakan pengawasan, pengawas melakukan pengawasan terhadap Notaris adalah secara terjadwal dan sebagaimana selama ini pengawas selalu datang ke tempat obyek yang diawasi yaitu Kantor Notaris dan pengawasan dilakukan 1 satu kali dalam setahun. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, Pengawas telah melaksankaan tugasnya untuk mengawasi Notaris, sebagaimana yang akan diuraikan dalam tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Pelaksanaan tugas Pengawas dalam menjalankan tugasnya untuk mengawasi Notaris. n:21 No Pendapat Responden F 1 Sudah 13 61,9 2 Belum 3 Sudah tapi belum sesuai dengan 7 33,3 T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 peraturan yang ada 4 Tidak ada komentar 1 4,8 Total 21 100 Dalam menjalankan tugasnya untuk mengawasi Notaris, hal-hal yang diawasi oleh Pengawas adalah Protokol dari Notaris, 64 yang terdiri dari : a. Bundel Akta b. Repertorium c. Klapper d. Pendirian PT, CV, Firma e. HibahWasiat f. Legalisasi dan waarmerking, sebagaimana yang diuraian dalam Pasal 61 PJN. Selain hal tersebut diatas, Pengawas juga melakukan pengawasan terhadap Sarana Kantor seperti : jumlah pegawai Notaris, Komputer, Mesin tik dan sebagainya. Dalam prakteknya tata cara pelaksanaan pengawasan Notaris yang dilakukan oleh pengawas adalah : 64 Berdasarkan pasal-pasal yang terdapt dalam Peraturan Jabatan Notaris maka yang termasuk ke dalam protokol notaris yang diharuskan pembuatannya, adalah : 1. Bundel-bundel minuta sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 36 PJN 2. Daftar Pusat Wasiat sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 36 a PJN 3. Daftar-daftar yang disebut dalam Pasal 99 dari peraturan tentang berlakunya dan peralihan kepada perundang-undangan baru dan dalam pasal-pasal 143 c dan 218 c Kitab undang- Undang Hukum Dagang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 45 PJN. 4. Klapper menurut abjad yang harus dikerjakan dari bulan ke bulan, berisikan nama dari semua orang yang bertindak sebagai yang berkepentingan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 46 PJN. Bandingkan dengan pasal 1 butir 13 Undang-undang Jabatan Notaris disebutkan bahwa protokol notaris adalah kumpulan dokumen yang merupakan arsip Negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 1. Dalam tiap-tiap Pengadilan Negeri dibentuk satu atau beberapa tim pengawas yang terdiri dari Hakim Pengawas dan Panitera pengganti, yang masing-masing tim bertanggung jawab kepada Ketua Pengadilan Negeri. 2. Sebelum mendatangi kantor Notaris, terlebih dahulu dari pihak tim pengawas memberitahukan kepada Notaris mengenai kedatangan mereka untuk melakukan pemeriksaan terhadap pekejaan Notaris. 3. Setelah mendatangi dan memeriksa segala pekerjan Notaris, misalnya Protokol Notaris, maka oleh tim pengawas akan membuat suatu berita acara pemeriksaan yang akan ditanda tangani oleh tim pengawas dan Notaris. Pengawasan yang dilakukan oleh pengawas terhadap Notaris adalah pada saat Pasca penandantanganan akta yang artinya yaitu pada saat sesudah akta itu ditanda tangani oleh para pihak, saksi-saksi dan Notaris, sedangkan pada saat pembuatan akta oleh Notaris adalah menjadi kewenangan Notaris sendiri. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3. di bawah ini : Tabel 3. Pengawasan dilakukan Pengawas pada saat N = 21 No Pendapat Responden F 1 Pada penandatangan akta 2 Saat Penanda tanganan akta 3 Pasca Penandatanganan akta 21 100 Jumlah 21 100 T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Dalam hal ditemukannya kesalahan atau pelanggaran dari Notaris pada saat pemeriksaan dilakukan, maka Pengaws hanya melakukan peneguran secara terang- terangan, membetulkan kesalahan Notaris sesuai dengan ketentuan yang berlaku, atau dengan kata lain pengawas melakukan pembimbingan kepada Notaris yang bersangkutan. Akan tetapi apabila Notaris setelah ditegurdiperingatkan berulang kali oleh pengawas tetap tidak mau memperbaikinya, maka Ketua Pengadilan Negeri dapat menjatuhkan sanksi berupa pemecatan selama 3 sampai 6 bulan dan jika dipandang perlu Ketua Pengadilan Negeri dapat mengusulkan kepada Menteri Kehakiman yang tembusannya kepada Mahkamah Agung dan Pengadilan Tinggi agar Notaris yang bersangkutan dipecat dari jabatannya. 65 Menurut Surat Edaran Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman Nomor : JHA.51318 tanggal 17 Februari 1981, bila ternyata Notaris melakukan suatu pelanggaran, maka Ketua Pengadilan Negeri sesuai kewenangannya dapat mengambil tindakan : a. Peneguran b. Pemberhentian sementara 3 sampai 6 bulan c. Mengusulkan kepada Menteri Kehakiman untuk diberhentikan. 65 Surat Edaran mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1984, tanggal 17 Maret 1984 tentang Tata Cara Pengawasan Terhadap Notaris T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Namun apabila pengawas melihat kesalahan dalam akta-akta yang dibuat oleh Notaris, maka menurut Hakim Pengawas terhdap Notaris akan dikenakan Pasal 38 jo 43 KUHAP, yaitu : Penyitaan akta Notaris dengan surat izin Ketua Pengadilan Negeri, kecuali akta- akta yang dianggap sebagai arsiprahasia Negara. Pasal 170 KUHAP berbunyi : mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat meminta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka. Hakim menentukan sah tau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut” Namun jika Hakim telah mengijinkan akan tetapi Notaris menolak untuk menyerahkan hal-hal yang perlu dirahasiakan yang bersangkutan sebagai Notaris maka ada kemungkinan Notaris dapat dikenakan Pasal 161 KUHAP. 66 66 Dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang sah menolak untuk bersumpah atau berjanji sebagaimana dimaksud dalam pasal 160 ayat 3 dan ayat 4, maka pemeriksaan terhadapnya tetap dilakukan, sedang ia dengan surat penetapan Hakim Ketua Sidang dapat dikenakan sandera di tempat Rumah Tahanan Negara paling lama empat belas hari. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009

BAB III MANFAAT PENGAWASAN BAGI NOTARIS DALAM

MENJALANKAN TUGASNYA Peraturan-peraturan tentang pengawasan dan pemeriksaan protokol ini sesungguhnya sangat penting untuk menjaga ketertiban dalam pekerjaan notaris . Sayang sekali bahwa hingga sekarang ini jarang sekali dilakukan pemeriksaan terhadap protokol notaris , sehingga dalam praktek timbul hal-hal yang sangat mengecewakan dan sangat merugikan masyarakat . Antara lain telah terjadi keteledoran dalam menjalankan pekerjaan notaris yang tentunya tidak akan terjadi secara berlarut-larut apabila ada pengawasan dari yang berwajib berdasarkan ketentuan-ketentuan dalan Undang-Undang Jabatan Notaris . Beberapa hal yang nyata-nyata terjadi dalam praktek dapat dijadikan sebuah contoh kecerobohan dalam menjalankan jabatan notaris . Seorang notaris yang meninggal dunia ternyata meninggalkan ratusan akte-akte yang tidak memenuhi syarat , antara lain tidak ditandatangani oleh notaris dan tidak diberi materai yang cukup , sehingga notaris yang ditunjuk oleh Departemen Kehakiman untuk menyimpan protokol dari notaris yang meninggal itu , tidak dapat mengeluarkan salinan-salinan dari minut yang disimpannya . Ada lagi notaris yangdipindahkan kekota lain atas permintaan sendiri , ternyata meninggalkan ribuan minut-minut akte yang tidak ditandatangani dan tidak diberi T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 meterai . Ini bukan lagi kelalaian , melainkan merupakan suatu kecerobohan yang tidak patut dilakukan oleh seorang notaris . Pengawasan yang dilakukan pengawas selama ini bagi Notaris mempunyai manfaat yang besar, yaitu : 1. Notaris mampu untuk meningkatkan kemampuan profesioanlismenya dalam menjalankan tugas dan jabatannya. 2. Notaris sedapat mungkin, memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan baginya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada. 3. Notaris mampu berperan untuk terciptanya suatu kepastian hukum melalui akta otentik yang dibuatnya demi kepentingan masyarakat. 4. Notaris menyadari bahwa tugas yang di bebankan kepadanya adalah untuk kepentingan para pihak . Berdasarkan hasil penelitian, pengawasan yang dilakukan oleh Pengawas selama ini terhadap Notaris dalam melaksanakan tugas dan jabatannya mempunyai dampak yang positif bagi pelaksanaan tugas Notaris. Hal ini sejalan dengan pendapat para responden mengenai manfaat yang dirasakan oleh responden, sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini : Tabel 4. Manfaat Pengawasan bagi Notaris n= 21 No Pendapat Responden F 1 Positif 18 85,7 T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 2 Negatif 3 14,3 Jumlah 21 100 Alasan responden menyatakan bahwa pengawasan yang dilaksanakan oleh pengawas selama ini telah membawa dampak positif 67 adalah bahwa pengawas telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan Notaris sendiri sudah lebih hati-hati dalam melaksanakan tugasnya terutama dalam pembuatan aktaisi akta. Selain itu dampak positif lainnya adalah Notaris sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan lebih bersifat profesional. Namun sistem pengawasan yang dilakukan oleh Pengawas selama ini, berdasarkan hasil penelitian belum mencapai sasaran yang diharapkan, hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel. 5 Sistem Pengawasan belum mencapai sasaran yang diharapkan n= 21 No Pendapat Responden F 1 Sudah 7 33,3 2 Belum 13 61,9 3 Tidak ada komentar 1 4,8 Jumlah 21 100 67 Sebagaimana dilihat dalam tabel 4 bahwa ternyata berdasarkan penelitian 14,3 menyatakan bahwa terhadap pengawasan memiliki dampak negatif, hal ini disebabkan karena pengawas yang selam ini mengawasi Notaris tidak benar-benar mengawasi Notaris atau hanya untuk memenuhi formalitas saja dalam mengawasi Notaris. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009 Belum dicapainya sasaran yang diharapkan selama ini oleh responden mengemukakan alasan-alasannya sebagai berikut : a. Karena banyaknya akta-akta yang dibuat oleh Notaris tidak sesuai atau belum sesuai dengan pengertian akta Notaris itu sebenarnya yaitu otentik b. Pengawas selama ini belum profesional dalam memeriksa akta yang dibuat oleh Notaris. c. Karena pengawas tidak memberikan informasi atau pengetahuan yang baru bagi Notaris khususnya dalam pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris. T. Muzakkar : Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam..., 2008 USU e-Repository © 2009

BAB IV PERANAN DEWAN KEHORMATAN DENGAN MAJELIS PENGAWAS

NOTARIS DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004

A. Dewan Kehormatan Notaris 1. Dewan Kehormatan Daerah

Dokumen yang terkait

Perbandingan Fungsi Pengawas Notaris Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 (Suatu Penelitian Di Kota Medan)

0 32 143

Perbandingan Fungsi Pengawas Notaris Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang Nomor 30

0 15 2

Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

3 78 167

SKRIPSI Pelaksanaan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Studi: MPD Kota Surakarta).

0 0 14

PENDAHULUAN Pelaksanaan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Studi: MPD Kota Surakarta).

0 0 15

DAFTAR PUSTAKA Pelaksanaan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Studi: MPD Kota Surakarta).

0 0 4

PELAKSANAAN PENGAWASAN NOTARIS OLEH MAJELIS PENGAWAS DAERAH (MPD) BERDASARKAN Pelaksanaan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Studi: MPD Kota Surakarta).

0 3 39

PERANAN MAJELIS PENGAWAS TERHADAP PROFESI NOTARIS DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2OO4 TENTANG JABATAN NOTARIS.

0 1 9

FUNGSI DAN KEDUDUKAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS NOMOR 30 TAHUN 2004.

0 1 12

Pengawasan Terhadap Notaris oleh Majelis Pengawas Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 88