Pengertian Izin Gangguan MEKANISME PERATURAN UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR

BAB III MEKANISME PERATURAN UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR

TENTANG IZIN GANGGUAN DIDAERAH

A. Pengertian Izin Gangguan

Pemerintahan colonial Belanda mengeluarkan Undang-Undang Gangguan “dengan tujuan untuk melindungi didirikannya bangunan-bangunan kecil sebagai tempat kerja dan usaha kecil dari gangguan masyarakat umum.” Penekanan ditambahkan. Bahwa Undang-Undang Gangguan dibuat untuk melidungi perusahaan dagang milik Belanda dari penolakan masyarakat dan dari persaingan dengan perusahaan-perusahaan lokal. Akan tetapi, pada saat saya membaca sendiri Undang-Undang tersebut, terkesan bahwa Undang-Undang tersebut diberlakukan untuk melindungi masyarakat dari dampak-dampak merugikan dari beberapa praktik usaha tertentu, dan bukan untuk melindungi industri dari masyarakat. Keinginan untuk melindungi masyarakat dari akibat buruk kegiatan usaha dan bukan sebaliknya lebih sesuai dengan semangat di era 1920-an dan gerakan reformasi pemerintahan kotamadya yang pada waktu itu sedang terjadi. Bahwa salah satu kelemahan Undang-Undang Gangguan adalah dikenakannya sanksi karena tidak memperoleh izin, dan bukan karena menyalahgunakan izin tersebut atau melanggar ketentuan-ketentuannya. Akan tetapi, kalimat berikut ini terdengar sumbang. Bunyinya, “Selanjutnya, pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan AMDAL atau UKLUPL tidak ditetapkan secara tegas sebagai pelanggaran terhadap izin, walaupun Universitas Sumatera Utara ketentuan-ketentuan ini dinyatakan sebagai persyaratan untuk memperoleh izin usahakegiatan.” Jelas sekali bahwa suatu undang-undang yang dirumuskan pada tahun 1924 dan diamandemen pada tahun 1940 tidak dapat dirujuk-silang dengan perundang-undangan yang lebih baru. Namun lebih penting lagi, tidak jelas apakah Izin Gangguan pernah dimaksudkan untuk digunakan sebagai suatu mekanisme pemberlakuan peraturan perundang-undangan yang tidak terkait, atau apakah menjadikan pelanggaran atas AMDAL atau UKLUPL secara otomatis sebagai pelanggaran terhadap izin H.O. merupakan gagasan yang baik. Sama halnya, menggabungkan izin H.O. ke dalam skema perizinan usaha cenderung mengalihkan tujuan awal dari Undang-Undang tersebut, dan menjadikannya sebagai alat untuk memberlakukan peraturan perundang-undangan lingkungan mungkin juga dapat berakibat serupa. Pertama-tama adalah bahwa peraturan tahun 1993 tidak memberikan definisi yang memadai tentang gangguan; dan kedua, adalah bahwa peraturan tersebut tidak menyebutkan jenis-jenis usaha apa saja yang wajib memiliki izin H.O. Kedua kelemahan ini merupakan masalah inti dari administrasi izin H.O. yang terdesentralisasi bahwa izin tersebut telah berkembang menjadi syarat peraturan yang berlaku bagi perusahaan-perusahaan dan kegiatan-kegiatan dalam jangkauan yang lebih luas daripada yang dimaksudkan oleh perundang-undangan tahun 1924 dan 1940. Peraturan-peraturan yang tidak menyebutkan dengan jelas siapa yang harus tunduk pada peraturan dan siapa yang tidak, merupakan peraturan yang sangat merugikan bagi iklim usaha, karena secara praktis semua investor Universitas Sumatera Utara terpaksa berasumsi bahwa mungkin mereka juga harus tunduk pada peraturan tersebut dan merencanakan usahanya sesuai dengan peraturan tersebut. Dalam beberapa kasus, ketidakpastian dan kemungkinan adanya pengeluaran tambahan semacam itu dapat membuat investor membatalkan rencananya, bahkan apabila usaha mereka sendiri pun mungkin tidak menimbulkan gangguan yang berarti. Peraturan yang dimaksudkan untuk menyeimbangkan tujuan pengembangan usaha dengan perlindungan kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat akan selalu mengalami ketegangan dengan tujuan-tujuan yang berlawanan tersebut, akan tetapi salah satu cara yang paling efektif dan efisien untuk menyelesaikannya adalah dengan menyebutkan dengan jelas jenis-jenis usaha atau kegiatan yang harus mematuhi undang-undang tersebut. Izin Gangguan yang selanjutnya disebut izin adalah pemberian izin tempat usahakegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak termasuk tempat usahakegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. 41 Dalam Pasal 2 Peraturan menteri dalam negeri nomor 27 tahun 2009 Tentang pedoman penetapan izin gangguan di daerah diatur mengenai : 1 Izin Gangguan diatur dalam peraturan daerah. 2 Materi yang diatur dalam peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling sedikit memuat: a. kriteria gangguan; 41 Peraturan menteri dalam negeri nomor 27 tahun 2009 Tentang pedoman penetapan izin gangguan di daerah Universitas Sumatera Utara b. persyaratan izin; c. kewenangan pemberian izin; d. penyelenggaraan perizinan; e. retribusi izin; f. peran masyarakat; g. pembinaan dan pengawasan; dan h. jenis dan dasar pengenaan sanksi. Izin merupakan pernyataan mengabulkan tiada melarang dan sebagainya dan atau persetujuan yang diperbolehkan. 42 Adanya pemberlakuan Izin Gangguan dimulai di Eropa pada tahun 1836 yaitu dengan adanya Resolusi 1836 yang isinya tentang keharusan adanya izin gangguan bagi tempat-tempat yang ditengarai dapat menimbulkan bahaya, kebakaran, dan bahaya lainnya. Tujuan izin adalah menghilangkan suatu larangan menjadi diperbolehkan. Izin juga merupakan alat instrumen pemerintah yang bertujuan untuk pengendalian terhadap perilaku masyarakat dan merupakan salah satu instrumen yuridis yang paling banyak digunkan dalam hukum administrasi. Latar belakang yang mengakibatkan dibentuknya undang-undang ini adalah terjadinya modernisasi disegala bidang dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Pabrik-pabrik seakan menjamur dimana-mana, kaum bangsawan berlomba-lomba untuk mendirikan pabrik-pabrik. Akan tetapi seiring dengan semakin banyaknya pabrik-pabrik yang didirikan, maka secara otomatis 42 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988, hal. . 723. Universitas Sumatera Utara mempengaruhi berbagai kondisi disekitar lingkungan pabrik tersebut. Saat itu banyak para pengusaha yang tidak mengindahkan tentang bahaya yang mengancam di lingkungan sekitar tempat pabrik mereka berdiri. Bahaya seperti kebakaran, gangguan kesehatan lingkungan semakin dirasakan oleh masyarakat sekitar pabrik. 43 Sedangkan di Indonesia sendiri Undang-undang Gangguan dibuat dengan menggunakan Asas Konkordansi dari negeri Belanda. Asas konkordansi adalah asas keselarasan atau asas berlakunya sistem hukum Indonesia yang diselaraskan dengan hukum yang berlaku di Belanda. Asas konkordansi diatur dalam I.S. Pasal 131 ayat 2 yang berbunyi: “Untuk golongan bangsa Belanda untuk itu harus dianut undang-undang di negeri Belanda”. Hal ini berarti, bahwa hukum yang berlaku bagi orang-orang Belanda di Indonesia harus dipersamakan dengan hukum yang berlaku di negeri Belanda. 44 Undang-undang yang mengatur tentang Izin Gangguan Hinder Ordonantie adalah Undang-undang Gangguan Stbl. 1926-226 yang mulai berlaku tanggal 1 Agustus 1926 dan mengalami beberapa perubahan dan penambahan yakni dengan Stbl 1927-No. 499 kemudian diubah lagi dengan stbl. 1932 – No. 80 dan No. 341, hingga paling akhir dengan Stbl. 1940-No. 14 dan No. 450 yang dikeluarkan pada tahun 1941. Sedangkan dalam Surat Edaran Gouvernment Secretaris tanggal 18 April 1928 No. 792II Bb. 11629 diperingatkan cara-cara melaksanakan beberapa ketentuan dari Undang-undang Gangguan ini. 45 43 John Salindeho, Undang-undang Gangguan dan Masalah Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, hal. 23 44 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hal. 178. 45 John Salindeho, Op.Cit., hal 43 Universitas Sumatera Utara Dari pasal-pasal yang terdapat yang terdapat dalam Ordonnantie Gangguan tersebut di atas, hampir secara keseluruhan mengatur tentang larangan mendirikan berbagai bidang usaha tanpa memiliki Izin Tempat Usaha Izin gangguan bagi setiap orang yang akan mendirikan berbagai bidang usaha, termasuk semua tempat usaha lainnya yang dapat menimbulkan bahaya, menimbulkan kerugian pada milik, perusahaan atau kesehatan serta menimbulkan gangguan. Selain itu, pasal-pasal lainnya mengatur tentang wewenang Pemerintah atau pejabat yang berwenang memberikan atau menolak permohonan izin, prosedur permohonan, syaratsyarat, penarikan kembali izin yang telah diberikan, upaya banding apabila terdapat permasalahan dalam pemberian izin, maupun sanksi pidana bagi pelanggaran yang terjadi. Walaupun masalah-masalah yang berhubungan dengan perizinan telah dirumuskan dalam Ordonnantie Gangguan tersebut, tetapi masalah penetapan retribusi tidak terdapat dalam pasal-pasalnya. Dari keterangan di atas disimpulan dari isi Undang-undang Gangguan tersebut adalah: bahwa seyogyanya publik janganlah dipersulit dengan adanya hasrat untuk mendirikan bangunan-bangunan kecil tempat bekerja dan perusahaan-perusahaan kecil untuk memasang kincir-kincir dengan kekuatan listrik yang disambung dari penerangan aliran listrik karena dapat menimbulkan gangguan sehingga diperlukan adanya izin gangguan atasnya. Dalam Undang-undang tersebut dinyatakan pada Bab XX dimana isinya berbunyi: “Warung-warung dalam bangunan yang tetap; demikian pula segala pendirian-pendirian yang lain yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan maka harus ada izin atasnya”. Universitas Sumatera Utara

B. Mekanisme yang Mengatur Penerbitan Izin Gangguan

Dokumen yang terkait

Implementasi Program Keluarga Berencana Menurut Undang - Undang No 52 Tahun 2009 Ditinjau Dari Prespektif Hokum Administrasi Negara

0 58 85

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 53 81

permen no.22 th 2016

0 0 5

Permendagri No. 27 Tahun 2009 ttg Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah

0 0 8

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 7

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 1

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 22

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 11

BAB II IZIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA A. Pengertian dan Fungsi Izin 1. Pengertian Izin - Prosedur Perolehan Izin Usaha Kecil Menengah Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2002 Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara ( Studi Di Kota

0 0 16

BAB II PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN A. Pengertian Perizinan - Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan Di Daerah Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

0 0 15