BAB II PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN
A. Pengertian Perizinan
Di dalam kamus istilah hukum, izin vergunning dijelaskan sebagai perkenaanizin dari pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada
umumnya memerlukan pengawasan khusus, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama sekali tidak dikehendaki. Ateng Syafrudin
mengatakan bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh.
Sjahran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkreto berdasarkan persyaratan
dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang- undangan.
28
untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilanggar. N.M Spelt dan J.B.J.M ten Berge mebagi pengertian izin dalam
arti luas dan arti sempit, yaitu sebagai berikut: Selanjutnya Bagir Manan mengatakan bahwa izin dalam arti luas
berarti suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundangundangan
29
Izin adalah suatu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk
mengendalikan tingkah laku warga. Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan
28
Ridwan HR, Op.Cit, hal.152
29
Ibid, hal.153
Universitas Sumatera Utara
tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan perundang-undangan. Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenaan dari suatu tidakan yang demi kepentingan umum mengaruskan
pengawasan khusus atasnya.
30
Izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur
dan persyaratan terntentu. Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan, yaitu: pertama, instrument yuridis; kedua, peraturan perundang-
undangan; ketiga; organ pemerintah; keempat, peristiwa konkret; kelima, prosedur dan persyaratan.
31
Sedangkan izin dalam arti sempit adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang
untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Tujuanya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-
undang tidak selurunya dianggap tercela, namun dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya. Yang pokok pada izin dalam arti sempit
adalah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenaan dapat
dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus.
30
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Cetakan Pertama, Surabaya, 1993, hal.2
31
Ridwan H.R, Op.Cit, hlm.155
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian perizinan di atas, dapat diuraikan unsur-unsur perizinan yaitu:
1. Instrumen yuridis 2. Peraturan perundang-undangan
3. Organ pemerintah 4. Peristiwa konkrit
5. Prosedur dan persyaratan Berdasarkan jenis-jenis ketetapan, izin termasuk sebagai ketetapan yang
bersifat konstitutif, yakni ketetapan yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh seseorang yang namanya tercantum dalam ketetapan itu.
Dengan demikian izin merupakan insturmen yuridis yang bersifat konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah untuk menghadapi atau mengatur peristiwa
konkrit.
32
Izin sebagai instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkan guna
mencapai tujuan konkret. Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak instrument hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang
masyarakat adil dan makmur dijelmakan. Hal ini berarti, lewat izin dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu dapat terwujud.
Ini berarti persyaratan-persyaratan, yang terkandung dalam izin merupakan penegndali dalam memfungsikan izin itu sendiri.
33
32
Ibid, hal.157
33
Ibid, hal.160
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan perizinan, hal ini tergantung pada kenyataan konkret yang dihadapi. Meskipun demikian, secara umum dapatlah disebutkan sebagai
berikut:
34
1. Keinginan mengarahkan mengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu. 2. Mencegah bahaya bagi lingkungan.
3. Keinginan melindungi objek-objek tertentu. 4. Hendak membagi benda-benda yang sedikit.
5. Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas, dimana pengurus harus memenuhi syarat tertentu.
Sebagai ketetapan tertulis, secara umum izin memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Organ yang berwenang; 2. Yang dialamatkan;
3. Diktum; 4. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan, dan syarat-syarat;
5. Pemberian alasan; 6. Pemberitahuan-pemberitahuna tambahan.
Izin vergunning adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Izin dapat juga diartikan sebagai dispense atau pelepasan pembebanan dari suatu
larangan.
34
Ibid, hal.161-162
Universitas Sumatera Utara
Izin Gangguan atau adalah pemberian izin tempat usahakegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya,
kerugian, dan gangguan, tidak termasuk tempat usahakegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
35
Pasal 14 Permendagri 272009 mengatur bahwa setiap usaha wajib mempunyai izin gangguan, kecuali:
1. Kegiatan yang berlokasi di dalam Kawasan Industri, Kawasan Berikat, dan Kawasan Ekonomi Khusus;
2. Kegiatan yang berada di dalam bangunan atau lingkungan yang telah memiliki izin gangguan; dan;
3. Usaha mikro dan kecil yang kegiatan usahanya di dalam bangunan atau persil yang dampak kegiatan usahanya tidak keluar dari bangunan atau persil.
Dalam Permendagri 272009 di atas, tidak ada aturan tentang sanksi bagi pemilik tempat usaha yang tidak memiliki izin gangguan. Akan tetapi, pasal 7
ayat 1 Permendagri 272009 menyatakan bahwa pemberian izin gangguan, merupakan kewenangan BupatiWalikota. Dengan demikian, BupatiWalikota
berwenang untuk mengatur teknis dan persyaratan pemberian izin gangguan, dan juga berwenang untuk mengatur sanksi bagi pelaku usaha yang tidak memiliki
izin gangguan. Adapun pengertian perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi
pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan dapat berbentuk
35
Pasal 1 ayat [3] Permendagri No. 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan Daerah
Universitas Sumatera Utara
pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi
perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan.
Dengan memberi izin, penguasa memperkenalkan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya
dilarang demi memperhatikan kepentingan umum yang mengharuskan adanya pengawasan. Hal pokok pada izin, bahwa sesuatu tindakan dilarang kecuali
diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang bersangkutan dilakukan dengan cara-cara tertentu. Penolakan izin terjadi bila kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan oleh penguasa tidak dipenuhi. Misalnya tentang hal ini adalah dilarang mendirikan suatu bangunan, kecuali ada izin tertulis dan pejabat
yang berwenang dengan ketentuan mematuhi persyaratan-persyaratan. Kalau dibandingkan vergunning ini dengan dispensasi, maka keduanya
mempunyai pengertian yang hampir sama. Perbedaan antara keduanya diberikan oleh W.F. Prins sebagai berikut pada izin, memuat uraian yang limitatif tentang
alasan-alasan penolakannya, sedangkan bebas syarat atau dispensasi memuat uraian yang limitative tentang hal ini tidak selamanya jelas. Sebagai contoh
Bowvergunning atau izin bangunan itu diberikan berdasarkan undang-undang gangguan Hinder Ordonantie tahun 1926 Staatblad 1926-236, yang mana pada
Pasal 1 ayat 1 ditetapkan secara terperinci objek-objek yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan-gangguan bagi bangunan sekelilingnya.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa definisi Izin vergunning dijelaskan sebagai
overheidstoestemming door wet of verodenning vereist gesteld voor tol van handeling waarop in het algemeen belang special toezicht vereist is, maar die, in
het algemeen, niet als onwenselijk worden beschouwd
36
Ateng Syafrudin mengatakan bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh,
perkenanizin dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah yang
disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan pengawasan khusus tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama
sekali tidak dikehendaki.
37
Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi Negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal kontret berdasarkan persyaratan
dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang- undangan
atau alsopheffing van een algemene verbodsregel in het concrete geval sebagai peniadaan
ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret.
38
E. Utrecht mengatakan bahwa bila pembuat peraturan umumnya tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja
diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, keputusan
36
S.J. Fockema Andreae. Rechtsgoeerd Handvoidenboek Tweede Druk, J.N. Wolter Ultgeversmaatshappi, N.V. Croningen, 1951, hal. 311
37
Ateng Syafrudin. Perizinan Untuk berbagai Kegiatan, Makalah tidak dipublikasikan, hal 1
38
M.M. Van Praag. Algemeen Nederlands Administratief Recht, Jurisdische Boekhandelan Uktgeverji A Jongnbloed Zoon S-Gravenhage, 1950, hal 54
Universitas Sumatera Utara
administrasi Negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin vergunning
39
Dasar hukum izin gangguan adalah : 1. Hinder Ordonnantie Staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 sebagaimana telah
beberapa kali diubah dan ditambah, terakhir dengan Staatsblad Tahun 1940 Nomor 450
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah
B. Sifat Izin