24
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN KREDIT
2.1 Perjanjian Baku
2.1.1 Pengertian Perjanjian Baku
Istilah perjanjian baku adalah terjemahan dari Bahasa Belanda yaitu standard contract. Sedangkan hukum inggris menyebutkan sebagai standard
form of contract. Marian Darus Badrulzaman menterjemahkan dengan istilah perjanjian baku. Baku berarti patokan atau acuan. Jadi perjanjian baku menurut
definisi beliau adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.
17
Dari uraian diatas, jelas bahwa hakikat dari perjanjian baku merupakan perjanjian yang telah distandarisasi isinya oleh pihak ekonomi kuat, sedangkan
pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isinya. Apabila dibitur menerima isi perjanjian tersebut, ia akan menandatangani perjanjian
tersebut, tetapi apabila ia menolak, perjanjian dianggap tidak ada karena debitur tidak menandatangani perjanjian tersebut.
2.1.2 Ciri-Ciri Perjanjian Baku
Sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka ciri-ciri perjanjian bakustandar mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan
tuntutan masyarakat, yang antara lain adalah sebagai berikut :
17
Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit, h. 32.
25
1. Bentuk Perjanjian Tertulis
Perjanjian yang dimaksud adalah naskah perjanjian keseluruhan dan dokumen bukti perjanjian yang memuat syarat-syarat baku. Kata-kata
atau kalimat pernyataan kehendak yang termuat dalam syarat-syarat baku dibuat secara tertulis berupa akta otentik atau akta dibawah tangan.
Karena dibuat secara tertulis , maka perjanjian yang memuat syarat-syarat baku itu mengunakan kata-kata atau susunan kalimat yang teratur dan
rapi. Jika huruf yang dipakai kecil-kecil, kelihatan isinya sangat padat dan sulit dibaca dalam waktu singkat. Ini merupakan kerugian bagi konsumen.
Contoh perjanjian baku adalah perjanjian jual beli, polis asuransi, dan kredit dengan jaminan, sedangkan contoh dokumen bukti perjanjian
adalah konosemen, nota pesanan, nota pembelian, dan tiket pengangkutan.
18
1. Format Perjanjian Dibakukan.
Format perjanjian meliputi model, rumusan, dan ukuran. Format ini dibakukan, artinya sudah ditentukan model, rumusan, dan ukurannya,
sehingga tidak dapat diganti, diubah, atau dibuat dengan cara lain karena sudah dicetak. Model perjanjian dapat berupa blanko naskah perjanjian
lengkap atau blanko formulir yang dilampiri dengan naskah syarat-syarat perjanjian, atau dokumen bukti perjanjian yang memuat syarat-syarat
baku.
18
Abdulkadir Muhammad, 1992, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, h. 6.
26
Rumusan syarat-syarat perjanjian dapat dibuat secara rinci dengan menggunakan nomorpasal atau secara singkat berupa klausula tertentu
yang mengandung arti tertentu yang hanya dipahami oleh pengusaha, sedangkan konsumen sulittidak memahaminya secara singkat sehingga
dapat merugikan bagi konsumen. Ukuran kertas perjanjian ditentukan menurut model, rumusan isi perjanjian, bentuk huruf dan angka yang
dipergunakan. Contoh format perjanjian baku adalah polis asuransi, akta Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu
kredit dan obligasi.
19
2. Syarat-syarat Perjanjian Ditentukan oleh Pengusaha
Syarat-syarat perjanjian yang merupakan pernyataan kehendak ditentukan sendiri secara sepihak oleh pengusaha atau organisasi
pengusaha. Karena syarat-syarat perjanjian itu dimonopoli oleh pengusaha dari pada kosumen, maka sifatnya cenderung lebih
menguntungkan pengusaha. Hal ini tergambar dalam klausula eksonerasi berupa pembebasan tanggung jawab perusahaan, dimana tanggung jawab
itu menjadi beban konsumen.
20
3. Konsumen Hanya Menerima atau Menolak
Jika konsumen bersedia menerima syarat-syarat perjanjian yang diberikan
padanya, maka
ditanda tanganilah
perjanjian itu.
Penandatanganan tersebut menunjukan bahwa konsumen bersedia memikul tanggung jawab walapun mungkin konsumen tidak bersalah.
19
Ibid, h.7.
20
Ibid, h. 8.
27
Jika konsumen tidak setuju dengan syarat-syarat perjanjian yang disodorkan itu, konsumen tidak boleh menawar syarat-syarat yang sudah
dibakukan itu. Menawar syarat-syarat baku berarti menolak perjanjian. Pilihan menerima ini dalam bahasa inggris diungkapkan dengan take it or
leave it.
21
4. Penyelesaian Sengketa Melalui MusyawarahPeradilan
Dalam syarat-syarat perjanjian terdapat klausula standar baku mengenai penyelesaian sengketa. Jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan
perjanjian, maka penyelesaiannya dilakukan melalui arbitrase. Tetapi jika ada pihak yang menghendaki, tidak tertutup kemungkinan penyelesaian
sengketa melalui Pengadilan Negeri. Sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, maka pengusahan di Indonesia sebelum menyelesaikan sengketa di
pengadilan, penyelesaian sengketa melalui musyawarah. 5.
Perjanjian Baku Menguntungkan Pengusaha Kenyataan ini menunjukan bahwa kecenderungan perkembangan
perjanjian adalah dari lisan ke bentuk tulisan, dari perjanjian tertulis biasa ke perjanjian tertulis yang dibakukan, syarat-syarat baku dimuat lengkap
dalam naskah perjanjian, atau ditulis sebagai lampiran yang tidak terpisahkan dari formulir perjanjian, atau ditulis dalam dokumen bukti
perjanjian. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa perjanjian baku yang dirancang secara sepihak oleh pengusaha akan menguntungkan pengusaha
berupa :
21
Ibid, h.9.
28
a. Efisiensi biaya, waktu dan tenaga;
b. Praktis karena sudah tersedia naskah yang dicetak berupa formulir
atau blangko yang siap diisi dan ditandatangani; c.
Penyelesaian cepat karena konsumen hanya menyetujui dan atau menandatangani perjanjian disodorkan kepadanya;
d. Homogenitas perjanjian yang dibuat dengan jumlah yang
banyak.
22
2.1.3 Jenis-Jenis Perjanjian Baku
Secara kuantitatif, jumlah perjanjian baku yang hidup dan berkembang dalam masyarakat sangat banyak karena masing-masing perusahaan atau
lembaga, baik yang bergerak di bidang perbankan dan nonbank maupun lainnya, selalu menyiapkan standart baku dalam mengelola usahanya. Ini
disebabkan untuk mempermudah dan mempercepat lalu lintas hukum.
23
Hondius mengemukakan bahwa kiranya tidak tepat kalau ada kesan seakan-akan hampir semua transaksi dibuat atas syarat-syarat baku. Selalu
masih banyak perjanjian, yang dibuat sama sekali atau semata-mata dalam bentuk syarat-syarat kontrak individual. Tidak semua transaksi cocok untuk
dibakukan.
24
Berbagai contoh kontrak yang tidak cocok untuk dibakukan, yaitu:
1. Jenis-jenis kontrak baku dan hubungan-hubungan hukum baru;
22
Ibid, h.10.
23
Salim HS, Op.cit, h.154.
24
Salim HS, Op.cit, h.155.
29
2. Transaksi antara pengusaha dan seorang partikelir, yang segera
dilaksanakan dalam hal pengusaha tidak ada resiko besar misalnya penjualan makanan;
3. Transaksi antar golongan swasta satu dengan swasta yang lain sewa-
menyewa, penjualan mobil bekas; 4.
Perjanjian-perjanjian, kedua belah pihak segan mempergunakan dokumen- dokumen misalnya transaksi-transaksi gelap, tidak diberikan nota karena
kedua belah pihak hendak mengelakan Undang-Undang pajak peredaran;
25
Penyebab keempat hal itu tidak dibuatkan syarat-syarat baku adalah karena : 1.
Biaya, waktu dan kesulitan dari penerapan syarat-syarat umum tidak seimbang dengan keuntungan;
2. Tidak ada pengetahuan tentang syarat-syarat baku atau karena kurang
pengalaman; 3.
Karena kedua belah pihak mengelakan Undang-Undang pajak peredaran.
26
Hondius tidak mengklarifikasikan jenis-jenis standar kontrak tersebut, baik berdasarkan usahanya maupun lainnya. Namun, Marian Darus
Badrulzaman membagi jenis perjanjian baku menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut :
1. Perjanjian baku sepihak adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh
pihak yang kuat kedudukannya didalam perjanjian itu. Pihak yang kuat disini ialah pihak kreditur yang lazimnya mempunyai posisi ekonomi
kuat dibandingkan pihak debitur.
25
Salim HS, Loc.cit
26
Salim HS, Loc.cit
30
2. Perjanjian baku timbal balik adalah perjanjian baku yang isinya
ditentukan oleh kedua belah pihak, misalnya perjanjian baku yang pihak- pihaknya terdiri dari pihak majikan kreditur dan pihak lainnya buruh
debitur. Kedua belah pihak lazimnya terikat dalam organisasi, misalnya pada perjanjian buruh kolektif.
3. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh pemerintah ialah perjanjian baku
yang lazimnya ditentukan pemerintah terhadap perbuatan-perbuatan hukum tertentu, misalnya perjanjian-perjanjian yang mempunyai objek
hak-hak atas tanah. Dalam bidang argaria, lihatlah misalnya formulir- formulir perjanjian sebagaimana yang diatur dalam SK Menteri Dalam
Negeri tanggal 6 Agustus 1977 Nomor 104d\d\Dja1977 antara lain akta jual beli.
4. Perjanjian baku yang ditentukan dilingkungan notaris atau advokad
adalah perjanjian-perjanjian yang konsepnya sejak semula sudah disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang
meminta bantuan notaris atau advokad yang bersangkutan. Didalam perpustakaan Belanda, jenis keempat ini disebut dengan contract model.
27
Mariam Darus Badrulzaman tidak menyebutkan dengan jelas perjanjian baku yang berlaku di kalangan perbankan, namun ia hanya menyebutkan
bahwa perjanjian baku yang dibuat oleh pihak ekonominnya kuat terhadap debitur yang kedudukan ekonominnya lemah. Pihak ekonominya kuat ini,
dapat ditafsirkan sebagai pihak pemberi kredit atau lembaga perbankan yang
27
Salim HS, Op.cit, h.156.
31
memberikan kredit pada debitur. Memang didalam lembaga perbankan syarat-syarat baku itu telah disiapkan oleh lembaga perbankan, sedangkan
nasabah atau debitur hanya tinggal menerima atau menolak isi perjanjian. Apabila ia menerima, maka ia menandatangani isi perjanjian tesebut.
28
Berdasarkan hasil kajian terhadap berbagai jenis perjanjian yang berlaku di Indonesia, Salim HS, telah menginventariskan berbagai kontrak yang telah
dibakukan. Kontrak itu dapat dikaji dari objeknya. Jenis-jenis kontrak tersebut disajikan sebagai berikut :
1. Kontrak baku yang dikenal dalam bidang pertambangan umum dan
minyak dan gas bumi, seperti kontrak baku pada kontrak karya, kontrak production sharing, perjanjian karya pengusahaan batu bara, kontrak
bantuan teknis, dan lain-lain; 2.
Kontrak baku yang dikenal dalam praktik bisnis, seperti kontrak baku dalam perjanjian leasing, beli sewa, franchise, dan lain-lain;
3. Kontrak baku yang dikenal dalam bidang perbankan, seperti perjanjian
kredit bank, perjanjian bagi hasil pada bank syariah; 4.
Kontrak baku yang dikenal dalam perjanjian pembiayaan non-bank, seperti perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil pada perusahaan
modal ventura, perjanjian pembiayaan konsumen; dan 5.
Kontrak baku yang dikenal dalam bidang asuransi, seperti perjanjian asuransi yang dibuat oleh perusahaan asuransi.
29
28
Salim HS, Op.cit, h.157.
29
Salim HS, Loc.cit.
32
Disamping itu, dikenal juga perjanjian baku yang dikenal dalam pembebanan jaminan, seperti perjanjian pembebanan hak tanggungan,
fidusia, dan gadai. Perjanjian ini telah dibakukan oleh pemerintah dan lembaga pegadaian.
30
2.2 Kredit
2.2.1 Pengertian Kredit
Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa Latin, credere, yang berarti kepercayaan. Misalkan, seseorang nasabah debitur yang memperoleh
kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank. Hal ini menunjukan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank
kepada nasabah debitur adalah kepercayaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit
adalah pinjam meminjam uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh
bank atau badan lain. Menurut Drs. OP. Simorangkir, “kredit adalah pemberian prestasi dengan
balas prestasi yang akan terjadi pada waktu akan datang”.
31
Dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dirumuskan bahwa kredit adalah “Penyedian uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
30
Salim HS, Loc.cit.
31
H.R. Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.123.