Pengujian Asumsi Klasik Analisis Data

Pada variabel media massa diketahui nilai signifikansi Deviation from Linearity pada variabel media massa sebesar 0.869. Apabila dibandingkan dengan signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel media massa terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta dinyatakan linear. Pada variabel lingkungan pergaulan diketahui nilai signifikansi Deviation from Linearity pada variabel lingkungan pergaulan sebesar 0.442. Apabila dibandingkan dengan signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel lingkungan pergaulan terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta dinyatakan linear.

b. Pengujian Asumsi Klasik

1 Uji Multikolonearitas Multikolonearitas merupakan suatu hubungan antara variabel bebas yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini variabel tersebut disebut variabel yang bersifat tidak ortogonal. Variabel yang bersifat tidak ortogonal tersebut merupakan variabel bebas yang korelasinya tidak sama dengan nol. Untuk mendeteksi masalah multikolonearitas dapat menggunakan rumus korelasi. Adapun rumus korelasi sebagai berikut Sugiyono, 2010: ∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ Selanjutnya dengan program SPSS diadakan analisa collinearity statistics. Dari analisis collinearity statistics akan memperoleh VIF Variance Inflation Factor. Dasar analisis yang digunakan yaitu jika tolerance 0,1 dan VIF 5 maka tidak terjadi masalah multikolonearitas. Tabel. 4.8. Hasil Uji Multikolonearitas Variabel Tolerance VIF Negeri Swasta Negeri Swasta Pengetahuan Tentang Ekonomi 0.905 0.995 1.105 1.005 Status Sosial Ekonomi 0.890 0.953 1.124 1.050 Media Massa 0.696 0.671 1.437 1.491 Lingkungan Pergaulan 0.739 0.646 1.353 1.549 Sumber: data diolah, 2013 Berdasarkan output di atas, dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari keempat variabel yaitu: pengetahuan tentang ekonomi Negeri 0.905, Swasta 0.995, status sosial ekonomi Negeri 0.890, Swasta 0.953, media massa Negeri 0.696, Swasta 0.671, dan lingkugan pergaulan Negeri 0.739, Swasta 0.646 lebih besar dari 0,1. Sedangkan VIF dari keempat variabel yaitu: pengetahuan tentang ekonomi Negeri 1.105, Swasta 1.005, status sosial ekonomi Negeri 1.124, Swasta 1.050, media massa Negeri 1.437, Swasta 1.491, dan lingkugan pergaulan Negeri 1.353, Swasta 1.549 kurang dari 5. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah multikolonearitas. 2 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk suatu variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas digunakan uji Glejser dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika signifikansi antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, tetapi jika 0,05 maka terjadi masalah heteroskedastisitas. Tabel. 4.9. Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Sig Negeri Swasta Pengetahuan Tentang Ekonomi 0.820 0.224 Status Sosial Ekonomi 0.460 0.317 Media Massa 0.088 0.197 Lingkungan Pergaulan 0.626 0.304 Sumber: data diolah, 2013 Berdasarkan tabel diatas, signifikansi p-value dari keempat variabel yaitu: pengetahuan tentang ekonomi Negeri 0.820, Swasta 0.224, status sosial ekonomi Negeri 0.460, Swasta 0.317, media massa Negeri 0.088, Swasta 0.197, dan lingkungan pergaulan Negeri 0.626, Swasta 0.304. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa nilai signifikansi ρ-value 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisidas. 3 Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana keselahan pengganggu dari satu observasi terhadap observasi selanjutnya yang berurutan tidak berpengaruh atau tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi dapat digunakan uji Durbin Watson dengan rumus sebagai berikut: ∑ ∑ Dimana: DW : nilai Durbin Watson e t : gangguan estimasi t : observasi terakhir t - 1 : observasi sebelumnya Untuk memperoleh kesimpulan apakah ada masalah autokorelasi atau tidak, hasil perhitungan statistik DW harus dibandingkan dengan tabel statistik. Namun secara umum dapat diberi patokan sebagai berikut: a dU DW 4 – dU maka H diterima tidak ada autokorelasi b DW dL atau DW 4 – dL maka H ditolak terjadi autokorelasi c dL DW dU atau 4 – dU DW 4 – dL maka tidak ada keputusan yang pasti Apabila tidak ada penyimpangan satu atau lebih asumsi klasik, maka analisis regresi linear berganda dapat dilanjutkan. Namun apabila terjadi penyimpangan satu atau lebih asumsi klasik, maka analisis regresi linear berganda tidak dapat dilanjutkan. Tabel. 4.10. Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson Negeri Swasta 1.965 1.998 Sumber: data diolah, 2013 Berdasarkan output diatas, dapat diketahui bahwa nilai Durbin Watson DW untuk siswa Negeri sebesar 1.965. Dengan melihat tabel Durbin Watson pada signifikansi 0,05 jumlah responden n = 100 dan jumlah variabel independen k = 4 didapat dL = 1.592 dU = 1.758. Maka didapat hasil dU DW 4-dU 1.758 1.965 2,242. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah autokorelasi. d Rangkuman dari Hasil Uji Asumsi Klasik Tabel. 4.11. Rangkuman Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik Kesimpulan Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Sumber: data diolah, 2013

3. Pengujian Hipotesis