Deskripsi Bahasa Arab Dialek Mesir

(1)

DESKRIPSI BAHASA ARAB

DIALEK MESIR

SKRIPSI SARJANA D

I S U S U N OLEH:

RODIAH SALEH

040704026

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

JURUSAN SASTRA ARAB

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah penulis ucapkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya, sehingga peulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat beriring salam penulis mohonkan kepada Allah swt agar kiranya dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan sehabatnya.

Kajian dialek adalah nagian dari ilmu lingustik yang mulai berkembang dari bagian kedua abad ke-19. sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra USU, maka untuk itu penulis mengajukan skripsi dengan judul “ Deskripsi Bahasa Arab Dialek Mesir” .

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang harus dibenahi, disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca khususnya para peminat bahasa Arab.

Medan, Penulis

RODIAH SALEH 040704026


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Maha suci dan segala puji bagi Allah tuhan ‘azza wa jalla penguasa alam semesta, atas kebesarannya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam penulis mohonkan kepada Allah swt agar kiranya dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw, para nabi dan rarul beserta para syuhada yang telah berjuang menegakkan agama Allah.

Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa besar dalam mensukseskan pengerjaan skripsi ini. Sebagai ungkapan rasa bahagia penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Yang Terhormat, Rektor dan Pembantu Rektor USU.

2. Yang Terhormat, Dekan Fakultas Sastra USU Medan beserta PD I, PD II, dan PD III, yang telah menyediakan sarana dan prasarana selama perkuliahan.

3. Ibuk Dra. Khairawati, M.A., Ph.D, dan bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum, selaku ketua dan wakil ketua Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

4. Ibuk Dra. Rahlina Muskar, M.Hum, selaku Dosen pembimbing 1 dan Ibu Dra. Nur Aisya Simamora, Lc. MA, selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu membimbing dan mengajari penulis dalam pengerjaan skripsi ini, semoga Allah menambah dan mengabadikan ilmu mereka.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Bahasa Arab yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, serta bang Andika selaku Tata Usaha Program Studi Bahasa Arab yang telah membantu penulis dalam proses administrasi.

6. Orang tua tercinta, Abah H. Saleh Balasqa dan Mama Hj. Rahmah Bahmed yang telah mengasuh dan mendidik penulis dari kecil sampai saat ini dengan penuh kasih saying. Dengan segala kerendahan hati penulis


(4)

bersujud mohon ampun kepada Allah semoga keduanya dilimpahkan rahmat dan diberkati dalam kehidupan dunia dan Akhirat.

7. Yang tersayang adikku Fayz dan sepupu-sepupuku Aisyah, Dina, Hana, Madiha, Muna, Salha, Salmin, dan Zainah yang juga telah memberi dukungan moril dan materil kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat angkatan 2004; Eka Sari ‘Ka’, Hotmaria Rahma ‘Hot’, Risa Anggriani ‘Ica’, Devi Khairina ‘Vi’, Sartika Sari Dewi ‘Adek’, Atika, Aminah, Nur Haqiqi, Sri, Vega, Mawadi ‘kip’, Fadil, Mael, Haris, Subuh, Ahmed, Zulfan, Darwin. Syukur khas le a‘az sadiqatai Rahma ‘Ma’ dan Astrid ‘Atit’

9. Akhirnya semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan Terima kasih.

Medan, Penulis

RODIAH SALEH 040704026


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

1.5.Metode Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

3.1. Kategori isim, fi‘l dan harf dalam bahasa Arab fasih yang diucapkan dalam bahasa Arab dialek Mesir ... 31

3.2. Unsur kebahasaan yang membedakan bahasa Arab fasih dengan dialek Mesir ... 35

3.3. Faktor penyebab munculnya dialek Mesir dalam bahasa Arab ... 45

BAB IV PENUTUP ... 4.1. Kesimpulan ... 52

4.2. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(6)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

alif - tidak dilambangkan

bā` b -

tā` t -

śā` ś s (dengan titik di atasnya)

jīm j -

hā` h h (dengan titik di bawahnya)

khā` kh -

dal d -

żal ż z (dengan titik di atasnya)

rā` r -

zai z -

sīn s -

syīn sy -

şād ş s (dengan titik di bawahnya)

dād d d (dengan titik di bawahnya)

ţā` t t (dengan titik di bawahnya)

zā` z z (dengan titik di bawahnya)


(7)

gain g -

fā` f -

qāf q -

kāf k -

lām l -

mīm m -

nūn n -

wāwu w -

hā` h -

hamzah `

apostrof, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata

yā` y -

II. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. Contoh:

ditulis Ahmadiyyah

A. III. Tā` marbūtah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.

Contoh:

ditulis jamā‘ah 2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh: ditulis karāmatul-`auliyā` IV. Vokal Pendek


(8)

V. Vokal Panjang

A panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī, dan u panjang ditulis ū, masing - masing

dengan tanda hubung ( - ) di atasnya.

VI. Vokal Rangkap

Fathah + yā` tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + wāwu mati

ditulis au.

VII. Vokal-Vokal Pendek yang Berurutan dalam satu kata Dipisahkan dengan apostrof ( ` )

Contoh:

ditulis a`antum ditulis mu`annaś VIII. Kata Sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Contoh:

ditulis Al-Qur`ān

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf 1 diganti dengan huruf syamsiyah yang mengikutinya.

Contoh: ditulis asy-Syī‘ah IX. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD.

X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat 1. Ditulis kata per kata, atau

2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut. Contoh:

ditulis Syaikh al-Islām atau Syaikhul-Islām


(9)

ABSTRAK

RODIAH SALEH, 2008. DESKRIPSI BAHASA ARAB DIALEK MESIR.

Kajian dialek merupakan bagian penting ilmu linguistik yang mengkaji bahasa dari empat unsure kebahasaan yaitu unsur fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Begitu juga halnya dengan dialek dapak dikaji dari keempat unsure-unsur tersebut.

Permasalahan yang diteliti adalah tentang pendeskripsian kategori isim, fi‘l dan harf dalam bahasa Arab fasih diucapkan dalam dialek Mesir, unsure kebahasaan yang membedakan bahasa Arab fasih dengan dialek Mesir dan factor penyebab munculnya dialek Mesir dalam bahasa Arab.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsiksn kategori isim, fi‘l dan harf dalam bahasa Arab fasih diucapkan dalam dialek Mesir, untuk mengetahui unsure kebahasaan yang membedakan bahasa Arab fasih dengan dialek Mesir dan mengetahui factor penyebab munculnya dialek Mesir dalam bahasa Arab.

Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan (Library Research) dengan metode analisis deskriptif dengan mengambil objek bahasan pada film /yā

anā yā khālatī/ ‘Aku dan aku’ karya Said Hamid tahun 2005.

Hasial penelitian ini menunjukkan bahwasanya dialek Mesir tidak terlalu berbeda dengan bahasa Arab fasih


(10)

(11)

ABSTRAK

RODIAH SALEH, 2008. DESKRIPSI BAHASA ARAB DIALEK MESIR.

Kajian dialek merupakan bagian penting ilmu linguistik yang mengkaji bahasa dari empat unsure kebahasaan yaitu unsur fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Begitu juga halnya dengan dialek dapak dikaji dari keempat unsure-unsur tersebut.

Permasalahan yang diteliti adalah tentang pendeskripsian kategori isim, fi‘l dan harf dalam bahasa Arab fasih diucapkan dalam dialek Mesir, unsure kebahasaan yang membedakan bahasa Arab fasih dengan dialek Mesir dan factor penyebab munculnya dialek Mesir dalam bahasa Arab.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsiksn kategori isim, fi‘l dan harf dalam bahasa Arab fasih diucapkan dalam dialek Mesir, untuk mengetahui unsure kebahasaan yang membedakan bahasa Arab fasih dengan dialek Mesir dan mengetahui factor penyebab munculnya dialek Mesir dalam bahasa Arab.

Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan (Library Research) dengan metode analisis deskriptif dengan mengambil objek bahasan pada film /yā

anā yā khālatī/ ‘Aku dan aku’ karya Said Hamid tahun 2005.

Hasial penelitian ini menunjukkan bahwasanya dialek Mesir tidak terlalu berbeda dengan bahasa Arab fasih


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bahasa Arab adalah sebuah bahasa Semit yang muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi. Bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur bahasa Semit. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Ibrani dan bahasa Aram.

Jazirah Arabia merupakan tempat lahirnya bahasa Arab. Ia terbagi atas dua bagian yaitu bahasa Arab fasih dan bahasa Arab sehari-hari atau dialek

lahjatun . Bahasa Arab fasih dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu

bahasa Arab klasik dan bahasa Arab modern. Bahasa Arab klasik adalah bahasa formal yang digunakan di kawasan Hejaz. Sampai saat ini masih terdapat catatan tertulis yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Arab klasik, termasuk di dalamnya syair-syair Arab yang amat terkenal pada masa pra Islam. Al-Qur`an juga diturunkan dalam bahasa Arab klasik tersebut, dan hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa bahasa ini terjaga keasliannya sepanjang masa.

Bahasa Arab modern sama dengan bahasa klasik, dan merupakan bahasa resmi 22 negara Arab, baik untuk percakapan maupun tulisan. Perbedaannya hanya terletak pada perkembangan pembendaharaan kata, di mana pada bahasa Arab modern perkembangan pembendaharaan kata mengiringi perkembangan zaman, sedangkan bahasa Arab klasik mengacu pada adat kebiasaan lama, dan lebih sering digunakan dalam penyampaian berita atau dalam penulisan koran.

Bahasa Arab sehari-hari atau dialek Arab (Colloquial Arabic) merupakan bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari oleh bangsa Arab. Tidak seperti bahasa Arab modern yang sama di setiap negara Arab tata penggunaannya, bahasa Arab sehari-hari ini sangat berbeda sesuai dengan perbedaan negara, kawasan, bahkan daerah di negara-negara Arab.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1984: 249) Dialek adalah suatu bahasa yang dipakai di suatu tempat atau daerah yang agak berbeda dengan bahasa yang umum.


(13)

Al-Azam (2001: 21) mendefenisikan dialek sebagai berikut:

/

Al-lahjatu hiyā i‘tiyādu al-insāni ‘alā al-nutqi bi tarīqatin khāssatin/ ‘kebiasaan manusia dalam berucap dengan cara yang khusus’.

Masyarakat pengguna suatu bahasa mempunyai kesadaran tentang adanya dua hakikat penting dalam komunikasi antara orang-orang yang tergolong dalam satu komunitas bahasa. Hakikat ini adalah sebagai berikut: para penutur suatu bahasa memiliki satu sistem komunikasi kebahasaan yang sama. Di dalam sistem kebahasaan yang sama terdapat perbedaan dalam aspek-aspek bahasa: fonologi, gramatika, dan pembendaharaan kosakata. Adanya perbedaan aspek kebahasaan di atas membawa pada pembentukan berbagai sub kelompok dalam komunitas bahasa. Tiap-tiap sub kelompok mempunyai ciri khas yang menandakan adanya satu sub kelompok yang berbeda dengan satu sub kelompok yang lain.

Pembentukan sub kelompok pada mulanya berdasarkan wilayah geografis, dengan demikian terdapat pengertian yang menghubungkan ciri-ciri penuturan sub kelompok dengan wilayah geografi tertentu. Keseluruhan penuturan sub kelompok yang dikaitkan dengan suatu wilayah geografi itulah yang dikenal sebagai dialek. Jadi pengertian awal bagi dialek adalah pengertian yang dikaitkan dengan dimensi ruang.

Demikian halnya dengan dialek-dialek bahasa Arab yang terdapat di wilayah Arab sebagaimana yang dikatakan oleh Wafi (1445H: 148):


(14)

-/Lam ya‘ni al-’ulamāu bi dirāsati hazihi al-lahjāti dirāsatan jiddiyyatan illā munzu al-qarni al-tāsi‘a ‘asyara. Wa qad qassamūhā ilā khamsi majmū‘ātin

tasymalu kullu majmū‘atin minhā ‘alā lahjātin mutaqāribatin fī aswātihā wa mufradātihā wa asālībihā wa qawā‘idihā, wa muttafiqatin fī al-mu`assirāti al-latī khada‘at lahā fī tatawwurihā: ihdāhā majmū‘atu al-lahjāti al-hijāziyyati

al-najdīyyati (wa tasymalu lahajātu al-hijāzi wa najdi wa al-yamani) wa sānīhā

majmū‘atu al-lahjāti al-syāmiyyati (wa tasymalu jamī‘u al-lahjāti al-‘arabiyyati al-mustakhdamati fī sūriyā wa lubnāna wa filistīna wa syarqa al-urduni) wa

sālisatuhā majmū‘atu al-lahjāti al-‘irāqiyyati (wa tasymalu jami‘a al-lahjāti al-‘arabiyyati al-mustakhdamati fī bilādi al-‘irāqi) wa rābi‘atuha majmū‘atu al-lahjāti al-misriyyati (wa tasymalu jamī‘a al-lahjāti al-mustakhdamati fī misra wa al-sudāni) wa khāmisatuhā majmū‘ati al-lahjātu al-magribiyyati (wa tasymalu jami‘a al-lahjāti al-‘arabiyyati al-mustakhdamati fī syamāli afriqiyā)/. ‘Sejak abad ke 19 para ulama mulai mempelajari dialek-dialek Arab, dan mereka membagi dialek-dialek tersebut ke dalam 5 kelompok. Dalam satu kelompok tercakup dialek-dialek yang saling berdekatan dalam bunyi, kosakata, gaya, dan aturannya, juga faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam perkembangannya. Pertama, kelompok dialek Hijaz dan Najd (yang tercakup di dalamnya dialek-dialek Hijaz, Najed, dan Yaman). Kedua, kelompok dialek-dialek Syam (yang tercakup seluruh dialek Arab yang digunakan di Suriah, Libanon, Palestina, dan Jordania bagian Timur). Ketiga, kelompok dialek Iraq (yang tercakup di dalamnya seluruh dialek Arab yang digunakan di negeri Iraq). Keempat, BABABADM (yang tercakup di dalamnya seluruh dialek Arab yang digunakan di Mesir dan Sudan). Kelima, kelompok dialek Maroko (yang tercakup di dalamnya seluruh dialek yang digunakan di Afrika Utara)’.

Walaupun penggunaan dialek Mesir hanya terdapat di Mesir dan Sudan, akan tetapi dialek Mesir merupakan dialek paling populer di kalangan bangsa Arab. Kepopuleran dialek Mesir dipengaruhi oleh dua faktor berikut ini:

1.Dialek Mesir sering diperkenalkan melalui media televisi, radio dan film.

2.Dialek Mesir tidak terlalu berbeda dengan bahasa aslinya yaitu bahasa Arab fasih.

3.Faktor sejarah Mesir dan kapasitasnya sebagai negri yang pernah menjadi pusat ilmu yang dituju oleh para penunut ilmu dari berbagai penjuru, dari dulu hingga sekarang.

Pada mulanya masyarakat Mesir menggunakan bahasa Mesir sebagai bahasa persatuan bangsa Mesir. bersama masuknya agama Islam yang membawa bahasa Arab ke Mesir, membuat bangsa Mesir yang masuk Islam mempelajari


(15)

bahasa Arab sebagai bahasa agama baru mereka. Dengan mudahnya bangsa Mesir melupakan bahasa Mesir dan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa agama sekaligus bahasa persatuan bangsa Mesir khususnya, dan bangsa Arab umumnya. Akan tetapi, bahasa Mesir tersebut tidak hilang begitu saja tanpa meninggalkan bekas karena bahasa Arab yang masuk ke Mesir terpengaruh dengan bahasa Mesir yang menyebabkan munculnya dialek Mesir di dalam bahasa Arab. Walaupun pengaruh bahasa Mesir terhadap bahasa Arab tidak begitu besar, akan tetapi bahasa Arab jelas terpengaruh dengan bahasa Mesir.

Pada umumnya, masyarakat penutur bahasa Arab fasih dapat berkomunikasi dengan masyarakat Arab yang menggunakan dialek Mesir, sehingga dengan demikian dialek Mesir yang muncul di radio, televisi dan film dapat dipahami oleh mereka.

Pelajar bahasa Arab di Indonesia mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa asing yang peranannya untuk mengkaji ilmu-ilmu ke-Islaman, Al-Qur`an dan Hadist Nabawi. Meskipun demikian, ada beberapa perguruan tinggi umum yang membahas bahasa Arab itu tidak hanya sebagai bahasa yang berfungsi sebagai bahasa ibadah, akan tetapi sebagai ilmu pengetahuan seperti halnya di Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Universitas Sumatera Utara.

Bahasa Arab yang berfungsi sebagai bahasa ibadah itu adalah bahasa Arab fasih atau baku, sedangkan bahasa Arab sehari-hari khususnya dialek Mesir dapat dikatakan belum pernah diajarkan di kalangan masyarakat pelajar bahasa Arab di Indonesia pada umumnya dan Fakultas Sastra khususnya. Oleh karena itu, maka peneliti ingin mengangkat dialek Mesir ini menjadi satu pembahasan secara deskriptif karena peneliti melihat bahwasannya pengetahuan tentang bahasa Arab dialek Mesir ini dapat membantu pelajar bahasa Arab di Indonesia yang akan bekerja ke negara Arab.

Adapun bahasa Arab dialek Mesir yang akan peneliti deskripsikan adalah dialek Mesir yang ada dalam film /yā anā yā khālatī/ Aku dan aku. Hal ini peneliti lakukan karena data kebahasaan dapat didengar dan dituliskan, juga karena sulitnya mendapatkan data yang bersumber dari perpustakaan.


(16)

Salah satu contoh yang ada dalam film /yā anā yā khālatī/ Aku dan aku, yaitu kata /qāla/ dalam bahasa Arab fasih menjadi /ala/ dalam dialek Mesir, dan kata /māzā/ dalam bahasa fasih yang menjadi /eh/ dalam dialek Mesir. Dari contoh di atas pada kata / qāla/ terlihat adanya variasi pengucapan bunyi /q/ menjadi /a/, dan kata / māzā/ sebagai sebuah leksikal berubah menjadi /eh/, dengan perubahan yang tidak merubah makna. Dengan demikian, penelitian ini akan mendeskripsikan dialek Mesir melalui pendeskripsian ciri-ciri fonologi dan leksikal yang menandai dialek Mesir dalam bahasa Arab.

D. Perumusan Masalah

Agar objek penelitian tidak menyimpang dari sasaran yang diinginkan oleh peneliti, maka perlu dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kategori ism, fiil, dan harf dalam bahasa Arab fasih yang diucapkan dalam dialek Mesir ?

2. Apa unsur kebahasaan yang membedakan bahasa Arab fasih dengan dialek Mesir?

3. Apa faktor penyebab munculnya dialek Mesir dalam bahasa Arab?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan kategori ism, fiil, dan harf dalam bahasa Arab fasih yang diucapkan kedalam dialek Mesir.

2. Untuk mengetahui unsur kebahasaan yang membedakan bahasa Arab fasih dengan dialek Mesir.

3. Untuk mengetahui faktor penyebab munculnya dialek Mesir dalam bahasa Arab.


(17)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi gambaran tentang dialek Arab khususnya dialek Mesir bagi mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab dan para peminat bahasa Arab.

2. Menambah referensi bidang bahasa bagi Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Arab.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library research) yaitu penelitian yang memperoleh data dari buku-buku yang relevan dengan objek penelitian. Objek penelitian adalah bahasa Arab lisan dialek Mesir yang ada dalam film /yā anā yā khālatī/ Aku dan aku.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode simak yaitu cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dengan menyimak bahasa yang akan diteliti. Adapun sumber data penelitian ini adalah kata-kata yang diucapkan dalam dialek Mesir yang ada dalam CD film /yā anā yā khālatī/ Aku dan aku, oleh Said Hamid tahun 2005 dan diproduksi oleh Aflamu Nasri Oskar Al-Masah.

Dalam menganalisis data, cara yang digunakan adalah melalui Analisis Deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasi, menganalisis dan menginterprestasikannya.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam hai ini adalah: 1. Membaca buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan. 2. Mendengarkan kaset CD secara berulang-ulang.

3. Mencatatnya ke dalam kartu data.

4. Mengklasifikasikan data yang telah diperoleh dari referensi yang ada. 5. Data yang diperoleh kemudian dianalisis.


(18)

Dalam penulisan Arab-Latin digunakan pedoman Transliterasi Arab-Latin berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bahasa Arab dialek Mesir belum pernah dikaji oleh mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Universitas Sumatera Utara.

Al-Khuli(1982: 267) mendefinisikan bahasa baku atau fasih sebagai berikut:

/Al-lugatu al-fushā hiya lahjatun `asbahat tusta‘malu li al-‘ilmi wa al-`adabi wa iktasabat markazan marmūqan baina al-lahjāti al-ukhrā wa asbaha yunzaru ilaihā ‘alā annahā `aksāru sihhatan wa diqqatan min al-lahjāti al-ukhrā

al-tābi‘ātu li lugatin mā/ ‘bahasa baku adalah dialek yang telah digunakan dalam ilmu pengetahuan dan sastra, juga telah mendapatkan posisi yang elit di antara dialek-dialek lainnya dan dianggap sebagai dialek yang paling sempurna dan lengkap di antara dialek-dialek lainnya dari suatu bahasa tertentu’.

Al-Khuli mendefinisikan dialek sebagai berikut (1982: 73):

/Al-lahjatu hiya al-tarīqatu al-latī yatakallamuhā al-nāsu li lugatin wa al-latī

kasīran ma tadullu ‘alā intimāin jugrāfīyyin aw ijtimā‘īyyin aw saqāfīyyin. Wa bi zālika qad takūnu lahjātan jugrāfiyyātan aw ijtima‘īyyatan. Wa li kulli lugatin ‘iddati lahjātin. Likullin minhā sifatun khāssatun tumayyizuhā ‘an siwāhā min

lahjīyyatin sautiyyatin `aw mufradiyyatin `aw nahwiyyatin `aw sarfiyyatin. Wa

qad tatatawwaru al-lahjatu li tusbiha lugatan mustaqillatan ma‘a murūri al

-zamani wa li i‘tibārātin jugrāfiyyatin wa siyāsiyyatin wa saqāfiyyatin/. ‘Dialek adalah cara berbicara yang digunakan orang dalam berbahasa yang dipengaruhi oleh letak geografis, sosial atau kebudayaan, dan itulah yang disebut dialek geografis atau dialek sosial. Setiap bahasa mempunyai berbagai macam dialek, dan setiap dialek mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan yang lain baik dari segi fonologi, sintaksis, atau morfologi. Dengan berjalannya waktu, dialek juga dapat berkembang sampai akhirnya menjadi bahasa tersendiri, yang disebabkan oleh faktor geografis, politik dan kebudayaan’.


(20)

Al-Futuh (tt: 146) menjelaskan hubungan antara bahasa dan dialek sebagai berikut:

/Al-‘alāqatu baina al-lugati wa al-lahjati hiya al-‘alāqatu baīna al-‘āmi

(al-lugatu) wa al-khā - - un atin lugawiyyatin

`ausa‘ wa `asymal, tadummu ‘iddata lahjātin, li kullin minhā ba‘du kha isi al-latī tanfaridu bihā wa tumayyizuhā ‘an gairihā, ma‘a isytirākihā jamī‘an fī

kasīrin min al-khas isi al-lugawiyyati al-‘āmmati/ ‘ Hubungan antara bahasa dan dialek adalah hubungan antara yang umum (bahasa) dengan yang khusus (dialek), dialek merupakan bagian dari lingkungan bahasa yang luas dan lengkap, dan mempunyai berbagai dialek, setiap dialek mempunyai ciri yang membedakannya dengan yang lain, akan tetapi semua dialeknya mempunyai ciri kebahasaan umum yang sama’.

Pada umumnya, dialek ialah suatu bentuk bahasa yang substandar, berstatus rendah, bersifat kedesaan, dan selalu dihubungkan dengan masyarakat tani, kelas pekerja, dan kelompok-kelompok lain yang kurang berprestise (Chambers dan Truggill, 1990: 3). Milter (1983: 1) mengatakan istilah dialek berasal dari bahasa Yunani “dialektos” yang pada mulanya dipergunakan dalam hubungannya dengan keadaan bahasanya. Di Yunani terdapat perbedaan-perbedaan kecil di dalam bahasa yang dipergunakan oleh penduduknya masing-masing, tetapi sedemikian jauh hal tersebut tidak sampai menyebabkan mereka merasa mempunyai bahasa yang berbeda. Dialek diartikan juga sebagai satu ragam bahasa yang dapat dibedakan dengan tegas dari ragam-ragam lain berdasarkan ciri-ciri penyebutan, kosakata, dan tata bahasa (Collins, 1986: 197). Dalam (Khairiah, 1999: 9).

Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai; yaitu dialek regional, sosial, dan temporal. Dialek regional adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan di tempat tertentu, dialek sosial adalah dialek yang digunakan oleh golongan tertentu dari suatu kelompok bahasawan, dan dialek temporal adalah dialek yang digunakan oleh kelompok bahasawan yang hidup dalam waktu tertentu. Contoh dialek regional dalah bahasa Melayu Riau, contoh dialek sosial adalah bahasa Melayu yang dipakai oleh para bangsawan, contoh dialek temporal ialah bahasa Melayu klasik, (Kridalaksana, 1993: 42).

Dialek adalah bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal di suatu daerah tertentu. Perbedaan dialek di dalam sebuah bahasa ditentukan oleh letak geografis atau regional kelompok pemakainya, karena dialek adalah “bagian” dari suatu


(21)

bahasa, timbul paham lanjut yang mengatakan, bahwa pemakai suatu dialek bisa mengerti dialek lain. (Sumarsono dan Partana, 2004: 21)

Penelitian tentang dialek merupakan bagian penting ilmu bahasa yang mengkaji tentang variasi suatu bahasa, di mana setiap bahasa yang ada di dunia ini memiliki variasinya. Hal inilah yang terdapat dalam ilmu yang membahas tentang dialek secara detail yaitu ilmu dialektologi.

Dialektologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari variasi-variasi bahasa dengan memperlakukannya sebagai struktur yang utuh. Bidang garapan dialektologi mencakup dua aspek, yaitu aspek sinkronis (deskriptif), dan aspek diakronis (historis). Dari aspek sinkronis (deskriptif), pengkajian didasarkan pada salah satu upaya yaitu: membuat deskripsi yang berkaitan dengan pengenalan dialek atau subdialek melalui pendeskripsian ciri-ciri fonologis, morfologis, sintaksis, dan leksikal, yang menandai dan membedakan antara dialek dan subdialek yang satu dengan yang lainnya dalam bahasa yang diteliti. (Mahsun, 1995: 13).

Setiap “ variasi ” bahasa yang digunakan di suatu daerah tertentu, lambat laun membentuk unsur-unsur kebahasaan yang berbeda-beda. Perbedaan itu secara garis besar dapat dibagi menjadi lima macam yaitu:

1. Fonetis yaitu bedaan pada tataran fonologis. 2. Semantis terjadi akibat terciptanya kata baru.

3. Onomasiologis yang menunjukkan pelambang yang berbeda berdasarkan satu konsep yang dikenal di beberapa tempat yang berbeda.

4. Semasiologis yaitu pemberian pelambang yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda.

5. Morfologis dibatasi oleh adanya sistem tata bahasa yang bersangkutan (Ayatrohaedi, 2002: 4).

Fonologi bahasa Arab adalah sebagai berikut::

Bunyi dalam bahasa Arab terbagi dua, yaitu vokal dan konsonan. Bunyi vokal dikenal dengan istilah /sawtu sā′itin/ (Badri (1988: 4) yaitu

/ zu‘alaqatin bi al-şawti/ yang mempunyai hubungan dengan bunyi (Khuli, 1982: 302), sedangkan bunyi konsonan dikenal dengan istilah /sawtu şāmitin/ (Badri, 1988: 4) yaitu

/al-harfu al-lażī yarmizu ilā al-sawti al-sāmitu/ ‘huruf yang dilambangkan dengan bunyi vokal’ (Khuli, 1982: 54).


(22)

Menurut Nuruddin ( 1996 : 48 ) dan Basyar (1980 : 82-83) bunyi vokal dalam bahasa Arab terdiri dari vokal pendek dan vokal panjang. Bunyi vokal pendek disebut dengan /al-harakatu/ yaitu bunyi yang dilambangkan seperti ( ) [ a, i,u ]. Lambang ini adakalanya ditemukan di atas atau di bawah lambang bunyi konsonan

Bunyi vokal panjang disebut dengan /maddun/ yaitu bunyi yang dilambangkan dengan lambang vokal pendek yang dirangkaikan dengan huruf

/ llatun/ / alif, waw, ya/.

Lambang bunyi vokal panjang [a:] adalah serangkaian lambang bunyi vokal pendek /a/ dengan huruf ‘illat alif ( ) seperti dalam kata /ba: a/, /qa:la/, / a:da/. Adakalanya lambang bunyi vokal panjang [ a: ] berupa lambang bunyi vokal pendek [ a ] yang dirangkaikan dengan huruf ‘illat /ya/ tanpa titik dua di bawah

Menurut Nuruddin Isam (1996:48) dalam bukunya ‘ilmu waza’ifi al-aswati al-lugawuyyati al-funulujiya, mengatakan bahwa bunyi konsonan dalam bahasa Arab itu berjumlah 28 bunyi yaitu

ب

[ b ]

,

ت

[ t ]

,

د

[d ]

,

ط

[ ţ ]

,

ض

[d ]

,

ق

[ q ]

,

ك

[ k],

ء

[ ‘ ],

ث

[ ś ]

,

ج

[ j ],

ح

[ h ],

خ

[kh]

,

ذ

[ż ]

,

ز

[z ]

,

س

[s ]

,

ش

[sy]

,

ص

[ş ]

,

ظ

[ z ]

,

ع

[‘]

,

ف

[ f ]

,

ه

[ h ]

,

م

[m]

,

ن

[n]

,

ل

[l]

,

ر

[ r ]

,

و

[w ]

,

ي

[ y ]

.

Bunyi Vokal Bahasa Arab.

Bunyi vokal dikenal dengan istilah /sawtu sā′itin/ (Badri (1988: 4). Dalam Basyar bunyi vokal bahasa Arab disebut juga dengan

/al-harakatu/.


(23)

/Al-harakatu al-asasiyyatu fi al-lughati al-‘arabiyyati salasin hiya al-fathatu wa al-kasratu wa al-dammatu. Hazihi al-harakati takunu qasiratu wa tawilatu/. ‘Vokal dasar dalam bahasa Arab ada tiga yaitu fathah, kasrah, dan dammah. Semua bunyi vokal ini [ a ], [ i ], [ u ] ada kalanya pendek dan panjang.’

Klasifikasi bunyi vokal ditentukan berdasarkan lidah sebagai artikulator aktif dan bentuk bibir. Daun lidah terbagi kepada depan lidah, tengah lidah dan belakang lidah. Lidah sebagai artikulator aktif adakalanya diangkat tinggi, sedang atau rendah sehingga menghasilkan klasifikasi bunyi vokal tinggi , sedang atau madya, dan rendah.

Menurut Nasr dalam Nasution (2003 : 18-30) klasifikasi bunyi vokal dalam bahasa Arab dari sudut artikulasi, posisi tinggi rendahnya lidah diangkat dan posisi bibir dalam membentuk bunyi adalah :

1. [ a ] : vokal pendek, tengah, sedang, tidak bulat, yaitu bunyi vokal yang diucapkan pada lidah bagian tengah serat posisi lidah berada di tengah dan bentuk bibir tidak bulat.

2. [ i ] : vokal pendek, depan, tinggi, tidak bulat, yaitu bunyi vokal yang diucapkan pada lidah bagian depan serat posisi lidah berada di depan dan bentuk bibir tidak bulat.

3. [ u ] : vokal pendek, belakang, tinggi, bulat, yaitu bunyi vokal yang diucapkan pada lidah bagian belakang serta posisi lidah berada di belakang dan bentuk bibir bulat.

4. [ a: ] : vokal panjang, tengah, sedang, tidak bulat, yaitu bunyi vokal yang diucapkan pada lidah bagian tengah serat posisi lidah berada di tengah dan bentuk bibir tidak bulat.

5. [ i: ] : vokal panjang, depan, tinggi, tidak bulat, yaitu bunyi vokal yang diucapkan pada lidah bagian depan serta posisi lidah berada di depan dan bentuk bibir tidak bulat.

6. [ u:] : vokal panjang, belakang, tinggi, bulat, yaitu bunyi vokal yang diucapkan pada lidah bagian belakang serta posisi lidah berada di belakang dan bentuk bibir bulat.


(24)

Bunyi Konsonan Bahasa Arab

Bunyi konsonan dikenal dengan istilah /sawtu şāmitin/

(Badri, 1988: 4) yaitu /al-harfu al-lażī

yarmizu ilā al-sawti al-sāmitu/ ‘huruf yang dilambangkan dengan bunyi vokal’ (Khuli, 1982: 54).

Klasifikasi bunyi konsonan dalam bahasa Arab dapat dilihat dari sudut proses penyempitan alur udara, artikulasi, pita suara. Proses penyempitan alur udara adalah melihat bagian udara yang mengalir dari rongga perut, dada dan pada titik artikulasi dapat dibedakan menjadi konsonan stop ( /waqfiyyah/), frikatif ( /ihtikakiyyun/), nasal ( /anfiyyah/), lateral ( /janibiyyah/), vibran ( / tikrāriyyah dan semi vokal ( /syibhu sa’itah/). Bunyi konsonan menurut artikulasi adalah melihat dari alat-alat ucap yang mana bunyi konsonan itu dihasilkan dapat diklasifikasikan menjadi konsonan bilabial (

/

syafãtãniyyun /), dental (

/asnãn

ĩyyun

/), velarized (

/ mufakhkam/),

uvular ( / halqiyyah /), velar ( /, tabaqiyyun/), glottal (

/hanjariah/),interdental ( /bayasnaniyyun/), palatal ( liśśah

gāriyyah /), faringal ( /halqiyyah/), dan alveolar ( /liśśah/). Berdasarkan pita suara, bunyi konsonan itu dikenal menjadi bunyi bersuara (

/ majhûr / )

dan tidak bersuara (

/

mahmūs /)

Klasifikasi bunyi konsonan dalam bahasa Arab dari sudut proses penyempitan alur udara, artikulasi, pita suara adalah :

1. [ ب ] : konsonan stop, bilabial, bersuara

( / waqfiyyah, syafãtãniyyun, majhûr / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh kedua bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi, dan pita suara turut bergetar.

2. [ ت ] : konsonan stop, dental, tidak bersuara

( / waqfiyyah, asnãnĩyyun, mahmūs / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan pangkal gigi


(25)

atas, dan pita suara tidak bergetar. 3. [ ﺪ ] : konsonan stop, dental, bersuara

( / waqfiyyah, asnãnĩ, majhūr / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh bibir bawah dan gigi atas, dan pita suara turut bergetar.

4. [ ط ] : konsonan stop, velarized, tidak bersuara

( / waqfiyyah, mufakhkam, mahmūs / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, pita-pita suara tidak bergetar.

5. [ ض ] : konsonan stop, velarized, bersuara

( / waqfiyyah, mufakhkam, majhũr / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, pita-pita suara turut bergetar.

6. [ ق ] : konsonan stop, uvular, tidak bersuara

( / waqfiyyah, halqiyyah, mahmũs / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh langit-langit lunak dan anak tekak, serta akar lidah, dan pita-pita suara tidak bergetar.

7. [ ﻚ ] : konsonan stop, velar, tidak bersuara

( / waqfiyyah, tabaq, mahmūs / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, pita-pita suara tidak bergetar.

8. [ ﺀ ] : konsonan stop, glottal, tidak bersuara

( / waqfiyyah,hanjariyyah, mahmūs / ),

yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pita-pita suara, dan pita-pita suara tersebut tidak bergetar.

9. [ ث ] : konsonan frikatif, interdental, tidak bersuara


(26)

bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah, gigi atas dan bawah, serta pita-pita suara tidak bergetar.

10. [ ج ] : konsonan frikatif, palatal, bersuara

( /ihtikāki, liśśah gāriyyah majhūr/ ). ,

yaitu bunyi yang dihasilkan oleh langit-langit keras dan lidah bagian tengah, serta pita suara turut bergetar.

11. [ ح ] : konsonan frikatif, faringal, tidak bersuara

( / ihtikāki, halqiyyah mahmūs / ), yaitu

bunyi yang dihasilkan oleh dinding belakang tenggorokan dan akar lidah, serta pita-pita suara tidak bergetar

12. [ خ ] : konsonan frikatif, velar, tidak bersuara

( / ihtikāki, tabaq, mahmūs / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi, dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, serta pita-pita suara tidak bergetar.

13. [ ذ ] : konsonan frikatif, interdental, tidak bersuara

( / ihtikāki, bay asnānī mahmūs / ),

yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah, gigi atas dan bawah, serta pita-pita suara tidak bergetar.

14. [ ز ] : konsonan frikatif, alveolar, bersuara

( / ihtikāki, liśśah, majhūr / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah, serta pita-pita suara turut bergetar.

15. [ س ] : konsonan frikatif, alveolar, tidak bersuara

( / ihtikāki ,liśśah, mahmūs / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah, serta pita-pita suara tidak bergetar.

16. [ ش ] : konsonan frikatif, palatal, tidak bersuara

( /ihtikāki, liśśah ghāriyyah mahmūs/),


(27)

tengah, dan pita suara tidak bergetar. 17. [ ص ] : konsonan frikatif, velarized tidak bersuara

( / ihtikāki, mufakham, mahmūs/ ), yaitu

bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi, dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, serta pita suara tidak bergetar

18. [ ظ ] : konsonan frikatif, velarized, bersuara

( / ihtikāki, mufakhkam, majhūr / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi, dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, serta pita suara turut bergetar

19. [ ع ] : konsonan frikatif, faringal, bersuara

( / ihtikāki, halqiyyah, majhūr / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh dinding belakang tenggorokan dan akar lidah, serta pita suara turut bergetar.

20. [ غ] : konsonan frikatif, velar, bersuara

( / ihtikāki, tabaq, majhūr / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi, dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, serta pita suara turut bergetar

21. [ ف ] : konsonan frikatif, labio dental, tidak bersuara

(

/

ihtikāki,syafawīasnānī,mahmūs/),

yaitu bunyi yang dihasilkan oleh bibir bawah dan gigi atas, serta pita suara tidak bergetar.

22. [ ه ] : konsonan frikatif, glottal, tidak bersuara

( / ihtikāki, hanjariyyah,mahmūs /), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pita-pita suara, dan pita-pita suara tersebut tidak bergetar.

23. [ م ] : konsonan nasal, bilabial, bersuara


(28)

bunyi yang dihasilkan oleh kedua belah bibir yang sama- sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi, serta pita suara turut bergetar.

24. [ ﻦ ] : konsonan nasal, alveolar, bersuara

( / anfiyyah, liśśah, majhūr / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah. 25. [ ل ] : konsonan lateral, alveolar, bersuara

( / jānibiyyah, liśśah, majhūr / ), yaitu bunyi yang dihasilkan pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah.

26. [ ر ] : konsonan vibran, alveolar, bersuara

( / tikrāriyyah, liśśah, majhūr / ), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah 27. [ و ] : konsonan semi vokal, bilabial, bersuara

(

/syibhu sa’itah syafatānīyyun,

majhūr/) yaitu bunyi yang dihasilkan oleh kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi. 28.[ ي ] : konsonan semi vokal, palatal, bersuara

(( / syibhu sa’itah, ghāriyyah, majhūr/), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh langit-langit keras dan lidah bagian tengah.

Kategori kata dalam bahasa Arab dapat dibagi atas tiga bagian yaitu ism, fi’l dan harf. Ni‘mah (tt: 17) mendefinisikan pembagian kata tesebut (ism, fi’l, dan harf) sebagai berikut:

/al-ismu huwa kullu kalimatin tadullu ‘alā insānin `au hayawānin au nabātin `au

jamādin `au makānin `au zamānin `au sifatin au ma‘nan mujarradin min

al-zamāni/ ‘Ism adalah kata benda yang menunjuk manusia, hewan,

tumbuh-tumbuhan, benda mati, tempat, waktu (zaman), sifat, atau makna yang terlepas dari waktu’.


(29)

Isim ma‘rifah dapat dibagi menjadi 7 bagian yaitu sebagai berikut:

/isim damir: isim mabni yadullu ‘ala mutakalim aw mukhātab aw gāib/ ‘kata ganti yang tidak berubah bentuknya adalah yang menunjuk pembicara, lawan bicara dan yang sedang dibicarakan’

/isim ‘alam: huwa mādalla ‘ala isim insān aw hayawān aw jamād aw makān/

‘kata benda adalah semua yang menunjuk nama manusia, binatang, benda mati dan tempat’.

/isim isyarah: isim mabni yadullu ‘ala mu‘ayanin dilisyārati ilaihi/ ‘ isim isyarah yang tidak dapat berubah bentuknya adalah

/isim mausul: isim mabni yadullu ‘ala mu‘ayanin biwasitati jumlatin ba‘dahu tusama silatu al-mausuli/

/

/isim syart: isim mabni yarbutu baina jumlataini al-ula syartun lilsanyyati/

/Al-fi’l n fī zamanin khāssin/ ‘fi’l

adalah kata kerja dan kata tersebut merupakan kata yang menunjuk terjadinya suatu kejadian pada waktu tertentu’.

Fi’l tarbagi ke dalam 3 bagian yaitu sebagai berikut:

- - -takalumi/ ‘fi‘l


(30)

- - -takalumi aw ba‘dahu/ ‘ fi‘l mudari‘ adalah kata kerja yang menunjukkan terjadinya kejadian di masa pembicaraan’

- -takalumi/ ‘ fi‘l

amar adalah kata kerja yang menunjukkan perintah terjadinya suatu pekerjaan setelah waktu pembicaraan’.

/al-harfu huwa kullu kalimatin laisa lahā ma‘nā illā ma‘a gairihā/ ‘harf merupakan setiap kata yang tidak dapat berdiri sendiri’.

Harf dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Harf yang memasuki isim adalah sebagai berikut:

- - - - - / ‘harf jar

adalah huruf yang menjadikan isim setelahnya dii‘rab majrur’.

- - -

-- -khabar wa

yusama khabaruha/ ‘Inna dan saudarany

yang sekaligus merupakan khabar Inna’.

2. Harf yang memasuki fi‘l adalah sebagai berikut:

/huruf al-nasbi hiya al-huruf al-lati tansibu al-fi‘l al-mudari‘/ ‘huruf nasab adalah huruf yang memberi tanda fathah terhadap fi‘l mudari‘’.

/al-syn wa saufa hiya harfani tadkhulu ‘ala al-fi‘li al-mudari‘/ ‘ sin dan saufa merupakan dua huruf yang memasuki fi‘l mudari‘’.


(31)

Menurut Wafi (tt: 131) faktor munculnya dialek dalam bahasa Arab dan perkembangannya itu disebabkan karena alasan-alasan berikut:

Intisyāru al-lugati al’ārabiyyati fī manātiqi lam takun ‘arabiyyata al-lisāni/ ‘Bahasa Arab tersebar ke dalam lingkungan non Arab’.

/‘awamilu ijtima’iyyatin siyāsiyyatin ka istiqlāli al-bilādi al-‘arabiyyati ba’duhā ‘an ba’din/ ‘Faktor sosial politik, seperti pecahnya pemerintahan Arab sehingga membentuk negara-negara tersendiri’.

/Furūqun fī al-nuzumi al-ijtimā‘iyyati wa al-‘urfi wa al-taqālīdi wa al-’ādāti wa mablagi al-saqāfati wa manāhi al-tafkiri wa al-wijdani/ ‘Perbedaan aturan masyarakat, adat istiadat, tingkat pengetahuan, cara berfikir dan perasaan’.

/‘awāmilu sya‘biyyatun jinsiyyatun tatamassalu fīmā baina sukkāni hazihi al-manātiqi min furūqin fī al-ajnāsi wa al-fas ili al-insāniyyati al-latī yantamūna ilaihā/ ‘Faktor keturunan yang terangkum dalam perbedaan suku yang menjadi asal usul mereka’.

/Ikhtilāfu a’dāi al-nutqi bi ikhtilāfi al-syu’ūbi/ ‘Perubahan alat ucap yang disebabkan oleh perbedaan masyarakat’.

/Yatagayyaru madlūlu al-kalimati taba‘an lial-hālātii al-latī yaksuru fīhā istikhdāmuhā/ ‘Berubahnya arti kata sesuai dengan penggunaannya yang sering’.

/Qad yatagayyaru madlūlu al-kalimati fī intiqālihā min al-salafi ilā al-khalafi/ ‘ Berubahnya maksud kata dari satu generasi ke generasi yang lain’.


(32)

/Tagayyuru madlulāti kasīrin min al-kalimāti lianna al-syai`a nafsahu al-lazī tadullu ‘alaihi qad tagayyarat tabī‘atuhu/ ‘Banyak kata yang berubah artinya karena sesuatu yang dimaksud berubah fungsinya’.

/Mauqi‘u al-sauti fī al-kalimati wa` aksaru mā yakūnu zālika fī al-`aswāti al-wāqi’ati fī `awākhiri al-kalimāti/ ‘Berubahnya bunyi dalam suatu kata dan kebanyakannya terjadi pada bunyi-bunyi yang terletak pada akhir kata’.

/Intiqālu kalimātin jadīdatin ilā ba’di al-lahjāti ‘ammiyyati min lugati al-`ajnabiyyati/ ‘Masuknya kata-kata baru dari bahasa Asing ke dalam sebagian dialek Arab’.

/Intiqālu `aswātin jadīdatin ilā ba’di al-lahjāti al-‘āmmiyyati min al-lugāti al-`ajnabiyati/ ‘Masuknya bunyi-bunyi baru dari bahasa Asing ke dalam sebagian dialek Arab’.

/Dukhūlu qawa‘idin jadidatin fī ba‘di al-lahjāti al-‘āmmiyyati li al-lhājati ilaihā fī

al-kalāmi/ ‘Masuknya tata bahasa baru ke dalam sebagian dialek Arab yang

dibutuhkan saat berbicara’.

/Inqirādu ba‘di al-kalimāti li`inqirādi madlūlihā`aw qillatu istikhdāmihā ` aw lisaqlihā ‘alā al-lisāni/ ‘Hilangnya sebagian kata akibat kurang penggunaannya, atau beratnya kata tersebut saat diucapkan’.


(33)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kategori isim, fi‘l dan harf dalam bahasa Arab Fasih (bAF) diucapkan dalam bahasa Arab Dialek Mesir (bADM)

Setelah penulis mendengarkan dan menganalisis dialog film

/yā anā yā khālatī/ ‘Aku dan aku’ melalui rekaman kaset CD dalam bahasa Arab dialek Mesir, produksi flamu al-nasri oskar al-masah tahun 2005. Maka penulis menemukan adanya perubahan pengucapan kosa kata baik berupa isim, fi’l atau harf yang diucapkan dalam film tersebut dengan bahasa Arab dialek Mesir yang sangat berbeda dengan bahasa Arab fasih. Kata-kata yang diucapkan dalam film tersebut dapat dilihat dari dua unsur yaitu unsur fonologi dan unsur leksikal.

3.1.1. Unsur fonologi

Unsur fonologi yang terdapat pada film /yā anā yā khālatī/ ‘Aku dan aku’ dapat dikategorikan melalui isim, fi‘il dan harf yaitu sebagai berikut:

A. Kategori isim 1. Damir

a. Kata

/

nahnu/ ‘kami’ pada bAF berubah pengucapannya menjadi /ihna/ dalam bADM. Dalam hal ini terlihat adanya perubahan pengucapan bunyi konsonan nasal, alveolar, bersuara /n/ dan bunyi vokal pendek, tengah, sedang, tidak bulat _ /a/ pada bAF menjadi bunyi vokal pendek, depan, tinggi, tidak bulat – ) /i/ dalam bADM. Kemudian bunyi vokal pendek, tinggi, belakang, bulat ( ) /u/ pada bAF berubah menjadi bunyi vokal panjang, tengah, sedang, tidak bulat _) /a:/ dalam bADM. Kata


(34)

b. Kata /minhu/ ‘darinya’ dalam bAF berubah menjadi /minnu/ dalam bADM. Dalam hal ini terlihat adanya perubahan pengucapan damir muttasil /h/ dalam bAF dihilangkan dalam bADM dan berubah menjadi bunyi vokal panjang, belakang, tinggi, bulat (

) /u:/ ه /h/ dalam bAF tergolong kedalam damir munfasil.

c. Kata /minki/ ‘dari engkau (Pr) dalam bAF berubah pengucapannya menjadi /minnik/dalam bADM. Dalam perubahan pengucapan ini terlihat adanya penggandaan pengucapan bunyi konsonan nasal, alveolar, bersuara, /n/ dan perubahan letak bagi vokal pendek, depan, tinggi, tidak bulat /i/ yang berada sebelum bunyi konsonan hambat, alveolar, tidak bersuara /k/. Sehingga kata /minki/ dalam bAF diucapkan menjadi

/minnik/ dalam bADM. Adapun damir /ki/ pada kata /minnik/ merupakan damir muttasil dengan demikian maka damir muttasil /ki/ dalam bAF diucapkan menjadi /nik/ dalam bADM.

d. Kata /minka/ ‘dari engkau (Lk)’ dalam bAF berubah pengucapannya menjadi /minnak/ dalam bADM. Dalam perubahan pengucapan ini terlihat adanya penggandaan pengucapan bunyi konsonan nasal, alveolar, bersuara, /n/ dan perubahan letak bagi bunyi vokal pendek, tengah, sedang, tidak bulat _ /a/ yang berada sebelum bunyi konsonan hambat, alveolar, tidak bersuara /k/. Sehingga kata /minka/ dalam bAF diucapkan menjadi /minnak/ dalam bADM. Adapun damir /ka/ pada kata /minnik/ merupakan damir muttasil dengan demikian maka damir muttasil /ka/ dalam bAF diucapkan menjadi /nak/ dalam bADM. e. Kata /minkum/ yang berubah pengucapannya menjadi /minku:/

dalam bADM. Dalam hal ini terlihat adanya penghilangan bunyi konsonan nasal, bilabial, tidak bersuara /m/ dan penggantian bunyi vokal pendek, tinggi, belakang, bulat (_) /u/ dalam bAF menjadi bunyi vokal panjang,


(35)

tinggi, bulat ( _) /u:/ dalam bADM. Adapun damir mutakalim /kum/ ‘kamu semua’ dalam bAF diucapkan menjadi /ku/ dalam bADM. 2. Isim isyarah

a. Kata

/

hāzā/ ‘ini’ pada bAF berubah pengucapannya menjadi /dā/ dalam bADM. Terlihat adanya penghilangan pengucapan bunyi konsonan stop, glottal, tidak bersuara ( ) dan bunyi vokal pendek, tengah, sedang, tidak bulat

) /a/ dalam bAF kemudian pengucapan bunyi konsonan frikatif, interdental, tidak bersuara ( ) menjadi bunyi konsonan stop, dental, bersuara ( ) dalam bADM.

b. Kata /hāzihi/ dalam bAF berubah pengucapannya menjadi /di/ dalam bADM. Dalam hal ini terlihat adanya penghilangan pengucapan bunyi konsonan stop, glottal, tidak bersuara ( )dan bunyi vokal pendek, tengah, sedang, tidak bulat dalam bAF, kemudian adanya perubahan pengucapan bunyi konsonan frikatif, interdental, tidak bersuara ( ) dalam bAF menjadi bunyi konsonan stop, dental, bersuara ( ) dan pengubahan bunyi vokal panjang, depan, tinggi, tidak bulat

[i:] dalam bADM, sedangkan bunyi konsonan frikatif, glottal, /h/ dan bunyi vokal panjang depan tinggi tidak bulat

[i:] dalam bAF dihilangkan.

3. Isim mausul

a. Kata /al-lazi/ ‘yang’ dalam bAF berubah pengucapannya menjadi /illi/ dalam bADM. Dalam hal ini terjadi perubahan pengucapan bunyi vokal pendek, tengah, sedang, tidak bulat (––) /a/ dalam bAF menjadi bunyi vokal pendek, depan, tinggi, tidak bulat

/i/ dalam bADM dan adanya penghilangan pengucapan bunyi konsonan frikatif, interdental, tidak bersuara ( ) /z/ dalam bAF dan menjadi: bunyi konsonan interdental, alveolar, bersuara dalam bADM. Sedangkan bunyi vokal panjang depan tinggi / bulat dalam bAf tidak berubah pengucapannya dalam bADM.


(36)

4. Isim istifhām

a. Pada kata /man/ dalam BAF berubah pengucapannya menjadi /min/ dalam bADM. Dalam hal ini terjadi perubahan pengucapan bunyi vokal pendek, tengah, sedang, tidak bulat (–) dalam bAf menjadi bunyi vokal panjang, depan, tinggi, tidak bulat dalam bADM.

b. Pada kata /matā/ dalam bAF berubah pengucapannya menjadi

/imtā/ dalam bADM. Dalam hal ini terjadinya perubahan bunyi vokal pendek, depan, tidak bulat /i/ di awal kata dalam bADM.

c. Pada kata /aina/ “dimana” dalam BAF berubah pengucapannya menjadi /fein/ dalam bADM. Dalam perubahan ini terlihat adanya pergantian bunyi-bunyi konsonan hambat, glottal, tidak bersuara /’/ dalam bAF Menjadi bunyi konsonan Frikatif, labio, dental, tidak bersuara /F/ dalam bADM. Sedangkan bunyi vokal pendek, tengah, sedang, tidak bulat (––) /a/ berubah menjadi konsonan ( ) frkatif, labio dental, tidak bersuara dan bunyi vokal panjang, depan, tinggi, tidak bulat

/i/.

5. Isim alam

a. Pada kata un/ ‘air’ dalam bAF berubah pengucapannya menjadi /mayyah/ dalam bADM. Dalam Kasus ini terjadi penggantian bunyi vokal panjang, tengah, sedang, tidak bulat /a:/ dalam bAF menjadi bunyi vokal pendek, sedang, tengah tidak bulat dalam bADM. Kemudian terjadi penambahan bunyi konsonan semi vokal, palatal, bersuara ( ) yang digandakan dalam bADM. Sedangkan bunyi konsonan hambat, glottal, tidak bersuara dan bunyi vokal nasal /un/ dalam bAF berubah menjadi bunyi vokal tengah sedang tidak bersuara, pendek /a/ dan bunyi konsonan frikatif, glottal tidak bersuara /h/.

b. Kata /al-syā / ‘pantai’ dalam bAF berubah pengucapan menjadi /al-syat/ dalam bADM. Dalam hal ini terjadi perubahan bunyi vokal panjang, tengah, sedang, tidak bulat /a:/ dan bunyi vokal pendek, depan, tinggi, tidak bulat /i/ dalam bAF menjadi bunyi vokal pendek, tengah, /a/


(37)

dalam bADM. Sedangkan bunyi vokal pendek, depan, tengah /i/ dan bunyi konsonan hambat, glottal, tidak bersuara /’/ dalam bAF dihilangkan dalam bADM.

c. Kata /sayyidati/ ‘nyonyaku’ dalam bAF berubah pengucapannya menjadi /sitti/ dalam bADM.

d. Pada kata /yad/ dalam BAF berubah menjadi /iyd/ ‘tangan’ dalam bADM terjadinya penambahan bunyi vokal panjang, depan, tinggi, tidak bulat /i:/.

e. Pada kata /nisf/ berubah menjadi /nus/ ‘setengah’ dalam bADM, terjadi penghilangan konsonan ( ) frikatif, labio dental, tidak bersuara. f. Pada kata /al-walad/ berubah menjadi /al-wād/ ‘anak laki-laki’

dalam bADM, penggantian bunyi konsonan ( ) lateral, alveolar, bersuara menjadi bunyi vokal panjang, tengah, sedang, tidak bulat /a:/.

g. Pada kata / - / berubah menjadi /al-niswān/ ‘para wanita’ dalam bADM, terjadinya penambahan konsonan ( ) semi vokal, bilabial, bersuara dan pengggantian konsonan ( ) stop, glottal, tidak bersuara menjadi konsonan ( ) nassal, alveolar, bersuara.

h. Pada kata /ahadan/ berubah menjadi /had/ ‘siapapun’ dalam bADM, terjadi penghilangan bunyi vokal panjang, tengah, sedang, tidak bulat /a:/.

B. Kategori harf

Harf dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu harf yang memasuki isim dan harf yang memasuki fi’l.

Harf yang memasuki isim adalah sebagai berikut:

1. Harf al-jār:

- Pada kata /ilā/ berubah menjadi /li/ dalam bADM, terjadinya penghilangan bunyi vokal pendek, depan, tinggi, tidak bulat /i/ di awal dan di akhir kata dan penghilangan bunyi vokal panjang, tengah, sedang, tidak bulat /a:/.


(38)

- Pada kata /‘ala/ berubah menjadi /‘a/ dalam bADM, terjadi penghilangan bunyi konsonan ( ) lateral, alviolar, bersuara dan bunyi vokal panjang, tengah, sedang, tidak bulat /a:/.

Harf yang memasuki fi’l adalah sebagai berikut:

- Harf /sin/ mengalami perubahan menjadi /ha/ dalam bADM, terjadi

perubahan bunyi konsonan ( ) frikatif, alveolar, tidak bersuara menjadi bunyi konsonan ( ) frikatif, varinal, tidak bersuara.

3.1.2. Unsur leksikal

Perubahan leksikal yang terdapat pada film /yā anā yā

khālatī/ ‘Aku dan Aku’ dapat dikategorikan melalui ism dan harf yaitu sebagai berikut:

A. Kategori Isim 1. Isim istifhām

a. Kata /kaifa/ berubah menjadi /izzāy/ dalam bADM. b. Kata

/

māzā/ berubah menjadi /eh/ dalam bADM. 2. Isimsifah

a. Kata /qabīh/ berubah menjadi /wihisy/ ‘jelek’. b. Kata /qalīl/ berubah menjadi /syuwayyah/ ‘sedikit’. c. Kata /qaīimah/ berubah menjadi /byqah/ ‘lama’. d. Kata /saīnah/ berubah menjad /tikhinah/ ‘gemuk’.

e. Kata - hah/ berubah menjadi /m‘afin/ .

f. Kata /miskin/ berubah menjadi /galbān/ ‘kasihan’. 3. Isim alam

a. Kata /wajh/ berubah menjadi /wussy/ ‘wajah’ dalam bADM. b. Kata /na‘am/ berubah menjadi /aywa/ atau /a/ ‘iya’ dalam bADM. c. Kata /faqat/ berubah menjadi /bas/ ‘hanya’ dalam bADM.


(39)

d. Kata /aydan/ berubah menjadi /barduh/ ‘juga’ dalam bADM. e. Kata /qawi/ digunakan di luar arti sesungguhnya yaitu /jiddan/

‘sangat’ di mana arti sesungguhnya juga masih digunakan yaitu ‘kuat’ dalam bADM.

f. Kata /jayyid/ berubah menjadi /kuwais/ ‘bagus’ dalam bADM. g. Kata /gabiyyun/ berubah menjadi /‘abit/ ‘bodoh’ dalam bADM. h. Kata /sayyidati/ berubah menjadi /sitti/ atau /sit/ ‘nyonya’

dalam bADM.

i. Kata /az-zur/ berubah menjadi /al-kharzah/ ‘kancing’ dalam bADM.

j. Kata

الطاوله

/al-tāwilah/ berubah menjadi /al-tarābizah/ ‘meja’ dalam bADM.

k. Kata /al-khurāfāt/ berubah menjadi /al-khuza‘balāt/ ‘khurafat’ dalam bADM.

l. Kata /al-qumāmah/ berubah menjadi /al-zibālah/ ‘sampah’ dalam bADM.

m. Kata /fam/ berubah menjadi / ‘mulut’ dalam bADM.

n. Kata /suhun/ berubah menjadi /siniyyah/ ‘piring’ dalam bADM.

o. Kata /al-iz‘āj/ berubah menjadi /al-dawsya/ ‘keributan’ dalam bADM.

p. Kata /māl/ berubah menjadi /flus/ ‘uang’ dalam bADM.

q. Kata /al-walad/ berubah menjadi /al-wiri‘/ atau /al-wād/ ‘anak laki-laki’ dalam bADM.

r. Kata

المصائب

- b/ berubah menjadi /al-balāwi/ ‘musibah’ dalam bADM.

s. Kata /al-sijnu/ berubah menjadi /al-zinzānah/ ‘penjara’ dalam bADM.


(40)

t. Kata /alam/ berubah menjadi /waj‘/ ‘sakit’ dalam bADM.

u. Kata

الثياب

/al-siyāb/ berubah menjadi /al-hudum/ ‘baju’ dalam bADM.

v. Kata /al-mantiqatu/ berubah menjadi /al-hittah/ ‘daerah’ dalam bADM.

w. Kata /waladun/ kadang dapat berubah menjadi /‘ayyil/ ‘anak laki-laki kecil’ dalam bADM.

x. Kata /siyāb naumi/ berubah menjadi /bijāmah/ ‘baju tidur’ dalam bADM.

y. Kata /al-funduq/ berubah menjadi /al-lukandah/ ‘hotel’ dalam bADM.

z. Kata /sayyārah/ ‘mobil’ tidak digunakan dalam bADM, akan tetapi mereka menggunakan kata /al-‘arabiyyah/ yang diambil dari kata

/‘arabah/ ‘gerobak’.

aa. Kata /musibah/ berubah menjadi /dahyah/ ‘musibah’ dalam bADM.

bb.Kata /ka‘k/ berubah menjadi /gato/ ‘cake’ dalam bADM

cc. Kata /qisyta/ yang merupakan makanan sering digunakan bangsa Mesir untuk menggantikan kata /jamilatun/ ‘indah’ dalam bADM. dd.Kata /ful/ yang merupakan sejenis bunga sering digunakan bengsa

Mesir untuk menggantikan kata /jamylah/ ‘indah’ dalam bADM. ee. Kata /dajāj/ berubah menjadi /farkhah/ ‘ayam’ dalam bADM ff. Kata /māzāla/ berubah menjadi /lissā/ ‘masih’ dalam bADM. gg.Kata /madām/ mempunyai dua arti yang pertama berarti

/sayyidah/ ‘ibu atu nyonya’ dan yang ke dua berarti /mādām/ yang

berarti ‘selama’dalam bADM.


(41)

A. Zarf zamān yang mengalami perubahan dalam bADM adalah sebagai berikut:

a. Kata /al-yaum/ berubah menjadi /al-naharda/ ‘hari ini’ dalam bADM.

b. Kata /amsi/ berubah menjadi /imbāreh/ ‘kemarin’ dalam bADM.

c. Kata /al-ān/ berubah menjadi / ‘sekarang’ dalam bADM.

d. Kata /gādan/ berubah menjadi /bukrah/ ‘besok’ dalam bADM.

B. Zarf makān yang mengalami perubahan dalam bADM adalah sebagai berikut: a. Kata /amām/ berubah menjadi /uddām/ ‘depan’ dalam bADM. b. Kata /dākhil/ berubah menjadi /jawwah/ ‘dalam’ dalam bADM. c. Kata /khārij/ berubah menjadi /barrah/ ‘luar’ dalam bADM. d. Kata /khalf/ berubah menjadi

/

warā/ ‘belakang’ dalam bADM. B. Kategori harf

Harf dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu harf yang memasuki isim dan harf yang memasuki fi’l.

Harf yang memasuki isim adalah sebagai berikut: 1. Inna wa akhawātuhā:

a. Kata /lakin/ berubah menjadi /bas/ dalam BABABADM, akan tetapi

b. Kata /bas/ tersebut juga memiliki arti /faqat/.

c. Kata / berubah menjadi /zay/ dalam BABABADM, akan tetapi kata /zai/ tersebut juga memiliki arti /misll/.

Harf yang memasuki fi’l adalah sebagai berikut:


(42)

C. Kategori fi’l

a. Kata /yatla‘u/ sebagai fi’l mudari‘ sering digunakan dalam bADM di luar arti sesungguhnya yaitu /yakhruju/ ‘keluar’ dan /masya/ ‘jalan’, walaupun tidak menghilangkan arti sesungguhnya yaitu ‘naik’. b. Kata /natruku/ sebagai fi’l mudari‘ berubah menjadi /nisib/

‘meninggalkan’ atau ‘melepaskan’ dalam bADM.

c. Kata /a‘tini/ sebagai fi’l amar berubah menjadi /hāt/ ‘berikan padaku’ dalam bADM.

d. Kata /dakhala/ sebagai fi’l madi kadang berubah menjadi /dasy/ atau /khasy/ ‘masuk’ dalam bADM.

e. Kata /sā‘idni/ sebagai fi’l amar berubah menjadi

/

ni/ ‘bantu aku’ dalam bADM.

f. Kata /tarā/ sebagai fi’l mudāri‘ berubah menjadi /tisyuf/ ‘melihat’ dalam bADM.

g. Kata /itbahzalt/ sebagai fi’l madi berubah menjadi /itmarmat/ ‘kerepotan’ dalam bADM.

h. Kata /uqabbilu/ sebagai fi’l mudari‘ berubah menjadi /abus/ ‘ku cium’ dalam bADM.

i. Kata /ihmil/ sebagai fi’l amar berubah menjadi /syil/ ‘angkatlah’ dalam bADM.

j. Kata /tuhdiru/ sebagai fi’l mudari‘ berubah menjadi /tigib/ ‘membawa’ dalam bADM.

k. Kata /hāsib/ sebagai fi’l amar digunakan di luar arti sesungguhnya yaitu /intabih/ ‘hati-hati’ dalam bADM.

l. Kata /taduqqu/ sebagai fi’l madi berubah menjadi /tikhabbat/ ‘mengetuk’ dalam bADM.

m. Kata sebagai fi’l mudari‘ berubah menjadi /yu‘a/ ‘jatuh’ dalam bADM.


(43)

n. Kata /yakfy/ sebagai fi’l amar berubah menjadi /khalās/ ‘cukup’ dalam bADM. Kata /khalās/ dalam bADM mempunyai dua arti yaitu ‘cukup’ dan ‘sudah’

o. Kata /intahā/ sebagai fi’l madi berubah menjadi /khallas/ ‘habis’ dalam bADM.

p. Kata /iw‘a/ sebagai fi’l amar mempunyai dua arti yaitu /ib‘id/ ‘jauhilah’ dan /intabih/ ‘hati-hati’ dalam bADM.

q. Kata /turid/ sebagai fi’l mudari‘ berubah menjadi /‘āyiz/ ‘ingin’ dalam bADM.

r. Kata /musytaq/ sebagai fi’l mudari‘ berubah menjadi /wahasytini/ dalam bADM.

s. Kata /kharabat/ sebagai fi’l madi berubah menjadi

/

bāiz/ ‘rusak’ dalam bADM.

t. Kata /tuhib/ sebagai fi’l mudari‘ kadang berubah menjadi /tutiq/ ‘menyukai’ dalam bADM.

u. Kata /irtadi/ sebagai fi’l amar berubah menjadi /ilbis/ ‘pakailah’ dalam bADM.

v. Kata /zahaba/ sebagai fi’l madi berubah menjadi /rāha/ ‘pergi’ dalam bADM.

w. Kata /ada‘/ sebagai fi’l mudari‘ berubah menjadi /ahut/ ‘meletakkan’ dalam bADM.

x. Kata /nirkil/ digunakan di luar arti sesungguhnya yaitu ‘menendang’ sedangkan yang dimaksud oleh aktornya adalah ‘memarkir’.

y. Kata /wassil/ sebagai fi’l amar berubah menjadi /waddi/ ‘antar’ dalam bADM.

z. Kata /unzur/ sebagai fi’l amar berubah menjadi /bus/ ‘lihat’ dalam bADM.


(44)

aa. Kata /yastahiq/ sebagai fi’l mudari‘ berubah menjadi /yestahel/ ‘layak’ dalam bADM.

bb.Kata /nursil/ sebagai fi’l mudā berubah menjadi /nib‘at/ ‘mengoper’ dalam bADM.

cc. Kata /a‘tāny/ sebagai fi’l madi berubah menjadi /adāni/ ‘memberikan kepadaku’ dalam bADM.

dd.Kata /yantazir/ sebagai fi’l mudari‘ berubah menjadi /yistanna/ ‘menunggu’ dalam bADM.

ee. Kata /khajulah/ sebagai ism fi’l berubah menjadi /maksufah/ ‘malu’ dalam bADM.

ff. Kata /tukharribu/ sebagai fi’l mudari‘ berubah menjadi /tibawwiz/ ‘merusak’ dalam bADM.

3. 2. Variasi Fonologi bADM

Terdapat perbedaan pengucapan bunyi konsonan dalam bahasa Arab dialek Mesir dengan bahasa aslinya yaitu bahasa Arab fasih sebagai berikut:

Bunyi bahasa Arab fasih /q/ yang merupakan konsonan stop, uvular, tidak bersuara mengalami perubahan pengucapan menjadi /a/ yang merupakan konsonan stop, glottal, tidak bersuara dalam bADM, ctontohnya sebagai berikut:

a. Kata /qawi/ berubah menjadi /awi/ dalam bADM.

b. Kata /baqaratun/ berubah menjadi / dalam bADM. c. Kata /qamar/ berubah menjadi / dalam bADM.

Bunyi bahasa Arab fasih /s/ yang merupakan konsonan frikatif, interdental, tidak bersuara mengalami perubahan pengucapan menjadi /t/ yang merupakan konsonan stop, dental, tidak bersuara dalam bADM, contohnya sebagai berikut:


(45)

b. Kata /salasatun/ berubah menjadi /talatah/ dalam bADM. c. Kata /musalas/ berubah menjadi /mutalat/ dalam bADM.

Bunyi bahasa Arab fasih /z/ yang merupakan konsonan frikatif, interdental, tidak bersuara mengalami perubahan menjadi /z/ yang merupakan konsonan frikatif, alveolar, bersuara atau menjadi /d/ yang merupakan konsonan stop, dental, bersuara dalam bADM, contohnya sebagai berikut:

a. Kata /bazalat/ berubah menjadi /bizlit/ dalam bADM. b. Kata /tubaziru/ berubah menjadi /tibazar/ dalam bADM c. Kata

/

zahabun/ berubah menjadi /dahab/ dalam bADM. d. Kata /bazlah/ berubah menjadi /badlah/ dalam bADM.

Bunyi bahasa Arab fasih /j/ yang merupakan konsonan frikatif, palatal, bersuara mengalami perubahan menjadi G yang merupakan bunyi baru yang terdapat dalam bADM, contohnya sebagai berikut:

a. Kata /jamil/ berubah menjadi /gamil/ dalam bADM. b. Kata /hajar/ berubah menjadi /hagar/ dalam bADM. c. Kata /‘ilaj/ berubah menjadi /‘ilag/ dalam bADM.

Bunyi bahasa arab fasih /z/ yang merupakan konsonan frikatif, velarized, bersuara mengalami perubahan menjadi

/

d/ yang merupakan konsonan stop, velarized, bersuara atau menjadi /z/ yang merupakan konsonan frikatif, alveolar, bersuara dalam bADM, contohnya sebagai berikut:

a. Kata /zarf/ berubah menjadi /darf/ dalam bADM. b. Kata /zalim/ berubah menjadi /zalim/ dalam bADM.

3.3. Faktor penyebab munculnya bADM dalam bahasa Arab

Setiap bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat yang besar dan tinggal di tempat yang luas lambat laun mengalami perubahan sehingga membentuk variasi bahasa yang disebut dengan dialek. Begitu juga halnya dengan


(46)

Bahasa Arab yang terpengaruh dengan beberapa faktor sehingga dengan faktor-faktor tersebut muncul dialek-dialek yang begitu berbeda dengan bahasa aslinya, yaitu bahasa Arab fasih, dan salah satunya adalah bADM yang kemunculannya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:

1. Tersebarnya bahasa Arab ke dalam lingkungan non Arab.

Awal tersebarnya bahasa Arab itu terjadi pada masa kejayaan Islam yang dibawa oleh pemimpin-pemimpin negara Arab untuk melakukan ekspansi ke wilayah non Arab. Melalui ekspansi tersebut maka tersebarlah bahasa Arab ke dalam wilayah non Arab, salah satunya adalah negara Mesir.

Oleh karena Mesir merupakan salah satu negara non Arab yang dikuasai oleh negara Arab, maka pada saat itu Mesir yang awalnya menggunakan bahasa Mesir sebagai bahasa resmi mereka, beralih menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi. Hal itu disebabkan karena terjadinya arabisasi, dan bahasa arab yang digunakan di Mesir terpengaruh oleh bahasa Mesir sendiri, sehingga menimbulkan bahasa Arab dengan bADM.

2. Lemahnya pemerintahan Arab yang menyebabkan pecahnya pemerintahan tersebut.

Lemahnya pemerintahan Arab yang menyebabkan pecahnya pemerintahan yang pada mulanya dikuasai oleh satu pemerintahan. Setelah negara Arab melakukan ekspansi ke wilayah Asing maka wilayah-wilayah Asing itu bergabung menjadi satu di bawah pemerintahan Arab. Karena kawasan Arab yang

Pada saat runtuhnya pemerintahan Arab, masing-masing wilayah membentuk negaranya masing-masing. Termasuk negara Mesir yang membentuk negaranya menjadi Republik Mesir dipimpin oleh seorang presiden. Karena faktor ini, bermuncullah dialek-dialek baru dalam bahasa Arab salah satuny bADM yang muncul di Mesir dan digunakan di dua negara besar yaitu Mesir dan Sudan.

3. Perbedaan asal-usul, tradisi, kebiasaan dan adat istiadat masyarakat Arab.


(47)

Perbedaan asal usul, tradisi, kebiasaan dan adat istiadat masyarakat Arab mengakibatkan terjadinya perbedaan pengucapan. Setiap wilayah Arab mempunyai kebiasaan tersendiri dalam menggunakan istilah-istilah, sebagai contoh istilah dalam adat pernikahan dalam bahasa Mesir menggunakan kata /zifaf/ istilah tersebut tetap digunakan dalam bahasa Arab yang digunakan di Mesir.

Di samping adat istiadat, terdapat juga perbedaan tingkat pengetahuan, cara berfikir dan perasaan yang mempengaruhi munculnya istilah-istilah baru dalam bahasa Arab.

4. Perbedaan alat ucap yang disebabkan oleh perbedaan masyarakat

Perbedaan masyarakat menyebabkan perbedaan bahasa dan perbedaan bahasa dapat dilihat dari unsur-unsur kebahasaan yaitu sintaksis, morfologi, semantik dan fonologi. Faktor perbedaan alat ucap merupakan pembahasan antar fonologi bahasa.

Setiap bahasa mempunyai bunyi-bunyi yang membedakannya dengan bahasa lainnya, contohnya: Bahasa Arab memiliki bunyi /zad/ yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya, Sehingga bahasa Arab disebut dengan

/lugatu al-dādi/ ‘bahasa zād’.

Ketika bahasa Arab masuk ke Mesir bunyi bahasa Arab terpengaruh oleh bunyi-bunyi bahasa Mesir, di mana bangsa Mesir belum terbiasa dengan bunyi bahasa Arab. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pengucapan bunyi-bunyi bahasa Arab di dalam bADM.

5. Berubahnya arti kata sesuai dengan kapasitas penggunaannya.

Penggunaan suatu kata secara rutin mengakibatkan berubahnya fungsi kata yang pada mulanya mempunyai arti khusus. Contohnya sebagai berikut:

Kata

/

waladun/yang berarti ‘anak laki laki kecil’, berubah menjadi anak laki laki baik anak tersebut masih kecil atau sudah beranjak dewasa, sehingga merubah fungsinya yang khusus menjadi umum.


(48)

Kata /bintun/ yang berarti ‘anak perempuan kecil’, berubah menjadi anak perempuan baik anak tersebut masih kecil atau sudah dewasa, sehingga merubah fungsinya yang khusus menjadi umum.

6. Peralihan fungsi kata benda.

Banyak kata benda yang mengalami perubahan karena sesuatu yang dimaksud berubah fungsinya atau keadaannya. Contohnya sebagai berikut

Kata

ريشة

/risyatun/ yang pada masa lalu disebut untuk alat tulis, sedangkan saat ini hanya berarti bulu unggas.

Kata

قطار

/qitarun/ yang dulunya disebut untuk kumpulan unta yang digunakan dalam proses perpindahan berubah menjadi kereta api.

7. Masuknya kata-kata baru dari bahasa Asing ke dalam BABABADM.

BADM banyak terpengaruh dengan bahasa Asing, di antaranya bahasa Prancis, Turki, dan bahasa Inggris seperti halnya seluruh bahasa di dunia. Contohnya peneliti ambil dari film /yā anā yā khālatī/ ‘Aku dan aku’ sebagai berikut:

a. Kata /māmā/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘ibu’ b. Kata /bābā/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘ayah’

c. Kata /mersi/ diambil dari bahasa Prancis yang berarti ‘terima kasih’. d. Kata /stāil/ diambil dari bahasa Inggr is yang berarti ‘model’.

e. Kata /jākitah/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘jaket’. f. Kata /balkunah/ diambil dari bahasa Turki yang berarti ‘teras’. g. Kata /bāi-bāi/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘selamat

tinggal’.

h. Kata /al-kofer/ diambil dari bahasa Prancis yang berarti ‘salon’ i. Kata /taksi/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘mobil sewa’ j. Kata /tant/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘tante’


(49)

k. Kata /bād/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘buruk’.

l. Kata /diliveri/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘pesanan kirim’

m. Kata /ankel/ diambil dari bahasa Turki yang berarti ‘paman’. n. Kata /fanky/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘gaul’ o. Kata /misyu/ diambil dari bahasa Prancis yang berarti ‘guru’

p. Kata /rumansiyyah/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘romantis’.

q. Kata /al-mazikah/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘musik’. r. Kata /al-utubis/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘bis’ s. Kata /bāsyā/ diambil dari bahasa Turki yang berarti ‘bos’.

t. Kata /al-bulis/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘polisi’. u. Kata /al-almāz/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘mas’. v. Kata /al-falsu/ diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘palsu’. w. Kata /sorry/ yang diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘maaf’. x. Kata /gāz/ yang diambil dari bahasa Inggris yang berarti ‘gas’.

8. Masuknya bunyi-bunyi baru dari bahasa Asing ke dalam sebagian dialek Arab.

Terdapat bunyi dua huruf yang pada mulanya tidak terdapat di dalam bunyi-bunyi bahasa Arab, akan tetapi bunyi tersebut digunakan dalam bADM, yaitu bunyi huruf G dan E.

9. Masuknya tata bahasa baru dari bahasa Asing ke dalam bADM

BADM banyak terpengaruh dengan bahasa Asing yang merupakan bahasa bangsa-bangsa yang pernah berinteraksi dengan bangsa Mesir, seperti kata-kata berikut yang ditemukan oleh peneliti saat mendngar dialog film /yā


(50)

1. Adanya tambahan huruf

/

jim/ dan / pada sebagian kata-kata khususnya yang menunjuk /hirfah/ ‘pekerjaan’ contohnya:

Kata /‘arbajy/ yang berarti ‘tukang gerobak’.

Kata /maslahjy/ yang berarti ‘tukang memanfaatin orang’.

2. Masuknya kata di tengah-tengah /mudāf wa mudaf ilaihi/ contohnya:

Kata /bitā‘/ ‘punya’ yang pada bahasa Arab fasih adalah /matā‘/ ‘punya’

3. Masuknya cara baru dalam fi’l mudari‘ yaitu dengan tambahan huruf /. Contohnya:

a. Kata

بيكتب

/biyiktib/ yang artinya ‘sedang menulis’. b. Kata /biyinsa/ yang artinya ‘sedang lupa’.

c. Kata /bitusi/ yang artinya ‘sedang memberi pesan’. d. Kata /biyikrah/ yang artinya ‘membenci’.

e. Kata /biyihibb/ yang artinya ‘mencintai’. f. Kata /biyudafi‘/ yang berarti ‘membela’ g. Kata /biyusā‘id/ yang berarti ‘membantu’ h. Kata /biyākhuz/ yang berarti ‘mengambil’.

i. Kata /biyusāfir/ yang berarti ‘sedang berangkat’. j. Kata /biyiqra/ yang berarti ‘membaca’

k. Kata /biyisyuf/ yang berarti ‘melihat’. l. Kata /biyirusy/ yang berarti ‘menyiram’. m. Kata /biyiākul/ yang berarti ‘memakan’. n. Kata /biyisma‘/ yang berarti ‘mendengar’. o. Kata /biyifham/ yang berarti ‘mengerti’. p. Kata /biyisyil/ yang berarti ‘mengangkat’. q. Kata /biyisyrab/ yang berarti ‘meminum’.


(51)

r. Kata /biyidakhkhan/ yang berarti ‘merokok’. s. Kata /biyidhak/ yang berarti ‘ sedang tertawa’

t. Kata /biyi‘zif/ yang berarti ‘memainkan’ kata ini khusus digunakan untuk musik.

4. Mengundurkan /isim isyarah/ dan mendahulukan /musyar ilaihi/ contohnya:

a. Kata

الولد دا

/al-walad dā/ yang dalam bahasa Arab fasih adalah

/hādā al-walad/ ‘anak ini’

b. Kata /al-wiliyyah di/ yang dalam bahasa Arab fasih adalah

- h/ ‘wanita ini’.

c. Kata /al-rājil dā/ yang dalam bahasa Arab fasih adalah

/hāzā al-rajul/ ‘pria ini’

d. Kata /al-wilād dul/ yang dalam bahasa Arab fasih adalah / -aulād/ ‘anak-anak ini’.

e. Kata /al-musykilah dy/ yang dalam bagasa Arab fasih adalah /hazhi al-mushkilatu/ ‘masalah ini’.

f. Kata - / yang dalam bahasa Arab fasih adalah

- / ‘persoalan ini’.

g. Kata /al-tuhfah dy/ yang dalam bahasa Arab fasih adalah /hazihi altuhfati/ ‘antik ini’.

h. Kata /al-jamā‘ah dul/ yang dalam bahasa Arab fasih

adalah -jama‘ah/ ‘kumpulan ini’.

i. Kata /al-weliyyah dy/ yang dalam bahasa Arab fasih adalah

- / ‘wanita ini’.

j. Kata /al-hukumah dy/ yang dalam bahasa arab fasih adalah /hazihi al-hukumati/ ‘pemrintahan ini’.


(52)

k. 5.Menggunakan /al-tasgir/ secara berlebihan dan di luar kebutuhannya contohnya:

l. Kata

/

sugayyar/ diucapkan dalam bahasa Arab fasih

/

sagir/ yang berarti ‘kecil’

m. Kata /usayyar/ diucapkan dalam bahasa Arab fasih /qasirun/yang berarti ‘pendek’.

n. 6.Penambahan huruf

شين

/syin/ untuk memastikan suatu bantahan contohnya:

o. Kata /mātkhfisy/ dalam bahasa Arab fasih diucapkan

/lā takhāfy/ yang berarti ‘jangan takut’.

p. Kata /mātakhudsyi/ dalam bahasa Arab fasih diucapkan

/lā t u/ yang berarti ‘ jangan kau ambil’.

q. Kata /māqafaltusy/ dalam bahasa Arab fasih diucapkan /lam uqfil/ yang berarti ‘tidak aku tutup’.

r. Kata /māraddaytisy/ dalam bahasa Arab fasih diucapkan /lam taruddy/ yang berarti ‘tidak kau jawab’

s. Kata /mā syufnahāsy/ dalam bahasa Arab fasih diucapkan

/lam narāhā/ ‘kami tidak melihat’.

t. Kata /ma ydkhulsyi/ dalam bahasa Arab fasih diucapkan

/lā yadkhul/ ‘tidak masuk’.

u. Kata /mā gāsy/ dalam bahasa Arab fasih diucapkan / ‘tidak datang’.

v. Kata /mā msyitysy/ dalam bahasa Arab fasiah diucapkan adalah /lam amsyi/ ‘aku tidak berjalan’.

w. Kata /ma ‘uztysy/ dalam bahasa Arab fasih diucapkan adalah /lam urid/ ‘aku tidak ingin’

x. Kata /ma yisahhisy/ dalam bahasa Arab fasih adalah


(53)

y. Kata

ماتخبطش

/ma tkhabbatsyi/ dalam bahasa Arab fasih adalah

/lā taduqqu/ ‘jangan kau gedor’.

z. Kata /mā thasibsyi/ dalam bahasa Arab fasih adalah

/lā tuhāsib/ ‘jangan kau hitung’.

aa. Kata /mā fisy/ dalam bahasa Arab fasih adalah /lā yujadu/ ‘tidak ada’.

bb.Kata /ma titakharsy/ dalam bahasa Arab fasih adalah / ‘ jangan kau telat’.

cc. Kata /mā wafiqtisy/ dalam bahasa Arab fasih adalah /lam tuwafiq/ ‘jangan setuju’.

dd.Kata /mā qultisy/ dalam bahasa Arab fasih adalah /lam taqul/ ‘jangan kau katakan’.

ee. Kata /mā yifhamsy/ dalam bahasa Arab fasih adalah /lam yafham/ ‘tidak mengerti’.

10. Hilangnya sebagian kata-kata akibat kurang penggunaannya.

Terdapat bebrapa kata-kata yang tidak digunakan lagi dalam bahasa Arab, hal tersebut dikarenakan beratnya kata tersebut saat diucapkan. Contohnya:


(54)

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pada bab terakhir ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan dari pembahasan yang disesuaikan dengan hasil analisis yang telah peneliti lakukan. Adapun kesimpulan yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut:

1. analisis dialek merupakan salah satu dimensi analisis bahasa di bawah disiplin ilmu linguistik. Pada dasarnya analisis tentang dialek merupakan analisis tentang bagian bahasa tersebut.

2. bebrapa perbedaan dialek yang dapat dijumpai dengan bahasa aslinya, yaitu:

a. Perbedaan isim dengan jumlah 68 buah b. Perbedaan harf dengan jumlah 4 buah. c. Perbedaan fi‘l dengan jumlah 53

3. Masuknya tata bahasa baru yang dapat dijmpai dengan bahasa aslinya, yaitu:

a. Penambahan huruf /syin/ pada akhir kata dengan jumlah 17 buah. b. Penambahan huruf /ba/ pada fi‘l mudari‘ dengan jumlah 20 buah. c. Masuknya bahasa Asing ke dalam dialek Mesir dengan jmlah 22 buah

4.2. Saran

Sebagai salah satu bentuk analisis dialek bahasa, peneliti berharap analisis dialek dapat berkembang dan dikembangkan oleh mahasiswa/i program studi bahasa Arab. dengan analisis dialek, mahasiswa dapat mengembangkan intelekualitasnya dengan melakukan analisis terhadap berbagai dialek yang merupakan bagian dari bahasa Arab.


(55)

(56)

s


(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)