Hubungan Fear Of Success Dengan Motivasi Berprestasi Pada Wanita Bekerja Di Medan

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh: TRI AYU ARIMBI

061301126

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi USU Medan.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Chairul Yoel, Sp.A.(K), selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Eka Danta Jaya Ginting, S.Psi, psikolog, M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas ilmu, arahan, saran dan kritik yang telah diberikan kepada saya selama pengerjaan penelitian ini.

3. Kepada orang tua saya: papa dan mama yang selalu memberi dukungan moril, semangat, dan doa. Kepada mbak inggrid, mbak ulan dan mas wendy yang membantu menyebarkan skala saya serta memberi dukungan dalam pengerjaan skripsi ini.

4. Untuk Yayik, Mela, Ela, dan Desta yang selalu ada untuk memberi semangat serta emotional support dalam pengerjaan skripsi saya. 5. Untuk Andrei Kurnia yang memotivasi saya untuk selalu tetap


(3)

6. Untuk Bagus yang mau direpotin membantu membuat abstrak dan pdf-kan skripsi saya.

7. Untuk Bang Tony, Bang Furqon, Jerry, dan seluruh teman-teman angkatan 2006 terimakasih atas saran, bantuan, kritik, dan juga dukungannya.

8. Untuk Rida, Surya, Kak Arum, Kak Alya, Kak Endang, Suri, Nita dan semua teman-teman yang sudah membantu menyebarkan skala saya. 9. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Psikologi Sumatera Utara

yang telah banyak membantu penulis dalam membimbing serta mengurus administrasi sidang.

10.Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi rekan-rekan semua.

Medan, 21 Maret 2010


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah...8

C. Tujuan Penelitian...8

D. Manfaat Penelitian...8

E. Sistematika Penulisan...9

BAB II. LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi………..……….………...11

1.Definisi Motivasi Berprestasi……….…...11

2. Karakteristik Motivasi Berprestasi……….…...12

3. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Motivasi Berprestasi...14

B. Fear of success…………..……….…………15 1. Definisi Fear of success...……….……….15

2.Aspek-Aspek fear of success………...16

C . Wanita Bekerja ………..………...17


(5)

D. Hubungan Fear of Success dengan Motivasi Berprestasi pada wanita

bekerja ...17

BAB III. METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian………...………...24

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian………...………….…...24

C. Populasi Dan Metode Pengambilan Sampel……….…...25

1. Populasi dan Sampel ...………...25

2. Metode Pengambilan Sampel……….…………...26

D. Alat Ukur yang Digunakan……….………...27

1. Alat Ukur…………..………...………...27

2. Uji Validitas dan Reliabilitas………...32

a. Uji Validitas………...32

b. Uji Reliabilitas Alat Ukur………...33

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur………...34

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian………...38

1. Persiapan Penelitian………...………...38

2. Pelaksanaan Penelitian………...39

3. Tahap Pengolahan Data ...39

F. Metode Analisa Data………...………... 39

BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A.Analisa Data...41

1.Gambaran Umum Subjek Penelitian... ...41


(6)

b. Status Pernikahan ...42

c.Lama Bekerja ...42

2.Hasil Penelitian...43

a. Uji Asumsi ...43

b. Uji Hipotesis ...45

c. Hasil Tambahan...47

1).Gambaran Skor Motivasi Berprestasi…...48

2).Gambaran Skor Fear of Success...49

B. Pembahasan...50

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...55

B. Saran...56

DAFTAR PUSTAKA...59


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Blueprint Skala Motivasi Berprestasi ...29

Tabel 2 Blueprint Skala Fear of Success...31

Tabel 3 Aitem dengan Daya Beda Tinggi Skala Motivasi Berprestasi... 35

Tabel4 Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi untuk pengambilan data...36

Tabel 5 Aitem dengan Daya Beda Tinggi Skala Fear of Success………...37

Tabel 6 Distribusi Aitem Skala Fear of success untuk pengambilan data…...37

Tabel 7 Gambaran Subyek Berdasarkan Tingkat Pendidikan...41

Tabel 8 Gambaran Subyek Berdasarkan Status Pernikahan...42

Tabel 9 Gambaran Subyek Berdasarkan Lama Bekerja...42

Tabel 10 One Sample Kolmogorof-Smirnov Test...44

Tabel 11 Linearitas hubungan fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan……...45

Tabel 12 Analisis Regresi Sederhana………...46

Tabel 13 Hasil Analisis Regresi ...………47

Tabel 14 Gambaran data Motivasi Berprestasi ...48

Tabel 15 Kategorisasi data Empirik Motivasi Berprestasi ...……...49

Tabel 16 Gambaran data Fear of success.……….49


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Alur Berpikir penelian ...22


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Data mentah Try out dan Relibilitas ... 62 Lampiran B Data mentah penelitian dan Hasil utama penelitian ... 78 Lampiran C Skala Try out dan Skala Penelitian ... 87


(10)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Partisipasi wanita saat ini bukan sekedar menuntut persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat Indonesia. Melihat potensi wanita sebagai sumber daya manusia maka upaya menyertakan wanita dalam proses pembangunan bukan hanya merupakan perikemanusiaan belaka, tetapi merupakan tindakan efisien karena tanpa mengikutsertakan wanita dalam proses pembangunan berarti pemborosan dan memberi pengaruh negatif terhadap lajunya pertumbuhan ekonomi (Yusuf, 2006). Dunia pekerjaan yang profesional bisa menambahkan banyak wawasan berharga dan lingkup pergaulan yang lebih luas. Hal ini sangat bermanfaat bagi pengembangan diri, ajang memperluas wawasan dan pengaktualisasian diri wanita. Setiap manusia pasti mempunyai kebutuhan akan aktualisasi diri dan menemukan makna hidupnya melalui aktivitas yang dijalaninya. Bekerja adalah salah satu sarana yang dapat digunakan oleh manusia dalam menemukan makna hidupnya. Kebutuhan akan aktualisasi diri melalui karir dalam pekerjaan merupakan salah satu pilihan yang banyak diambil oleh para wanita jaman sekarang, terutama dengan makin terbukanya kesempatan untuk meraih jenjang karir yang lebih tinggi sebagai bagian dari proses pencapaian kepuasan diri (Dirgantari, 2007).

Saat ini wanita yang sukses atau seorang wanita yang memegang jabatan yang tinggi merupakan suatu hal yang wajar, bahkan beberapa negara pernah


(11)

memiliki presiden dan menteri seorang wanita, termasuk Indonesia (Kiong, 2008). Dengan perkembangan zaman dan pendidikan yang semakin tinggi, maka wanita yang berminat untuk memasuki dunia kerja untuk menunjukkan eksistensi dan keberadaannya makin meningkat. Sejalan dengan pernyataan sebelumnya berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama Agustus 2006 hingga Agustus 2007 jumlah pekerja perempuan bertambah 3,3 juta orang sedangkan pekerja pria hanya mengalami peningkatan sebesar 1,1 juta orang. Di Sumatera Utara khususnya pada tahun 1999, jumlah angkatan kerja wanita sebanyak 701.964, tahun 2002 angkatan kerja wanita menurun menjadi 636.701, lalu pada tahun 2005 mengalami peningkatan kembali menjadi 743.927.

Jumlah wanita pencari kerja akan semakin meningkat di sebagian wilayah dunia. Peningkatan keterlibatan wanita di dalam kegiatan ekonomi ditandai dengan dua proses, yaitu: Pertama, peningkatan dalam jumlah perempuan yang terlibat dalam pekerjaan di luar rumah tangga. Kedua, peningkatan dalam jumlah bidang pekerjaan yang dapat dimasuki oleh perempuan. Bidang–bidang yang sebelumnya didominasi oleh pria mulai dimasuki bahkan didominasi oleh perempuan. Gejala ini memperlihatkan semakin terbukanya bagi perempuan untuk keluar dari arena domestik dan bekerja di luar rumah (Aji, Romadoni, dan Wibowo, 2009). Tren wanita bekerja dari jaman dulu sudah ada tetapi karena tingkat pendidikan saat ini lebih tinggi, maka variasi pekerjaan yang dapat dilakukan kaum wanita itu pun lebih banyak. Variasi pekerjaan wanita bisa terlihat dengan banyaknya bidang pekerjaan yang dulunya hanya dikerjakan laki-laki sekarang juga dikerjakan oleh wanita (Chaerunnisa, 2008).


(12)

Hasil penelitian Poerwandari menyebutkan wanita (responden) ingin tetap bekerja, karena pekerjaan memberikan banyak arti bagi diri: mulai dari dukungan finansial, mengembangkan pengetahuan dan wawasan, memungkinkan aktualisasi kemampuan, memberikan kebanggaan diri dan kemandirian (meskipun penghasilan suami mencukupi), serta memungkinkan subyek mengaktualisasikan aspirasi pribadi lain yang mendasar (seperti) memberi rasa ’berarti” sebagai pribadi, memberikan manfaat untuk lingkungan/orang lain, maupun memenuhi esensi hidup sebagai manusia (Yusuf, 2006).

Kesadaran untuk lebih maju dan mengaktualisasikan diri juga timbul

dalam diri wanita, dimana pada “Era of change” ini mereka terdorong untuk dapat menunjukkan diri mereka seutuhnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki. Dengan adanya kemampuan yang dimiliki oleh wanita, mereka berusaha menampilkan performansi kerja yang baik sehingga dapat berprestasi pada pekerjaannya (Chaerunnisa, 2008). Dorongan untuk berprestasi dikenal sebagai motivasi berprestasi. Mc.Clleland (dalam Robins & Judge, 2007) menyatakan individu dengan motivasi berprestasi tinggi membedakan diri mereka dari individu lain menurut keinginan mereka untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik. Motivasi berprestasi menjadi komponen penting dalam dunia bekerja, ditambah lagi semakin terbukanya kesempatan wanita untuk meraih jenjang karir yang lebih tinggi (Devianty, 2007).

Peran transisi wanita sebagai tenaga kerja yang turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) sering berseberangan dengan pandangan sebagian besar masyarakat yang masih beranggapan bahwa tempat wanita adalah di rumah


(13)

tangga, atau meskipun ia bekerja diluar rumah, ia harus mengutamakan perannya dirumah (Yusuf, 2006). Hal ini sejalan dengan pendapat Petri (1991) yang menyatakan bahwa sebenarnya wanita memiliki kemampuan untuk berprestasi, namun kemauan berprestasi mereka dikurangi oleh pandangan masyarakat yang negatif tentang kesuksesan bagi wanita. Menurut Sihite (2007) seorang wanita diharapkan untuk tampil dan bertingkah laku feminim, antara lain hangat, lembut, dan peka terhadap perasaan orang lain, berorientasi pada keluarga dan anak, submisif, mengalah dan tergantung pada orang lain. Sebaliknya seorang pria diharapkan bertingkah laku maskulin seperti tidak kompetitif, berorientasi pada pekerjaan, ambisius, dan sebagainya.

Keadaan wanita harus pandai-pandai membagi dirinya antara bekerja di luar rumah dan dipekerjaannya dikenal dengan sebutan peran ganda wanita. Peran ganda wanita justru menempatkannya pada posisi yang tertekan karena beban tugas yang ditanggungnya semakin berat. Walaupun mereka sekarang diterima keberadannya di tempat kerja, wanita sering mengalami konflik antara perannya sebagai pekerja dan peran sebagai orang tua dan istri, karena persepsi bahwa mereka seharusnya berpartisipasi lebih banyak dirumah dan keluarga daripada pekerjaan (Desmita, 2005).

Menurut Budiman (dalam Nauly, 2003), konsep peran ganda wanita ini merupakan pandangan yang dominan dikalangan pejuang emansipasi wanita di Indonesia. Jika wanita harus membagi hidupnya menjadi dua, satu disektor domestik (urusan rumah tangga) dan satu lagi disektor publik (bekerja) maka menurut beliau laki-laki yang mencurahkan perhatian sepenuhnya pada sektor


(14)

publik akan selalu memenangkan persaingan di dunia kerja. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, di satu sisi mereka akan terdorong untuk menetapkan tujuan yang penuh tantangan serta menggunakan ketrampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapainya, namun di sisi lain mereka harus menerima konsekuensi negatif dari kesuksesan yang dicapainya. Konsekuensi negatif yang mereka terima akan memunculkan konflik dan kecemasan pada diri mereka sehingga timbul keinginan untuk menghindari sukses.

Menurut Lida (dalam Nauly, 2003), para wanita dewasa muda yang memiliki pendidikan tinggi mengalami konflik antara gambaran diri mereka sebagai individu yang mampu berkarya dengan harapan masyarakat terhadap mereka. Orientasi berprestasi pada diri mereka dipandang masyarakat sebagai suatu hal yang bersifat kelaki-lakian (maskulin). Keadaan ini menyebabkan mereka sepertinya terjebak antara usaha untuk berprestasi dengan bayangan diri mereka sebagai wanita. Apabila mereka mengikuti keinginan untuk terus berkarir dan berprestasi, akan timbul kecemasan terhadap penilaian masyarakat dan kecemasan akan kehilangan sifat kewanitaanya.

Di samping kendala yang diberikan masyarakat, ada hal lain yang juga menjadi hambatan dalam diri wanita bekerja berdasarkan angket majalah Femina (dalam Nauly, 2003) yaitu merupakan kecemasan bahwa keluarganya akan terlantar jika ia sukses dalam berkarir. Hal ini sejalan dengan pandangan para ahli bahwa hambatan wanita untuk mencapai jenjang karir ini disebabkan karena aspirasi dan motivasi kerja wanita yang masih sering diwarnai faktor-faktor sosial


(15)

budaya (Sadli dalam Nauly, 2003), karena di dalam masyarakat masih ada suatu paradoks antara de yure dan de facto tentang kedudukan wanita (Suratijah dalam Nauly, 2003).

Paradoks kedudukan wanita dan tuntutan sosial budaya terhadap kaum wanita untuk selalu bersikap dan berperilaku berpusat pada keluarganya inilah yang sering menimbulkan konflik pada diri wanita yang bekerja, yaitu konflik antara idealnya wanita secara budaya dan wanita sebagai sumber daya manusia (Devianty, 2007). Konflik ini sering membuat wanita karir lebih memilih menghindari sukses, karena wanita merasa dirinya cenderung mendapat tekanan sosial sehingga ia merasakan suatu kecemasan, perasaan bersalah, merasa tidak feminin, dan mementingkan diri sendiri (Devianty, 2007).

Sejak kecil, si wanita sebagai penganut budaya masyarakat tertentu menerima pengaruh yang terus-menerus tentang keberadaannya, dimana kemudian ia mendapatkan gambaran sekaligus belajar untuk berperilaku sesuai dengan peran atau kedudukannya sebagai wanita ditengah budaya tersebut. Serangkaian atribut kepribadian yang meliputi sikap dan juga pola perilaku yang dianggap cocok bagi pria dan wanita yang dikaitkan dengan ciri feminin dan ciri maskulin dikenal dengan istilah peran jenis kelamin (Jenkins & Macdonal dalam Nauly, 2003).

Nilai-nilai dan peranan yang diharapkan masyarakat menuntut mereka untuk tampil sesuai dengan peran jenis kelamin tertentu. Harapan ini terinternalisasikan oleh mereka, sehingga bila mereka memiliki dorongan atau motif tertentu, namun tidak sesuai dengan harapan masyarakat, timbul suatu


(16)

kecemasan yang mencegah mereka untuk menampilkan keinginannya (Cook & Chandler dalam Petri, 1991).

Pernyataan sebelumnya diperkuat dengan pernyataan Horner yang menghubungkan tampilnya fear of success dengan adanya tekanan-tekanan dari lingkungan sosial dan peran jenis kelamin yang berlaku di masyarakat (Larkin dalam Nauly, 2003). Tekanan dari lingkungan sosial ini menjadi dasar sumber kecemasan terhadap prestasi. Fear of success diartikan sebagai suatu disposisi takut sukses, karena kesuksesan diperkirakan akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif, seperti penolakan sosial dan hilangnya sifat-sifat feminin (Horner dalam Petri, 1991).

Kehadiran fear of success pada wanita bekerja menunjukkan

kecenderungan menuju prestasi yang dihambat oleh sumber dari disposisi kecemasan yaitu berupa konsekuensi negatif yang mereka percaya mengikuti kesuksesan yang diharapkan. Kesuksesan yang diraihnya sering diikuti oleh pandangan lingkungan bahwa ia tidak sesuai dengan citranya sebagai wanita dan hal ini ditampilkan dalam bentuk penolakan sosial dari lingkungan (Cook & Chandler dalam Petri, 1991). Pernyataan sebelumnya diperkuat oleh hasil penelitian Adibah (2008) yang menemukan bahwa ketika seorang wanita mengalami fear of success yang tinggi maka motivasi berprestasinya akan rendah, begitu juga sebaliknya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melihat hubungan fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan.


(17)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam peneltian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hubungan antara fear of success dengan motivasi berprestasi? 2. Bagaimanakah perbandingan antara data empirik dan data hipotetik pada variabel fear of success dan motivasi berprestasi?

3. Bagaimanakah tingkat fear of success dan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan?

C. Tujuan Penelitian

Dari uraian di atas secara spesifik tujuan yang ingin diketahui adalah mengetahui hubungan fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu psikologi, khususnya dibidang Psikologi Industri dan Organisasi, terutama mengenai hubungan fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja dan memberikan sumbangan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menjawab permasalahan yang terjadi pada perusahaan terutama yang berkaitan dengan tenaga kerja wanita.


(18)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pembaca serta penguna jasa wanita bekerja tentang hambatan motivasi berprestasi yang dirasakan wanita bekerja.

Selain itu juga dapat memberikan sumbangan informasi tentang data tingkat fear of success wanita bekerja di Kota Medan.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris tentang kinerja wanita bekerja dalam kaitannya dengan motivasi berprestasi, serta memberikan masukan ataupun acuan kepada pengguna jasa wanita bekerja untuk menciptakan suasana kerja yang lebih kondusif agar meminimalisir munculnya fear of success.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Bab ini terdiri dari definisi Motivasi Berprestasi, karateristik motivasi berprestasi, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, definisi fear of success, aspek-aspek fear of success, dan definisi wanita bekerja dan Hubungan fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja.


(19)

BAB III Metode Penelitian

Bab ini terdiri dari identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data.

BAB IV Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari uraian singkat gambaran subjek penelitian, hasil analisa data, hasil analisa tambahan dan pembahasan.

BAB V Kesimpulan dan Saran


(20)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi

1. Definisi Motivasi berprestasi

Menurut Mc. Clelland (1987) motivasi berprestasi adalah sebuah kebutuhan untuk dapat bersaing atau melampaui standar pribadi. Biasanya kebutuhan ini tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai prestasi sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan baik bersifat intrinsik dan ekstrinsik (Mc.Clleland dalam Siagian, 2004).

Atkinson (dalam Sumantri, 2001) menyatakan motivasi berprestasi merupakan suatu kepedulian terhadap kompetisi dan keinginan untuk hidup berdasarkan suatu standar keunggulan dapat berupa prestasi yang dimiliki sendiri ataupun prestasi orang lain.

Berdasarkan teori Murray, Mc.Clelland, Atkinson (dalam Petri, 1991), Menurut model expectancy-value, perilaku berprestasi ditentukan oleh interaksi dari motif untuk sukses, motif menghindari kegagalan dan motif ekstrinsik. Kecenderungan untuk mencapai sukses dipandang sebagai hasil dari motif untuk meraih sukses, kemungkinan untuk sukses dan nilai insentif dari sukses itu sendiri.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mencapai suatu keberhasilan ataupun keunggulan dengan mempertimbangkan standar yang harus dicapai baik


(21)

bersifat intrinsik maupun ekstrinsik serta bertujuan untuk memperoleh nilai insentif kesuksesan.

2. Karakteristik Motivasi Berprestasi

Ada beberapa karakteristik dari individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut Mc.Clelland (1987), yaitu:

a. Menyukai tugas yang memiliki tantangan dengan taraf moderat

Orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi lebih memilih untuk mengerjakan tugas yang menantang dengan taraf moderat yang menjanjikan kesuksesan. Mereka tidak suka untuk bekerja pada tugas yang terlalu mudah, dimana tidak ada tantangan dan tidak ada kepuasan dari kebutuhan berprestasi mereka tetapi mereka juga tidak menyukai tugas yang terlalu susah dimana mereka akan mendapatkan kesuksesan yang rendah. Mereka realistis dalam tugasnya, pekerjaan, dan kecakapan yang mereka pilih. Mereka dapat menyesuaikan kemampuan mereka dengan tuntutan kerja yang ada.

b. Bertanggungjawab atas performa kerja secara personal

Orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memilih bertanggungjawab sendiri atas performa kerjanya, karena dalam posisi ini mereka mendapatkan kepuasan setelah melakukan sesuatu yang baik. Mereka akan cenderung menyelesaikan tugas-tugasnya dengan tuntas dan selalu ingat pada tugas yang belum terselesaikan. Mereka akan fokus pada peningkatan performa secara personal tanpa memperhatikan prestasi tersebut berpengaruh atau tidak berpengaruh pada orang lain.


(22)

c.Menyukai umpan balik

Orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menyukai bila performa mereka dibandingkan dengan orang lain. Mereka memerlukan umpan balik yang segera, tepat, dan jelas dari hasil-hasil yang dikerjakannya. Umpan balik menunjukkan seberapa baik mereka telah bekerja. Mereka selalu mengontrol hasil kerja mereka karena tidak suka mengambil resiko untuk gagal.

d. Inovatif

Orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi juga selalu berusaha untuk melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dari sebelumnya dan efisien untuk mencapai tujuannya. Mereka menghindari segala sesuatu yang bersifat monoton yang membuat mereka cepat bosan. Mereka senang mencari informasi secara berkala agar menemukan cara yang baru untuk menyelesaikan tugas dengan baik.

e. Ketahanan

Orang dengan kebutuhan berprestasi tinggi memiliki kecenderungan untuk tahan lama dalam mengerjakan tugas dengan level kesulitan yang berbeda. Mereka akan terus bertahan dan berusaha memecahkan masalah pekerjaan sampai waktunya habis karena mereka tertarik untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka memandang karir berhubungan atau mencerminkan karakteristik personal (seperti intelegensi), dimana melibatkan keinginan untuk maju dan lebih baik lagi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lima karakteristik dari individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut Mc.Clelland (1987), yaitu: menyukai tugas dengan taraf moderat dimana mereka tidak ingin


(23)

mendapat resiko yang terlalu besar dan pula tidak terlampau rendah, bertanggungjawab atas performa kerja secara personal agar mereka mendapatkan kepuasan setelah melakukan sesuatu yang baik, menyukai meneriman umpan balik dari hasil-hasil yang dikerjakannya, inovatif dimana selalu berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dan efisien untuk menyelesaikan pekerjaannya serta ketahanan kerja yang tinggi dalam melakukan tugasnya.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, yaitu:

a. Usia

Schultz & Sydney (1993) mengatakan bahwa usia dapat mempengaruhi motivasi berprestasi mengalami perubahan sesuai dengan usia individu tersebut. motivasi berprestasi individu tertinggi pada usia 20-30 tahun, dan mengalami penurunan setelah usia pertengahan (middle age).

b. Jenis kelamin

Prestasi yang tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas, sehingga banyak wanita yang tidak menunjukkan prestasinya secara maksimal khususnya jika wanita tersebut berada diantara para pria (Fernald & Fernald dalam Morgan, 1986). Morgan (1986) menyatakan bahwa adanya perbedaan jenis kelamin dalam menampilkan karakterisik perilaku berprestasi. Hal ini terjadi karena wanita memiliki motif yang dikenal dengan fear of success.


(24)

c. Fear of success

Menurut hasil penelitain Adibah (2008) hubungan motivasi berprestasi dan fear of success bersifat negatif, artinya semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang maka semakin rendah fear of success-nya dan semakin rendah motivasi berprestasi semakin tinggi fear of success.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan diri kepada faktor kedua dan ketiga., dimana wanita tidak menampilkan karakterisik perilaku berprestasi layaknya laki-laki karena memiliki fear of success, serta meneliti ulang hasil penelitian Adibah (2008) tentang hubungan fear of success dan motivasi berprestasi dengan karakteristik sampel yang berbeda.

B. Fear of success

1. Definisi fear of success

Fear of success merupakan suatu bentuk perilaku yang berkaitan dengan perilaku wanita dalam situasi prestasi yang kompetitif.

Motif ini diartikan sebagai suatu disposisi takut sukses, karena kesuksesan diperkirakan akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif, seperti penolakan sosial dan hilangnya sifat-sifat feminin (Horner dalam Petri, 1991).

Fear of success merupakan disposisi stabil yang diperoleh pada awal kehidupan seseorang yang berkaitan dengan standar identitas jenis kelamin (Zukerman dalam Feldman, 1992).

Pappo (dalam Nauly, 2003) mendeskripsikan bahwa fear of success ini dapat dilihat sebagai suatu keadaan psikologis yang berupa kelumpuhan,


(25)

penarikan diri yang dilakukan secara sadar terhadap tujuan objektif dan subyek tifnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fear of success adalah perilaku menghindari kesuksesan untuk menghindari konsekuensi negatif yang timbul akibat kesuksesan tersebut serta diwujudkan dalam penarikan diri terhadap tujuan objektif dan subyek tifnya.

2. Aspek- aspek fear of success

Menurut Shaw dan Costanzo (1982), ada tiga aspek fear of success yaitu: a. Loss of feminity atau ketakutan akan kehilangan feminimitas, dalam hal ini, kehilangan feminimitas berarti sebagai hilangnya sifat kewanitaan dalam bentuk

kekurangmampuan seorang wanita menunjukkan sifat-sifat feminin,

kekurangmampuan untuk menjadi istri dan ibu yang baik dan kurang dapat menjalankan peran sebagai wanita dalam rumah tangga.

b. Loss of special self esteem atau ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial. Hilangnya penghargaan sosial diartikan sebagai ketiadaan atau kurangnya penghargaan masyarakat terhadap diri wanita yang sukses, karena ia tidak menampilkan sifat yang feminin.

c. Social rejection atau ketakutan akan penolakan sosial. Bentuk penolakan sosial ini kurang atau tidak diikutsertakannya wanita sukses dalam kegiatan kelompok, kurang disenangi oleh teman-temannya baik pria maupun wanita. Berdasarkan uraian diatas dapat diartikan wanita tersebut ditolak oleh lingkungan.

Shaw dan Costanzo (1982), menyimpulkan bahwa fear of success tidak disadari oleh wanita dan merupakan hasil dari proses sosialisasi yang spesifik


(26)

pada wanita. Proses sosialisasi ini mengarahkan wanita terhadap antisipasi akan kehilangan feminimitasnya (loss of feminimity). Kehilangan feminimitas ini mengarahkan wanita untuk menjadi takut jika mendekati keberhasilan dan memperkirakan akan kehilangan penghargaan sosial (loss of social rejection) serta mengantisipasi adanya penolakan sosial (social rejection) yang diakibatkan oleh kesuksesannya.

C. Wanita Bekerja

1. Definisi Wanita bekerja

Menurut Beneria, wanita bekerja adalah wanita yang menjalankan peran produktifnya (dalam Rini, 2002). Wanita dapat dikategorikan kedalam dua peran, yaitu peran reproduktif dan peran produktif. Peranan reproduktif mencakup peranan reproduksi biologis (pelahiran) sedangkan peranan produktif adalah peranan dalam bekerja yang menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomis (economically actives).

D. Hubungan fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja

Partisipasi wanita saat ini bukan sekedar menuntut persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat Indonesia. Melihat potensi wanita sebagai sumber daya manusia maka upaya menyertakan wanita dalam proses pembangunan bukan hanya merupakan perikemanusiaan belaka, tetapi merupakan tindakan efisien karena tanpa


(27)

mengikutsertakan wanita dalam proses pembangunan berarti pemborosan dan memberi pengaruh negatif terhadap lajunya pertumbuhan ekonomi (Yusuf, 2006). Bekerja adalah salah satu sarana yang dapat digunakan oleh manusia dalam menemukan makna hidupnya. Kebutuhan akan aktualisasi diri melalui karir dalam pekerjaan merupakan salah satu pilihan yang banyak diambil oleh para wanita jaman sekarang (Dirgantari, 2007).

Saat ini wanita yang sukses atau seorang wanita yang memegang jabatan yang tinggi merupakan suatu hal yang wajar, bahkan beberapa negara pernah memiliki presiden dan menteri seorang wanita, termasuk Indonesia (dalam Kiong, 2008). Dengan perkembangan zaman dan pendidikan yang semakin tinggi, maka wanita yang berminat untuk memasuki dunia kerja untuk menunjukkan eksistensi dan keberadaannya makin meningkat.

Kesadaran untuk lebih maju dan mengaktualisasikan diri juga timbul

dalam diri wanita, dimana pada “Era of change” ini mereka terdorong untuk dapat menunjukkan diri mereka seutuhnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki (Chaerunnisa, 2008). Dorongan untuk berprestasi dikenal sebagai motivasi berprestasi. Mc.Clleland menemukan bahwa individu dengan motivasi berprestasi tinggi membedakan diri mereka dari individu lain menurut keinginan mereka untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik (dalam Robins & Judge, 2007). Motivasi berprestasi tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai prestasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan baik bersifat intrinsik dan ekstrinsik (dalam Siagian, 2004). Motivasi berprestasi menjadi komponen penting dalam dunia bekerja, ditambah lagi


(28)

semakin terbukanya kesempatan wanita untuk meraih jenjang karir yang lebih tinggi (Devianty, 2007).

Menurut Lida (dalam Nauly 2003), para wanita dewasa muda yang memiliki pendidikan tinggi mengalami konflik antara gambaran diri mereka sebagai individu yang mampu berkarya dengan harapan masyarakat terhadap mereka. Orientasi berprestasi pada diri mereka dipandang masyarakat sebagai suatu hal yang bersifat kelaki-lakian (maskulin). Keadaan ini menyebabkan mereka sepertinya terjebak antara usaha untuk berprestasi dengan bayangan diri mereka sebagai wanita. Apabila mereka mengikuti keinginan untuk terus berkarir dan berprestasi, akan timbul kecemasan terhadap penilaian masyarakat dan kecemasan akan kehilangan sifat kewanitaanya.

Menurut Sihite (2007) seorang wanita diharapkan untuk tampil dan bertingkah laku feminim, antara lain hangat, lembut, dan peka terhadap perasaan orang lain, berorientasi pada keluarga dan anak, submisif, mengalah dan tergantung pada orang lain. Sebaliknya seorang pria diharapkan bertingkah laku maskulin.

Keadaan wanita harus pandai-pandai membagi dirinya antara bekerja di luar rumah dan dipekerjaannya dikenal dengan sebutan peran ganda wanita. Peran ganda wanita justru menempatkannya pada posisi yang tertekan karena beban tugas yang ditanggungnya semakin berat. Walaupun mereka sekarang diterima keberadannya di tempat kerja, wanita sering mengalami konflik antara perannya sebagai pekerja dan peran sebagai orang tua dan istri, karena persepsi bahwa


(29)

mereka seharusnya berpartisipasi lebih banyak dirumah dan keluarga daripada pekerjaan (Desmita, 2005).

Hal ini sejalan dengan pandangan para ahli bahwa hambatan wanita untuk mencapai jenjang karir ini disebabkan karena aspirasi dan motivasi kerja wanita yang masih sering diwarnai faktor-faktor sosial budaya (Sadli dalam Nauly, 2003), karena di dalam masyarakat masih ada suatu paradoks antara de yure dan de facto tentang kedudukan wanita (Suratijah dalam Nauly, 2003).

Paradoks kedudukan wanita dan tuntutan sosial budaya terhadap kaum wanita untuk selalu bersikap dan berperilaku berpusat pada keluarganya inilah yang sering menimbulkan konflik pada diri wanita yang bekerja, yaitu konflik antara idealnya wanita secara budaya dan wanita sebagai sumber daya manusia (Devianty, 2007). Konflik ini sering membuat wanita karir lebih memilih menghindari sukses, karena wanita merasa dirinya cenderung mendapat tekanan sosial, sehingga ia merasakan suatu kecemasan, perasaan bersalah, merasa tidak feminin, dan mementingkan diri sendiri (Devianty, 2007). Horner (dalam Petri, 1991) menyebut motif untuk menghindari sukses ini sebagai fear of success. Motif ini diartikan sebagai suatu disposisi takut sukses, karena kesuksesan diperkirakan akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif, seperti penolakan sosial dan hilangnya sifat-sifat feminin.

Kehadiran fear of success pada wanita bekerja menunjukkan

kecenderungan menuju prestasi yang dihambat oleh sumber dari disposisi kecemasan yaitu berupa konsekuensi negatif yang mereka percaya mengikuti kesuksesan yang diharapkan dan kepercayaan bahwa kesuksesan tidak sesuai


(30)

dengan peran jenis kelaminnya (Cook & Chandler dalam Petri, 1991). Horner (dalam Petri 1991) menghubungkan tampilnya fear of success ini dengan adanya tekanan-tekanan dari lingkungan sosial dan peran jenis kelamin yang berlaku didalam masyarakat. Tekanan dari lingkungan sosial ini menjadi sumber kecemasan terhadap prestasi (Gershaw, 1977).

Lahey (2003) menyatakan bahwa wanita yang memiliki fear of success yang tinggi tampil dalam perilaku menghindari persaingan dan menunjukkan prestasi kerja dibawah kemampuan dirinya bila ia harus bersaing dengan situasi kompetisi dengan orang lain. Pernyataan sebelumnya diperkuat oleh hasil penelitian Adibah (2008) bahwa hubungan motivasi berprestasi dengan fear of success bersifat negatif, artinya semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang maka semakin rendah fear of success-nya, begitu juga sebaliknya. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa tempat wanita adalah dirumah tangga, atau meskipun ia bekerja diluar rumah, ia harus mengutamakan keluarganya.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin membuktikan apakah benar fear of success yang tinggi pada wanita bekerja akan menimbulkan motivasi berprestasi rendah dengan sampel wanita yang bekerja di Kota Medan, dewasa awal (20-40 tahun), pendidikan minimal Sarjana serta lama bekerja minimal 1 tahun.


(31)

namun

sehingga

memunculkan

mengakibatkan

Gambar 1. Alur berpikir Penelitian

Kesuksesan wanita di jaman sekarang adalah hal yang wajar

Keinginan untuk berprestasi

Orientasi berprestasi: maskulin

Konflik

Fear of success tinggi

Motivasi berprestasi menurun:

Penarikan diri thdp tujuan, menghindari persaingan, abaikan tugas,


(32)

E. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesa dari penelitian ini adalah

“ada hubungan negatif antara fear of success dengan motivasi berprestasi pada

wanita bekerja di Kota Medan”. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat fear of success, maka semakin rendah motivasi berprestasi yang ditunjukkan wanita bekerja di Kota Medan.


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi variabel penelitian

Variabel Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

Variabel Prediktor : fear of success

Variabel Kriterium : motivasi berprestasi

B. Defenisi Operasional. 1. Motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri individu yang membuat dirinya berusaha mencapai kesuksesan yang melebihi prestasinya yang lalu dengan mempertahankan kemampuanya sebaik mungkin.

Dalam penelitian ini motivasi berprestasi diukur dengan menggunakan Skala Motivasi Berprestasi yang diungkap berdasarkan lima karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi yang dikemukakkan Mc.Clelland (1987) yaitu menyukai tugas dengan taraf moderat, bertanggungjawab atas performa kerja secara personal, menyukai umpan balik, inovatif, dan ketahanan.

Tinggi rendahnya motivasi berprestasi subyek dilihat melalui tinggi rendahnya skor yang diperoleh pada skala motivasi berprestasi. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh akan menunjukkan bahwa subyek memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan sebaliknya.


(34)

2. Fear of success

Fear of success adalah kecemasan yang timbul pada wanita bekerja ketika ia menuju kesuksesan karena merasa jika kesuksesan itu diraih akan mengakibatkan dirinya memperoleh konsekuensi-konsekuensi negatif baik berasal dari dirinya sendiri maupun lingkungan.

Dalam penelitian ini fear of success diukur dengan menggunakan skala fear of success yang diungkap berdasarkan tiga aspek fear of success yang dikemukakan Shaw dan Costanzo (1982) yaitu ketakutan akan feminimitas, ketakutan kehilangan penghargaan sosial dan ketakutan akan penolakan sosial.

Tinggi rendahnya fear of success subyek dilihat melalui tinggi rendahnya skor yang diperoleh pada skala fear of success. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh menunjukkan bahwa subyek memiliki fear of success yang tinggi dan sebaliknya.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel

Hadi (2000), mengemukakan bahwa semua individu yang memiliki generalisasi keadaan atau kenyataan yang sama disebut populasi, sedangkan individu yang diselidiki yang merupakan bagian dari populasi disebut sampel. Sehubungan dengan hal ini, yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa sampel harus mencerminkan keadaan populasinya, agar sampel dapat digeneralisasikan terhadap populasinya. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita bekerja di kota Medan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 150 orang sedangkan uji coba


(35)

(try out) dilakukan pada 50 orang responden untuk skala fear of success dan motivasi berprestasi.

Adapun karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah: a. Wanita dewasa awal (20-40 tahun)

Menurut Santrock (1995), sebuah pekerjaan menandakan dimulainya peran dan tanggungjawab baru bagi individu. Tuntutan peran karir terhadap kompetensi sangat tinggi dan permintaan adalah nyata bagi dewasa awal. Hal ini sejalan dengan salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa awal menurut Havighurst adalah bekerja.

b. Tingkat pendidikan minimal lulusan Strata 1.

Pembatasan ini dilakukan karena dengan pemikiran bahwa bekal pendidikan dari strata satu memberikan wanita kemampuan dan kesempatan yang lebih baik dan luas untuk meniti karir menuju kesuksesan.

c.Lama bekerja

Subyek penelitian telah memiliki pengalaman minimal satu tahun terhitung sejak pertama kali bekerja sampai penelitian dilakukan. Hal ini didasari bahwa masa kerja tersebut subyek telah cukup menyesuaikan diri dengan situasi kerja.

2. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu agar diperoleh sampel yang dapat mewakili populasi (Hadi, 2000).


(36)

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk memperoleh sampel adalah melalui incidental sampling. Incidental sampling adalah pemilihan sampel yang didasarkan atas hanya individu-individu atau kelompok-kelompok yang kebetulan dijumpai saja yang diteliti (Hadi, 2000).

D. Alat ukur atau instrumen yang digunakan 1. Alat ukur

Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti. Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2000). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala.

Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif, kognitif, dan konatif, yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2000).

Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert. Penskalaan ini merupakan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2000). Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1). Skala motivasi berprestasi

Skala motivasi berprestasi dikembangkan oleh peneliti berdasarkan lima karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut Mc.Clelland (1987), yaitu:


(37)

a). Menyukai tugas dengan taraf moderat.

b). Bertanggungjawab atas performa kerja secara personal c). Menyukai umpan balik

d). Inovatif e). Ketahanan

Alat ukur ini disusun dengan penskalaan model Likert, dimana setiap butir memiliki lima kemungkinan jawaban yang bergerak dari sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Masing-masing dari karakteristik memiliki sebagian penyataan yang mendukung (favorable) dan pernyataan tidak mendukung (unfavorable). Jumlah keseluruhan aitem dalam skala ini adalah adalah 40 aitem. Untuk favorabel jawaban “sangat setuju ” akan diberi skor 5 demikian seterusnya sampai jawaban ”sangat tidak setuju” diberi skor 1. Untuk unfavorabel jawaban ”sangat tidak setuju ” akan diberi skor 5 demikian seterusnya sampai jawaban ”sangat setuju” diberi skor 1 (Azwar, 2000).

Semakin tinggi skor yang diperoleh seseorang dalam skala motivasi berprestasi, artinya semakin tinggi motivasi berprestasi yang dialami oleh seseorang, dan sebaliknya.


(38)

Tabel 1

Blueprint Skala Motivasi Berprestasi

No Aspek-aspek

Aitem Favoura ble Aitem Unfav ourabl e Total 1

Menyukai tugas dengan taraf moderat.

 Tidak menyukai tugas yang

terlalu sulit atau terlalu mudah.

 Menghindari kegagagalan

 Menyesuaikan kemampuan dan

tuntutan kerja

1, 7, 12 2, 8, 16, 17, 19

8 (20%)

.2

Bertanggungjawab atas performa kerja secara personal

 Kemauan untuk menanggung

konsekuensi atas hasil

kerjanya.

 Ingin segera menyelesaikan

tugas atau tidak menunda.

 Hanya fokus terhadap

peningkatan prestasi sendiri.

6, 23, 24, 27, 29 5, 11, 32 8 (20%) 3.

Menyukai umpan balik

 Suka dibandingkan dengan

performa orang lain atau

standar tertentu.

 Menerima umpan balik dengan

senang hati.

 Umpan balik dipandang

sebagai meresponi prestasi

kerja.

 Selalu mengontrol hasil kerja atau memeriksa ulang.

3, 15, 20, 25 4, 10, 14, 30 8 (20%)


(39)

4.

Inovatif

 Cenderung mencari cara baru atau unik dalam menyelesaikan tugas.

 Secara berkala mencari

informasi baru.

 Menggunakan waktu dan

tenaga sebaik mungkin dalam menyelesaikan tugas (efisien).

 Tidak menyukai pekerjaan

monoton atau rutinitas.

13, 22, 37, 38, 39 9, 18, 33 8 (20%) 5. Ketahanan

 Tahan lama untuk

mengerjakan tugas.

 Tidak mudah menyerah atau

mencoba terus setelah gagal menyelesaikan tugas.

 Mengerjakan tugas hingga

tuntas. 31, 34, 35, 36 21, 26, 28, 40 8 (20%)

Total 21 19 (100%) 40

2). Skala Fear of success

Skala fear of success dikembangkan oleh peneliti berdasarkan ada tiga aspek fear of success yang diungkapkan Shaw dan Costanzo (1982), yaitu: a). Loss of feminity

b). Loss of special self esteem c). Social rejection

Alat ukur ini disusun dengan penskalaan model Likert, dimana setiap butir memiliki lima kemungkinan jawaban yang bergerak dari sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Masing-masing dari karakteristik memiliki sebagian penyataan yang mendukung (favorable) dan pernyataan tidak mendukung (unfavorable). Jumlah keseluruhan aitem dalam skala ini adalah 24


(40)

aitem. Untuk favorabel jawaban ”sangat setuju ” akan diberi skor 5 demikian

seterusnya sampai jawaban ”sangat tidak setuju” diberi skor 1. Untuk

unfavorabeljawaban “sangat tidak setuju” akan diberi skor 5 demikian seterusnya

sampai jawaban ”sangat setuju” diberi skor 1 (Azwar, 2000).

Semakin tinggi skor yang diperoleh seseorang dalam skala fear of success, artinya semakin tinggi respon fear of success yang dialami oleh seseorang, dan sebaliknya.

Tabel 2

Blueprint Skala fear of success

no Aspek-aspek

Aitem Favourable Aitem Unfavou rable Total 1

Loss of feminity

 Takut dianggap tidak

feminin.

 Merasa kurang mampu

menjadi istri atau ibu yang baik.

 Kurang dapat

menjalankan peran

sebagai wanita di

rumah.

1, 12, 16, 19

4, 9, 13, 23

8 (33,33 %)

.2

Loss of special self esteem

 Kurangnya

penghargaan

masyarakat pada

wanita yang sukses.

 Dianggap tidak

feminin.

3, 7, 8, 17 2, 14, 21, 22

8 (33,33 %)


(41)

3.

Social rejection

 Kurang disenangi

teman-temannya.

 Merasa ditolak oleh

lingkungannya.

5, 15, 18, 20, 24

10, 11, 16

8 (33,33 %)

Total 13 11

24 (100%)

2. Validitas dan Reliabilitas a. Uji validitas

Azwar (2000) mendefinisikan validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkannya untuk diukur, artinya derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes. Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content validity).

Validitas isi menunjukkan kepada sejauh mana item-item yang dilihat dari isinya dapat mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat repesentatifnya alat ukur itu bagi isi hal yang akan diukur. Validitas isi alat ukur ditentukan melalui pendapat professional (professional judgement) dalam proses telaah soal. Dengan menggunakan spesifikasi alat ukur yang telah ada, akan dilakukan analisa logis untuk menetapkan apakah aitem-aitem yang telah dikembangkan memang mengukur (representatif) dengan apa yang dimaksudkan untuk diukur (Suryabrata, 2000).


(42)

Setelah melakukan validitas isi kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji daya beda item. Uji daya beda item dilakukan untuk melihat sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis item ini adalah dengan memilih item-item yang fungsi alat ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain, memilih item yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2000).

Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi item total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product Moment (Azwar, 2000). Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur yang dalam penelitian ini adalah skala motivasi berprestasi dan skala fear of success.

b. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas terhadap hasil ukur skala dilakukan bila aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasi menjadi satu. Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (Cronbachs alpha coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subyek dengan


(43)

tujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam skala. Teknik ini dipandang ekonomis dan praktis (Azwar, 2000).

Penghitungan daya beda aitem dan koefisien reliabilitas dalam uji coba ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 17.0 For Windows.

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan terhadap wanita bekerja dibeberapa perusahan di Kota Medan. Kemudian peneliti memeriksa skala yang akan dilakukan pengolahan data selanjutnya. Dari hasil pengolahan data tersebut peneliti menggunakan 19 aitem Motivasi Berprestasi dan 15 aitem untuk Skala Fear of success. Yang dinyatakan telah memenuhi persyaratan atau dinyatakan valid.

a. Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi

Berdasarkan output dari program SPSS version 17.0 for window yang digunakan menghasilkan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,942 (α = 0,942) dari hasil analisa tersebut diperoleh 28 aitem yang lolos uji coba dan 12 aitem yang dinyatakan gugur. Aitem yang memiliki daya beda tinggi yaitu 1, 3, 4, 5, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40. Hal ini berdasarkan Azwar (2000) dimana semua aitem yang mencapai koefisien

korelasi minimal rix ≥ 0,30 memiliki daya beda yang dianggap memuaskan. Selanjutnya 28 aitem yang memiliki daya beda tinggi diseleksi kembali menjadi 19 aitem dengan memilih aitem-aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi tertinggi.


(44)

Tabel 3

Aitem dengan Daya Beda Tinggi Skala Motivasi Berprestasi

n o

Aspek-aspek Aitem Favourable

Aitem Unfavoura

ble Total

1

Menyukai tugas dengan taraf moderat.

1, 12 8 3

(15,78%)

.2

Bertanggungjawab atas performa kerja secara personal

23, 24, 27, 5, 4

(21,05%)

3.

Menyukai umpan balik 3, 15, 25 7 4

(21,05%) 4.

Inovatif 11, 5, 9, 16 4

(21,05%)

5.

Ketahanan 31, 34, 36 40 4

(21.05%)

Total 12 7 (100%) 19

Setelah ditentukan aitem-aitem yang akan digunakan dalam penelitian, maka skala tersebut disusun kembali dengan penyesuaian nomor terhadap aitem-aitem tersebut untuk selanjutnya digunakan dalam proses pengambilan data penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:


(45)

Tabel 4

Distibusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi Untuk Pengambilan Data

no Aspek-aspek

Aitem Favourable Aitem Unfavoura ble Total 1

Menyukai tugas dengan taraf moderat.

1, 6 4 3

(15,78%)

.2

Bertanggungjawab atas performa kerja secara personal

11, 12, 14, 3, 4

(21,05%)

3.

Menyukai umpan balik 2, 8, 23 7 4

(21,05%) 4.

Inovatif 10, 5, 9, 16 4

(21,05%)

5.

Ketahanan 15, 17, 18 19 4

(21.05%)

Total 12 7 (100%) 19

b. Uji Coba Skala fear of success

Berdasarkan output dari program SPSS versi 17.0 for window yang digunakan menghasilkan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,867 (α = 0,867) dari hasil analisa tersebut diperoleh 19 aitem yang lolos uji coba dan 5 aitem yang dinyatakan gugur. Aitem yang memiliki daya beda tinggi yaitu 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22. Hal ini berdasarkan Azwar (2000)

dimana semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal rix ≥ 0,30

memiliki daya beda yang dianggap memuaskan. Selanjutnya 19 aitem yang memiliki daya beda tinggi diseleksi kembali menjadi 15 aitem dengan memilih aitem-aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi tertinggi.


(46)

Tabel 5

Aitem dengan Daya Beda Tinggi Skala fear of success

no Aspek-aspek

Aitem Favourable Aitem Unfavoura ble Total 1

Loss of feminity 1, 12, 16,

19

9 5

(33,33%) .2

Loss of special self esteem

3, 17 14, 21, 22 5

(33,33%)

3.

Social rejection

5, 15, 6,10,11 5

(33,33%)

Total 8 7 15

(100%)

Setelah ditentukan aitem-aitem yang akan digunakan dalam penelitian, maka skala tersebut disusun kembali dengan penyesuaian nomor terhadap aitem-aitem tersebut untuk selanjutnya digunakan dalam proses pengambilan data penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6

Distibusi Aitem Skala Fear of SuccessUntuk Pengambilan Data

no Aspek-aspek

Aitem Favourable Aitem Unfavour able Total 1

Loss of feminity 1, 8, 11,

13

5 5

(33,33%) .2

Loss of special self esteem

2, 12 9, 14, 15 5

(33,33%) 3.

Social rejection

3, 10, 4, 6, 7 5

(33,33%)

Total 8 7 19


(47)

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Adapun ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data. 1. Persiapan Alat Ukur Penelitian

Hal- hal yang dilakukan pada tahap ini adalah membuat alat ukur dan setelah itu alat ukur diujicobakan. Penelitian ini menggunakan dua skala yang disusun sendiri oleh peneliti. Penyusunan skala ini dilakukan dengan membuat blue print dan kemudian dioperasionalkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Skala tersebut berisi 64 aitem yang terdiri dari 40 aitem untuk skala motivasi berprestasi dan 24 aitem untuk skala fear of success.

Skala yang pertama yaitu motivasi berprestasi yang dibuat berdasarkan karakteristik motivasi berperstasi yang dikemukakan oleh Mc.Clleland (1987). Sedangkan skala yang kedua dibuat berdasarkan aspek-aspek fear of success yang dikemukakan oleh Shaw dan Costanzo (1982).

Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur, uji coba alat ukur dilakukan mulai tanggal 13 – 18 Februari 2010. Uji coba alat ukur dilakukan terhadap 50 orang wanita bekerja di Kota Medan. Dari 50 eksemplar yang disebar, keseluruhannya dikembalikan dan

diolah. Peneliti menggunakan rix ≥ 0,30 dimana semua aitem yang mempunyai

koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2000).


(48)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur diujicobakan, maka pada tanggal 27 Februari – 4 Maret 2010 peneliti melakukan pengambilan data sesungguhnya. Jumlah wanita bekerja yang menjadi sampel penelitian ini berjumlah 150 orang. Pengambilan data ini dilakukan dengan memberikan alat ukur berupa Skala Motivasi Berprestasi dan Fear of Success kepada wanita bekerja dari berbagai perusahaan dan bidang pekerjaan yang sesuai dengan karakteritik populasi yang telah ditentukan.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh hasil skor skala motivasi berprestasi dan fear of success, maka dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS version 17.00 for windows

F. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode statistik. Pertimbangan penggunaan statistik dalam penelitian ini menurut Hadi (2000) adalah:

1. Statistik bekerja dengan angka-angka. 2. Statistik bersifat objektif.

3. Statistik bersifat universal, artinya dapat digunakan hampir pada semua bidang penelitian.

Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik korelasi Regresi Sederhana dengan menggunakan SPSS for Windows versi 17.0.


(49)

Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi:

a.Uji Normalitas

Pengukuran normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua variabel terdistribusi secara normal. Hal ini berarti bahwa uji normalitas diperlukan untuk menjawab pertanyaan apakah syarat sampel yang representatif terpenuhi atau tidak, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi (Hadi, 2000).Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS for Windows versi 17.0. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p > 0,05 dan sebaliknya data tidak terdistribusi normal apabila p < 0,05 (Hadi, 2000).

b.Uji Linieritas

Pengujian linieritas dimaksudkan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas (fear of success) dengan variabel tergantung (motivasi berprestasi). Selain itu uji linieritas ini juga diharapkan dapat mengetahui taraf

signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Apabila

penyimpangan yang ditemukan tidak signifikan, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung adalah linier (Hadi, 2000). Uji linieritas ini dilakukan dengan menggunakan uji F. Data penelitian ini dikatakan berkorelasi secara linier apabila p < 0,05 (Sarwono, 2006) .


(50)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Analisa data diawali dengan memberikan gambaran umum subyek penelitian dilanjutkan dengan hasil penelitian, dan hasil tambahan penelitian. Selanjutnya pada pembahasan akan dibahas mengenai hasil analisa data.

A.Analisa Data

1. Gambaran Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah wanita bekerja yang terwakilkan dari berbagai perusahaan di Kota Medan dengan dengan jumlah sampel keseluruhan 150 orang. Dari 150 orang diperoleh gambaran subyek berdasarkan pendidikan, status pernikahan, dan lama bekerja.

a. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, maka dapat digambarkan penyebaran subyek penelitian pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 7

Gambaran Subyek Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah (N) Persentase

Sarjana 141 orang 94 %

Pascasarjana 9 orang 6 %


(51)

Berdasarkan tabel 7, diperoleh gambaran bahwa pendidikan subyek penelitian terbanyak adalah sarjana, yaitu 141 orang (94%) sedangkan subyek penelitian dengan pendidikan Pascasarjana sebanyak 9 orang (6%).

b. Status pernikahan

Berdasarkan status pernikahan, maka dapat digambarkan penyebaran subyek penelitian pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 8

Gambaran Subyek Berdasarkan Status pernikahan

Status pernikahan Jumlah Persentase

Menikah 76 50,66 %

Belum menikah 74 49,33 %

TOTAL 150 100 %

Dari tabel 8 di atas terlihat bahwa subyek penelitian yang telah menikah sebanyak 76 orang (50,66%) dan subyek yang belum menikah sebanyak 74 (49,33%).

c. Lama bekerja

Berdasarkan lama bekerja, maka dapat digambarkan penyebaran subyek penelitian pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9

Gambaran subyek berdasarkan Lama Bekerja

Lama bekerja N Persentase

< 5 tahun 105 70%

> 5 tahun 45 30%

TOTAL 150 100 %

Berdasarkan tabel 9 di atas, maka dapat digambarkan penyebaran subyek penelitian dengan lama bekerja terbanyak adalah kurang dari lima tahun sebanyak


(52)

2. Hasil Penelitian a. Uji asumsi penelitian

Sebelum dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi pada data penelitian yang diperoleh yang meliputi uji normalitas sebaran, uji linearitas yang kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis. Pengujian asumsi dan analisa data menggunakan bantuan program SPSS 17,0 for Windows.

1) Uji normalitas sebaran

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0.05 maka sebaran data normal. Sedangkan jika p < 0.05 maka sebaran data tidak normal (Hadi, 2000). Data fear of success menunjukkan nilai Z = 0.994 dengan p = 0.335, sedangkan data motivasi berprestasi menunjukkan nilai Z = 1.113 dengan p = 0.168. Berdasarkan hasil analisis ini, maka dapat dikatakan bahwa sebaran data kedua variabel tersebut adalah normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini.


(53)

Tabel 10

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Motivasi Berpresta

si

Fear of success

N 150 150

Normal Parametersa,,b Mean 69.57 36.09

Std. Deviation 6.308 6.641

Most Extreme Differences Absolute .091 .077

Positive .043 .077

Negative -.091 -.043

Kolmogorov-Smirnov Z 1.113 .944

Asymp. Sig. (2-tailed) .168 .335

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

2) Uji linearitas hubungan

Uji linearitas hubungan fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan dilakukan dengan metode Compare Means. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini:


(54)

Tabel 11

Linearitas hubungan fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan

ANOVA Table Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

MOTIVA SIBERPR ESTASI * FEAROF SUCCES S Between Groups (Combine d)

2320.183 30 77.339 2.550 .000

Linearity 1451.191 1 1451.191 47.85

5 .000

Deviation from Linearity

868.991 29 29.965 .988 .492

Within Groups 3608.651 119 30.325

Total 5928.833 149

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa hubungan antara fear of success dengan motivasi berprestasi adalah hubungan linear karena p = 0,000 karena syarat hubungan linear adalah p < 0,05 (Sarwono, 2006).

b. Uji Hipotesis

1) Hasil perhitungan korelasi

Untuk pengujian statistik, maka dirumuskan hipotesa statistik sebagai berikut:

Ha : ρ > 0 “Ada hubungan negatif antara fear of success dengan motivasi


(55)

Berdasarkan tujuan penelitian, maka dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji Regresi Sederhana. Hasil uji statistik ini dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini:

Tabel 12

Analisis Regresi Sederhana ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1451.191 1 1451.191 47.966 .000a

Residual 4477.642 148 30.254

Total 5928.833 149

a. Predictors: (Constant), FEAROFSUCCESS b. Dependent Variable: MOTIVASIBERPRESTASI

Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan dengan uji analisis regresi diperoleh nilai R= 0.495 dengan p = 0.000 untuk korelasi antara fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan. Hasil korelasi menunjukkan adanya hubungan negatif antara fear of success dengan motivasi berprestasi. Dengan demikian, maka hipotesa alternatif (Ha) penelitian ini diterima yang artinya ada hubungan negatif antara fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan.


(56)

Tabel 13 Hasil Analisa Regresi

R Sig R Square Persamaan Regresi

0.495 0.000 0.245 Y= 86.529 – 0,470X

Dari hasil analisis regresi pada tabel 13 koefisien determinan (R-square) yang diperoleh adalah sebesar 0.245 (R-square = 0. 245). Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh fear of success dengan motivasi berprestasi adalah sebesar 24,5 %. Artinya, fear of success memberikan sumbangan efektif sebesar 24,5 % dalam menurunkan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan, sedangkan sisanya sebesar 75,5 % dipengaruhi faktor lain seperti status pernikahan, peran jenis kelamin, pendidikan, self esteem dan budaya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Pada tabel 13, persamaan garis regresi yang diperoleh adalah Y= 86.529 – 0,470(X). Persamaan garis regresi tersebut menyatakan bahwa peranan fear of success dapat menurunkan motivasi berprestasi sebesar 0, 470 satuan apabila faktor fear of success meningkat satu satuan.

c. Hasil Tambahan

Berdasarkan data penelitian dapat dilakukan pengelompokkan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal. Skor yang sudah diperoleh subyek dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah untuk fear


(57)

pengkategorisasian minimal yang diajukan oleh peneliti. Pengkategorisasian dalam tiga jenjang ini digunakan untuk menghindari resiko kesalahan yang cukup besar dan untuk keefisienan.

1) Gambaran skor Motivasi Berprestasi

Skala motivasi berprestasi terdiri dari 19 aitem yang bergerak dari 1 sampai 5. Dari skala motivasi berprestasi yang diisi oleh subyek maka diperoleh gambaran skor empirik dan hipotetik seperti pada tabel 14 di bawah ini.

Tabel 14

Gambaran Data Motivasi Berprestasi

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Means SD Min Maks Mean SD Motivasi

berprestasi

51 82 69,57 6,308 19 95 57 11,14

Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh mean empirik skala motivasi berprestasi 69,57 (XE = 69,57) dengan SD 6, 308 dan hipotetik sebesar 57 (XH= 57) dengan SD hipotetik 11,14. Hasil perbandingan antara mean empirik dengan mean hipotetik menunjukkan bahwa motivasi berprestasi lebih tinggi daripada kondisi populasi normal.

Kriteria untuk variabel motivasi berprestasi dengan jumlah frekuensi dan persentase individu didalamnya dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini.


(58)

Tabel 15

Kategorisasi Data Empirik Motivasi Berprestasi

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Motivasi

berprestasi

X ≥ 62,17 Tinggi 135 90% 51,83 < X <

62,17

Sedang 15 10%

X ≤ 51,83 Rendah 0 0%

Berdasarkan kategorisasi menunjukkan bahwa hampir keseluruhan wanita bekerja termasuk dalam kategorisasi tinggi 90% untuk variabel motivasi berprestasi. Sedangkan selebihnya sedang 10% dan 0% tergolong rendah.

2). Gambaran skor fear of success

Skala fear of success terdiri dari 15 aitem yang bergerak dari 1 sampai 5. Dari skala fear of success yang diisi oleh subyek maka diperoleh gambaran skor empirik dan hipotetik seperti pada tabel 16 di bawah ini.

Tabel 16

Gambaran Data Penelitian fearof success

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Means SD Min Maks Mean SD Fear of

success

19 54 36,09 6,641 15 75 45 9

Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh mean empirik skala fear of success 36,09 (XE = 36,09) dengan SD 6,641 dan mean hipotetik sebesar 45 (XH= 45) dengan SD hipotetik 9. Hasil perbandingan antara mean empirik dengan mean hipotetik menunjukkan bahwa fear of success pada wanita bekerja lebih rendah daripada kondisi populasi normal.


(59)

Kriteria untuk variabel fear of success dengan jumlah frekuensi dan persentase individu didalamnya dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini.

Tabel 17

Kategorisasi Data Empirik Fear of Success

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Fear of

success

X ≥ 50,83 Tinggi 3 2% 39,17 < X <

50,83

Sedang 42 28%

X ≤ 39,17 Rendah 105 70% Berdasarkan kategorisasi menunjukkan bahwa sebagian besar wanita bekerja termasuk dalam kategorisasi rendah 70% untuk variabel fear of success. Sedangkan selebihnya sedang 42% dan 3% tergolong tinggi.

B.Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa regresi dari variabel fear of success dengan motivasi berprestasi, diperoleh R (koefisien korelasi) sebesar 0, 495 dengan p = 0,000. Hasil R dan p tersebut menunjukkan hubungan yang signifikan antara fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan. Menurut Morgan (1986) wanita tidak menunjukkan karakteristik perilaku berprestasi seperti laki-laki. Perbedaan jenis kelamin ini terlihat dalam menunjukkan motivasi berprestasi karena wanita memiliki fear of success. Sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa tempat wanita adalah di rumah tangga, atau meskipun ia bekerja diluar rumah, ia harus mengutamakan perannya dirumah. Hal ini sejalan dengan Petri (1991) yang menyatakan bahwa sebenarnya wanita memiliki kemauan untuk berprestasi, namun motivasi mereka


(60)

untuk berprestasi dikurangi oleh pandangan masyarakat yang negatif tentang kesuksesan bagi wanita.

Sejak kecil, si wanita sebagai penganut budaya pada masyarakat tertentu menerima pengaruh yang terus-menerus tentang keberadaannya, dimana kemudian ia mendapatkan gambaran sekaligus belajar untuk berperilaku sesuai dengan peran atau kedudukannya sebagai wanita ditengah budaya tersebut (Jenkins & Macdonal, dalam Nauly 2003).

Kehadiran fear of success pada wanita bekerja menunjukkan

kecenderungan menuju prestasi yang dihambat oleh sumber dari disposisi kecemasan yaitu berupa konsekuensi negatif yang mereka percaya mengikuti kesuksesan yang diharapkan (Cook & Chadler dalam Petri, 1991). Horner (dalam Petri 1991) menghubungkan tampilnya fear of success ini dengan adanya tekanan-tekanan dari lingkungan sosial dan peran jenis kelamin yang berlaku didalam masyarakat. Tekanan dari lingkungan sosial ini menjadi sumber kecemasan terhadap prestasi.

Lahey (2003) menyatakan bahwa wanita yang memiliki fear of success yang tinggi tampil dalam perilaku menghindari persaingan dan menunjukkan prestasi kerja dibawah kemampuan dirinya bila ia harus bersaing dengan situasi kompetisi dengan orang lain. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa tempat wanita adalah dirumah tangga, atau meskipun ia bekerja diluar rumah, ia harus mengutamakan keluarganya.

Nilai R Square (koefisien determinasi) digunakan untuk menerangkan seberapa besar variasi fear of success disebabkan motivasi berprestasi. Dari hasil


(61)

analisa data diperoleh nilai R Square sebesar 24,5 %. Artinya, fear of success memberikan sumbangan efektif sebesar 24,5 % dalam menurunkan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan, sedangkan sisanya sebesar 75,5 % dipengaruhi faktor lain seperti status pernikahan, peran jenis kelamin, pendidikan, self esteem dan budaya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dari hasil korelasi Pearson, diketahui arah hubungan adalah negatif yang artinya semakin tinggi fear of success maka motivasi berprestasi pada wanita bekerja semakin menurun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Adibah (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara fear of success dengan motivasi berprestasi.

Setiap manusia pasti mempunyai kebutuhan akan aktualisasi diri dan menemukan makna hidupnya melalui aktivitas yang dijalaninya. Kebutuhan ini didalam dunia psikologi identik dengan motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi adalah sebuah kebutuhan untuk dapat bersaing atau melampaui standar pribadi (Mc. Clleland, 1987). Menurut Zaden (dalam Sukadji dan Singgih, 2001) motivasi berprestasi adalah sikap, maka seseorang dengan motivasi berprestasi yang tinggi bisa saja tidak pernah mencapai keberhasilan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah usia, jenis kelamin dan fear of success. Penelitian ini membuktikan bahwa faktor jenis kelamin dan fear of success mempengaruhi motivasi beprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan.

Berdasarkan hasil perbandingan antara mean empirik dengan mean hipotetik menunjukkan bahwa fear of success pada wanita bekerja lebih rendah daripada kondisi populasi normal. Kategorisasi subjek penelitian berdasarkan variabel fear of success menunjukkan tingkat fear of success yang rendah (70%).


(62)

Keadaan ini tidak sesuai dengan pendapat Horner (dalam Feldman, 1992) bahwa sebagian besar wanita memiliki fear of success. Namun bila ditinjau kembali teori-teori yang berkaitan dengan fear of success, tampak bahwa keberadaan fear of success terkait erat dengan proses identitas jenis kelamin. Menurut Duquim (dalam Nauly, 2003) batasan peran jenis kelamin yang ada dalam masyarakat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya setempat.

Bangsa Indonesia memiliki beragam kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang membawa perbedaan tentang peran-peran yang diharapkan dari seorang wanita pada masyarakat tersebut. Seseorang yang memiliki fear of success merasa bahwa kesuksesan tidak sesuai dengan peran jenis kelamin mereka maupun dengan tuntutan masyarakat terhadap perilaku mereka. Dengan kata lain, subyek dalam penelitian ini merasa bahwa kesuksesan dalam bekerja bukanlah hal yang bertentangan dengan peran dan tuntutan masyarakat (Nauy, 2003).

Berdasarkan hasil perbandingan antara mean empirik dengan mean hipotetik menunjukkan bahwa motivasi berprestasi lebih tinggi daripada kondisi populasi normal. Kategorisasi subjek penelitian berdasarkan variabel motivasi berprestasi menunjukkan bahwa hampir keseluruhan subyek memiliki motivasi berprestasi yang tinggi (90%). Hal ini menunjukkan bahwa subyek memenuhi lima karakteristik individu yang diungkapkan Mc.Clleland (1987) yaitu menyukai tugas dengan taraf moderat, bertanggungjawab atas performa kerja secara personal, menyukai menerima umpan balik, inovatif serta ketahanan kerja yang tinggi dalam melakukan tugasnya.


(63)

Dalam kehidupan organisasi, motivasi berprestasi biasanya tercermin pada adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai prestasi sesuai dengan standar yang telah ditentukan, baik bersifat intrinsik dan ekstrinsik (dalam Siagian, 2004).


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang didapatkan dari penelitian. Saran-saran yang dikemukakan berupa saran-saran praktis dan metodologis yang mungkin berguna pada penelitian yang akan datang dengan tema yang serupa.

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisa hasil pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan terhadap kelompok sampel penelitian, yakni:

1. Ada hubungan negatif antara fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan. Fear of success dengan motivasi berprestasi memiliki nilai korelasi sebesar rxy = - 0, 495 dan nilai p = 0,000

dimana semakin tinggi fear of success maka semakin rendah motivasi berprestasi pada wanita bekerja.

2. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pengaruh fear of success dengan motivasi berprestasi adalah sebesar 24,5 %. Artinya, fear of success memberikan sumbangan efektif sebesar 24,5 % dalam menurunkan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan, sedangkan sisanya sebesar 75,5 % dipengaruhi faktor lain seperti status pernikahan, peran jenis kelamin, pendidikan, self esteem dan budaya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Adapun persamaan garis regresi yang diperoleh adalah


(65)

Y= 86.529 – 0,470(X). Persamaan garis regresi tersebut menyatakan bahwa peranan fear of success dapat menurunkan motivasi berprestasi sebesar 0, 470 satuan apabila faktor fear of success meningkat satu satuan.

3. Dari hasil kategorisasi variabel fear of success diperoleh bahwa wanita bekerja di Kota Medan memiliki fear of success dengan kategori rendah (70%).

4. Dari hasil kategorisasi variabel motivasi berpretasi diperoleh bahwa wanita bekerja di Kota Medan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi (90%).

5. Hasil perbandingan antara mean empirik dan mean hipotetik pada variabel

fear of success menunjukkan bahwa fear of success pada wanita bekerja lebih rendah dari pada kondisi populasi normal sedangkan pada variabel motivasi berprestasi menunjukkan bahwa motivasi berprestasi lebih tinggi daripada kondisi populasi normal.

B.Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka ada beberapa saran yang penulis berikan untuk lebih menyempurnakan hasil maupun penelitian lanjutan terutama berkaitan dengan fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja.

1. Saran Metodologi

a. Untuk penelitian dengan topik dan subjek penelitian yang sama, sebaiknya menambahkan kontrol variabel lain dari penyebab fear of success dimana ada


(66)

dua penyebab fear of success yaitu berasal dari dalam diri maupun situasi diluar diri individu.

b. Penelitian selanjutnya yang akan meninjau topik yang sama hendaknya membandingkan fear of success antara wanita bekerja yang sudah menikah dan belum menikah, berdasarkan tingkat pendidikan, dan self esteem.

c. Melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap satu status pernikahan sehingga tergambar jelas bagaimana pengaruh status pernikahan dalam kaitannya dengan fear of success.

d. Memperbanyak jumlah sampel penelitian sehingga mendapatkan generalisasi yang yang lebih baik lagi.

2.Saran Praktis

a. Bagi wanita bekerja yang mengalami fear of success sebaiknya mampu mampu mencari dukungan sosial dari orang-orang yang dapat membantu agar dapat keluar dari masalah ini dan menunjukkan motivasi berprestasi yang tinggi.

b. Wacana mengenai emansipasi wanita harus lebih disosialisasikan pada profesional muda, khususnya pada wanita. Sehingga wanita bekerja tidak akan merasa inferior dan dapat berprestasi secara egaliter dengan laki-laki tanpa adanya fear of success.

c. Motivasi berprestasi dalam lingkungan kerja berperan penting dan berkaitan langsung dengan produktivitas kerja. Maka pihak perusahaan harus tetap menumbuhkan iklim kerja yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme pada wanita bekerja. Hal ini akan mendorong


(67)

seseorang semangat bekerja, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan gagal.


(1)

saya memang belum selesai.

25.

Saya sering mencari cara baru dalam pengerjaan

tugas. STS TS

N

S SS

26.

Saya rutin mencari informasi baru yang berkaitan dengan pekerjaan saya.

STS TS N S SS

27.

Jaringan internet sangat membantu mencari informasi baru dibidang pekerjaan saya.

STS TS N S SS

28.

Saya merasa harus mengerjakan pekerjaan hingga tuntas atau tidak setengah-setengah.

STS TS


(2)

SKALA BAGIAN KEDUA

Berikut ini merupakan pernyataan yang harus Saudari pilih.

No. PERNYATAAN STS TS N S SS

1.

Saya merasa peran saya sebagai wanita lebih cocok sebagai ibu rumah tangga saja.

STS TS N

S SS

2.

Wanita karir yang sukses merupakan hal wajar pada jaman sekarang.

STS TS

N S SS

3.

Saya sering tidak menunjukkan prestasi saya dalam bekerja karena menghindari kenaikan jabatan.

STS TS N

S SS

4.

Seorang wanita

sebaiknya membatasi

prestasi kerjanya untuk STS TS


(3)

menghormati suaminya.

5.

Saya merasa keluarga dan teman-teman saya paham dengan kesibukan saya dalam bekerja.

STS TS

N S SS

6.

Laki-laki akan menjauhi seorang wanita yang sukses dalam karirnya.

STS TS

N S SS

7.

Saya merasa mampu menjadi istri atau ibu yang baik walaupun sibuk bekerja.

STS TS N S SS

8.

Persahabatan dengan teman-teman saya tidak terganggu sebelum dan setelah saya bekerja.

STS TS

N S SS

9.

Saya merasa keluarga dan teman-teman saya mendukung untuk sukses dalam berkarir.

STS TS


(4)

10.

Saya sering merasa bersalah terhadap keluarga saya karena terlalu sibuk bekerja dikantor.

STS

TS N S SS

11.

Saya merasa wanita juga mampu bekerja sebaik

pria. STS TS

N

S SS

12.

Saya merasa dikucilkan oleh teman-teman saya karena sering menolak berkumpul dengan mereka karena sibuk bekerja STS TS N

S SS

13.

Kesuksesan seorang perempuan dalam karir membuat ia tak sempat melakukan pekerjaan rumah tangga. STS TS

N S SS

14. Seorang wanita yang berhasil dalam karir


(5)

namun gagal sebagai istri dan ibu kurang dihargai masyarakat.

STS TS N S SS

15.

Saya merasa hubungan dengan teman-teman merenggang karena pekerjaan saya.

STS TS N

S SS

16.

Saya sering merasa bersalah apabila lebih sibuk bekerja dibanding mengurus rumah.

STS TS N S SS

17.

Karena sibuk bekerja, saya jarang diajak berkumpul oleh teman-teman saya.

STS TS N S SS

18.

Wanita juga pantas

menjadi pimpinan dalam sebuah organisasi.

STS

TS N

S SS

19. Posisi wanita didunia

kerja mutlak sama STS


(6)

dengan laki-laki.

SELAMAT BEKERJA ^_^