26
pada wanita. Proses sosialisasi ini mengarahkan wanita terhadap antisipasi akan kehilangan feminimitasnya
loss of feminimity
. Kehilangan feminimitas ini mengarahkan wanita untuk menjadi takut jika mendekati keberhasilan dan
memperkirakan akan kehilangan penghargaan sosial
loss of social rejection
serta mengantisipasi adanya penolakan sosial
social rejection
yang diakibatkan oleh kesuksesannya.
C. Wanita Bekerja 1. Definisi Wanita bekerja
Menurut Beneria, wanita bekerja adalah wanita yang menjalankan peran produktifnya dalam Rini, 2002. Wanita dapat dikategorikan kedalam dua peran,
yaitu peran reproduktif dan peran produktif. Peranan reproduktif mencakup peranan reproduksi biologis pelahiran sedangkan peranan produktif adalah
peranan dalam bekerja yang menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomis
economically actives.
D. Hubungan
fear of success
dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja
Partisipasi wanita saat ini bukan sekedar menuntut persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat
Indonesia. Melihat potensi wanita sebagai sumber daya manusia maka upaya menyertakan wanita dalam proses pembangunan bukan hanya merupakan
perikemanusiaan belaka, tetapi merupakan tindakan efisien karena tanpa
Universitas Sumatera Utara
27
mengikutsertakan wanita dalam proses pembangunan berarti pemborosan dan memberi pengaruh negatif terhadap lajunya pertumbuhan ekonomi Yusuf, 2006.
Bekerja adalah salah satu sarana yang dapat digunakan oleh manusia dalam menemukan makna hidupnya. Kebutuhan akan aktualisasi diri melalui karir
dalam pekerjaan merupakan salah satu pilihan yang banyak diambil oleh para wanita jaman sekarang Dirgantari, 2007.
Saat ini wanita yang sukses atau seorang wanita yang memegang jabatan yang tinggi merupakan suatu hal yang wajar, bahkan beberapa negara pernah
memiliki presiden dan menteri seorang wanita, termasuk Indonesia dalam Kiong, 2008. Dengan perkembangan zaman dan pendidikan yang semakin tinggi, maka
wanita yang berminat untuk memasuki dunia kerja untuk menunjukkan eksistensi dan keberadaannya makin meningkat.
Kesadaran untuk lebih maju dan mengaktualisasikan diri juga timbul dalam diri wanita, dimana pada “
Era of change
” ini mereka terdorong untuk dapat menunjukkan diri mereka seutuhnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan
yang mereka miliki Chaerunnisa, 2008. Dorongan untuk berprestasi dikenal sebagai motivasi berprestasi. Mc.Clleland menemukan bahwa individu dengan
motivasi berprestasi tinggi membedakan diri mereka dari individu lain menurut keinginan mereka untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik dalam Robins
Judge, 2007. Motivasi berprestasi tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai prestasi sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan baik bersifat intrinsik dan ekstrinsik dalam Siagian, 2004. Motivasi berprestasi menjadi komponen penting dalam dunia bekerja, ditambah lagi
Universitas Sumatera Utara
28
semakin terbukanya kesempatan wanita untuk meraih jenjang karir yang lebih tinggi Devianty, 2007.
Menurut Lida dalam Nauly 2003, para wanita dewasa muda yang memiliki pendidikan tinggi mengalami konflik antara gambaran diri mereka
sebagai individu yang mampu berkarya dengan harapan masyarakat terhadap mereka. Orientasi berprestasi pada diri mereka dipandang masyarakat sebagai
suatu hal yang bersifat kelaki-lakian maskulin. Keadaan ini menyebabkan mereka sepertinya terjebak antara usaha untuk berprestasi dengan bayangan diri
mereka sebagai wanita. Apabila mereka mengikuti keinginan untuk terus berkarir dan berprestasi, akan timbul kecemasan terhadap penilaian masyarakat dan
kecemasan akan kehilangan sifat kewanitaanya. Menurut Sihite 2007 seorang wanita diharapkan untuk tampil dan
bertingkah laku feminim, antara lain hangat, lembut, dan peka terhadap perasaan orang lain, berorientasi pada keluarga dan anak, submisif, mengalah dan
tergantung pada orang lain. Sebaliknya seorang pria diharapkan bertingkah laku maskulin.
Keadaan wanita harus pandai-pandai membagi dirinya antara bekerja di luar rumah dan dipekerjaannya dikenal dengan sebutan peran ganda wanita. Peran
ganda wanita justru menempatkannya pada posisi yang tertekan karena beban tugas yang ditanggungnya semakin berat. Walaupun mereka sekarang diterima
keberadannya di tempat kerja, wanita sering mengalami konflik antara perannya sebagai pekerja dan peran sebagai orang tua dan istri, karena persepsi bahwa
Universitas Sumatera Utara
29
mereka seharusnya berpartisipasi lebih banyak dirumah dan keluarga daripada pekerjaan Desmita, 2005.
Hal ini sejalan dengan pandangan para ahli bahwa hambatan wanita untuk mencapai jenjang karir ini disebabkan karena aspirasi dan motivasi kerja wanita
yang masih sering diwarnai faktor-faktor sosial budaya Sadli dalam Nauly, 2003, karena di dalam masyarakat masih ada suatu paradoks antara
de yure
dan
de facto
tentang kedudukan wanita Suratijah dalam Nauly, 2003. Paradoks kedudukan wanita dan tuntutan sosial budaya terhadap kaum
wanita untuk selalu bersikap dan berperilaku berpusat pada keluarganya inilah yang sering menimbulkan konflik pada diri wanita yang bekerja, yaitu konflik
antara idealnya wanita secara budaya dan wanita sebagai sumber daya manusia Devianty, 2007. Konflik ini sering membuat wanita karir lebih memilih
menghindari sukses, karena wanita merasa dirinya cenderung mendapat tekanan sosial, sehingga ia merasakan suatu kecemasan, perasaan bersalah, merasa tidak
feminin, dan mementingkan diri sendiri Devianty, 2007. Horner dalam Petri, 1991 menyebut motif untuk menghindari sukses ini sebagai
fear of success
. Motif ini diartikan sebagai suatu disposisi takut sukses, karena kesuksesan
diperkirakan akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif, seperti penolakan sosial dan hilangnya sifat-sifat feminin.
Kehadiran
fear of success
pada wanita bekerja menunjukkan kecenderungan menuju prestasi yang dihambat oleh sumber dari disposisi
kecemasan yaitu berupa konsekuensi negatif yang mereka percaya mengikuti kesuksesan yang diharapkan dan kepercayaan bahwa kesuksesan tidak sesuai
Universitas Sumatera Utara
30
dengan peran jenis kelaminnya Cook Chandler dalam Petri, 1991. Horner dalam Petri 1991 menghubungkan tampilnya
fear of success
ini dengan adanya tekanan-tekanan dari lingkungan sosial dan peran jenis kelamin yang berlaku
didalam masyarakat. Tekanan dari lingkungan sosial ini menjadi sumber kecemasan terhadap prestasi Gershaw, 1977.
Lahey 2003 menyatakan bahwa wanita yang memiliki
fear of success
yang tinggi tampil dalam perilaku menghindari persaingan dan menunjukkan prestasi kerja dibawah kemampuan dirinya bila ia harus bersaing dengan situasi
kompetisi dengan orang lain. Pernyataan sebelumnya diperkuat oleh hasil penelitian Adibah 2008 bahwa hubungan motivasi berprestasi dengan
fear of success
bersifat negatif, artinya semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang maka semakin rendah
fear of success
-nya, begitu juga sebaliknya. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa tempat wanita
adalah dirumah tangga, atau meskipun ia bekerja diluar rumah, ia harus mengutamakan keluarganya.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin membuktikan apakah benar
fear of success
yang tinggi pada wanita bekerja akan menimbulkan motivasi berprestasi rendah dengan sampel wanita yang bekerja di Kota Medan, dewasa
awal 20-40 tahun, pendidikan minimal Sarjana serta lama bekerja minimal 1 tahun.
Universitas Sumatera Utara
31
namun
sehingga
memunculkan
mengakibatkan
Gambar 1. Alur berpikir Penelitian
Kesuksesan wanita di jaman sekarang adalah
hal yang wajar
Keinginan untuk berprestasi
Orientasi berprestasi: maskulin
Konflik
Fear of success
tinggi
Motivasi berprestasi menurun:
Penarikan diri thdp tujuan, menghindari persaingan,
abaikan tugas, menolak promosi.
Universitas Sumatera Utara
32
E. Hipotesis